Anda di halaman 1dari 8

Menurut Notonegoro, nilai vital

adalah segala sesuatu yang berguna


bagi manusia untuk mengadakan
aktivitas atau kegiatan.
Aborsi jika ditinjau dari aspek
kedokteran merupakan suatu proses
berakhirnya kehamilan, di masa janin
belum mampu hidup di luar rahim,
dengan kriteria usia kehamilan <20
minggu

Aborsi menurut pengertian


masyarakat awan merupakan
pengguguran kandungan karena
alasan tertentu (sering dikaitkan
dengan pelanggaran nilai dan norma
Pada kenyataannya, aborsi tidak
selalu melanggar seluruh nilai-nilai
dalam kehidupan bermasyarakat
Pada beberapa kasus, aborsi dilakukan
karena dianggap memiliki nilai vital bagi
kehidupan, yaitu berguna bagi manusia
untuk tetap dapat mengadakan aktivitas
atau kegiatan.

Aborsi memiliki nilai vital jika dilakukan


karena memiliki indikasi medis, yaitu suatu
kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambilnya tindakan medis tertentu, sebab
tanpa tindakan medis tertentu, ibu hamil
dan janinnya akan terancam maut.
Contoh Kasus
Seorang ibu memiliki kondisi rahim yang sangat lemah dan
berisiko tinggi untuk mengalami keguguran yang dapat
menyebabkan terjadinya darurat medis yang membahayakan
nyawa sang ibu.

Seorang ibu mengidap kanker saat kehamilan. Kanker saat


kehamilan sangat membahayakan nyawa sang ibu dan janin
di dalam kandungannya

Dalam kasus tersebut aborsi memiliki nilai vital bagi sang ibu
karena dianggap berguna bagi ibu agar tetap dapat
menjalankan aktivitas atau kegiatan (kehidupan).
Dalam deklarasi Oslo (1970) tentang pengguguran
kandungan atas indikasi medik, disebutkan bahwa
moral dasar yang dijiwai seorang dokter adalah
butir Lafal Sumpah Dokter yang berbunyi : Saya
akan menghormati hidup insani sejak saat
pembuahan : oleh karena itu Abortus buatan
dengan indikasi medik, hanya dapat dilakukan
dengan syarat-syarat berikut:

1. Pengguguran hanya dilakukan sebagai suatu


tindakan terapeutik.
2. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan,
sedapat mungkin disetujui secara tertulis oleh dua
orang dokter yang dipilih berkat kompetensi
profesional mereka.
3. Prosedur itu hendaklah dilakukan seorang dokter
yang kompeten di instalasi yang diakui oleh suatu
otoritas yang sah.
4. Jika dokter itu merasa bahwa hati nuraninya
tidak memberanikan ia melakukan
pengguguran tersebut, maka ia hendak
mengundurkan diri dan menyerahkan
pelaksanaan tindakan medik itu kepada
sejawatnya yang lain yang kompeten.

5. Selain memahami dan menghayati sumpah


profesi dan kode etik, para tenaga kesehatan
perlu pula meningkatkan pemahaman agama
yang dianutnya. Melalui pemahaman agama
yang benar, diharapkan para tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya selalu
mendasarkan tindakannya kepada tuntunan
agama.
Kesimpulan
Tulisan ini tidak menyimpulkan bahwa aborsi
merupakan tindakan yang tepat ataupun tidak tepat.
Tulisan ini hanya memberikan pandangan bahwa
dalam beberapa kasus, tindakan aborsi sebenarnya
memiliki nilai vital bagi sang ibu maupun calon bayi.

Pada dasarnya, suatu indikasi medis yang


menyarankan adanya tindakan aborsi memang
memiliki nilai vital bagi sang pasien, namun
keputusan untuk melakukan aborsi tetap
sepenuhnya menjadi hak pasien dan pertimbangan
dokter sesuai dengan deklarasi Oslo (1970)

Anda mungkin juga menyukai