Anda di halaman 1dari 2

Aborsi Ditinjau dari Nilai Vital

Menurut Notonegoro, nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk mengadakan aktivitas atau kegiatan. Salah satu contoh dari nilai vital adalah buku yang
berguna bagi pelajar.
Aborsi dalam dunia kedokteran dikenal dengan abortus. Pengertian aborsi jika
ditinjau dari aspek kedokteran merupakan suatu proses berakhirnya kehamilan, di masa janin
belum mampu hidup di luar rahim, dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu. Aborsi
menurut pengertian masyarakat awan merupakan pengguguran kandungan karena alasan
tertentu. Aborsi yang akan di bahas dalam tulisan ini adalah aborsi yang sengaja dilakukan
(bukan aborsi spontan).
Aborsi memang sering diidentikkan dengan kehamilan di luar nikah yang melanggar
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Banyak masyarakat yang berpikir bahwa
aborsi merupakan suatu tindakan pembunuhan, sehingga aborsi dianggap menjadi suatu
tindakan yang tidak bermoral dan melanggar nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. Menurut Notonegoro ada beberapa nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat,
diantaranya adalah nilai vital, nilai material, dan nilai kerohanian (nilai kebenaran, nilai
keindahan, nilai moral, nilai religius). Pada kenyataannya, aborsi tidak selalu melanggar
seluruh nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Tulisan ini akan memberikan pandangan
mengenai aborsi jika dilihat dari nilai vital.
Pada beberapa kasus, aborsi dilakukan karena dianggap memiliki nilai vital bagi
kehidupan. Aborsi memiliki nilai vital jika dilakukan karena memiliki indikasi medis, yaitu
suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambilnya tindakan medis tertentu, sebab
tanpa tindakan medis tertentu, ibu hamil dan janinnya akan terancam maut. Misalnya pada
kasus dimana seorang ibu memiliki kondisi rahim yang sangat lemah dan berisiko tinggi
untuk mengalami keguguran yang dapat menyebabkan terjadinya darurat medis yang
membahayakan nyawa sang ibu. Dalam kasus ini aborsi memiliki nilai vital bagi sang ibu
karena dianggap berguna bagi ibu agar tetap dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan.
Contoh kasus lainnya adalah seorang ibu yang ternyata mengidap kanker saat kehamilan.
Kanker saat kehamilan akan sangat membahayakan nyawa sang ibu dan janin di dalam
kandungannya, oleh karena itu aborsi memiliki nilai vital dalam kasus ini.

Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran kandungan atas indikasi medik,
disebutkan bahwa moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah butir Lafal Sumpah Dokter
yang berbunyi : Saya akan menghormati hidup insani sejak saat pembuahan : oleh karena itu
Abortus buatan dengan indikasi medik, hanya dapat dilakukan dengan syarat-syarat berikut:
1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui secara
tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter yang kompeten di instalasi yang
diakui oleh suatu otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak mengundurkan diri dan menyerahkan
pelaksanaan tindakan medik itu kepada sejawatnya yang lain yang kompeten.
5. Selain memahami dan menghayati sumpah profesi dan kode etik, para tenaga
kesehatan perlu pula meningkatkan pemahaman agama yang dianutnya. Melalui
pemahaman agama yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya selalu mendasarkan tindakannya kepada tuntunan agama.
Pada dasarnya, suatu indikasi medis yang menyarankan adanya tindakan aborsi
memang memiliki nilai vital bagi sang pasien, namun keputusan untuk melakukan aborsi
tetap sepenuhnya menjadi hak pasien dan pertimbangan dokter sesuai dengan deklarasi Oslo
(1970). Tulisan ini tidak menyimpulkan bahwa aborsi merupakan tindakan yang tepat
ataupun tidak tepat. Tulisan ini hanya memberikan pandangan bahwa dalam beberapa kasus,
tindakan aborsi sebenarnya memiliki nilai vital bagi sang ibu maupun calon bayi. Beberapa
kasus aborsi memang bermanfaat karena memiliki nilai vital, namun penulis menyarankan
agar sebelum melakukan tindakan sebaiknya mempertimbangkan juga nilai-nilai dan normanorma lainnya yang berlaku dalam masyarakat.
Sumber:
Achadiat, Chrisdioni M..2004. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Syafruddin. 2003. "Abortus Provocatus dan Hukum". http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/1552/1/pid-syafruddin6.pdf. Diakses pada 27 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai