Anda di halaman 1dari 10

Zat Pencemar Udara Ambien

Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu :1
1. Zat pencemar primer
Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang
terbentuk pada sumber emisinya, seperti partikulat, NOx, CO dan SO2.
Polutan udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya.
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60%
dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya
pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan
yang utama adalah karbon monoksida yang dapat mencapai hampir setengah
dari seluruh polutan udara yang ada.
2. Zat pencemar sekunder
Zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di
atmosfer yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar,
seperti NO2, O3, Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), asam sulfat dan asam nitrat.

1.1 Sulfur Dioksida2


1.1.1 Sifat Kimia dan Fisika
Sulfur dioksida (SO2) mempunyai karakteristik gas yang tidak berwarna,
berbau tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat
oksigen untuk mencapai kestabilan fasa gasnya dan tidak mudah terbakar diudara.
Gas SO2 juga mudah larut dalam air membentuk asam sulfat. Di udara gas SO2 ini
selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO2 yang terbentuk bervariasi dari 1
sampai 10% dari total SOx. Mekanisme pembentukan SO 2 dapat dituliskan
dengan reaksi sebagai berikut :
S + O2 SO2
Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk
ke atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton setiap tahunnya,
terutama sebagai SO2 dari pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran
bensin. Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh
kegiatan gunung berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik, dan
reduksi sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan oleh proses biologis ini
dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H2S per tahun. Sebagian dari H2S yang
mencapai atmosfer ini secara cepat diubah menjadi SO2 melaui reaksi:
H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O
Reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksi
H2S + HOHS + H2O
yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2.
HS + O2 HO + SO
SO + O2 SO2 + O
Selain itu, hampir setengahnya dari belerang yang terkandung pada batu
bara dalam bentuk pyrit, FeS2, dan setengahnya lagi dalam bentuk sulfur organik.
Dimana pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki ke atmosfer dirubah dalam
bentuk SO2. Sulfur dioksida yang dihasilkan oleh perubahan pyrit dapat melalui
reaksi sebagai berikut:
4FeS2 + 11O2 2 Fe2O3 + 8 SO2
Kadar sulfur dioksida yang tinggi di udara telah diketahui dapat
mengakibatkan kerusakan bangunan. Namun meskipun kadar SO2 rendah,
kerusakan bangunan masih terjadi. Hal ini dapat diakibatkan meningkatnya
konsentrasi ozon dan nitrogen di dalam lingkungan perkotaan. Percobaan-
percobaan yang dilakukan telah memperlihatkan bahwa campuran pencemar-
pencemar seperti ozon, nitrogen dioksida dan sulfur merusak batu lebih cepat
dibandingkan dengan satu persatu pencemar tersebut.
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil
kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi
berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S
dan oksida.
Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia
adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada
daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya
lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan
sumber pencemaran SO2, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu
dan sebagainya Sumber SO2 yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti
pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan
sebagainya.
1.1.2 Dampak terhadap Kesehatan
Pencemaran SO2 menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan serta
kerusakan pada tanaman yang terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh
utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada
kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif
iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi
kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit
kronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak
dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah. Kadar SO2 yang
berpengaruh terhadap gangguan kesehatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Gas SO2 di udara terhadap Kesehatan2
Konsentrasi (ppm) Pengaruh
3-5 Jumlah terkecil yang dapat
dideteksi dari bahaya
8-12 Jumlah terkecil yang segera
mengakibatkan iritasi
tenggorokan.
20 Jumlah terkecil yang
mengakibatkan iritasi mata, batuk.
50-100 Maksimum yang diperbolehkan
untuk kontak singkat (30 menit)
400-500 Berbahaya meskipun kontak
secara singkat

Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya merupakan


bagian kecil dari SO2 yang ada di atmosfer, namun gas ini memberikan pengaruh
serius karena dapat langsung meracuni makhluk disekitarnya. Selain itu, sulfur
dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi
dapat membunuh jaringan pada daun, pinggiran daun dan daerah diantara tulang-
tulang daun rusak. Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang berbahan dasar
seperti batu kapur, batu pualam dan dolomit. Efek dari kerusakan ini akan tampak
pada penampilan, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut.

1.2 Nitrogen Dioksida2


1.2.1 Sifat Kimia dan Fisika
Nitrogen dioksida (NO2) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di
atmosfir dan merupakan gas yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara. Gas ini berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Proses
pembentukan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2. Dimana udara ini terdiri dari 80% volume nitrogen dan 20%
volume oksigen. Mekanisme pembentukan NO2 ini sendiri dapat dituliskan
dengan reaksi sebagai berikut:
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2

Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif


kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih. Hal ini berbeda dengan reaksi
pembentukan CO2 dari CO dan O2, dimana kelebihan udara akan mengakibatkan
pembentukan CO2 secara cepat. Pembentukan NO2 yang lambat ini disebabkan
kecepatan reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Reaksi
pembentukan NO2 berlangsung lebih lambat pada suhu yang lebih tinggi.
Pada suhu 1100oC jumlah NO2 yang terbentuk biasanya kurang dari 0,5 %
dari total NOx. Kecepatan reaksi pembentukan NO2 dipengaruhi oleh konsentrasi
oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi NO
bertambah menjadi dua kalinya maka kecepatan reaksi akan naik menjadi empat
kalinya, dan jika konsentrasi NO berkurang menjadi setengahnya, NO yang
dikeluarkan ke udara luar bersama-sama dengan gas buangan lainnya akan
mengalami pendinginan secara cepat dan terencerkan sebanyak 100 kalinya.
1.2.2 Sumber dan Distribusi
Dari seluruh jumlah Nitrogen dioksida (NO 2) yang dibebaskan ke udara,
jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas
bakteri. Akan tetapi pencemaran NO2 dari sumber alami ini tidak merupakan
masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang
menjadi masalah adalah pencemaran NO2 yang diproduksi oleh kegiatan manusia
karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu.
Kadar NO2 di udara perkotaan biasanya 10100 kali lebih tinggi dari pada
udara di pedesaan. Dimana kadar NO2 di udara daerah perkotaan dapat mencapai
0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NO 2 dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah dari
pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor,
produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NO2 buatan
manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Kadar NO 2 di
udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar
matahari dan aktivitas kendaraan bermotor.
1.2.3 Dampak Terhadap Kesehatan
Nitrogen dioksida (NO2) merupakan suatu gas yang berbahaya bagi
manusia.PenelitianmenunjukkanbahwaNO2empatkalilebihberacundaripada
NO.NamunselamainibelumpernahdilaporkanterjadinyakeracunanNOyang
mengakibatkankematian.Padaudaraambienyangnormal,NO 2 dapatbersifat
racunbagiparuparudandapatmenyebabkankekejangansertakelumpuhanpada
sistemsyaraf.

1.3 Karbon Monoksida2


1.3.1 Sifat Kimia dan Fisika
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas
-1920C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak
larut di dalam air. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah
satu proses sebagai berikut:
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
2. Reaksi antara karbon dioksida dengan komponen yang mengandung
karbon pada suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida
dan oksigen.
Secara alamiah CO diproduksi oleh hydrozoa (siphonophores), suatu
makhluk laut juga oleh reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfer.
Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon
terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan
untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida. Pembentukan
karbon monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan
oksigen murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung
karbon di udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada
suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai berikut :
CO2 + C 2CO
Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umumnya terdapat pada
industri-industri, misalnya pada pembakaran di dalam furnis. CO yang diproduksi
dengan cara ini mempunyai keuntungan dan diperlukan pada beberapa proses,
misalnya pada furnis cepat (blast furnace) dimana CO bertindak sebagai
komponen pereduksi dalam produksi besi dari besi oksida.
Pada kondisi di mana jumlah oksigen cukup untuk melakukan pembakaran
lengkap terhadap karbon kadang-kadang terbentuk juga CO. Keadaan ini
disebabkan pada suhu tinggi CO2 akan terdisosiasi menjadi CO dan O. Karbon
dioksida dan CO terdapat pada keadaan ekuilibrium pada suhu tinggi dengan
reaksi sebagai berikut:
2CO2 2CO + O2
1.3.2 Sumber dan Distribusi
Berbagai proses fisika dan kimia mempengaruhi pembentukan CO.
Proses-proses tersebut misalnya aktivitas vulkanik, emisi gas alami, pancaran
listrik dari kilat, germinasi dan pertumbuhan benih, dan sumber lain. Tetapi
kontribusi CO ke atmosfer yang disebabkan proses-proses tersebut relatif kecil.
Pembebasan CO ke atmosfer sebagai akibat aktivitas manusia lebih nyata,
misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas, arang atau kayu, proses-
proses industri seperti industri besi, petroleum, kertas dan kayu, pembuangan
limbah padat, dan sumber-sumber lain termasuk kebakaran hutan. Transportasi
menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-sumber CO lainnya, terutama
dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar.
Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti
sampah, sisa-sisa kayu di hutan, dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Proses
pembakaran tersebut sengaja dilakukan untuk berbagai tujuan, misalnya
mengontrol hama termasuk insekta dan mikroorganisme, mengurangi resiko
kebakaranhutanyangtidakdikehendaki,mengurangivolumesampahdanbahan
buangan,danmembersihkansertamemperbaikimututanah.
Sumber CO yang ketiga setelah transportasi dan pembakaran adalah
proses-proses industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu
industri besi dan baja. Karbon monoksida dihasilkan selama beberapa tahap
proses dalam produksi besi dan baja. Dalam industri petroleum, CO dibebaskan
selama regenerasi katalis.
Jika dilihat dari sumber-sumber yang memproduksi CO, maka seharusnya
pencemaran CO di udara cukup tinggi. Tetapi teryata hal ini tidak terjadi, dengan
kata lain jumlah pencemaran CO di udara jauh lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah yang dilepaskan di atmosfer. Mekanisme alami di mana karbon monoksida
hilang dari udara telah banyak diteliti, dan pembersihan CO dari udara
kemungkinan terjadi karena beberapa proses sebagai berikut:
1. Reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang
sangat sedikit.
2. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat menghilangkan
CO dengan kecepatan relatif tinggi dari udara.
1.3.3 Dampak Terhadap Kesehatan
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini dapat berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi
enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut.
Dampak keracunan CO ini ternyata sangat berbahaya bagi orang yang telah
menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpapar. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir paparan CO
sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40 % dalam waktu singkat. Tetapi
seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510 %. Pengaruh CO dalam kadar
tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular juga telah banyak
diketahui.
Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan
darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal
jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak didapatkan data
tentang pengaruh paparan CO kadar rendah terhadap sistem kardiovaskular.
Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida
menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu
mengganggu transport oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius pada
seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung
dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat sulit untuk
ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat
jelas akan timbul pada pasien yang terpapar CO dengan kadar 60 mg/m 3, yang
menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan janin yang
dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous) dengan
kadar yang lebih tinggi, paparan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi
oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat badan
rendah. Berikut ini data tabel hubungan konsentrasi CO dalam darah dengan
kesehatan:
Tabel 2. Data ekuilibrium antara COHb di dalam darah CO di udara2
Konsentrasi CO di udara Konsentrasi ekuilibrum
(ppm) COHb di dalam darah (%)
10 2.1
20 3.7
30 5.3
50 8.5
70 11.7

Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi COHb di dalam darah terhadap kesehatan


manusia2
Konsentrasi COHb dalam Pengaruhnya terhadap kesehatan
darah (%)
<1.0 Tidak ada pengaruhnya
1.0-2.0 Penampilan agak normal
Pengaruhnya terhadap sistem syaraf
sentral, reaksi pasca indra tidak
normal, benda terlihat agak kabur
5.0 Perubahan fungsi jantung dan
pulmonari
10.0-80.0 Kepala pening, mual, berkunang-
kunang, pingsan, kesukaran bernafas,
kematian

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukono, H.J. 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap


Gangguan Saluran Pernapasan. Airlangga University Press, Surabaya.
2. Anonim. 2004. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya terhadap
Kesehatan. http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF. Diakses 13
Maret2017.

Anda mungkin juga menyukai