19 44 1 PB PDF
19 44 1 PB PDF
PERUSAHAAN
(Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia)
NOVA M WIDODO
Universitas Merdeka Madiun
FATCHUR ROHMAN
Universitas Merdeka Madiun
YOGY BUDI YUDAWIJAYA
STIE Wijaya Mulya Surakarta
ABSTRACT
The objective of the empirical study is to examine risk management disclosure to the value of the
firm. This study used purposive sampling method. The sample was 49 oil and gas firm listed on
Indonesian Stock Exchange in 2010-2011. The analysis are descriptive statistics, and multiple
regression analysis Risk management disclosure in oil and gas firm consists of the financial risk,
operational risk, and legitimacy risk. Firm value used return on asset ratio. The results prove
that: legitimacy risk positively affects the value of firm. Financial risk and operational risk have
not affect to value of firm.
Keywords: risk management disclosure, oil and gas firm, firm value.
PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengungkapan
manajemen risiko terhadap nilai perusahaan
tambang. Fokus penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengungkapan manajemen risiko
yang telah dilakukan perusahaan tambang dan
dampak pengungkapan manajemen risiko pada
perusahaan tambang. Praktik pengungkapan
manajemen risiko perusahaan pertambangan
dalam penelitian ini diproksikan dengan risiko
keuangan, risiko operasi, risiko pemberdayaan,
risiko teknologi dan informasi (Amran et al.,
2009).
Penelitian terkait pengungkapan
manajemen risiko pernah dilakukan terutama
FORUM AKADEMIKA
Proposals for a Statement of Business Risk.
ICAEW menyarankan kepada direksi untuk
menyediakan informasi manajemen risiko
pada laporan tahunan untuk memfasilitasi para
stakeholder membuat keputusan (Linsley dan
Shrives, 2006). Menurut Linsley dan Shrives
(2006), pengungkapan risiko dalam laporan
tahunan saat ini, disediakan dalam beberapa
bentuk atau format, namun tidak dalam bentuk
yang mudah dipahami oleh para stakeholder.
Laporan tahunan berarti tidak menggambarkan
pembahasan yang rasional mengenai risiko,
sehingga hal ini menjadi sebuah tantangan bagi
manajemen untuk mengungkap risiko yang
mempengaruhi perusahaannya dalam bentuk
yang lebih baik.
Pengungkapan risiko perusahaan
adalah dasar dari praktik akuntansi dan investasi
(ICAEW, 1999). Dengan menyediakan informasi
risiko, perusahaan dapat membantu investor
dalam proses pembuatan keputusan investasi
yang rasional (Kieso dan Weygandt, 1995).
Menurut Bujaki et al., ketiadaan informasi risiko
dapat membuat investor salah dalam meramal
situasi masa depan karena kurang akuratnya
informasi yang disediakan perusahaan.
Selanjutnya, pengungkapan risiko berguna
dalam mengurangi asimetri informasi antara
manajer dan investor (Bujaki et al., 1999).
Sebagai contoh risiko pada
perusahaan tambang adalah PT Newmont Nusa
Tenggara melakukan pembuangan limbang
tambang (tailing) sebanyak 140.000 ton per hari
ke laut Teluk Senunu, NTB. Jumlah limbah ini
setara dengan 21 kali lipat sampah harian kota
Jakarta. Dalam sebuah wawancara dokumenter
yang dilakukan oleh WALHI pertengahan awal
2011, nelayan-nelayan sekitar Teluk Senunu
mengeluhkan tangkapan ikan yang menurun
drastis semenjak pembuangan tailing (limbah
tambang) dilakukan (WALHI, 2012).
2
Pengungkapan manajemen risiko
pada perusahaan tambang harus memadai agar
dapat digunakan sebagai alat pengambilan
keputusan yang cermat dan tepat. Pengungkapan
informasi risiko perusahaan tambang perlu
dilakukan secara berimbang. Informasi
yang disampaikan bukan hanya informasi
yang bersifat positif saja, namun termasuk
informasi yang bersifat negatif. Terutama
informasi yang terkait dengan aspek risiko
manajemen. Permintaan stakeholder terhadap
pengungkapan yang lebih transparan membuat
perusahaan melakukan perluasan terhadap
wilayah pengungkapannya, dengan membuat
pengungkapan mengenai informasi-informasi
nonkeuangan yang dianggap lebih relevan dan
transparan sebagai bentuk pertimbangan dalam
pembuatan keputusan (Anisa, 2012).
Pengungkapan manajemen risiko
yang dilaksanakan oleh manajemen bermanfaat
bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh manajemen
dalam mengatasi risiko. Bagi pengguna laporan
keuangan pengungkapan manajemen risiko
dapat digunakan untuk menilai apakah kebijakan
yang dilakukan tepat guna atau tidak, sehingga
informasi yang dimiliki oleh stakeholder menjadi
lengkap. Kelengkapan informasi sangat penting
bagi stakeholder. Informasi yang tidak lengkap
dapat menyebabkan keputusan yang diambil
menjadi bias, karena tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan yang sebenarnya (Yudawijaya, 2011).
Menurut Wijaya (2010), keputusan
investasi pada perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Pada Investasi
modal merupakan salah satu aspek utama
dalam keputusan investasi pada perusahaan
tambang. Keputusan pengalokasian modal ke
dalam usulan investasi harus dievaluasi dan
dihubungkan dengan risiko dan hasil yang
diharapkan (Hasnawati, 2005).
FORUM AKADEMIKA
manajemen perlu menjelaskan penyebab risiko,
dampak yang ditimbulkan, serta cara perusahaan
mengelola risiko (Linsley dan Shrives, 2006).
Pengungkapan Manajemen Risiko
Risiko Menurut Amran et al (2009)
adalah suatu unsur yang tidak terhindarkan
dari setiap spekulasi bisnis. Brigham (2001)
mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan
terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan.
Risiko (risk) menurut ICAEW (2002) adalah
situasi dimana terdapat ketidakpastian atas
dampak yang akan terjadi, baik keuntungan
maupun kerugian. Organisasi tidak dapat
menghindari risiko, sehingga perlu melakukan
langkah-langkah untuk mengantisipasi
terjadinya risiko. Langkah-langkah tersebut
dinamakan manajemen risiko (Yudawijaya,
2011). Manfaat yang diperoleh jika perusahaan
mengungkapkan manajemen risiko adalah
memperbaiki image perusahaan, memberi
informasi kepada stakeholder dalam mengelola
risiko, mengurangi asimetri informasi dan
meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan (Yudawijaya, 2011).
Nilai Perusahaan
Menurut penelitian yang dilakukan
Aljifri dan Hussainey (2007) yang menemukan
hubungan yang positif antara tingkat profitabilitas
dengan luas pengungkapan informasi forwardlooking dalam laporan tahunan perusahaan di
UAE. Menurut Almilia dan Retrinasari (2007)
semakin tinggi profit margin maka akan semakin
tinggi pengungkapannya. Profit margin yang
tinggi akan mendorong para manajer untuk
memberikan informasi yang lebih terinci, sebab
mereka ingin meyakinkan investor terhadap
profitabilitas perusahaan dan kompensasi
terhadap manajemen.
Ulupui (2007) menyatakan bahwa nilai
perusahaan ditentukan oleh earnings power dari
4
aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan
bahwa semakin tinggi earnings power semakin
efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi
profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini
berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007)
menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh
positif signifikan terhadap return saham satu
periode ke depan. Oleh karena itu, ROA
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Makaryawati (2002),
Carlson dan Bathala (1997) juga menemukan
bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
PENELITIAN TERDAHULU DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dilakukan untuk
menguji pengaruh pengungkapan manajemen
risiko yang diproksikan dengan risiko keuangan,
risiko operasional, risiko pemberdayaan serta
risiko informasi dan teknologi terhadap nilai
perusahaan. Berikut ini merupakan pengujian
hipotesis yang dilakukan:
Pengaruh Risiko Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan Tambang.
Risiko keuangan meliputi risiko
ketidakmampuan membayar hutang dan
variabilitas earning per share yang berkaitan
erat dengan solvabilitas perusahaan.
Peningkatan dalam proporsi struktur modalnya
akan meningkatkan arus kas keluar, hasil yang
dicapainya adalah tingkat solvabilitas yang
mengalami kenaikan (Yunianto, 2004).
Ulupui (2007) menyatakan bahwa
nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power
dari aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki
earnings power adalah perusahaan yang mampu
mengatasi risiko keuangan perusahaan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa perusahaan dengan risiko
keuangan yang besar dan mampu untuk
FORUM AKADEMIKA
logika berpikir diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak risiko pemberdayaan
yang diungkapkan, maka semakin tinggi pula
nilai perusahaan tambang. Karena perusahaan
tambang yang memiliki nilai yang rendah
tidak akan melakukan pengungkapan risiko
pemberdayaan, karena hal ini terkait dengan
kemampuan internal perusahaan. Hipotesis yang
bisa diajukan dalam penelitian ini adalah.
H3 : Risiko pemberdayaan berpengaruh
positif terhadap Nilai Perusahaan
Tambang.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan tambang yang melakukan
listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 20102011. Sedangkan untuk teknik sampling yang
digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu
teknik sampling yang anggota sampelnya dipilih
secara khusus berdasarkan kriteria tertentu
untuk tujuan penelitian. Adapun kriteria dalam
penelitian ini, yaitu:
1.
Merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri pertambangan.
2.
Perusahaan melakukan listing di
Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2010-2011.
3.
Perusahaan melakukan pengungkapan
manajemen risiko.
Dari kriteria purposive sampling
diatas maka peneliti mendapatkan 57 perusahaan
pertambangan pada tahun 2010-2011 yang
termasuk dalam populasi penelitian.
Definisi operasional dan pengukuran
variabel dalam penelitian ini adalah seperti
diterangkan di bawah ini.
6
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yaitu data base laporan keuangan
yang tersedia di pojok BEI Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
database Bursa Efek Indonesia yang tersedia
secara online pada situs http://www.idx.co.id.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan
yang diproksikan terhadap profitabilitas
perusahaan. Tingkat profitabilitas merupakan
indikator keberhasilan perusahaan terutama
kemampuannya dalam menghasilkan laba
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
dimilikinya seperti aset atau ekuitas (Ulupui,
2007). Banyak ukuran yang dapat digunakan
sebagai proksi dari tingkat profitabilitas,
diantaranya yaitu ROA, ROE, dan net profit
margin.
Ti n g k a t p r o f i t a b i l i t a s d a l a m
penelitian ini diukur dengan menggunakan
Return On Asset (ROA). Pengukuran kinerja
dengan ROA menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan laba. ROA adalah
rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti
suatu ukuran untuk menilai seberapa besar
tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki
perusahaan. (Riyanto, 1997).
Penggunaan Return On Asset sebagai
proksi tingkat profitabilitas dalam penelitian
ini didasarkan pada alasan bahwa ditemukan
hubungan signifikan antara tingkat profitabilitas
dengan luas pengungkapan informasi forwardlooking dalam laporan tahunan perusahaan di
UAE yang dilakukan Aljifri dan Hussainey
(2007). Rumus yang digunakan untuk mengukur
ROA adalah sebagai berikut (Riyanto, 1997) :
Variabel Independen
Risiko Keuangan
Risiko keuangan menurut ulupui (2007) adalah ketidakmampuan perusahaan membayar
hutangnya. Pada penelitian ini risiko keuangan perusahaan pertambangan didasarkan pada 5 item
(Amran et al., 2009) yaitu:
1. Interest risk
2. Commodity
3. Exchange risk
4. Liquidity
5. Credit
Masing-masing item diberi nilai 1 apabila diungkapkan dalam laporan keuangan,
dan diberi nilai 0 apabila tidak diungkapkan oleh perusahaan tambang. Untuk mengetahui skor
pengungkapan risiko keuangan dihitung persentase jumlah item yang dilaporkan dibagi dengan
keseluruhan item (Suhardjanto dan Afni, 2009) atau dengan rumus:
Keterangan rumus:
Simbol
X
N
Keterangan
Item risiko keuangan.
Total keseluruhan item.
Risiko Operasional
Menurut Suratno dkk. (2006) mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa
dengan mengungkapkan performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar.
Amran et al. (2009) mengklasifikasikan risiko operasional dalam :
Customer Satisfaction
2. Efficiency and peformance
Product development
4. Sourcing
Stock obsolescence and shrinking.
6. Product and service failure.
Environment.
8. Health and safety.
Brand name erosion
Masing-masing item diberi nilai 1 apabila diungkapkan dalam laporan keuangan,
dan diberi nilai 0 apabila tidak diungkapkan oleh perusahaan tambang. Untuk mengetahui skor
pengungkapan risiko operasional dihitung persentase jumlah item yang dilaporkan dibagi dengan
keseluruhan item (Suhardjanto dan Afni, 2009) atau dengan rumus:
1.
3.
5.
7.
9.
FORUM AKADEMIKA
Keterangan rumus:
Simbol
X
N
Keterangan
Item risiko operasional.
Total keseluruhan item.
Risiko Pemberdayaan
Legitimacy theory menyatakan bahwa perusahaan secara berkesinambungan harus
memastikan apakah mereka telah beroperasi di di dalam normanorma yang dijunjung masyarakat
dan memastikan bahwa aktivitas mereka bisa diterima pihak luar (Deegan, 2002). Menurut Amran
et al. (2009) risiko pemberdayaan diklasifikasikan dalam :
1. Leadership and management
2. Outsourcing
3. Performance incentives
4. Change readiness
5. Communications
Masing-masing item diberi nilai 1 apabila diungkapkan dalam laporan keuangan,
dan diberi nilai 0 apabila tidak diungkapkan oleh perusahaan tambang. Untuk mengetahui skor
pengungkapan risiko pemberdayaan dihitung persentase jumlah item yang dilaporkan dibagi dengan
keseluruhan item (Suhardjanto dan Afni, 2009) atau dengan rumus:
Keterangan rumus:
Simbol
X
N
Keterangan
Item risiko pemberdayaan.
Total keseluruhan item.
Y=+0.X1+1.X2+2.X3+
Keterangan persamaan:
Simbol
Keterangan
X1
X2
X3
Koefisien Regresi
Konstanta
Error
FORUM AKADEMIKA
Terdapat 26 atau 53% perusahaan tambang yang
mengungkapkan risiko keuangan diatas nilai
rerata. Berdasarkan hasil yang dipaparkan dalam
tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
risiko keuangan dari masing-masing perusahaan
tambang sangat tinggi.
Va r i a b e l r i s i k o o p e r a s i o n a l
berdasarkan pengungkapan risiko operasional
perusahaan tambang pada laporan tahunan.
Rerata pengungkapan risiko operasional
adalah 83,77%. Perusahaan tambang yang
mengungkapkan risiko operasioanl diatas rerata
sebanyak 31 atau 63% perusahaan tambang.
Terdapat 18 atau 36% perusahaan tambang yang
mengungkapkan risiko operasionalnya kurang
dari rerata. Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan tambang pada umumnya
telah mengungkapkan risiko operasional
perusahaan.
Variabel risiko pemberdayaan diukur
kriteria pengungkapan item risiko. Nilai
rerata risiko pemberdayaan adalah 77,14%.
Perusahaan tambang yang memiliki prosentase
kurang dari rerata berjumlah 18 atau 36%
perusahaan tambang. Sejumlah 3 atau 6%
perusahaan tambang hanya mengungkapkan
20% dari jumlah item risiko pemberayaan,
diantaranya PT Ratu Prabu Energi Tbk (laporan
tahunan 2011), PT Energi Mega Persada Tbk
(laporan tahunan 2011), PT Citatah Tbk (laporan
tahunan 2011). Terdapat 31 perusahaan tambang
atau 64% dari sampel perusahaan tambang yang
mengungkapkan risiko pemberdayaannya diatas
rerata.
Sebelum dilakukan pengamatan
pengaruh pengungkapan risiko terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan tambang,
terlebih dahulu dilakukan pengamatan terhadap
sejauh mana pengungkapan risiko dilakukan
oleh perusahaan tambang. Hasil pengamatan
pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan intensitas pengungkapan
10
Risk Management Disclosure pada periode
pengamatan berjumlah 764 pengungkapan.
(Lihat Tabel 4)
Berdasarkan tabel 4, bentuk
pengungkapan risiko keuangan dan operasional
paling banyak dilakukan oleh perusahaan
tambang masing-masing sebesar 34%. Contoh
pengungkapan tentang risiko keuangan seperti
yang dilakukan PT Adaro Energy Tbk pada
tahun 2010, yaitu:
Untuk mengatur risiko likuiditas,
Grup melakukan monitor dan
menjaga level kas dan setara kas
yang diperkirakan cukup untuk
mendanai kegiatan operasional Grup
dan mengurangi pengaruh fluktuasi
dalam arus kas. Manajemen Grup
juga secara rutin melakukan monitor
atas perkiraan arus kas dan arus kas
aktual, termasuk profil jatuh tempo
pinjaman, dan secara terus-menerus
menilai kondisi pasar keuangan
untuk kesempatan memperoleh dana
Bentuk pengungkapan lain yang
dilakukan oleh perusahaan tambang adalah
pengungkapan terkait risiko operasional
perusahaan sebesar 34%. Pengungkapan risiko
operasional tersebut seperti yang dicontohkan
oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada
tahun 2011, yaitu:
Antam menyadari bahwa semua
perusahaan tambang pada dasarnya
akan mempengaruhi aspek
lingkungan hidup. Oleh sebab itu
Antam juga berupaya semaksimal
mungkin untuk meminimalisasi
dampak negatif yang timbul dan
mengembalikan lahan bekas tambang
ke peruntukannya. Aspek pengelolaan
lingkungan sesungguhnya
terintegrasi erat dengan kegiatan
11
FORUM AKADEMIKA
yang tinggi, selain itu PT Benakat Petroleum
Energi Tbk yang mengungkapkan item risiko
keuangan yang tinggi hanya memiliki rasio
ROA yang rendah. Bukti tersebut memperkuat
hasil penelitian bahwa pengungkapan risiko
keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan tambang.
Pengujian Hipotesis 2
Untuk mengetahui apakah
pengungkapan risiko operasional berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan tambang, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H2 : Risiko operasional berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan tambang.
Hasil output SPSS menunjukkan nilai
probabilitas untuk variabel risiko operasional
adalah 0,635. Nilai probabilitas tersebut lebih
tinggi dari tingkat signifikansi penelitian 0,1.
Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel
risiko operasional berpengaruh terhadap nilai
perusahaan tambang, tetapi tidak pada level
signifikansi 1%, 5% dan 10%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H2 ditolak.
Implikasi kesimpulan tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
positif risiko operasional terhadap nilai
perusahaan tambang. Hal ini mungkin disebabkan
karena sebagian besar perusahaan tambang
telah mengungkapkan risiko operasionalnya,
sehingga pengungkapan risiko operasional pada
perusahaan tambang tidak berpengaruh positif
terhadap Return on Asset perusahaan tambang.
Banyaknya perusahaan tambang
yang mengungkapkan risiko operasional diatas
rerata juga tidak berpengaruh signifikan terhadap
ROA perusahaan tambang. Hal ini terlihat dari
sedikitnya jumlah rasio Return on Asset terkait
dengan nilai perusahaan tambang. Terbukti
pada laporan tahunan PT Delta Dunia Makmur
Tbk tahun 2011 telah mengungkapkan 100%
item risiko operasional namun memiliki rasio
ROA -2,08%, selain itu pada laporan tahunan
12
PT Energi Mega Persada Tbk tahun 2011
mengungkapkan 33% item risiko operasional
memiliki rasio ROA -0,53%.
Jika dilihat perbandingan antara
kedua perusahaan tambang diatas, PT
Delta Dunia Makmur Tbk tahun 2011 yang
mempunyai pengungkapan risiko operasional
tinggi memiliki rasio ROA rendah, Sedangkan
PT Energi Mega Persada Tbk tahun 2011 yang
mengungkapkan risiko operasional rendah juga
memiliki rasio ROA yang rendah. Kesimpulan
dari hasil bukti sampel diatas menunjukkan
perusahaan tambang yang mengungkapkan
item risiko tinggi dan rendah memiliki rasio
ROA yang kecil. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengungkapan risiko operasional
pada perusahaan tambang tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan tambang.
Pengujian hipotesis 3
Untuk mengetahui apakah
pengungkapan risiko pemberdayaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan tambang, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
H3 : Risiko pemberdayaan berpengaruh positif
terhadap Nilai Perusahaan
Hasil output SPSS menunjukkan nilai
probabilitas untuk variabel risiko pemberdayaan
adalah 0,057. Nilai probabilitas tersebut lebih
kecil dari tingkat signifikansi penelitian 0,1.
Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel risiko
pemberdayaan berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima.
Implikasi kesimpulan tersebut
menunjukkan bahwa pengungkapan risiko
pemberdayaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan tambang. Perusahaan tambang yang
menyampaikan informasi risko pemberdayaan
yang lebih banyak kepada stakeholder
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
memiliki nilai yang tinggi. Perusahaan tambang
13
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini, disimpulkan sebagai berikut. Pertama,
Berdasarkan jumlah populasi sebesar 60
perusahaan tambang di Indonesia sebanyak
49 perusahaan tambang (81,67%) telah
mengungkapkan manajemen risiko. Hal ini
menunjukkan sebagian besar perusahaan
tambang telah mengungkapkan manajemen
risiko. Pada laporan tahunan perusahaan tambang
tahun 2010-2011 terdapat manajemen risiko
yang diungkapkan sebesar 764 pengungkapan,
dengan rincian 364 pengungkapan pada tahun
2010 dan 400 pengungkapan pada tahun
2011. Kedua, Bentuk pengungkapan yang
paling banyak dilakukan oleh perusahaan
tambang adalah pengungkapan terkait risiko
keuangan dan risiko operasional sebesar 34%.
Ketiga, risiko pemberdayaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Keempat,
Risiko Keuangan dan risiko operasional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan tambang
Keterbatasan
Keterbatasan yang muncul dalam
penelitian ini adalah periode pengamatan
penelitian yang sangat pendek (2010-2011)
sehingga hasil penelitian ini sulit untuk
digeneralisasikan.
Saran
Penelitian tentang pengungkapan
manajemen risiko merupakan tema penelitian
yang masih jarang dilakukan di Indonesia.
Beberapa saran untuk penelitian-penelitian
selanjutnya mengenai pengungkapan manajemen
risiko terhadap nilai perusahaan yang dimiliki
oleh peneliti antara lain. Pertama, Penelitian
selanjutnya disarankan untuk menambah
periode pengamatan, misalnya lebih dari dua
FORUM AKADEMIKA
tahun. Kedua, Penelitian selanjutnya dapat
ditambahkan variabel yang lain seperti risiko
teknologi informasi dan risiko politik. Ketiga,
Penelitian selanjutnya dapat memasukkan
variabel stakeholder dalam meneliti pengaruh
pengungkapan manajemen risiko.
Implikasi
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
praktik pengungkapan manajemen risiko
Daftar Pustaka
Abraham, S dan P. Cox. 2007. Analyzing
The determinants of Narrative
Risk Information in UK FTSE
100 Annual Reports. British
Accounting Review. Vol. 39.
No.3. PP. 227-248.
Al-Tuwajiri, S., Christensen, T., dan Hughes, K.
E. 2004. The Relations among
Environmental Disclosure,
Environmental Performance
and Economic Performance.
A Simultaneous Equations
Approach. Accounting,
Organizations and Society. 29.
447-471.
Aljifri, Khaled dan Khaled Hussainey. 2007.
The Determinant of Forward
Looking Information in Annual
Reports of UAE. International
bussiness Review. Vol. 16. No.1.
PP. 1-26.
Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrianasari.
2007. Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan
Te r h a d a p K e l e n g k a p a n
14
yang dilakukan oleh perusahaan tambang
di Indonesia sudah baik. Mengingat bahwa
pengungkapan pengungkapan manajemen
risiko telah banyak dilakukan, serta dapat
meningkatkan akuntabilitas dan good news
perusahaan tambang. Maka dari hasil penelitian
ini diharapkan pengungkapan pengungkapan
manajemen risiko pada perusahaan tambang
dapat dipertimbangkan menjadi mandatory
disclosure.
Pengungkapan Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEJ. Seminar nasional FE
Universitas Trisakti.
Amran, Azlan, Abdul Manaf Rosli Bin dan Bin
Che Haat Mohd Hassan. 2009.
Risk Reporting An Explanatory
Study on Risk management
Disclosure in Malaysian Annual
Reports. Managerial Auditing
Journal. Vol 24. No.1. PP. 39-57.
Anisa, Windi gessy. 2012. Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Resiko Skripsi FE Universitas
Diponegoro.
Ardana, I Komang. 2008. Bisnis dan Tanggung
Jawab Sosial. Buletin Studi
Ekonomi. Vol. 13. No. 1.
Brigham, Eugene F dan Joel F Houston. 2001.
Manajemen Keuangan. Jilid 2.
Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Bujaki, M., Zeghal, D. and Bozec, R. (1999),
The disclosure of future
15
FORUM AKADEMIKA
Kompensasi terhadap Kinerja
Karyawan di PT. Pertamina
(persero) Daerah Operasi Hulu
Jawa Bagian Barat, Cirebon.
Kajian Bisnis dan Manajemen.
Hal 129-140.
Linsley, P.M. and Shrives, P.J. 2006. Risk
Reporting: A Study of Risk
Disclosure in the Annual Reports
of UK Companies. The British
Accounting Review, Vol. 38. PP.
387-404.
Linsley, M Philip dan Michael J. Lawrence. 2007.
Risk Reporting by The Largest
UK Companies: Readability
and Lack of Obfuscation.
Accounting, Auditing and
Accountability Journal. Vol.20.
No.4. PP. 620-627.
Maharsi, Sri. 2000. Pengaruh Perkembangan
Teknologi Informasi Terhadap
Bidang Akuntansi Manajemen.
jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.
2. No. 2. Nopember. 127 137.
Marwata, 2001. Hubungan Antara
Karakteristik Perusahaan
dan Kualitas Ungkapan
Sukarela dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Publik
di Indonesia. Makalah
dipresentasikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi IV.
Raharja, V.A. Permana. 2012. Pengaruh
Kinerja Lingkungan Dan
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Corporate Social
16
Responsibility Disclosure.
D i p o n e g o ro J o u r n a l O f
Accounting.Vol. 1. No. 2 : 1-12
Rasmussen, Jens. 1997. Risk Management in
Dynamic Society a Modelling
Problem. Safety Science Vol. 27
No. 2. PP. 183-213.
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan.
Edisi 4.Yogyakarta: BPFE.
Suhardjanto, Djoko dan A. N. Afni. 2009.
Praktik Coroporate Social
Disclosure di Indonesia
Studi Empiris di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi.
Vol. 13. No. 3. PP. 265-279.
Soemartini. 2007. Pencilan (Outlier).
Makalah dipresentasikan di
Universitas Padjajaran.
Suratno, Ignatius Bondan, dkk. 2006.Pengaruh
Environmental Performance
terhadap Environmental
Disclosure dan Economic
Performance. Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang.
Ulupui, I. G. K. A. 2007. Analisis Pengaruh
Rasio Likuiditas, Leverage,
Aktivitas, dan Profitabilitas
terhadap Return saham. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2. No.
1, Januari: 88 102.
Wijaya, Lihan Rini Puspo. 2010. Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan
17
LAMPIRAN
Tabel 1.
Sampel Penelitian
Laporan Tahunan yang berhasil diunduh
Laporan Tahunan yang tidak menyediakan data lengkap
Data Outlier
Sample
60
(3)
(8)
49
Tabel 2
Statistik Deskriptif Return On Asset (dalam %)
(n=49, 2 periode pengamatan = 49)
MEAN
MAX
MIN
ROA (%)
6,33
23,00
-6,00
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel Independen
(n=49, 2 periode pengamatan= 49)
MEAN
MAX
MIN
84,08
100
40
83,77
100
33
77,14
100
20
18
FORUM AKADEMIKA
Tabel 4
Tingkat Pengungkapan Risiko
Jenis Risiko
Risiko Keuangan
Risiko Operasional
Risiko Pemberdayaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data
%
34
34
23
Tabel 5
Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
Beta
(Constant)
0,191
Risiko Keuangan
-0,085
Risiko Operasional
0,326
Risiko Pemberdayaan
Keterangan: * signifikan secara statistik pada 0,1
Sig.
-6,54
0,516
1,125
-0,478
1,956
0,267
0,635
0,057*
A. PENDAHULUAN
Faktor budaya organisasi apalagi
bagi organisasi bisnis semakin penting untuk
dipahami, dimiliki, dan dipraktekkan sebagai
salah satu kekuatan daya saing bisnis dewasa
ini dan dimasa yang akan datang. Keunggulan
budaya organisasi akan semakin bersifat
perspektif dan prospektif serta bernilai strategis
untuk mencapai dan meningkatkan keberhasilan
kinerja dalam era persaingan bisnis global yang
semakin kompetitif.
Hakekat budaya organisasi merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang selalu perlu digali
dari berbagai sumber baik internal maupun
FORUM AKADEMIKA
Budaya organisasi tidak terlepas dari
budaya nasional, regional, dan internasional,
yang sedikit banyak juga dipengaruhi oleh faktor
geografis, demografis, fisiologis, dan sosiologis,
serta psikologis. Karakteristik keunikan budaya
sebagai salah satu faktor situasi perlu dipahami
oleh setiap pemegang peran dan terlebih lagi
oleh pemimpin organisasi untuk dijadikan
sebagai pengikat perilaku dan kinerja personil
organisasi untuk dijadikan sebagai pengikat
perilaku dan kinerja personil organisasi sesuai
fungsi dan peranannya secara integral sebagai
salah satu jembatan untuk mewujudkan tujuan.
Hal ini berarti bahwa salah satu faktor penentu
keberhasilan kepemimpinan adalah ketepatan
memanfaatkan aspek budaya dalam mendesain
paket kebijaksanaan organisasi.
Seorang pemimpin harus bersifat
aktif bahkan proaktif dalam memilih dan
menggunakan budaya sebagai kekuatan daya
saing andalan dalam memenangkan bisnis.
Budaya organisasi seharusnya bersifat visioner
dan tidak sekedar tinggal mengambil dan
mempraktekkan budaya yang selama ini ada.
Tetapi harus diseleksi secara kritis dan aspiratif,
dalam arti harus dicermati kontekstualitasnya
dengan tuntutan pasar. Dengan kata lain
seorang pemimpin harus memiliki variasi
gaya kepemimpinan yang mencerminkan
karakteristik budaya organisasi unggul. Tuntutan
itu menjadi semakin penting dalam kontek
pemahaman dan penyesuaian lintas budaya
antar bangsa yang akan menjadi fenomena bisnis
global. Dengan demikian gaya kepemimpinan
juga harus menguasai pemahaman budaya
global. Globalisasi dunia merupakan salah
satu ciri utama di abad 21 yang salah satu
cirinya adalah semakin menipisnya batas-batas
negara. Karena kemajuan teknologi di bidang
komunikasi, informasi dari suatu negara,
dengan mudah dapat ditangkap dan berpengaruh
20
dalam suatu negara. Hal ini selanjutnya akan
memicu terjadinya transformasi budaya pada
kebanyakan negara dunia ketiga. Akibatnya
semakin banyak persamaan gaya hidup yang
terjadi akibat merembesnya budaya luar,
khususnya budaya yang berasal dari budaya
barat (Djamaluddin, 2004)
B. BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi sering disamakan
dengan kepribadian seseorang. Secara
organisasional budaya organisasi merupakan
perpaduan berbagai nilai, kepercayaan,
dan pola perilaku dalam suatu organisasi.
Budaya merupakan pola eksplisit dan implisit
yang berasal dan diwujudkan dalam bentuk
simbol. Sedangkan menurut Robbin dan Judge
(2012) menjelaskan bahwa budaya organisasi
merupakan persepsi bersama anggota organisasi
tentang suatu sistem nilai. Sedangkan menurut
Kinicki dan Kreitner (2010) berpendapat
organizational culture is a shared value and
belief, that underlie a companys identity.
Geert Hofstede dan Hofstede (2005)
menjelaskan bahwa budaya selalu merupakan
fenomena kolektif, sebagai bagian pertisipasi
dengan sesama anggota dalam satu lingkungna
dan dalam nuansa proses pembelajaran termasuk
terhadap aturan yang tidak tertulis yang diwarisi
dari suatu komunitas yang pernah berinteraksi.
Lebih lanjut secara skematis digambarkan
adanya tiga tingkatan yang menempatkan
budaya sebagai milik kelompok atau kategori
spesifik dan bersifat harus dipelajari dari
sumber warisan universal dan fitrah manusiawi
(lihat Gambar 1). Pada tahap selanjutnya akan
tercermin dalam warna kepribadian yang
bersifat individual yang diperoleh baik dari
sumber proses belajar dan sumber yang diwarisi.
21
Muhammad Cholil
Individu tertentu
Kelompok atau
kategori tertentu
Universal
Dipelajari
Budaya
Fitrah Manusia
Diwarisi
Gambar 1. Tiga Tingkatan Keunikan Programasi Mental (Hofstede dan Hofstede ,2005).
Di sisi lain lain dijelaskan bahwa dalam praktek suatu budaya dimanifestasikan dari
berbagai sumber yang dapat disarikan dari Gambar 2
Simbol
Heroes (idola)
Aneka praktek
Ritual
Nilai
22
FORUM AKADEMIKA
yang lebar, struktur organisasi datar,
penekanan pada orientasi kerja secara
tim, pengurangan formalisasi, dan
pemberdayaan semakin mendorong
diperlukannya pemanfaatan keunikan
keunggulan budaya organisasi sebagai
sumber keunggulan kompetitif karena
diramu melalui keunikan keperilkuan
yang sulit ditiru.
Menurut Santoso (1997), budaya
organisasi perlu dipahami dan dipraktekkan
karena akan bermanfaat baik bagi karyawan
maupun bagi organisasi.
Bagi karyawan :
1. Memberikan pedoman dalam berperilaku
2. Adanya kesamaan langkah dan visi dalam
melakukan tugas dan tanggungjawab antar
bagian/individu secara kooperatif
3. Meningkatkan produktivitas kerja dan
prestasi kerja
4. Adanya kepastian tentang perjalanan karier
dimasa yang akan datang.
Bagi organisasi :
1. Menekan tingkat perputaran SDM
2. Pedoman dalam menentukan kebijakan
organisasi secara intern
3. Acuan dalam menyusun corporate planing
4. Sebagai dasar pengembangan segenap
potensi sumber daya organisasi secara
optimal.
Menurut Robbins dan Judge (2012) menjelaskan
fungsi budaya dalam organisasi sebagai:
a. Memperjelas dan mempertegas tapal batas,
sebagai pembeda keunikan suatu organisasi
dari organisasi yang lain
b. Mencerminkan jatidiri atau identitas diri
sebagai anggota organisasi
c. Meningkatkan komitmen SDM pada tataran
kepentingan organisasi diatas kepentingan
23
Muhammad Cholil
Tabel 1. Perbedaan Budaya Organisasi dan Iklim Organisasi
Aspek
Budaya Organisasi
Epistemologi
Kontekstual dan Ideografik
Titik Pandang
Emic
Metodologi
Kualitatif
Tingkat analisis
Nilai dan asumsi
Orientasi waktu
Evaluasi
Asas teori
Kontruksi sosial
Disiplin
Sosiologi dan antropologi
Sumber: Denison (1996)
B U D AYA O R G A N I S A S I D A N
KEPEMIMPINAN
Aspek budaya organisasi akan
direfleksikan pada penampilan dan gaya
perilaku setiap personil terutama pada
tingkat pemimpin. Dengan kata lain gaya
kepemimpinan dan perilaku setiap orang dalam
organisasi mencerminkan muatan budaya
yang dianut dalam suatu organisasi. Dengan
C.
Iklim Organisasi
Komparatif dan nomothetic
Etic
Kuantitatif
Permukaan
Snopshot
Lewinian
Psychologi
24
FORUM AKADEMIKA
Dalam mendesain strategi organisasi juga
dipengaruhi oleh budaya sosial
2. Strategi organisasi dan budaya organisasi
juga mempengaruhi gaya kepemimpinan
organisasi.
3. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi
tingkat penerimaan atau pengakuan
pemimpin di dalam organisasi (dimata
stakeholder dan atau shareholder) dan pada
gilirannya akan mempengaruhi efektifitas
pemimpin.
4. Di sisi lain gaya atau perilaku pemimpin
dengan mempertimbangkan strategi
organisasi akan mempengaruhi efektifitas
keberhasilan seorang pemimpin dan pada
gilirannya juga akan mempengaruhi tingkat
akseptansi/penerimaan pemimpin itu di
dalam organisasi. Jadi hubungan antar
tingkat akseptansi dan tingkat efektifitas
pemimpin bersifat timbal balik.
Muhammad Cholil
Dari Gambar 4 diatas nampak bahwa
betapa sentral peran kepemimpinan dalam
mewujudkan tujuan organisasi, yang berbasis
kepuasan pelanggan sebagai pemanfaatan
budaya organisasi yang pada gilirannya
menentukan kinerja bisnis.
P E N E L I T I A N B U D AYA D A N
PERILAKU KEPEMIMPINAN
Va r i a b e l a t r i b u s i b u d a y a d a n
perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini
menggunakan konsep dari Hoffstede dan
Hoffstede (2005) penghindaran keridakpastian,
jarak kekuasaan dan individualisme. Sedang
aspek budaya assertiveness (ketegasan) dan
gender egalitarianism (kesetaraan gender)
sebenarnya juga terkait dengan konsep budaya
Hofstede. Tiga aspek yang lain yaitu: future
orientation (orientasi kedepan) dan husmane
orientation (orientasi keharuan)
Sedangkan perilaku/gaya
kepemimpinan diidentifikasikan dari enam
perilaku kepemimpinan global versi House dan
Javidan (2004) sebagai berikut:
1. Charismatic/value based leadership:
refleksi kemampuan membangun
inspirasi, motivasi dan ekspektasi
mencapai hasil kinerja yang tinggi
berdasarkan nilai inti organisasi.
2. Team oriented leadership, menekankan
pada efektifitas pengembangan tim dan
implementasinya mengintegrasikan
pada setiap anggota tim.
3. Partisipative leadership, menekankan
pelibatan dalam pembuatan dan
penerapan keputusan.
D.
25
26
FORUM AKADEMIKA
Tabel 2. Variasi Aspek Budaya Beberapa Negara
Jarak kekuasaan
Negara
AS
Perancis
Inggris
Jerman
China
Indonesia
Tinggi
(T)
Renda
(R)
Maskulinitas
Feminin
(F)
Kolektifitas
Maskulin
(M)
Individu
(I)
Kolektif
(K)
Penghindaran
ketidakpastian
Tinggi
Rendah
(T)
(R)
Muhammad Cholil
Di dalam meta-analisis menurut
Hunter dan Schmidt (1990) diperkenalkan
sejumlah langkah teknis dan bersifat
kuantitatif, yang mengarah pada terjadinya
sintesis berbagai hasil penelitian dalam
bidang yang sejenis dan memiliki tugas
sebagai berikut:
1. Mengkaji dan menganalisis data
penelitian yang berasal dari hasil
studi primer, dimana hasil analisis
dipakai sebagai landasan untuk
menolak atau menerima hipotesis
yang diajukan
2. Dapat menjadi petunjuk secara khusus
untuk kepentingan penelitian lebih
lanjut, yang mengindikasikan bahwa
ada sesuatu yang belum selesai dan
perlu diteliti lebih lanjut.
Pada hakekatnya pendekatan
meta analisis ini bertumpu pada adanya
ketersediaan sejumlah informasi artifak
dari setiap hasil penelitian, yang akan
menjadi dasar dalam melakukan tindakan
koreksi. Lebih lanjut masih mengacu pada
pendapat Hunter dan Schmidt (1990),
dijelaskan terdapat sebelas artifak yang
dapat menjadi dasar untuk melakukan
langkah koreksi mengapa terjadi perbedaan
berbagai hasil penelitian dalam bidang yang
sama, sehingga bisa diberikan alternatif
jawabannya. Kesebelas artifak itu adalah
kesalahan karena:
1. Penentuan sampel.
2. Pengukuran variabel terikat
3. Pengukuran variabel bebas
4. Dikotomi pada variabel terikat
5. Dikotomi pada variabel bebas
6. Variasi rentangan dalam variabel
terikat
27
28
FORUM AKADEMIKA
dengan menggunakan distribusi efek
artifak, baik penelitian korelasional maupun
eksperimental
Untuk penelitian yang bersifat
koresional apalagi yang bersifat penelitian
perbandingan diperlukan proses
penyesuaian perhitungan melalui konversi
tergantung jenis data yang diketahui dari
data F dan atau t atau r dan atau d agar bisa
dilakukan proses meta analisis. Adapun
formulasi konversinya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
d = 2t / N atau
d = 2 r / (1-r)2
r = t/ t2 + (N-2)
r = (d/2) / (1 + (d/2)2
t=F
D = Wi di/ Ni
Mr = r 1,96 (SD)
T = Ni
N=T/K
Ave (d) = Wi di / Wi
Var (d) = Wi ( di d )2 / Wi
SD () = var ()
[ Ni (ri-R)2 ] / n1
3. Menghitung varians kesalahan
pengambilan sampel
(2e) = ( 1 r2 )2 / ( N 1 )
4. Menghitung varians yang dikoreksi
atau varians yang sesungguhnya:
( xy) = r - e
2
Ave () 1,96 SD
29
Muhammad Cholil
di sini bahwa Meta analisis dalam
tulisan ini diterapkan pada hubungan
antara gaya kepemimpinan (X = sebagai
variabel bebas) dengan budaya organisasi
(Y = sebagai variabel terikat). Diantara
hasil penelitian dan atau kajian yang
berkaitan dengan perilaku kepemimpinan
dan budaya organisasi yang jika mampu
mengidentifikasi data atau informasi
r (koefisien korelasi) dan N (jumlah
BO2
KN
0,788*
0,879* 0.809*
FORUM AKADEMIKA
kepemimpinan yang bisa memanfaatkan
karakteristik budaya. Misalnya untuk negara
yang didominasi oleh budaya kolektifisme
maka perlu untuk ditetapkan seorang pemimpin
yang menekankan pada pembentukan tim
kerja. Sebaliknya bagi yang didominasi budaya
individualisme perlu ditekankan pada aspek
manajemen mobilitas sumberdaya. Demikian
juga bagi negara yang didominasi oleh jarak
kekuasaan yang tinggi seperti Indonesia perlu
dicari sosok kepemimpinan yang otoriter penuh
kedisiplinan namun memiliki kejujuran yang
tinggi.
Penelitian House dan Javidan (2004)
perihal kaitan gaya kepemimpinan dilihat
dari perspektif budaya ternyata hampir semua
kelompok negara cenderung mengarah pada
pemilihan gaya kepemimpinan karismatik.
Kemudian diikuti oleh gaya kepemimpinan
orientasi tim dan partisipasi. Meskipun disadari
secara kasuistis gaya kepemimpinan tersebut
tidak selalu lebih baik dibanding penggunaan
gaya kepemimpinan yang paling ekstrim
sekalipun yaitu gaya kepemimpinan koreksi
diri. Dengan kata lain gaya kepemimpinan
situasionallah yang menjadi pertimbangan
sesuai dengan karakteristik situasi termasuk
budaya, karakteristik bawahan, dan karakteristik
individu pemimpin itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Denison R.D., 1996. What is the difference
between organizational culture and
organizational climate? : A Natives of
View on a Decade of Paradigm Wars,
Journal Academic of Management
Review, 21, 2, pp. 619-649.
Djamaluddin A, 2004. Psikologi Terapan:
Mengupas dinamika kehidupan
manusia, Yogyakarta : Darussalam.
Dowling J.P. 1994. International dimention
of human resource management,
2th edition, Califormia :International
Thomson Publishing.
30
Glass, G., V. 1976. Primary,secondary,
and meta-analysis of research.
Educational Researcher, 5, 3-8.
Hoffstede G. and Hoffstede J.G., 2005. Culture
and organizations software of the
mind, interculture corporation and its
importance for survival, New York :
Mc Grow Hill.
House R.J. and Javidan, M. 2004.
Culture,lLeadership, and
organizations, the GLOBE study
of 62 societies, Sage Publications,
London : International Educational and
Proffesional Publisher.
Hunter, J. E. and Schmidt, F.L. 1990. Methods of
meta-analysis: Correcting error and
bias in research findings. Newbury
Park: Sage Publications. Inc.
Javidan,M., House,R. J., and Dorfman, P.W.
2004. A Nontechnical summary of
Globe finding: Culture, leadership,
and organizations, the GLOBE study
of 62 Societies, Sage Publications,
London: International Educational and
Proffesional Publisher
Kinicki A. and Kreitner R. 2010. Organizational
behavior, key concept, skills and best
practices, New York : Mc Grow Hill.
Maksimovi J. 2011. THE Application of Metaanalysis in educational research.*
Philosophy, sociology, psychology
and history . 10, 1, 2011, pp. 45 - 55
Robbin, S. P.,and judge, T. A, 2012.
Organizational behavior, 14th ed, New
Jersey : Prentice Hall International.
Susanto,A. B. 1997. Budaya perusahaan
manajemen dan persainganbBisnis,
Jakarta : Gramedia, Elex Media
Komputindo
www.baldrige.nist.gov
http://
. Criteria for
Performance Excellence. Publications
/business-non profit criteria.cpm.
2011-2012.
ABSTRACT
The research background is the farmers lack of access to sources of capitals, markets and
technology, due to the weakness of their organization. The problem in this research is any factor
that affects the PUAP funding, which of these has the dominant influence on the PUAP funding.
The location of the study conducted by the researchers is the Gapoktan (Farmers Group Association)
of each district of Boyolali Department of Agriculture and Forestry. The total population is 163
members of Gapoktan. The total sample is 50 members. In this study the researchers used the
primary data.
Based on the data analysis and the discussion that have been put forward, multiple linear regression
equation Y == 0.740 + 0.320 XI + 0.157 X2 + 0.495 X3. The tiest showed that the value of toouni
for the variable aspects of income is derived from the results of teount = 4.003 > t table=s 2.012.
The variable of land area has its influence. From that calculation it is obtained that the value of
tcount=: 2.407 > ttabie^ 2.012. Hence, there is a significant effect of the provision of land to the
PUAP funds. From the Group Personal variable, it is obtained the results of tcount=: 5.102 > liable
= 2.012. Thus, there is a significant effect of the personal group on the PUAP funding. Based on
the test F results, it is obtained that the value of Feount = 27.908 > Ffabie = 2.610; Then Ho is
rejected, so that together there was a significant effect of income aspect (X1), land area (X2) and
personal group (X3) on the provision of PUAP funds.
Keywords : Poverty, Employment, PUAP
A.
FORUM AKADEMIKA
Menurut Khaldun (2010)
pertanian pada mulanya merupakan
sesuatu yang sederhana dan sangat alami
pembawaannya. Ia tidak membutuhkan
dasar pengetahuan yang kompleks.
Sehingga, ia diindentikkan sebagai sumber
penghidupan bagi kaum lemah. Berbeda
dengan bidang pekerjaan lain seperti
kerajinan yang proses pengerjaannya
jauh lebih rumit karena di samping
membutuhkan kesabaran, keuletan juga
keterampilan. Kerajinan manufaktur tidak
hanya membutuhkan dasar pengetahuan
yang cukup, tingkat keahlian yang
memadai tetapi juga kreativitas dengan
seni tingkat tinggi. Sehingga hasilnya
banyak diminati oleh masyarakat tingkat
menengah dan tingkat atas.
Agar pertanian bisa
berkembang lebih efektif sehingga dapat
memperkuat perekonomian masyarakat,
para petani tidak terlalu tergantung pada
penghasilan pertaniannya, tanpa membuat
divertivikasi pada penduduknya. Jika ini
terjadi, maka para petani bisa melakukan
kreativitas dan inovasi suatu produk
hingga pada akhirnya dapat meningkatkan
penghasilan para petani itu sendiri. Dengan
demikian kondisi ekonomi para petani
dapat meningkat dan menyesuaikan
para pekerja lain sehingga anggapan
petani menjadi korban ketidakadilan atas
kebijakan penguasa terhapus dengan
sendirinya.
Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011
jumlah penduduk miskin tercatat (penduduk
dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada
maret 2011 mencapai 30,02 juta orang
(12,49%), turun 1,00 juta orang (0,84) di
banding dengan penduduk miskin pada
32
maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang
(13,33%). (BPS No. 4/07/Th. XIV, 1 Juli
2011).
Selain itu angka kemiskinan
di pedesaan selalu lebih tinggi dari
perkotaan. Menurut data BPS, pada tahun
ini saja terdapat18,48 juta jiwa penduduk
miskin pedesaan dan jumlah ini lebih
besar dari jumlah penduduk miskin kota
yang sebesar 10,65 juta jiwa. Penduduk
desa tersebut tentunya adalah petani gurem
dan buruh tani yang menurut data sensus
pertanian 2003 berjumlah 13 juta jiwa.
Jumlah ini akan bertambah pada tahun
ini dan bisa disetarakan dengan jumlah
penduduk miiskin di desa, seiring dengan
adanya konversi alih lahan. Angka konversi
lahan sendiri sebesar 100 ribu Ha per tahun.
(www.spi.or.id diunduh tanggal 28 Januari
2012).
Kemiskinan di pedesaan
merupakan masalah pokok nasional yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda
dan harus menjadi proritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan
sosial. Dengan demikian pembangunan
ekonomi yang bertumpu pertanian dan
pedesaan akan membawa dampak pada
peningkatan kesejahteraan sehingga secara
keseluruhan dapat mengurangi kemiskinan.
Permasalahan mendasar yang
dihadapi petani adalah kurangnya akses
kepada sumber permodalan, pasar dan
teknologi, serta organisasi tani yang
masih lemah. Untuk mengatasi dan
menyelesaian permasalahan tersebut
pemerintah menetapkan program jangka
menengah yang fokus pada pembangunan
pertanian pedesaan. Salah satunya ditempuh
melalui pendekatan mengembangkan usaha
agribisnis dan memperkuat kelembagaan
pertanian di pedesaan.
Tinjauan Pustaka
Menurut Suprapto (2010)
Pengembangan Usaha Agribisnis di
Pedesaan yang selanjutnya disebut PUAP
adalah bagian dari pelaksanaan program
PNPM-Mandiri melalui bantuan modal
usaha dalam menumbuh kembangkan usaha
agribisnis sesuai dengan potensi pertanian
desa sasaran.
Menurut Suprapto (2010) definisi
PUAP ada beberapa macam diantaranya :
33
FORUM AKADEMIKA
3. M e m b e r d a y a k a n k e l e m b a g a a n
petani dan ekonomi pedesaan untuk
mengembangkan kegiatan usaha
agribisnis.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan
ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka
akses ke permodalan.
Organisasi Pelaksana PUAP
meliputi Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi,
Ti n g k a t K a b u p a t e n / k o t a , Ti n g k a t
Kecamatan dan Tingkat Desa. Dalam
rangka menentukan Gapoktan PUAP yang
dapat ditumbuhkan menjadi LKM-A, aspek
penilaian yang menjadi ukuran kinerja
GAPOKTAN adalah modal keswadayaan,
simpanan suka rela, aset yang dikelola.
C.
Penelitian Terdahulu
1. Eko Setyono. 2012. Penentuan Rating
Faktor Strategik Internal Keberlanjutan
Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) Kasus
Kabupaten Karawang. Institut Pertanian
Bogor. Bandung. Berdasarkan hasil
kajian, prioritas strategi keberlanjutan
program PUAP didasarkan pada aspek
tingkat kinerja dan kualitas kinerja
Gapoktan di Kabupaten Karawang
sebesar 34,78% yang dinilai sudah
optimal. Penekanan strategi dengan
memanfaatkan peluang eksternal
terhadap kelemahan internal yang
ada (strategi W O). Hasil perumusan
strategi SWOT dilanjutkan dengan
analisis QSPM untuk menentukan
prioritas dari beberapa alternatif
strategi yang sudah dihasilkan.
Strategi yang menjadi Prioritas adalah:
peningkatan Profesionalisme anggota
Gapoktan, pemberian sanksi bagi
pengurus yang menyelewengkan
34
dana PUAP, meningkatkan kerja
unit usaha simpan pinjam untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota
Gapoktan, meningkatkan kualitas
dan kuantitas hasil panen agar
dapat bertahan dari produk impor,
mengembangkan usahatani dengan
menambah jenis komoditi yang
diusahakan dan perluasan pasar,
pengembangan dan penguatan jaringan
pemasaran yang telah tersedia dan
meningkatan kemampuan Gapoktan
dalam pengelolaan keuangan dengan
bermitra bersama swasta.
2. Siswanto. 2009. Analisis Faktor
Yang Mempengaruhi Pemberian
D a n a P u a p Te r h a d a p P e t a n i
Di Kabupaten Grobogan. Undip
Semarang. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh tingkat
penghasilan, luas tanah dan personal
terhadap pengambilan keputusan
dalam pemberian dana PUAP di
Kabupaten Grobogan dan menganalisis
variabel mana yang paling dominan
dalam pengambilan keputusan dalam
pemberian dana PUAP. berdasarkan
hasil penelitian diharapkan dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi
departemen pertanian untuk mengambil
suatu kebijakan dalam pemberian dana
PUAP. pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan alat
analisis regresi linier berganda dengan
Uji t, Uji F, koefisien determinasi(R2).
Populasi dalam penelitian ini adalah
Kelompok tani(POKTAN) Yang
menerima Dana PUAP di Grobogan.
Sedangkan jumlah sampel yang di
ambil dalam penelitian ini adalah 20
responden, 20% dari total populasi
35
36
FORUM AKADEMIKA
dan menyebarkan kuesioner
yang ditujukan kepada anggota
GAPOKTAN.
4.
Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan dalam
penelitian untuk mengetahui
secara langsung kegiatan yang
berlangsung di tempat penelitian.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dalam
penelitian ini adalah untuk
memperoleh data yang diperlukan
melalui tanya jawab secara
langsung dengan responden.
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang diperoleh
dengan cara menyebarkan angket
yang berisi tentang pertanyaan
kepada responden. Sedangkan
responden akan menjawab
pertanyaan tersebut.
5.
Teknik Pengukuran Variabel
1. Uji Validitas
Jawaban dikatakan valid apabila
pada taraf signifikan 5% atau
rhitung > rtabel, sehingga butir-butir
pernyataan kuesioner dikatakan
valid.
2. Uji Reliabilitas
Kriteria keputusan realibel
tidaknya kuesioner dinyatakan
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Penghasilan
No
R hitung
R tabel
Keputusan
1
2
3
4
5
0,577
0,658
0,662
0,755
0,504
0,230
0,230
0,230
0,230
0,230
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
37
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Instrumen Luas Tanah
No
1
2
3
4
5
R hitung
R tabel
0,598
0,230
0,751
0,230
0,648
0,230
0,521
0,230
0,551
0,230
Sumber : Data Primer yang diolah
Ta b e l
2
menunjukkan bahwa
validitas instrumen
variabel luas tanah
sebanyak 5 butir
pertanyaan dapat
diperoleh r hitung > r tabel
sebesar 0,230. Ini berarti
variabel luas tanah valid.
c. Va r i a b e l P e r s o n a l
Kelompok
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari hasil
penelitian terhadap 50
responden dengan 5 item/
instrumen pertanyaan,
ternyata semua item/
instrumen dinyatakan
valid. Adapun hasil uji
validitas dari variabe
personal dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Instrumen Personal
No
1
2
3
4
5
R hitung
R tabel
0,599
0,230
0,290
0,230
0,447
0,230
0,673
0,230
0,310
0,230
Sumber : Data Primer yang diolah
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
38
FORUM AKADEMIKA
d.
Hasil penelitian
terhadap 50 responden
dengan 5 item/instrumen
pertanyaan, ternyata
semua item/instrumen
dinyatakan valid. Adapun
hasil uji validitas dari
variabel pemberian dana
dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini :
Ta b e l
5
menunjukkan bahwa
validitas instrumen
variabel personal sebanyak
5 butir pertanyaan dapat
diperoleh rhitung > rtabel
sebesar 0,230. Ini berarti
variabel personal valid.
Variabel Pemberian Dana
PUAP
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Instrumen Pemberian Dana PUAP
No
1
2
3
4
5
R hitung
R tabel
0,482
0,230
0,382
0,230
0,570
0,230
0,620
0,230
0,377
0,230
Sumber : Data primer yang diolah.
Ta b e l
4
menunjukkan bahwa
validitas instrumen
variabel pemberina
dana PUAP sebanyak 5
butir pertanyaan dapat
diperoleh rhitung > rtabel
sebesar 0,230. Ini berarti
variabel pemberian dana
PUAP valid.
2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana
sesuatu alat ukur dapat dipercaya
untuk mengetahui apakah instrumen
dapat diuji cobakan untuk mengetahui
kehandalannya. Bila alat ukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang
sama hasil yang diperoleh konsisten,
alat ukur tersebut dapat dikatakan
Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
39
b2 = 0,157.
b3 = 0,495.
meningkat maka
mengakibatkan
pemberian
dana PUAP
meningkat.
Dari hasil tersebut
menunjukkan
pengaruh positif
yaitu apabila
luas tanah
yang diberikan
G A P O K TA N
B o y o l a l i
s e m a k i n
meningkat maka
mengakibatkan
pemberian
dana PUAP
meningkat.
Dari hasil tersebut
menunjukkan
p e n g a r u h
positif yaitu
apabila personal
G A P O K TA N
B o y o l a l i
s e m a k i n
baik maka
mengakibatkan
pemberian
dana PUAP
meningkat.
4. Uji t
Adapun perhitungan
untuk menguji keberartian variabel
independen (aspek penghasilan, luas
tanah dan personal kelompok) secara
individu terhadap variabel dependen
(pemberian dana PUAP) adalah
sebagai berikut :
a. Uji t yang berkaitan dengan
aspek penghasilan (X1) terhadap
FORUM AKADEMIKA
pemberian dana PUAP (Y)
diperoleh hasil dari thitung = 4,003
> ttabel = 2,012, maka Ho ditolak
sehingga ada pengaruh yang
signifikan aspek penghasilan
terhadap pemberian dana PUAP.
b. Uji t yang berkaitan dengan luas
tanah (X2) terhadap pemberian
dana PUAP (Y) diperoleh hasil
dari thitung = 2,407 > ttabel = 2,012,
maka Ho ditolak sehingga ada
pengaruh yang signifikan luas
tanah terhadap pemberian dana
PUAP.
c. Uji t yang berkaitan dengan
personal kelompok (X3) terhadap
pemberian dana PUAP (Y)
diperoleh hasil dari thitung = 5,102
> ttabel = 2,012, maka Ho ditolak
sehingga ada pengaruh yang
signifikan personal kelompok
terhadap pemberian dana PUAP.
5. Uji F
Dengan didapatnya Fhitung
= 27,908 > Ftabel = 2,610, maka Ho
ditolak, sehingga secara bersama-sama
ada pengaruh yang signifikan aspek
penghasilan (X1), luas tanah (X2) dan
personal kelompok (X 3) terhadap
pemberian dana PUAP.
6. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ini
digunakan untuk mengetahui berapa
besar variasi Y yang dapat dijelaskan
oleh variasi X, yaitu untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh aspek
penghasilan (X 1), luas tanah (X 2),
dan personal kelompok (X3) terhadap
pemberian dana PUAP (Y) secara
bersama-sama. Dari perhitungan
komputer program SPSS versi 12.00,
diperoleh R2 = 0,662, ini dapat diartikan
40
bahwa 66,2% perubahan/variasi Y
(pemberian dana PUAP) dikarenakan
oleh adanya perubahan/variasi variabel
X (aspek penghasilan, luas tanah dan
personal kelompok), sedangkan 33,8%
sisanya dikarenakan oleh adanya
perubahan variabel lain yang tidak
masuk dalam model.
G. Pembahasan
Dari hasil analisis data dapat
dijawab rumusan hipotesisnya yang pertama
diduga variabel tingkat penghasilan,
luas tanah dan personal kelompok
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pemberian dana PUAP terbukti
kebenarannya. Hal ini dapat ditunjukkan
besarnya nilai koefisien regresi untuk b1 =
0,320, b2=0,157 dan b3 =0,495.
Hipotesis yang kedua berbunyi
Diduga variabel luas tanah adalah faktor
yang dominan terhadap pemberian dana
PUAP tidak terbukti kebenarannya, karena
yang paling dominan adalah personal
kelompok atau b3 sebesar 0,495, diikuti
besarnya b1 yaitu tingkat penghasilan
sebesar 0,320, dan yang terakhir luas tanah
atau b2 sebesar 0,157.
H. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data
dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, hasil penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor tingkat penghasilan, luas tanah,
dan personal kelompok berpengaruh
signifikan terhadap keputusan
pemberian dana PUAP. Berdasarkan
hasil analisis regresi linier berganda
diperoleh persamaan:
Y = 0,740 + 0,320 X1 + 0,157
X2+0,495X3
2.
3.
4.
5.
6.
41
DAFTAR PUSTAKA
FORUM AKADEMIKA
Machmud, Mulyono, 2008, Identifikasi Potensi
Wilayah.
Prabowo, Hermas, 2008, PUAP Jangan
Sekedar Bagi-bagi Uang, Jakarta,
Kompas.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/
P e r m e n t a n / O T. 1 4 0 / 2 / 2 0 0 8 )
Te n t a n g P e d o m a n U m u m
Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP)
Siswanto, 2009. Penelitian Terdahulu
Tentang Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Pemberian
Dana Puap Terhadap Petani DI
Kabupaten Grobogan. Undip
Semarang.
Sugiyono, 2002, Metode Penelitian Bisnis,
Bandung, CV. Alfabeta.
Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi
Menggunakan SPSS, Yogyakarta,
Andi Offset.
Suprapto, Ato, 2010, Pedoman Pengembangan
SDM Pertanian, Jakarta.
Suswono, 2010, Peraturan Kementerian
Pertanian, Jakarta.
42
Susanto, Slamet, 2007, Manajemen
aset Berbasis Resiko Pada
Perusahaan Air.
Umar, Husein, 2003, Riset Pemasaran dan
Perilaku Konsumen, Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Usman, 2004, Keuangan Mikro Untuk
Masyarakat Miskin, Pengalaman
Nusa Tenggara Timur, Jakarta,
Lembaga Pennelitian Semeru.
Wiyono, 2005, Pemberdayaan Lembaga
Keuangan Mikro, Sebagai
Salah Satu Pilar Sistem
Keuangan Nasional; Upaya
Kongkrit Memutus Rantai
Kemiskinan. Kajian Ekonomi
dan Keuangan, edisi khusus,
Jakarta, Pusat Pengkajian
Ekonomi dan Keuangan. Badan
Pengkajian Ekonomi, Keuangan
dan Kerjasama Internasional
Departemen Keuangan.
www.spi.or.id diunduh tanggal 28 Januari
2012.
Sudaryono
STIA ASMI SOLO - Surakarta
ABSTRAK
Auditor dalam memberikan opini ada lima jenis opini, yaitu: Unqualified Opinion,
Unqualified Opinion With Explanatory, Qualified Opinion, Adverse Opinion dan Disclaimer
Opinion. Pemberian opini selain dari laporan audit srandar dengan opini pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), karena opini audit dipengaruhi oleh beberapa kondisi, yang
diantaranya: lingkup audit yang dibatasi, laporan keuangan yang tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum, auditor yang tidak independen, tidak ada konsistensi, ketidak pastian
yang material, keraguan going concern, setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi
berterima umum, penekanan atas sesuatu, laporan yang melibatkan auditot lain. Kegagalan
auditor dalam mengklasifikasi opini perusahan yang mengalami kebangkrutan, kurang dari 50%
yang medapatkan opini Going Concern dari kasus-kasus kebangkrutan. Untuk mengklasifikasi hal
diatas ada dua model, yaitu: model pertama mengklasifikasi perusahaan yang akan mengalami
kebangkrutan dan tidak mengalami kebangkrutan, dengan pempertimbangkan mengenai ratio
finasial,ukuran perusahaan dan hidden fraud (kecurangan yang dilaporkan setelah tanggal
pelaporan audit). Model kedua berfokus pada factor-faktor keputusan opini yang mempunyai
potensi untuk menjelaskan kegagalan auditor dalam memodifikasi opini audit perusahaan yang
mengalami kebangkrutan.
Kata kunci : Opini Audit, Modifikasi Audit.
A. PENDAHULUAN
Audit opinion merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan audit
report. Audip opinion diekspresikan pada
paragrap pendapat yang merupakan bagian
dari audit report, seperti tertulis dalam
SPAP, 1994 : 110 alinea 1 dalam melakukan
penugasan umum, auditor ditugaskan untuk
memberikan opini atas laporan keuangan
suatu satuan usaha. Opini yang diberikan
FORUM AKADEMIKA
Perlu diingat bahwa yang menjadi
tanggung-jawab auditor adalah opini yang
diberikan, sedangkan isi atas laporan
keuangan yang diaudit merupakan tanggungjawab manajemen sepenuhnya.
Ada lima opini yang dapat diberkan
oleh auditor berdasarkan hasil pengauditan
atas laporan keuangan kliennya, yaitu :
Unqualified Opinion, Unqualified Opinion
With Explanatory , Qualified Opinion,
Adverse Opinion dan Disclaimer Opinion.
Opini ini diberikan oleh auditor berdasarkan
kondisi laporan keuangan yang harus dapat
difahami oleh auditor, apa bila auditor tidak
dapat memahmi dan menguasi kondisi
laporan keuangan maka kemungkinan akan
terjadi bias atas opini yang diberikan.
Sehingga tidak mengherankan kalau
auditor kadang-kadang gagal memodifikasi
opini audit, karena salah memahami kondsi
laporan keuangan tersebut. Selama dalam
proses peng-auditan auditor dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengalaman dan pertimbangan
(judgment). Dari uraian diatas opini audit
dan modifikasi opini tehadap perusahaan
yang mengalami kebangkrutan, merupakan
salah satu topic sangat menarik untuk dikaji.
B. J E N I S D A N K O N D I S I YA N G
MEMPENGARUHI OPINI AUDIT.
Dalam memberikan opini audit
auditor dapat memberikan lima jenis opini
sesuai dengan kondisi laporan keuangan
klien, dan biasanya diberikan oleh auditor
setelah selesai melakukan peng-auditan
atas laporan keuangan perusahaan klen
(Mulyadi,1996), yaitu :
44
1. Unqualified Opinion ( Pendapat Wajar
Tanpa Perkecualian).
Pendapat wajar tanpa perkecualian
diberikan oleh auditor apa bila tidak
terjadi pembatasan dalam linkup audit
dan tidak terdapat pengecualian yang
siqnifikan mengenai kewajaran dalam
penerapan prinsip akuntansi berterima
umum dalam penyusunan laporan
keuangan, konsisten penerapan prinsip
akuntansi berterima umum.
Laporan audit yang brisi pendapat
wajar tanpa perkecualian adalah laporan
paling dibutuhkan oleh semua pihak,
baik perusahaan klien, pemakai laporan
keuangan maupun auditor sendiri.
Kata wajar dalam paragraph
pendapat mempunyai makna: 1). Bebas
dari keraguan dan ketidak jujuran,
2). Lengkap informasinya. Pengetian
wajar disini tidak hanya terbatas pada
jumlah rupiahnya dan pengungkapan
dalam laporan keuangan tetapi meliputi
ketepatan informasi penggolongan
hutang lanca dan huang tidak lancer,
biaya usaha dan biaya diluar usaha.
Laporan keuangan disajikan secara wajar
dengan prinsip akuntansi berterima
umum, apa bila memenuhi kondisi,
seperti berikut:
a). Prinsip akuntansi berterima
umum digunakan dalam
menyusun laporan keuangan
b). Perubahan penerapan prinsip
akuntansi berterima umum
dari period eke piriode telah
cukup dijelaskan.
c). Informasi dalam catatan-catatan
yang mendukungnya, sesuai
Sudaryono
dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
2. Unqualified Opinion With Explanatory
Languange (Pendapat Wajar Tanpa
Perkecualaian dengan Bahasa Penjelas).
Dalam opini ini auditor
menyatakan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar tanpa perkecualian,
disini auditor menerbitkan laporan audit
bentuk baku ditambah dengan bahsa
penjelasan. Karena adanya hal-hal yang
memerlukan penjelasan.
3. Qualified Opinion ( Pendapat Dengan
Perkecualian).
Auditor memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian dalam
laporan audit jika auditor menjumpai
kondisi sebagai berikut:
a).
45
disajikan oleh kien adalah wajar. Tetapi
ada beberapa unsur yang dikecualikan
namun tdak mempengaruhi kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan.
46
FORUM AKADEMIKA
Perbedaan antara pernyataan
tidak memberikan pendapat (disclaimer
Opinion) dengan pendapat tidak wajar
(Adverse Opinion) adalah : pendapat
tidak wajar ini diberikan dalam keadaan
auditor mengetahui adanya ketidak
wajaran laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat (diselaimer
opinion) karena auditor tidak cukup
memperoleh bukti mengenai kewajaran
laporan keuangan auditannya atau karena
tidak independen dalam hubungannya
dengan klien
Kondisi-kondisi yang
menyebabkan penyimpangan dari
Unqualified Opinion antra lain menurut
Arrens & Loebbecke, 1996):
1.
2.
d). P e r k a r a p e n g a d i l a n ,
gugatan hokum, atau
masalah-masalah serupa
yang sudah terjadi yang
dapat membahakan
kemampuan perusahaan
untuk beroperasi.
7.
Sudaryono
dalam paragraph terpisah, bahwa
keadaan tersebut, hasil yang
menyesatkan dapat terjadi jika
berpegang pada prinsip akuntansi
yang berlaku.
8.
9.
L a p o r a n Ya n g M e l i b a t k a n
Auditor lain.
Bila auditor menyerahkan
sebagian tanggung-jawabnya
kepada kantor akuntan public
(KAP) lain, maka KAP principal
mempunyai tiga plihan :
a). Tidak membuat refensi
dalam laporan audit atau
b). Membuat referinsi dalam
laporan audit atau
c). Memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian.
47
48
FORUM AKADEMIKA
Dalam SAS No.34 dan 59 dinyatakan
bahwa kegagalan (defaudt) dalam hutang
dan retrukturisasi hutang menjadi indicator
masalah-masalah going concern. Kelvin
dan Bryan telah meneliti penggunaan status
defaudt dan variable-variable keuangan di
dalam keputusan-keputusan auditor untuk
menerbitkan opini going concern bagi
perusahaan dan temuan dalam penelitian
tersebut berhasil mengungpakkan bahwa
status defaudt bermanfaat menjelaskan
penerbitan going concern. Sebelum suatu
perusahaan tidak mampu berlanjut sebagai
suatu going concern atau dengan kata lain
bangkrut, rasio keungannya pasti memburuk,
kesulitan dalam memenhi kewajban
hutangnya, seperti kepatuhan dan penjanjian
hutang atau melakukan pembayaran sesuai
janji. Akan tetapi di sisi lain ada beberapa
factor dalam proses keputusan opini itu
sendiri yang menyebabkan auditor untuk
tidak mengkualifikasi opini terhadap
perusahaan yang megalami bangkrut.
Ada dua model mengapa auditor
sering gagal mengklasifikasi opini terhadap
perusahaan yang mengalami kebangkrutan.
Model pertama mempertimbangkan
kegunaan variable indicator kiddenfraud dalam mengestimasi kemungkinan
kebangkrutan. Model kedua menjelaskan
keputusan opini terhadap perusahaan yang
mengalami kebangkrutan yang berkenaan
dengan financial-stress score, variable
indicator hidden-feaud dan variable lain
yang menunjukkan factor audit dan klien.
Konteks model prediksi kebangkrutan
diatas diungkapkan oleh Argenti (1976),
yang melakukan analisis lebih rinci dan
Sudaryono
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum, auditor tidak independen, tidak ada
konsistensi, ketidak pastian yang material,
keraguan atas going cancern, setuju dengan
penyimpangan dari prinsip akuntansi
berterima umum, penekanan atas sesuatu,
laporan yang melibatkan auditor lain.
Sedangkan kegagalan auditor dalam
mengklasifikasi opini perusahan yang
mengalami kebangkrutan kurang dari 50%
yang pendapatkan opini Going Concern
dari kasus-kasus kebangkrutan. Untuk
mengklasifikasi ada dua model, yaitu: model
49
FORUM AKADEMIKA
50
DAFTAR PUSTAKA
Argenti.J, 1976, Corporate Collapse:
The causes and
Symptoms John
Wiley and Sous.
Arren dan Loebbecke, 1996. Auditing
Pendekatan Terpadu Edisi Indonesia
Adaptasi Amr Abadi Yusuf, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
IAI Kompartemen Akntansi Pendidik, 2001.
Standar Profesional Akuntansi Publlik
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Kevin C.W. Chen and Bryan K. Church, 1992,
Default on Debt Obligation an Issuance
on Going Concern Opinion A Joural of
Practice and Theory.
FORUM AKADEMIKA
memerlukan informasi mengenai
perusahaan untuk pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan
penanaman modal (investasi) atau
yang berhubungan dengan perusahaan.
Dalam proses penyusunannya
laporan keuangan, tidak menutup
kemungkinan terjadi salah saji. Oleh
karena itulah diperlukan pihak ketiga
untuk memeriksa laporan keuangan
agar laporan keuangan tersebut
dapat dipertanggungjawabkan. Pihak
manajemen membutuhkan jasa orang
ketiga yaitu auditor independen yang
memberikan jaminan bahwa laporan
keuangan tersebut relevan dan dapat
diandalkan dalam bentuk opini audit. Opini
audit atas laporan keuangan merupakan
salah satu pertimbangan yang penting bagi
investor dalam pengambilan keputusan
berinvestasi karena memuat informasi
mengenai kemampuan perusahaan di
masa mendatang (Pearlstein dan Behr,
2001) dalam Fahrozy (2007). Mardisar
dan Sari (2007) mengatakan bahwa
kualitas hasil auditor dapat dipengaruhi
oleh rasa kebertanggungjawabannya
(akuntabilitas) yang dimiliki auditor
dalam menyelesaikan pekerjaan audit.
Akuntabilitas sangat penting dimiliki oleh
auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Profesi akuntan publik merupakan
profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat
mengharapkan Kantor Akuntan Publik dapat
memberikan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan
oleh manajemen perusahaan dalam laporan
keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998)
dalam (Martono, 2012) . Cristiawan (2005)
menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan
52
oleh dua hal yaitu indepedensi dan kompetensi.
Auditor yang kompeten adalah auditor yang
mampu menemukan pelanggaran dan auditor
yang independen adalah auditor yang mau
mengungkapkan pelanggaran yang dilakukan
oleh klien. Fearley dan Page (1994) dalam
Bawono dan Elisa (2012) menyatakan bahwa
sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika
auditor bersikap independen dan dipercaya
untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran
antara principal dan agen.
Di Indonesia telah banyak
dilakukan penelitian mengenai faktor
faktor yang mempengaruhi kualitas
audit baik pada sektor privat maupun
sektor publik. Beberapa studi yang
pernah dilakukan untuk mengevaluasi
kualitas audit selalu membuat
kesimpulan dari sudut pandang auditor
(Aji, 2009) dalam (Bawono dan Elisa,
2012). Beberapa literatur menunjukan
adanya pengaruh karakteristik auditor
independen maupun BPK terhadap
kualitas hasil audit. Penelitian yang
dilakukan oleh Sari, Fatchur, dan Yogi
(2012) menguji faktor faktor yang
berpengaruh terhadap terhadap opini
dari karakteristik pembuat laporan
keuangan yaitu Pemerintah Daerah
Tingkat 1. Menurut pengetahuan
peneliti, penelitian terkait karakteristik
perusahaan sektor privat yang
berpengaruh terhadap opini audit
masih jarang dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini mengembangkan
penelitian Sari et al., (2011) dengan
mengubah objek penelitian dari sektor
publik menjadi perusahaan manufaktur
dan menambah variabel penelitian
antara lain dewan komisaris, dewan
direksi, dan komite audit internal.
53
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
pihak yang dianggap mampu menjembatani
B. LANDASAN TEORI
kepentingan pihak principal (stakeholders)
1. Teori Agensi
dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola
Hubungan agensi adalah satu atau keuangan perusahaan (Setiawan, 2007). Auditor
lebih orang (principal) mempekerjakan orang bertugas untuk mengawasi kinerja manajemen
lain (agen) untuk melaksanakan jasa atas apakah sudah sesuai dengan kepentingan
nama mereka yang melibatkan pendelegasian stakeholders melalui laporan keuangan.
wewenang pembuatan keputusan kepada agen Tugas auditor selanjutnya memberikan opini
(Jensen and Meckling, 1976 dalam Mulia, 2010). atas kewajaran terhadap laporan keuangan
Harianto dan Sudomo (1998) dalam Tristanti perusahaan.
(2012) mengemukakan bahwa teori keagenan 2. Opini Audit
membahas hubungan antara manajemen
Auditor bertugas memberikan
dengan pemegang saham. Manajemen
opini atas laporan keuangan suatu
mempunyai kewajiban untuk mengelola apa
perusahaan. Dalam pelaksanaan proses
yang dikehendaki dan diamanahkan oleh
audit, auditor dituntut tidak hanya
pemegang saham, sedangkan pemegang
melihat sebatas pada hal hal yang
saham menyediakan fasilitas dan dana untuk
ditampakkan dalam laporan keuangan
manajemen melakukan usaha. Manajemen
saja tetapi juga harus lebih mewaspadai
diwajibkan menyusun dan melaporkan laporan
hal hal potensial yang dapat
kepada pemegang saham tentang kegiatan
mengganggu kelangsungan hidup
usaha yang dijalankan secara periodik. Dalam
perusahaan . Opini yang diberikan
hal ini pemegang saham akan menilai kinerja
oleh auditor berupa kewajaran, semua
manajemen dalam melakukan pengelolaan
hal yang bersifat material, posisi
usaha. Oleh karena itu, laporan keuangan
keuangan, hasil usaha dan arus kas
merupakan sarana akuntabilitas manajemen
sesuai dengan Prinsip Akuntansi
kepada pemiliknya (Simanjutak dan Widiastuti,
Berterima Umum (SPAP, 1994).
2004). Dalam pelaksanaannya, penetapan
Opini auditor merupakan informasi
mekanisme pemeriksaan sangat penting
bagi stakeholders sebagai pedoman
dilakukan dalam rangka untuk memastikan
untuk pengambilan keputusan. Hanya
bahwa apa yang dilakukan oleh agen benar
auditor yang berkualitas yang dapat
benar dapat dipercaya dan dipertanggung
menjamin bahwa laporan keuangan
jawabkan (Triyuwono dan Roekhudin, 2000).
atau informasi yang dihasilkan tersebut
Dalam teori agensi diasumsikan bahwa
adalah reliable. Laporan audit penting
semua individu yang terlibat mempunyai
sekali dalam suatu audit yang dilakukan
kepentingan sendiri. Dengan adanya perbedaan
oleh auditor karena laporan tersebut
kepentingan antara pemilik perusahaan
menginformasikan kepada pengguna
(principal) dan manajemen (agen), maka
informasi tentang apa yang dilakukan
masing masing pihak berusaha memperbesar
auditor dan kesimpulan yang diperoleh
keuntungan mereka pribadi. Untuk menghindari
oleh auditor.
konflik keagenan maka diperlukan orang ketiga
Opini audit diberikan
yang independen sebagai penengah pada
oleh
auditor
melalui tahap tahap
hubungan principal dengan agen. Auditor adalah
FORUM AKADEMIKA
audit, sehingga auditor memberikan
opini audit dan kesimpulan atas
laporan keuangan suatu perusahaan
yang diauditnya. Arens ( 1996)
mengemukakan bahwa laporan audit
adalah langkah terakhir dari seluruh
proses audit. Opini audit yang diberikan
auditor tersebut penting untuk menjadi
bahan pertimbangan, kesalahan dalam
memberikan opini akan sangat fatal
akibatnya. Pelaksanaan audit internal
dan audit eksternal dilakukan sesuai
dengan standar audit yang berlaku, dan
selanjutnya tindak lanjut temuan audit
menjadi bahan evaluasi manajemen
perusahaan.
Tipe laporan audit yang
diterbitkan oleh auditor menurut
Standar Profesional Akuntan Publik
(PSA 29 SA Seksi 508) antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
3. Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini menganalisis
tentang karakteristik perusahaan yang
berpengaruh terhadap opini audit.
Fokus penelitian ini adalah pada
karakteristik perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
54
(BEI). Proksi karakteristik perusahaan
dalam penelitian ini antara lain :
a. Dewan Komisaris
Penelitian yang dilakukan oleh
Sari et al., (2012) menggunakan proksi
pengelola perusahaan dengan variabel
perbedaan fungsional yang diproksikan
dengan jumlah SKPD. Namun karena objek
pada penelitian ini adalah sektor privat, maka
variabel pada penelitian ini dikembangkan
menjadi Dewan Komisaris. Proksi dewan
komisaris sebagai karakteristik perusahaan
mengacu pada penelitian Wardhani (2006).
Dewan Komisaris merupakan
suatu mekanisme untuk mengawasi
dan memberikan petunjuk dan arahan
kepada pengelola perusahaan atau pihak
manajemen. Dalam hal ini manajemen
bertanggung jawab untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing perusahaan,
sedangkan komisaris bertanggung jawab
mengawasi manajemen (FCGI, 2002)
Semakin banyak anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan maka
monitoring akan berjalan dengan baik
(Waryanto, 2010). Sembiring (2005)
menyatakan bahwa semakin besar jumlah
anggota dewan komisaris, maka semakin
mudah untuk mengendalikan CEO dan
pengawasan yang dilakukan akan semakin
efektif. Berdasarkan logika berfikir diatas
maka dapat disimpulkan bahwa dewan
komisaris bertugas memonitoring dan
mengontrol penyajian laporan keuangan,
semakin bagus kontrol yang dilakukan
semakin bagus pula laporan yang disajikan.
Demikian juga apabila kontrol yang
dilakukan dewan komisaris kurang maka
penyajian laporan keuangan akan tidak
55
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
relevan, hal tersebut pada akhirnya akan
Dewan direksi sebagai pelaku
berpengaruh terhadap opini audit. Jika
dan pelaksana keputusan perusahaan harus
laporan keuangan yang dibuat perusahaan
berusaha untuk memberikan yang terbaik
relevan dan sesuai dengan PABU maka
untuk perusahaan baik dalam penyajian
kemungkinan perusahaan akan memperoleh
laporan dan semua usaha yang berhubungan
opini wajar tanpa pengecualian. Dari
dengan perusahaan. Semakin baik sistem
uraian tersebut maka hipotesis yang dapat
pembukuan dan administrasi perusahaan
dirumuskan adalah :
akan mengurangi risiko salah saji material.
Semakin baik tata kelola perusahaan juga
H 1 : Komposisi Dewan Komisaris
akan berpengaruh terhadap kuatnya sistem
berpengaruh positif terhadap
pengendalian internal perusahaan sehingga
opini audit
dapat menekan terjadinya kecurangan dan
penyimpangan. Hal tersebut tentunya akan
b. Dewan Direksi
mempengaruhi opini audit atas perusahaan.
Semakin rendah tingkat salah saji yang
Variabel dewan direksi pada
material serta semakin kuatnya sistem
penelitian ini mengembangkan variabel
pengendalian internal suatu perusahaan
perbedaan fungsional penelitian Sari et al.,
maka akan berpengaruh terhadap semakin
(2012) dengan mengacu pada penelitian
tingginya opini audit yang diterima.
Wardhani (2006). Dewan direksi umumnya
Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang
bertugas mengarahkan dan mengawasi
dirumuskan adalah :
suatu entitas. Kumar dan Sifaramakrisnan
(2002) memandang dewan direksi sebagai
respon perusahaan terhadap agency conflik
antara pemilik dan manajer. Menurut
Siregar (2006) kewajiban dewan direksi
adalah mengusahakan dan menjamin
terlaksanakannya usaha dan kegiatan
perusahaan, menyiapkan rencana jangka
panjang perusahaan, mengadakan dan
memelihara pembukuan dan administrasi
perusahaan sesuai dengan standar yang
berlaku. Jensen (1993) dalam Utari (2001)
mengkonfirmasi bukti empiris bahwa
jumlah dewan direksi yang relatif kecil
dapat meningkatkan kinerja mereka dalam
memonitor manajer. Jumlah direksi yang
terlalu besar (Jensen (1993) menyebutkan
lebih dari 7 orang) tidak dapat berfungsi
secara optimal dan akan lebih mudah
dikontrol manajer, sedangkan dewan direksi
disibukan dengan masalah koordinasi.
FORUM AKADEMIKA
kemampuan profesional atau kualitas
tertentu, dalam pengertian audit yang
dilakukan olek akuntan publik umumnya
kualitas audit selalu ditinjau dari pihak
auditor (Sutton, 1993). Perusahaan yang
memiliki audit internal dalam melakukan
prosesnya lebih cepat karena mempunyai
sistem pengendalian intern yang baik
sehingga memudahkan tugas auditor dalam
proses audit.
Berdasarkan pedoman Good
Coorparate Governance Indonesia tahun
2006, tugas komite audit adalah membantu
dewan komisaris untuk memastikan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, struktur pengendalian
internal dilakukan dengan baik, pelaksanaan
audit internal maupun audit eksternal
dilaksanakan sesuai standar audit yang
berlaku, selanjutnya temuan audit menjadi
evaluasi manajemen. Komite audit bertugas
untuk mengontrol kualitas laporan keuangan,
ketepatan waktuan laporan keuangan serta
mengontrol penyimpangan yang dilakukan
oleh manajemen. Dengan adanya komite
audit internal, sistem pengendalian internal
akan mempengaruhi kualitas penyajian
keuangan. Sistem pengendalian intern
juga mempengaruhi tingkat materialitas
perusahan, semakin tinggi tingkat material
semakin rendah kualitas laporan keuangan
dan apabila tingkat materialitas perusahaan
rendah kualitas laporan keuangan bagus,
dengan demikian auditor akan memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian. Dari
uraian tersebut maka hipotesis yang
dirumuskan adalah :
H3 : Komite audit internal berpengaruh
positif terhadap opini audit
56
d. Umur Perusahaan
Umur perusahaan
menggambarkan kemampuan
perusahaan bersaing dan memanfaatkan
peluang bisnis untuk tetap
berkecimpung dalam perekonomian.
Widiastuti (2002) menyatakan bahwa
umur perusahaan dapat menunjukan
bahwa perusahaan tetap eksis dan
mampu bersaing. Perusahaan yang
berumur lebih tua cenderung memiliki
pengalaman lebih banyak dan
mengetahui kebutuhan konstituennya
atas informasi perusahaan. Dengan
demikian, umur perusahaan dapat
dikaitkan dengan kinerja keuangan
suatu perusahaan. Semakin banyak
umur perusahaan maka penyajian atas
laporan keuangan juga akan lebih bagus
dibanding dengan umur perusahaan
yang masih muda. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Ariestyowati et al.,
(2010) menyatakan umur perusahaan
berpengaruh posotif terhadap laporan
keuangan perusahaan. Jika laporan
keuangan yang disajikan berkualitas
hal ini juga akan mempengaruhi opini
audit terhadap suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis yang dirumuskan adalah :
H4 : Umur perusahaan berpengaruh
positif terhadap opini audit
e. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan
gambaran besar kecilnya perusahaan
yang ditentukan berdasarkan ukuran
nominal misalnya jumlah kekayaan atau
total asset yang dimiliki perusahaan
(Rahayu, 2011) dalam (Widosari, 2012).
57
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
Organisasi besar memiliki lebih banyak
saham (Ismanu, 2008). Perusahaan yang
pengalaman dan mempunyai sumber daya
baik semestinya memiliki modal lebih
untuk menyampaikan informasi yang
besar daripada hutang. Dalam penelitian
lebih banyak kepada stakeholders untuk
Sari et al (2012) menyatakan bahwa
meningkatkan transparasi perusahaan
apabila rasio leverage suatu pemerintah
sehingga menurunkan konflik agency,
daerah berada pada level yang tinggi,
menarik investor, dan meningkatkan
maka pemerintah daerah cenderung akan
reputasi Barako et al., (2006)
memberikan informasi yang komprehensif
dalam laporan keuangannya, dengan tujuan
Perusahaan besar cenderung
untuk memberikan proteksi terhadap
lebih banyak mendapatkan sorotan publik
kreditur agar kreditur merasa aman untuk
dibanding perusahaan kecil. Pada penelitian
menanamkan pinjaman modal serta
yang dilakukan oleh Ariestyowati et al.,
memastikan bahwa pemerintah daerah
(2010) menyatakan ukuran perusahaan
sanggup untuk membayarkan kewajibannya
berpengaruh positif terhadap laporan
terhadap kreditur.
tahunan perusahaan. Jika sebuah institusi
Teori keagenan memprediksi
mempunyai kemampuan finansial yang
bahwa perusahaan dengan rasio leverage
baik, maka institusi tersebut mampu
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih
mengeluarkan biaya untuk melakukan
banyak informasi, karena biaya keagenan
pengelolaan keuangaan sehingga dapat
perusahaan dengan struktur modal yang
memberikan pengungkapan yang memadai
seperti itu lebih tinggi (Ariestyowati et al.,
dalam laporan keuangan (Sari et al., 2012).
2010). Perusahaan dengan rasio leverage
Apabila perusahaan dapat menyusun
yang tinggi memiliki kewajiban untuk
dan memberikan laporan keuangan yang
menyediakan kebutuhan informasi kreditur
sesuai dengan PABU, besar kemungkinan
jangka panjang sehingga perusahaan
perusahaan tersebut untuk mendapatkan
akan menyediakan informasi secara lebih
opini wajar tanpa pengecualian. Dari
komprehensif (Almalia dan Ikka, 2007).
uraian diatas maka hipotesis yang dapat
Ketika perusahaan berkepentingan untuk
dirumuskan adalah :
memberikan informasi yang memadai
H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh
dalam laporan keuangan yang dibutuhkan
positif terhadap opini audit
oleh kreditur, maka perusahaan akan
cenderung menyajikan laporan keuangan
f. Leverage Perusahaan
yang relevan terhadap kepentingan kreditur.
Ariestyowati et al., (2010)
Semakin relevan dan handal laporan
mengkonfirmasi bukti empiris bahwa
keuangan yang dihasilkan akan menurunkan
leverage perusahaan signifikan
tingkat salah saji material sehingga akan
terhadap laporan keuangan suatu
berpengaruh terhadap pemberian opini
perusahaan. Leverage dapat diartikan
audit yang dilakukan oleh seorang auditor.
sebagai kemampuan perusahaan dalam
Maka hipotesis yang dapat dirumuskan :
mendayagunakan aktiva dan dana yang
H6 : Leverage berpengaruh positif
mempunyai beban tetap dengan tujuan
terhadap opini audit
untuk meningkatkan pendapatan pemegang
FORUM AKADEMIKA
C. METODE PENELITIAN
1. Pengumpulan Data dan Pemilihan
Sampel
Populasi penelitian ini meliputi
perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Jenisjenis
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain
bergerak dalam sektor industri dasar dan
kimia, sektor aneka industri, sektor industri
barang konsumsi. Sampel penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009
2011. Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
58
e.
2. Sumber Data
Data yang digunakan adalah
data sekunder yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung (Lazuardi, 2012).
Dalam penelitian ini data yang digunakan
diperoleh dari www.idx.co.id berupa
annual report perusahaan manufaktur.
3. Definisi Operasional dan Pengukuran
a. Variabel Dependen dalam Penelitian
ini adalah Opini Audit
Opini audit pada laporan keuangan
perusahaan manufaktur adalah pendapat
yang diberikan auditor setelah auditor
memperoleh hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan. opini audit ini
merupakan skala ordinal, semakin tinggi
ranking semakin baik kualitas laporan
keuangan. Pengukuran variabel opini
mengacu pada penelitian Sari et al.,(2012).
Tabel 1
Pengukuran Opini Audit
Opini Audit
Ranking
Tidak Wajar
1)
2)
3)
4)
59
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
perusahaan yang tampak (Sujoko
Dewan Komisaris
dan Soebiantoro, 2007). Mengacu
Dewan Komisaris merupakan suatu
pada penelitian Arietyowati et al.,
mekanisme untuk mengawasi dan
(2010) penentuan ukuran perusahaan
memberikan petunjuk dan arahan
didasarkan kepada total aset perusahaan
kepada pengelola perusahaan atau
karena nilainya lebih stabil. Total asset
pihak manajemen. Dewan Komisaris
perusahaan dinyatakan dalam rupiah.
diukur dalam komposisi jumlah dewan
6) Leverage Perusahaan
komisaris yang ada dalam perusahaan.
Pengukuran tersebut mengacu pada
Leverage dapat diartikan sebagai
penelitian Wardhani (2006).
kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan aktiva dan dana
Dewan Direksi
yang mempunyai beban tetap dengan
Dewan direksi umumnya bertugas
tujuan untuk meningkatkan pendapatan
mengarahkan dan mengawasi suatu
pemegang saham (Ismanu, 2008).
entitas. Mengacu pada penelitian
Sehingga leverage perusahaaan dapat
Wardhani (2006), dewan direksi
dihitung dengan proporsi total hutang
dihitung berdasarkan komposisi jumlah
(Ariestyowati et al., 2010)
dewan direksi yang ada diperusahaan.
Pengujian pengaruh variabel
Komite Audit Internal
karakteristik perusahaan manufaktur
( Dewan Komisaris, Dewan Direksi,
Komite audit merupakan suatu komite
Komite Audit Internal, Umur
yang terdiri dari sejumlah anggota
Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan
dewan komisaris perusahaan yang
Leverage perusahaan) terhadap opini
telah terpilih dan terseleksi (Ramadany,
audit menggunakan analisis ordinal
2004). Komite audit internal diukur
logistic regression dengan alat uji
dari komposisi komite audit tersebut
SPSS. Penelitian tentang kualitas
dalam suatu perusahaan.
audit yang menggunakan pengukuran
regresi ordinal logistik juga dilakukan
Umur Perusahaan
oleh Nuraini dan Dwi (2012) yang
Umur perusahaan adalah lama
menguji pengaruh karakteristik
perusahaan berdiri. Mengacu pada
pemerintah daerah terhadap kualitas
penelitian Ariestyowati et al., (2010)
audit. Persamaan ordinal logistic
umur perusahaan dihitung dari tahun
regresion dalam penelitian ini adalah
perusahaan berdiri sampai dengan
seperti berikut :
tahun penelitian dilakukan.
5) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
mencerminkan besar kecilnya
60
FORUM AKADEMIKA
Keterangan :
D. HASIL PENELITIAN
DR
AUI
: Audit Internal
Jumlah
408
190
218
Tabel 3
Descriptive Statistics (n=218)
Keterangan
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
OPINI
3,00
5,00
4,9450
0,28268
DK
1,00
12,00
4,5000
1,94688
DR
2,00
13,00
4,9037
2,19863
AUI
1,00
4,00
3,0046
0,33939
SIZE
87,28
1,54E8
4,1502E6
1,48784E7
AGE
8,00
93,00
35,8211
15,09540
LEV
1,02
998,36
2,3453E2
255,97491
61
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
Berdasarkan hasil pada tabel
berada pada skala 3 yang berarti berada
3 dapat dilihat nilai ratarata dari
pada skala Wajar Dengan Pengecualian
opini audit pada periode pengamatan
yaitu opini pada PT.Sumalindo Lestari
selama 3 tahun yaitu tahun 2009
Jaya meliputi tahun 2009, 2010, 2011.
2011 sebesar 4,9450. Nilai tersebut
menunjukan bahwa rata rata opini 3. H a s i l P e n g u j i a n H i p o t e s i s d a n
Pembahasan
aud it pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI berada pada
Hasil pengujian hipotesis
skala 4 (mendekati skala 5). Skala
m e n g g u n a k a n o rd i n a l l o g i s t i c
tersebut berada pada skala Wajar
regression adalah sebagai berikut .
Tanpa Pengecualian Dengan Kalimat
Penjelas. Nilai minimum opini audit a. Model Fitting Information
Tabel 4
Model Fitting Information
Model
-2 Log Likelihood
Intercept Only
86,451
Final
55,160
Chi-Square
Sig.
31,292
0,000
Df
Sig.
Pearson
123,789
428
1,000
Deviance
55,160
428
1,000
62
FORUM AKADEMIKA
c. Pseudo R-Square
Tabel 6
Pseudo R-Square
Cox and Snell
0,134
Nagelkerke
0,408
McFadden
0,362
Parameter Estimate
Tabel 7
Parameter Estimates
Threshold
Location
[OPINI = 3.00]
[OPINI = 4.00]
DK
DR
AUI
SIZE
AGE
LEV
Sig.
0,977
0,602
0,000
0,001
0,371
0,391
0,031
0,019
95% Confidence
Interval
Lower
Upper
Bound
Bound
-5,738
5,911
-4,249
7,325
-3,376
-1,006
0,695
2,862
-0,893
2,395
-5,364E-8 1,371E-7
0,013
0,267
0,001
0,014
2.)
3.)
63
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
kinerjanya, demikian juga dalam
audit eksternal. Karena opini yang
penyusunan laporan keuangan.
diberikan pada suatu perusahaan
Laporan keuangan yang baik akan
berdasarkan kualitas laporan keuangan
berpengaruh pemberian opini Wajar
bukan berdasarkan jumlah komite
tanpa pengecualian oleh auditor.
audit yang ada dalam suatu perusahaan.
Komite audit internal berguna untuk
Analisis Uji Hipotesis Kedua
membantu dewan komisaris untuk
Hasil output SPSS menunjukan
memastikan bahwa laporan keuangan
nilai signifikan 0.01 pada dewan
disajikan secara wajar sesuai dengan
dereksi. Hasil ini mengidentifikasi
prinsip akuntansi yang berlaku
bahwa dewan direksi berpengaruh
umum, struktur pengendalian internal
terhadap opini audit, maka dapat
dilakukan dengan baik.
disimpulkan H2 diterima. Berdasarkan
output SPSS tersebut dapan ditarik 4.)
Analisis Uji Hipotesis Keempat
kesimpulan bahwa kewajiban dewan
Pada output SPSS pada
direksi adalah mengusahakan dan
ukuran perusahaan menunjukan bahwa
menjamin terlaksanakannya usaha
hasil tidak signifikan yaitu sebesar
dan kegiatan perusahaan, menyiapkan
0.391. Oleh karena tingkat siqnifikan
rencana jangka panjang perusahaan,
< 0.05, maka H4 ditolak. Berdasarkan
mengadakan dan memelihara
output SPSS tersebut dapat ditarik
pembukuan dan administrasi
kesimpulan bahwa perusahaan yang
perusahaan sesuai dengan standar yang
mempunyai ukuran yang tinggi belum
berlaku. Dewan direksi sebagai pelaku
tentu mendapatkan opini audit yang
dan pelaksana keputusan perusahaan
baik juga. Hal ini mungkin dikarenakan
harus berusaha untuk memberikan yang
perusahaan tidak memanfaatkan secara
terbaik untuk perusahaan baik dalam
maksimal sumber daya yang telah
penyajian laporan dan semua usaha
dimiliki untuk melakukan standart
yang berhubungan dengan perusahaan,
pelaporan laporan keuangan yang
hal ini akan mempengaruhi opini audit
telah ditetapkan. Hasil pengolahan data
atas perusahaan.
berbeda dengan hasil yang ditunjukan
oleh Sari et al., (2011), pada penelitian
Analisis Uji Hipotesis Ketiga
tersebut hasil tidak signifikan yaitu
Pada output SPSS pada
0.380.
komite audit internal menunjukan
bahwa hasil tidak signifikan yaitu 5.)
Analisis Uji Hipotesis Kelima
sebesar 0.371. Oleh karena tingkat
Hasil output SPSS
siqnifikan < 0.05, maka H3 ditolak.
menunjukan nilai signifikan 0.031
Berdasarkan output SPSS tersebut
pada Umur perusahaan. Hasil
dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah
ini mengidentifikasi bahwa umur
komite audit internal yang ada dalam
perusahaan berpengaruh terhadap
suatu perusahaan tidak berpengaruh
opini audit, maka dapat disimpulkan
terhadap opini yang dilakukan oleh
H5 diterima. Berdasarkan output SPSS
FORUM AKADEMIKA
tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa perusahaan yang memiliki umur
lebih banyak memiliki lebih banyak
pengalaman dan mempunyai sumber
daya untuk menyampaikan informasi
yang lebih banyak kepada stakeholders
untuk meningkatkan transparasi
perusahaan. Apabila informasi yang
disampaikan dapat dipercaya tentu saja
perusahaan tersebut akan mendapatkan
opini yang baik dari auditor. Hasil
pengolahan data yang signifikan
berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari et al., (2011),
variabel umur perusahaan pada
penelitian tersebut menunjukan hasil
yang tidak signifikan yaitu 0.156.
6.)
64
penelitian yang dilakukan oleh Sari
et al., (2011), variabel laverage pada
penelitian tersebut menunjukan hasil
yang signifikan yaitu 0.002.
E.
65
Ika Pratiwi Wahyu Diana; Siti Suharni; Syarifah Ratih Kartika Sari
Saran saran yang dapat disampaikan
Refleksi Hasil Penelitian Empiris.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4
peneliti untuk penelitian berikutnya adalah :
No.2, Nopember 2002.
1. Penelitian yang akan datang hendaknya
memperpanjang periode penelitian supaya
Fuad, Muhhamad (2006), Uji Empiris Faktor
hasilnya dapat digerelisasikan.
Faktor yang Mempengaruhi
2. Memasukkan faktorfaktor eksternal
Diclosure Perusahaan Manufaktur
perusahaan seperti kompetitor, serta
di BEJ. Akuntabilitas, Sekolah
mengembangkan pengukuran yang baru
Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Jakarta.
sebagai proksi karakteristik perusahaan
sektor privat.
Ghozali (2009), Analisis Multivariate Lanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, Amir (1995), Auditing. Buku 1, Edisi
Indonesia, Salemba Empat: Jakarta.
Agoes, Sukrisno (2004), Pemeriksaan
Akuntansi.Jilid 1,Edisi ke Tiga,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia: Jakarta
Almalia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari
(2007), Analisis Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Dalam
Laporan Tahunan Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ.
Seminar Nasional, FE Universitas
Trisakti, Jakarta.
Ariestyowati, Eny dan Ihyaul (2010), Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap
Praktik Pengungkapan Intellectual
Capital Dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Publik di Indonesia.
Simposium Akuntansi 1 APSA,
Yogjakarta.
Bawono, Icuk dan Elisa (2012), Faktor
Faktor Dalam Diri Auditor
dan Kualitas Audit. Simposium
Akuntansi 13, Purwokerto.
Chirstiawan, Yulius Jogi (2005), Kompetensi
Dan Indepedensi Akuntan Publik :
FORUM AKADEMIKA
Ramadany, Alexander (2004), Analisis Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Opini
Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur yang Mengalami
Financial Distres di Bursa Efek
Jakarta, Tesis Megister. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.
Sari, Syarifah Ratih Kartika, Fatchur, dan Yogi
(2012), Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah Tingkat I
Terhadap Opini Audit. Simposium
Akuntansi Nasional, Yogyakarta.
Sembiring. 2005. Karakteristik Perusahaan
dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial : Study Empiris pada
Perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi 8.
Setiawan, Santy (2006), Opini Going
Concern dan Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Vol V No 1.
Siagian, Gidie dan Imam (2012), Pengaruh
Struktur dan Aktivitas Good
Coorparate Governance Terhadap
Luas Pengungkapan Informasi
Strategis Secara Sukarela Pada
Website Perusahaan yang Terdaftar
Dalam Bursa Efek Indonesia.
Diponegoro Jurnal of Accounting.
Vol.3 No.2.
Simanjuntak, Binsar dan Lusy (2004). Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kelengkapan
pengungkapan Laporan Keuangan
pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia
Sujoko dan Ugi (2006), Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham, Leverage,
66
Faktor Intern, dan Faktor Ekstern
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan
Vol.9, No.1
Tristanti, Leony Lovancy (2012),Analisis
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Kelengkapan
Sukarela. Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Utari, Agnes (2009),Analisis Faktor Faktor
yang Berpengaruh Terhadap
Earning Management Pada
Perusahaan Publik di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 3
No.2
Wardhani, Ratna (2006), Mekanisme Corporate
Governance Dalam Perusahaan
Yang Mengalami Permasalahan
Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang.
Widosari, Shinta Altia (2012), Analisis
Faktor Faktor yang Berpengaruh
Te r h a d a p A u d i t D e l a y P a d a
Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia 2008-2010, Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang.
Wulandari, Ndaruningpuri (2006),Pengaruh
Indikator Coorparate Governance
Te r h a d a p K i n e r j a P u b l i k d i
Indonesia , Fokus Ekonomi. Vol. 1
No. 2.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
PENA Semarang.
Zawitri, Sari (2001), Analisis Faktor
Faktor Penentu Kualitas Audit
yang Dirasakan dan Kepuasan
Auditee di Pemerintahan Daerah.
Tesis Megister, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Semarang.
Edi Purwanto
STIE WIJAYA MULYA SURAKARTA
ABSTRAK
Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, usaha kecil dapat membuktikan bahwa sektor
ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan usaha kecil mampu
bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut
dibuktikan dengan semalin bertambahnya jumlah usaha kecil setiap tahunnya.
Keberadaan usaha kecil di tanah air kita hampir mewakili seluruh unit usaha diberbagai
sektor ckonomi yang hidup dalam perekonomian kita. Usaha kecil menempati posisi yang strategis
karena menyumbang lebih dari 88% penyeraan tenaga kerja.
Usaha kecil yang ada mewakili peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan
jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Posisi yang sangat penting untuk
menjamin stabilitas makro, terutama stabilitas sosial yang akhir akhir ini menjadi sangat kritis
sebagai penentu kelangsungan pertumbuhan ekonomi kita. Menyadari kedudukan usaha kecil
dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, maka pemerintah berusaha menaruh perhatian
kepada usaha kecil ini, dengan program pembinaan melalui BUMN.
Sampai saat ini, masih banyak kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dalam
perkembangannya. Kendala ini begitu kompleknya, baik kendala dalam diri usaha kecil sendiri
maupun kendala eksternal yang berada diluar kemampuan dan jangkauan usaha kecil. Oleh
karena itu masalah usaha kecil perlu mendapat perhatian dan pemikiran lebih serius agar dapat
berperan di masa mendatang.
Kata kunci : Usaha kecil, peran usaha kecil, pertumbuhan ekonomi/perekonomian.
Pendahuluan
Tanpa disadari sejak berpuluh bahkan
beratus tahun, usaha kecil di persada Nusantara.
Ini telah menjadi tulang punggung kekuatan
ekonomi nasional. Mereka berada di seluruh
pelosok bumi tercinta bergerak dalam berbagai
bidang kehidupan ekonomi bersama pelaku
ekonomi lainnya. Namun demikian andil mereka
dalam memberikan peningkatan pendapatan
nasional sering terabaikan.
Harus diakui bahwa dalam waktu
yang relatif singkat sejak dicanangkannya
pembinaan usaha kecil sampai saat ini umumnya
masih banyak kendala bagi usaha kecil
dalam perkembangannya. Kendala ini begitu
kompleksnya baik kendala dalam diri usaha
kecil sendiri maupun kendala eksternal yang
berada diluar kemampuan dan jangkauan usaha
kecil. Oleh karena itu masalah usaha kecil perlu
mendapat perhatian dan pemikiran lebih serius
agar dapat berperan di masa mendatang.
68
FORUM AKADEMIKA
Di era Asia Free Trade Area atau AFTA,
maka persaingan semakin tajam, perusahaan
besar atau kecil dari luar negeri secara legal
formal diperbolehkan beroperasi didalam negeri
seperti layaknya perusahaan domestik.
Pada era globalisasi ini maka
perekonomian dunia terintegrasi secara global
dengan semakin kuatnya tuntutan terhadap
penerapan prinsip perdagangan bebas. Dampak
lebih jauh yaitu semakin kaburnya batas-batas
negara dalam perdagangan dan ekonomi.
Dampak yang harus segera diantisipasi yaitu
kemampuan daya saing produk hasil industri
dalam negeri di pasaran internasional, dimana
pasar internasional lebih luas dan terbuka di
banding dengan pasar dalam negeri.
Sejalan dengan perkembangan
sektor industri, perlu disadari bahwa
dalam pembangunan industri mutlak untuk
dikembangkannya usaha kecil dimana
keberhasilan industri andalan pada dasarnya
tidak terlepas dari dukungan industri kecil yang
berperan sebagai pemasok maupun sebagai
mitra usaha. Dari sisi lain pemberian perhatian
terhadap usaha kecil,adalah sebagai upaya demi
peningkatan penghasilan agar tidak terjadi
Jenis Usaha
1. Usaha rumah tangga
2. Usaha kecil
Diluar itu bukan termasuk kecil, yaitu
3. Usaha menengah
4. Usaha besar
(Sumber : BPS)
6-19 orang
b.
20 - 99 orang
100 orang ke atas
1994 usaha kecil adalah yang memiliki
omzet atau asset di bawah lima puluh
juta rupiah.
Bank Indonesia menganggap
usaha kecil adalah perusahaan atau
perorangan yang mempunyai total
Edi Purwanto
asset maximal enam ratus juta rupiah
tidak termasuk tanah dan bangunan
yang ditempati.
Disamping kriteria di atas
ada juga beberapa karakteristik yang
menyebutkan suatu usaha itu termasuk
kecil, karakteristik itu antara lain :
a. Umumnya bersifat usaha keluarga
1. Posisi kunci dipegang oleh pemilik
2. K e u a n g a n k e l u a r g a d a n
perusahaan cenderung berbaur
3. Tidak menuntut mekanisme
pertanggungjawaban yang ketat
4. Motivasi tinggi
5. Tidak terdapat spesialisasi dalam
manajemen.
b. Menggunakan teknologi sederhana
dalam proses produksinya
c. Hasil produksi dipasarkan di pasar
luar/dalam negeri
d. Lemah dalam manajemen, permodalan,
pemasaran dan administrasi
e. Mudah berganti usaha
f. Umumnya tidak memiliki jaminan
yang cukup
g. Standart industri Indonesia/Lokal.
h. Kebanyakan adalah pribumi asli.
Bidang usaha mereka
beragam mulai dari pertanian,
perikanan, pengrajin tradisional,
pangan, industri ringan, perdagangan,
69
dan sektor informal. Lokasi
keberadaan cenderung mendekati
lokasi pemukiman penduduk. Di
beberapa lokasi mereka sudah mampu
membentuk sentra-sentra industri
kecil dan kelompok usaha produktif.
Meskipun skala usahanya
kecil namun jaminan mereka amat
banyak, sehingga ada ungkapan bahwa
small business is big bisnis, mereka
menyerap banyak sekali tenaga kerja
manusia.
Menurut keputusan Presiden
RI No 99 tahun 1998 pengertian
usaha kecil adalah Kegiatan ekonomi
rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan
perlu dilindungi untuk mencegah dari
persaingan usaha yang tidak sehat.
Usaha kecil didefinisikan sebagaia
kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan bertujuan untuk
memproduksi barang atau jasa untuk
diperniagakan secara komercial dan
mempunyai omzet penjualan sebesar
1 (satu) miliar rupiah atau kurang.
Kriteria usaha kecil menurut UU No
9 Tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000 (Dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp 1.000.000.000
(Satu miliyar rupiah)
FORUM AKADEMIKA
3. Milik Warga Negara Indonesia.
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi baik
langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau
usaha kecil.
Peran Usaha Kecil Dalam Perekonomian
Pada pasca krisis tahun 1997 di
Indonesia, usaha kecil dapat membuktikan
bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi
perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan
usaha kecil mampu bertahan dibandingkan
dengan usaha besar yang cenderung mengalami
keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan
semalin bertambahnya jumlah usaha kecil setiap
tahunnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha
kecil memegang peranan penting dalam
memajukan perekonomian suatu negara.
Demikian halnya dengan Indonesia, sejak
diterpa badai krisis finansial pada tahun 1996
silam, masih banyak usaha kecil hingga saat
ini masih mampu bertahan. Meskipun mereka
sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan,
namun dengan semangat dan jiwa yang kuat
maka mereka secara perlahan-lahan mampu
bangkit dari keterpurukan.
Keberadaan usaha kecil di tanah air
kita hampir mewakili seluruh unit usaha di
berbagai sektor ekonomi yang hidup dalam
perekonomian kita, karena jumlahnya yang
amat besar, sampai saat ini usaha kecil mewakili
sekitar 99,85% dari jumlah unit usaha yang ada,
usaha menengah 0,14% dan usaha besar hanya
0,01%. Dengan demikian corak perekonomian
kita ditinjau dari subyek hukum pelaku usaha
70
adalah ekonomi rakyat yang terdiri dari usaha
kecil di berbagai sektor, terutama sektor
pertanian dan perdagangan ,maupun jasa serta
industri pengelolaan.
Dari aspek pnyerapan tenaga kerja,
pembangunan ekonomi hendaknya diarahkan
pada sektor yang memberikan kontribusi
tehadap out put perekonomian yang tinggi dan
penyerapan tenaaga kerja dalam jumlah yang
besar. Adapun sektor yang dimaksud adalah
sektor industri pengolahan, dengan tingkat
pertambahan out put brutto sebesar 360,19%
dan tingkat penyerapan tenaga kerja sebesar
23,21% lebih besar dari pada sektor pertanian,
pertambangan dan jasa. Kontribusi terhadap
pertambahan out put bruto dan penyepan tenaga
yang lebih besar daripada usaha besar.
Peranan usaha kecil dalam pemerataan
pendapatan, tak kalah pentingnya dengan
upaya mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan
perluasan kesempatan kerja yang tinggi adalah
peranan dalam upaya mewujudkan pemerataan
pendapatan. Dalam rangka meningkatkan peran
usaha kecil di indonesia berbagai kebijakan
dari aspek makro ekonomi perlu diterapkan,
dengan memberikan stimulus ekonomi yang
lebih besar kepada industri ini akan memberikan
dampak yang lebih besar dan luas terhadap
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja,
dan distribusi pendapatan yang lebih merata
di Indonesia. Stimulus yang dimaksud dapat
berupa memeberikan dana kepada usaha kecil
melalui investasi pemerintah. Perlu komitmen
yang kuat dalam bentuk peraturan pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah untuk mengalokasikan sebagian besar
dana APBD maupun APBN untuk diinvestasikan
dalam usaha usaha produktif usaha kecil.
Menginvestasikan dananya pada usaha kecil
perlu diberikan berbagaai kemudahan, dalam
bentuk penyediaan infrastruktur, kemudahan
Edi Purwanto
sistem administrasi birokrasi, dan kemudahan
pajak.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah
dengan memberikan pinjaman modal berupa
kredit berbunga rendah. untuk pelaksanaannya
melibatkan pihak perbankan , khususnya
perbankan milik pemerintah , Upaya ini
dilakukan untuk meningkatkan aksesbilitas para
pelaku usaha kecil terhadap modal yang selama
ini relative terbatas. Diperluka pula ketegasan
dari pemerintah dalam bentuk peraturan
perundangan ataupaun peraturan pemerintah
(PP) untuk mendorong pihak perbankan
melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh
dan penuh tanggung jawab.
Usaha kecil memiliki posisi yang
sangat strategis karena menyumbang lebih dari
88% penyerapan tenaga kerja, posisi sangat
penting untuk menjamin stabilitas makro
terutama stabilitas sosial yang akhir-akhir ini
sangat kritis sebagai penentu kelangsungan
pertumbuhan kita dan investasi baru untuk
melangsungkan pertumbuhan.
Ada tiga alasan utama kenapa suatu
negara harus mendorong usaha kecil yang ada
untuk terus berkembang :
1. Usaha kecil pada umumnya cenderung
kinerja yang lebih baik dalam hal
menghasilkan tenaga kerja yang
produktif.
2. Usaha kecil seringkali mencapai
peningkatan produktivitasnya melalui
investsi dan perubahan teknologi. Hal
ini merupakan bagian dari dinamika
usahanya yang terus menyesuaikan
perkembangan zaman.
3. Usaha kecil ternyata memiliki
keunggulan dalam hal fleksibilitas
dibandingkan dengan perusahaan
besar.
71
Di Indonesia, usaha kecil yang ada
memiliki peran penting dalam menyerap tenaga
kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan
mendukung pendapatan rumah tangga sehingga
pertumbuhyan ekonomi bisa berjalan. Usaha
kecil mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional,oleh karena
selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
dan penyerapan tenaga kerja juga berperan
dalam pendistribusian hasil- hasil pembangunan.
Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita
beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha
berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan
berhenti aktivitasnya, sektor usaha kecil terbukti
lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Pengembangan usaha kecil perlu mendapat
perhatian yang besar baik dari pemerintah
maupun masyarakat agar dapat berkembang
lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi
lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu
diupayakan lebih kondusif bagi tunbuh dan
berkenbangnya usaha kecil. Pemerintah perlu
meningkatkan perannya dalam memberdayakan
usaha kecil. disamping mengembangkan
kemitraan usaha yang saling menguntungkan
antara pengusaha besar dengan pengusaha
kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya.
72
FORUM AKADEMIKA
A. Faktor Internal.
1. Kurangnya Permodalan dan
Terbatasnya Akses Pembiayaan
Permodalan merupakan faktor
utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit
usaha., pada umumnya usaha kecil
merupakan usaha perorangan atau
perusahaan yang sifatnya tertutup,
yang mengandalkan modal dari si
pemilik yang jumlahnya sangat
terbatas, sedangan modal pinjaman
dari bank atau lembaga keuangan
lainnya sulit diperoleh karena
persyaratan secara administratif
dan teknis yang diminta oleh bank
tidak dapat dipenuhi. Persyaratan
yang menjadi hambatan terbesar
bagi Usaha Kecil adalah adanya
ketentuan mengenai agunan
karena tidak semua Usaha Kecil
memiliki harta yang memadai dan
cukup untuk dijadikan agunan.
Terkait dengan hal ini, Usaha
Kecil juga menjumpai kesulitan
dalam hal akses terhadap sumber
pembiayaan. Selama ini yang
cukup familiar dengan mereka
adalah mekanisme pembiayaan
yang disediakan oleh bank
dimana disyaratkan adanya
agunan.,perlakuan, hak atas tanah,
infrastruktur, dan iklim usaha.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM)
Sebagian besar usaha kecil
73
Edi Purwanto
Usaha Kecil tersebut terhadap
generasi selanjutnya. Banyak
informasi dan jaringan yang
disembunyikan dan tidak
diberitahukan kepada pihak
yang selanjutnya menjalankan
usaha tersebut sehingga hal
ini menimbulkan kesulitan
bagi generasi penerus dalam
mengembangkan usahanya.
B. Faktor Eksternal.
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya
Kondusif.
Upaya pemberdayaan Usaha Kecil
dari tahun ke tahun selalu dimonitor
dan dievaluasi perkembangannya
dalam hal kontribusinya terhadap
penciptaan Produk Domestik
Brutto (PDB), penyerapan tenaga
kerja, ekspor dan perkembangan
pelaku usahanya serta keberadaan
investasi usaha kecil melalui
pembentukan modal tetap brutto.
Kebijaksanaan Pemerintah untuk
menumbuhkembangkan Usaha
Kecil, meskipun dari tahun ke
tahun terus disempuranakan,
namun dirasakakn belum
sepenuhnya kondusif. Hal ini
terlhat antara lain masih terjadinya
persaingan yang kurang sehat
antara pengusaha-pengusaha kecil
dan menengah dengan pengusahapengusaha besar.
Kendala lain yang dihadapi oleh
Usaha kecil adalah mendapatkan
74
FORUM AKADEMIKA
secara periodik, misalnya setiap
minggu atau setiap bulan.
4. Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undangundang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah
yang kemudian diubah dengan UU
No. 32 Tahun 2004, kewenangan
daerah mempunyai otonomi
untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan
sistem ini akan mempunyai
implikasi terhadap pelaku bisnis
kecil dan menengah berupa
pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada Usaha kecil. Jika
kondisi ini tidak segera dibenahi
maka akan menurunkan daya
saing usaha kecil. Disamping
itu, semangat kedaerahan yang
berlebihan, kadang menciptakan
kondisi yang kurang menarik
bagi pengusaha luar daerah untuk
mengembangkan usahanya di
daerah tersebut.
5. Implikasi Perdagangan Bebas
Sebagaimana diketahui bahwa
AFTA yang mulai berlaku Tahun
2003 dan APEC Tahun 2020
berimplikasi luas terhadap usaha
kecil untuk bersaing dalam
perdagangan bebas. Dalam hal
ini, mau tidak mau Usaha Kecil
dituntut untuk melakukan proses
produksi dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas
seperti isu kualitas (ISO 9000), isu
75
Edi Purwanto
pengaruh terhadap kompetisi
dari produk ataupun jasa dari unit
usaha Usaha kecil dengan produk
lain dalam hal kualitas. Efek dari
hal ini adalah tidak mempunyai
produk dan jasa sebagai hasil dari
Usaha Kecil untuk menembus
pasar ekspor. Namun, disisi lain,
terdapat pula produk atau jasa
yang berpotensia untuk bertarung
di pasar internasional karena tidak
memiliki jalur ataupun akses
terhadap pasar tersebut, pada
akhirnya hanya beredar di pasar
domestik.
2. K e s e m p a t a n a k s e s k e
pemerintahan dan usaha besar
e. Negoisasi
Pesaing
j.
Generasi penerus
Segi konsumen
4. Keringanan perpajakan
76
FORUM AKADEMIKA
Dalam bidang perundangan dan
peraturan perlindungan kepada usaha kecil
pun di beberapa negara yang selama ini kita
anggap sebagai negara kapitalis ternyata juga
memberikan dukungan iklim yang kondusif bagi
perkembangan usaha kecil.
Selain peran dari Pemerinatah,
dunia akademisi, lembaga swadaya masyarakat,
dan lembaga penelitian, juga telah melakukan
beberapa kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan Usaha Kecil.
Langkah yang Dapat Ditempuh
Dengan mencermati permasalahan
yang dihadapi oleh Usaha kecil dan langkahlangkah yang selama ini telah ditempuh, maka
kedepannya, perlu diupayakan hal-hal sebagai
berikut :
1. Penciptaan Iklim Usaha yang
Kondusif
Pemerintah perlu mengupayakan
terciptanya iklim yang kondusif
antara lain dengan mengusahakan
ketentraman dan keamanan
berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijinan usaha,
keringanan pajak dan sebagainya.
2. Bantuan Permodalan
Pemerintah perlu memperluas
skema kredit khusus dengan syaratsyarat yang tidak memberatkan
bagi Usaha kecil, untuk membantu
peningkatan permodalannya, baik
itu melalui sektor jasa finansial
formal, sektor jasa finansial
informal, skema penjaminan.
Pembiayaan untuk Usaha Kecil
sebaiknya menggunakan Lmebaga
Keuangan Mikro (LKM) yang
ada maupun non bank. Lembaga
77
Edi Purwanto
5. Pelatihan
Pemerintah perlu meningkatkan
pelatihan bagi Usaha kecil baik
dalam aspek kewiraswastaan,
manajemen,administrasi
dan pengetahuan serta
keterampilannya dalam
pengembangan usahanya. Selain
itu, juga perlu diberi kesempatan
untuk menerapkan hasil pelatihan
di lapangan untuk mempraktekkan
teori melalui pengembangan
kemitraan rintisan.
6. Membentuk Lembaga Khusus
Perlu dibangun suatu lembaga
yang khusus bertanggung jawab
dalam mengkoordinasikan semua
kegiatan yang berkaitan dengan
upaya penumbuhkembangan
Usaha kecil dan juga berfungsi
untuk mencari solusi dalam
rangka mengatasi permasalahan
baik internal maupun eksternal
yang dihadapi oleh Usaha Kecil.
7. Memantapkan Asosiaso
Asosiasi yang telah ada perlu
diperkuat, untuk meningkatkan
perannya antara lain dalam
pengembangan jaringan informasi
usaha yang sangat dibutuhkan
untuk pengembangan usaha bagi
anggotanya.
8. Mengembangkan Promosi
Guna lebih mempercepat proses
kemitraan antara Usaha Kecil
dengan usaha besar diperlukan
media khusus dalam upaya
mempromosikan produk-produk
yang dihasilkan. Disamping itu,
perlu juga diadakan talk show
FORUM AKADEMIKA
Adapun program pembinaan melalui
BUMN di mulai dengan permintaan Bapak
Presiden melalui Bapak Angkat maka
dimulailah pembinaan usaha kecil melalui
pemanfaatan sisa laba Badan Usaha Milik
Negara. Himbauan ini kemudian di kukuhkan
dengan keluarnya berbagai keputusan dan
peraturan.
Secara Garis Besar pembinaan oleh BUMN
adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan calon mitra binaan
a. Telah melakukan usaha dan
berpotensi untuk dikembangkan
b. Diprioritaskan yang memiliki
omset/asset dibawah Rp. 50 juta.
c. Menyediakan dana dari modal
sendiri sebesar 25 % dari
kebutuhan
2. Bentuk Bantuan
Bentuk bantuan BUMN berupa :
a. Pemberian pendidikan/pelatihan
dan pemagangan untuk peningkatan
kewirausahaan,manajemen serta
peningkatan teknis produksi.
b. Pinjaman modal kerja dan
investasi dengan bunga rendah.
c. M e m b a n t u p e m a s a r a n d a n
promosi hasil produksi
d. Menjadi penjamin bagi usaha
kecil yang memperoleh kredit
bank
e. Keikutsertaan dalam perusahaan
modal venture
3. Status Bantuan
Bantuan yang berbentuk pemberian
pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pemagangan serta pemasaran dan
promosi diberikan sebagai hibah. Porsi
hibah dari total dana adalah sebesar
78
30% dan sisanya 70 % dialokasikan
untuk bantuan pinjaman.
Sedangkan bantuan modal kerja dan
investasi merupakan pinjaman yang
digunakan untuk pengadaan bahan
baku, mesin-mesin dan peralatan serta
sarana kerja lainnya.
Jaminan perbankan diberikan sebagai
corporate guarantee dengan jumlah
maksimal Rp. 50 juta.
4. Tingkat bunga dan jangka waktu
bantuan
Tingkat bunga lunak yang diberlakukan
menurun (sliding) sesuai bidang
usahanya masing-masing yang harus
lebih rendah dari bunga perbankan.
Jangka waktu pembinaan bersifat
sementara dan paling lama adalah
5 tahun. Pembatasan jangka waktu
pembinaan ini bertujuan agara semua
pengusaha kecil dapat turut menikmati
bantuan.
5. Tata cara pengajuan permohonan dan
pemberian bantuan
Dengan dibentuknya Forum
Koordiinasi di Daerah Tk II (kabupaten
dan kotamadya) yang selain bertindak
sebagai koordinator juga bertindak
sebagai fasilitator (bank data) di
daerahnya maka semua roposal/
permohonan bantuan yang diajukan
oleh usaha kecil dan koperasi harus
melalui lembaga ini. Oleh Forum
Koordinasi calon mitra binaan
didaftar, diberi rekomendasi dan
diarahkan ke BUMN yang sudah
ditunjuk untuk membina di daerah
tersebut berdasarkan Keputusan Forum
Koordinasi TK. I (Propinsi). Pemberian
bantuan ini dilarang melalui perantara
79
Edi Purwanto
atau lembaga, jadi harus langsung
diberikan oleh BUMN kepada Mitra
Binaan.
Berdasarkan proposal dan daftar
yang diaukakn BUMN kemudian
mengadakan seleksi dan evaluasi
kelayakannya.keputusan umlah
bantuan sepenuhnya diserahkan
kepada BUMN masing-masing. Tidak
dirinci dengan jelas dalam aturannya
bagaimana cara evaluasi kelayakan ini,
hanya sebagai patokan bahwa jumlah
bantuan yang dapat diberikan adalah
sebesar 70% dari jumlah yang diminta.
Usaha kecil yang telah ditetapkan
menjadi mitra binaan kemudian
menyelesaikan proses administras
dengan BUMN yang bersangkutan
kemudian dituangkan dalam suatu
kontrak perjanjian.
6. Biaya pembinaan
Segala biaya yang timbul dalam
pembinaan ini dibebankan kepada
BUN masing-masing sebagai biaya
eksploitasi. Tidak diperkenankan
mengguanakan dana \sisa laba ini
untuk biaya penyaluran bantuan.
7. Tolok ukur keberhasilan pembinaan.
Semua pelaksanaan pembinaan harus
dilaporkan kepada Menteri Keuangan
Cq. DIRJEN Pembinaan BUMN,
Forum Koordinasi Tk I dan Pusat
serta kepada Departemen Teknis
masing-masing. Berdasarkan leporan
ini masing-masing BUMN dimonitor
dan dinilai keberhasilannya dalam
membina. Komponen penilaian ini
antara lain:
a. Jumlah kelayakan bantuan
b. Jumlah penyerapan tenaga kerja
FORUM AKADEMIKA
80
Simpulan
Usaha kecil merupakan sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usaha yang memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 200.000.000. (dua ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, Dan usaha yang berdiri sendiri.
Menurut keputusan Presiden RI No.99 tahun
1998 pengertian Usaha Kecil adalah : Kegitan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan
bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
Keberadaan usaha kecil di tanah air kita
memang mewakili hampir seluruh unit usaha
di berbagai sektor ekonomi yang hidup dalam
perekonomian kita, karena jumlah yang sangat
besar.
Usaha kecil baik berupa perorangan,
perusahaan maupun koperasi adalah salah satu
pelaku ekonomi yang harus mendapat perhatian
khusus dalam pembangunan perekonomian
nasional. Keberadaan usaha kecil tak dapat
di abaikan, berada di sekitar kita dan bahkan
tanpa terasa usaha kecil kita butuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan dan pemenuhan
kebutuhan. Tidak dapat dipungkiri bahwa
usaha kecil yang ada memegang peranan
penting dalam memajukan perekonomian
suatu negara. Di Indonesia, usaha kecil yang
ada memiliki peran penting dalam menyerap
tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha,
dan mendukung pendapatan rumah tangga.
Andil usaha kecil ternyata cukup
berarti karena telah memberikan penghidupan
kepada sekian banyak jiwa, meskipun sarat
dengan kekurangan kekurangan, usaha kecil
tetap mampu bertahan dan menyesuaikan
sekalipun dalam kondisi perubahan yang sering
terjadi.
Di era perdagangan bebas saat ini,
tantangan lebih berat karena harus bersaing
dengan pengusaha kecil dari negara lain. Peluang
Edi Purwanto
yang tersedia saat ini adalah salah satunya yaitu
pembinaan dari BUMN dalam bentuk pinjaman
lunak dan peningkatan kemampuan usaha
(hibah). Bantuan dengan dukungan perihal
diberikan oleh semua pihak baik pemerintah
maupun swasta sesuai dengan bidang,cara dan
kemampuannya masing-masing.
Pembinaan oleh BUMN berupa
bantuan dana dari sisa laba usaha BUMN
merupakan uluran tangan pemerintah untuk
mencoba mengangkat dan menjadikan usaha
kecil tangguh dan mandiri telah menjadi salah
satu tujuan pembangunan ekonomi, sehingga
pertumbuhan ekonomi berjalan. Oleh karena itu,
masalah usaha kecil perlu mendapat perhatian
dan pemikiran lebih serius agar dapat berperan
di masa datang.
81
Koperasi dan UKM Periode tahun
2001-2004, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
http://Apwardanu.wordpress.
com/2009/07/01,peran-dan-potensiusaha-kecil-dan-menengah/
Hiro Tugiman (1995), Peranan Usaha Kecil
dan Koperasi Dalam memanfaatkan
sisa laba BUMN. Bendera : Ereseo
Heri, 2012 Maret 12, Perananan UKM
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.
Kementrian Koperasi dan UKM, Draf
Rencana Strategis Pembangunan
Koperasi dan UMKM periode tahun
2005-2009,Jakarta
Kementrian Koperasi dan UKM (2004),
Laporan Kinerja Kementrian
http://Masherla.wordpress.com/2012/03/08/
peranan-usaha-kecil-dalamperekonomian-indonesia/
Suryana, (2001), Kewirausahaan. Jakarta :
Salemba Empat.
http://Umkm.bebali.com/perdagangan/beritausaha/umkm-dan-ekonomi-banggahtml
undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Usaha Kecil
http://wartawanga-gunadarma.ac.id/2000/01/
peran-usaha-kecil-dan-menengahdalam-indonesia-perekonomian/
Kasidi
STIE Wijaya Mulya surakarta
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate nfluence of the management control system to
individual performance. The data of the study consist of 29 personnel of PD. BPR BKK grogol
cabang baki, sukoharjo, Indonesian during the period of 2012. The technique sampling is random
sampling.The frame theory and data analysis are done by using regression. Hypothesis test which
is used to identify the partial regression coefficient is done by using t-statistic, and the F-statistic
which is used to identify the influence of the independent variables on the dependent variable
simultaneously on the level of significance 5 %. The result of the analysis shows that the positive
influence of the management control system to individual performance.
Keywords : management control system, individual performance
1.
PENDAHULUAN
Pada perkembangannya, saat ini
masyarakat menuntut kinerja yang lebih
dari organisasi sektor publik. Tolok ukur
kinerja sektor publik dilihat dari pelayanan
yang diberikan terhadap masyarakat. Selain
itu akuntabilitas dan transparansi juga
dipertimbangkan untuk mengukur kinerja
organisasi.
Pelaksanaan UU No. 22
Tahun 1999 juncto UU No. 32 Tahun 2004
dan UU No. 25 Tahun 1999 juncto UU
No. 33 Tahun 2004 menunjukkan usaha
pemerintah untuk memperbaiki sistem
pemerintahan lama dan mewujudkan good
government governance. Imawan (2002)
mengungkapkan secara struktural good
governance berarti adanya struktur yang
slim dan lean (menghindari kompleksitas
83
Kasidi
mengoptimalkan potensi diri pegawai.
Manajemen kinerja merupakan suatu siklus
yang harus dibangun secara berkelanjutan
dan diharapkan dapat meningkatkan
kinerja baik pegawai maupun organisasi
secara keseluruhan. Manajemen berbasis
kinerja juga diharapkan dapat merubah
perilaku pegawai dalam berkinerja ke arah
positif (LAN, 2004; Propper dan Wilson,
2003).
Organisasi sektor publik dituntut
untuk memberikan pelayanan prima dan
melaksanakan programprogram sesuai
dengan visi, misi organisasi tersebut. Untuk
mewujudkan visi dan misi, organisasi
harus dapat menerapkan fungsifungsi
manajemen dengan baik, dimana fungsi ini
dimulai dari perencanaan sampai dengan
pengendaliannya.
Ya n g d i m a k s u d d e n g a n
pengendalian manajemen merupakan proses
dengan mana para manajer mempengaruhi
a n g g o t a o rg a n i s a s i l a i n n y a u n t u k
mengimplementasikan strategi organisasi.
Pengendalian manajemen merupakan
keharusan dalam suatu organisasi yang
mana sistem pengendalian harus sesuai
dengan strategi organisasi.
Anthony dan Govindrajan
(2005 : 13) menjelaskan bahwa sisitem
pengendalian manajemen adalah sebagai
suatu alat dari alatalat lainnya untuk
mengimplementasikan strategi yang
berfungsi untuk memotivasi anggotaanggota organisasi guna mencapai tujuan
organisasi. Menurut pandangan ini
sistem pengendalian manajemen dapat
mempengaruhi perkembangan strategi.
Salah satu cara usaha yang dapat
dilakukan oleh manajer untuk mencapai
tujuan adalah dengan menerapkan sistem
pengendalian manajemen yang merupakan
SISTEM PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Menurut Mulyadi dan Jhony
(2001 : 3), sistem pengendalian manjemen
adalah suatu sistem yang digunakan untuk
merencanakan kegiatan perwujudan visi
organisasi melalui misi yang telah dipilih dan
untuk mengimplementasikan dan memantau
pelaksanaan rencana kegiatan tersebut.
Sistem pengendalian manajemen
terdiri dari struktur dan proses. Struktur
merupakan hubungan antara komponen yang
dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat
informasi yang mengalir diantara unitunit yang
ada. Sedangkan proses merupakan seperangkat
tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa organisasi bekerja untuk mencapai
tujuannya melibatkan banyak komunikasi baik
yang bersifat formal maupun informal.
Menurut Anthony dan Vijay (2005
: 19), menyatakan bahwa proses sistem
pengendalian manajemen melibatkan interaksi
formal antara seorang manajer dengan manajer
lainnya atau antara manajer dengan bawahannya
yang meliputi aktivitasaktivitas sebagai berikut
:
2.1.
84
a) Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis
(pemograman) adalah proses memutuskan
programprogram utama yang akan
dilaksanakan oleh organisasi dan
perkiraan jumlah sumber daya yang akan
dialokasikan ke setiap program selama
beberapa tahun ke depan.
b) Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran adalah
proses pengoperasionalan rencana dalam
bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam
unit moneter, untuk kurun waktu tertentu.
Hasil dari penyusunan anggaran adalah
anggaran.
c) Pelaksanaaan
Selama tahun anggaran manajer
melakukan program atau bagian dari
program yang menjadi tanggung
jawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya
menunjukkan dan menyediakan informasi
tentang program dan pusat pertanggung
jawaban. Laporan pusat pertanggung
jawaban juga harus menunjukkan informasi
untuk mengukur kinerja keuangan maupun
non keuangan, informasi internal maupun
eksternal.
d) Evaluasi Kinerja
Kegiatan terakhir dari proses
pengendalian manajemen adalah menilai
kinerja manajer pusat pertanggung
jawaban. Prestasi kerja pada intinya
bisa dilihat dari efesien dan efektif
tidaknya suatu pusat pertanggung jawaban
menjalankan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan
cara membandingkan antara realisasi
anggaran dengan anggaran yang ditetapkan
sebelumnya.
2.2.
KINERJA INDIVIDUAL
Menurut Anwar (2000 : 67), kinerja
85
Kasidi
4) Menyediakan umpan balik bagi
karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi
penghargaan
2.3.
Hipotesis penelitian
3.
METODA PENELITIAN
Va r i a b e l i n d e p e n d e n d a l a m
penelitian ini adalah Sistem
Pengendalian Manajemen
86
Jawaban
A
B
3.3.2.
Nilai (skor)
0
1
Keterangan
Ya
Tidak
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diterimanya. Untuk melakukan analisa
kuantitatif terhadap kinerja individual pada Kantor PD. BPR BKK Baki, Sukoharjo dapat dilakukan
dengan jalan mengajukan pertanyaan (quesioner) yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Quesioner yang telah diajukan menggunakan pengukuran skala gutman dengan pengukuran skor
sebagai berikut :
Jawaban
A
B
Nilai (skor)
0
1
Keterangan
Ya
Tidak
HASIL
4.
4.1.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya pada objek penelitian, diperoleh
sampel penelitian sebanyak 29 pegawai PD. BPR BKK Baki, Sukoharjo.
4.2. Statistik Deskriptif
Pada tabel 1 disajikan statistik deskriptif untuk seluruh sampel yang digunakan untuk
menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
(n=29, 1 tahun pengamatan)
Keterangan
SPMI
KINERJA
Mean
29
29
16,2759
8,6552
Minimum
0
0
Maximum
1
1
Std.
Deviation
4,37441
2,79382
87
Kasidi
Sedangkan variabel sistem kinerja
individual pada periode pengamatan tahun 2012
sebesar 8,6552. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata tersebut tergolong dalam
kategori yang baik. Karena sebagian besar dari
sampel penelitian memiliki skor diatas rerata
tersebut. Sebanyak 17 atau 58,62% pegawai
memiliki skor diatas nilai rerata. Hal ini
mengindikasikan bahwa kinerja pegawai PD.
BPR BKK Baki, Sukoharjo berada pada level
yang baik.
1.2.
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
1
R
0,791
R Square
Adjusted R Square
0,626
0,612
2,72408
2)
Tabel 3
Hasil Analisis Regresi Berganda
Sum of
Df
Squares
1 Regression
335,437
1
Residual
200,357
27
Total
535,793
28
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Model
Mean Square
Sig.
335,437
7,421
45,203
0,000
88
Hasil pengujian hipotesis secara
parsial (uji t) dan besarnya nilai signifikansi
dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
Std. Error
(Constant)
1,637
KINERJA
0,184
Beta
0,791
Sig.
3,319
0,003
6,723
0,000
5.
Simpulan
Kasidi
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Govin Drajan, 2005.
Sistem Pengendalian Mnajemen
Edisi Kedua, Terjemahan F.X
Kurniawan Tjakrawala, Jakarta :
Salemba Barat
Anwar Prabu Mangkunegara, 2002, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bandung,
Remaja Rosdakarja
Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen
Penelitian. Cetakan Keempat, PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Cahyono, Dwi; Evi Lestari dan Syarifudin
Yusuf. 2007. Pengaruh Moderasi
Sistem Penegndalian Manajemen
Dan Inovasi Terhadap Kinerja. SNA
X Unhas Makasar
Djarwanto dan Pangestu Subgyo. 2001. Statistik
Induktif. Jakarta : BPFE.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
semarang : Universitas Diponegoro
Semarang
89
90
LAMPIRAN
Model Summary
Model
Adjusted R
Square
R Square
.791a
.626
.612
2.72408
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
335.437
335.437
Residual
200.357
27
7.421
Total
535.793
28
F
45.203
Sig.
.000a
Coefficientsa
Model
B
1
Unstandardized Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
5.553
1.673
KINERJA
1.239
.184
Standardized
Coefficients
.791
Sig.
3.319
.003
6.723
.000
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL ILMIAH FORUM AKADEMIKA
1. Naskah artikel belum pernah diterbitkan oleh terbitan lain, jika pernah disajikan pada
pertemuan ilmiah harap diberikan keterangan.
2. Isi naskah berupa kajian masalah manajemen, bisnis, dan akuntansi, meliputi : kajian dan
aplikasi teori, ringkasan hasil penelitian, gagasan konseptual, resensi buku.
3. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan spasi ganda dan ukuran
kertas kuarto. Jenis huruf adalah Times New Roman ukuran 12. Panjang naskah 12 24
halaman, dengan margin atas: 1, bawah: 1,2, kanan: 1, kiri: 1,3.
4. Naskah dibuat dengan sistematika:
A. Hasil penelitian
Judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, masalah penelitian, hipotesis, landasan
teori, metode penelitian, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, daftar pustaka,
keterbatasan jika ada.
B. Non penelitian
Judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, pembahasan yang dibagi dalam sub-sub
bab, simpulan, daftar pustaka.
5. Perujukan sumber acuan dengan menyebut nama akhir pengarang, tahun penerbitan, contoh:
a. Menurut Hall (1996), karir
b. Henry,et,al. ( dalam Sarwono,1998 ), menyatakan..
c. Perilaku konsumen merupakan( Mowen,1987 ).
6. Daftar Pustaka diurutkan menurut alfabetis dan tidak diberi nomor urut.
A. Buku Teks
Swastha Dh.,B (1984), Azas-azas Marketing, ed. 3, Yogyakarta: Liberty.
Husnan, S. (1994), Dasar-dasar Teori dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta: UPP-AMP
YKPN.
Gujarati, D. (1999), Essentials of Econometrics, 2th ed., Irwin Mc. Graw-Hill.
B. Artikel Jurnal
Dharmmesta,B.S.(1994), Perilaku Konsumen Indonesia Tahun 2000, Kelola Gadjah
Mada University Business Review, III,No.6,Mei, h.83-93.
Hall, Douglas T. (1996), Protean Careers of the 21st Century, Academy of Management
Executive, Vol. 10, No.4, pp.8-16.
C. Rujukan dari koran
Abimanyu, Anggito (2011,Maret,14), Dilema Harga Minyak, Kompas, hlm.6.
7. Tabel dan gambar
Harus diberi nomor urut
Harus disertai judul
Sumber acuan dicantumkan di bawah tabel atau gambar
8. Artikel harus disertai abstrak dan kata kunci yang ditulis dengan 1 spasi dan dicetak miring.
9. Artikel diterima redaksi dalam bentuk printout dan soft copy/ casset cd.
10. Jurnal Forum Akademika akan terbit 2x dalam setahun, yaitu April dan September. Artikel
diterima selambat-lambatnya 2 bulan sebelum terbit.