Anda di halaman 1dari 8

TUGAS DISASTER PLAN

UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN


GUNUNG ANAK KRAKATAU DI KOTA SERANG, BANTEN

DISUSUN OLEH :
Archi Cherrya Oktiandini
030.11.042
PEMBIMBING :
Dr. Gita Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 14 NOVEMBER 2016 20 JANUARI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, 2017
0

1. PENDAHULUAN
Dilihat dari letak geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap
beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin
topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Bencana muncul ketika ancaman
alam (seperti gunung api) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di
lereng gunung api) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai
kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman
tentang gunung api atau tidak siap siaga). Dampak yang muncul adalah terganggunya
kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban
jiwa.
Geografi Indonesia didominasi oleh gunung api yang terbentuk akibat zona
subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Gunung berapi
terbanyak terletak di pulau jawa yaitu sebanyak 45 gunung berapi aktif.
Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit
atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk
mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan
beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat
mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi
ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman,
menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar
menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana.
Kota Serang secara geografis memang memiliki beberapa wilayah rawan
bencana alam, mulai dari letusan Gunung api, banjir, longsor, kekeringan, gas, dan
kimia. Gunung api yang rawan adalah Gunung Anak Krakatau, yang sebelumnya
terlebih dahulu Gunung Krakatau telah meletus dengan dampak yang sangat luas
sampai ke luar negeri.
2. GEOGRAFI
Kota Serang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Banten yang juga
merupakan Ibukota Provinsi Banten. Wilayah Kota Serang secara geografis terdiri
dari daratan, perbukitan dan lautan. Apabila memakai koordinat system UTM
1

( Universal Transfer Mercator ) zone 48 wilayah kota serang terletak pada


koordinat 618.000 m sampai dengan 638.600 m dari Barat kr Timur dan 9.337.725 m
sampai dengan 9.312.475 m dari Utara ke Selatan. Jarak terpanjang menurut garis
lurus dari Utara Ke Selatan adalah sekitar 21,7 km dan jarak terpanjang dari Barat Ke
Timur adalah sekitar 20 Km. Batas Wilayah Kota Serang mencakup yaitu:

Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Banten .

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pontang, Kecamatan Ciruas,


kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.

Sebelah Barat berbatasan dengan Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung dan


Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir dan


Kecamatan Baros - Kabupaten Serang.
Kota Serang yang merupakan Ibukota Provinsi Banten terletak pada posisi

yang sentral dan strategis karena berada di jalur utama penghubung lintas jawa
Merak serta dilintasi jalur Kereta Api Lintas Jakarta Merak. Jarak Kota Serang
hanya lebih kurang 75 km ke Jakarta Ibukota Negara yang telah dihubungkan dengan
jalan bebas hambatan ( Jalan Tol Jakarta Merak ).
Luas Wilayah Kota Serang Secara Administratif tercatat 26.439 ha yang terdiri
dari 6 ( Enam ) Kecamatan, 20 ( Dua Puluh ) Kelurahan dan 46 ( Empat Puluh Enam )
Desa.

Gambar 1 : Peta Kota Serang


3. PENDUDUK
Jumlah penduduk di Kota Serang berjumlah 576.961 jiwa, terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 296.806 jiwa dan perempuan 280.155 jiwa.
4. HAZARD
Gunung berapi meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong
keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan
tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang
menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya.
Akibat letusan tersebut bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar
pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di
bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan letusan Gunung
Krakatau di Propinsi Banten, Indonesia. Kebiasaan masyarakat dalam menghadapi
3

letusan gunung merapi ialah tidak mengikuti arahan untuk mengungsi karena tidak
ingin harta bendanya hilang.
5. VULNERABILITY
A. Fisik
Lokasi Gunung Anak Krakatau cukup dekat dengan kota serang. Lokasi
perumahan warga yang dekat merupakan lokasi berbahaya, terdapat banyak
bangunan yang sudah mulai rapuh, terdapat banyak lahan pertanian dan
perkebunan serta pertenakan. Selain itu terdapat juga lansia dan anak-anak.
B. Sosio, Ekonomi, dan Pendidikan
Tingkat pendapatan yang rendah. Sarana prasarana pendidikan di sekolah-sekolah
sudah cukup banyak.
C. Teknologi
Teknologi komunikasi antar masyarakat yang masih tergolong rendah untuk
memperingatkan adanya tanda bahaya gunung meletus.
6. CAPASITY
Kapasitas yang dimiliki oleh institusi dan masyarakat yang tinggal tergolong
rendah untuk memperingatkan adanya tanda bahaya gunung meletus.

Terdapatnya seismometer dan tiltmeter yang digunakan untuk


merekam aktivitas gunung.

Tingkat gotong-royong masyarakan tinggi dalam menghadapi bencana.

Institusi yang bergerak dalam bidang penanggulangan bencana bekerja


secara cepat.

Terdapatnya tempat pengungsian untuk para korban gunung meletus.

Jumlah rumah sakit sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 2 rumah sakit
umum pemerintah, 3 rumah sakit swasta. Puskesmas berjumlah 16
unit. Jumlah tenaga kesehatan terdiri dari 74 orang dokter umum, 126
dokter spesialis, 17 dokter gigi.

7. DISASTER MANAGEMENT
4

Untuk penanganan ancaman bencana dari Gunung Anak Krakatau telah ada
aturan tersendiri. Penanganan ancaman bencana Gunung Anak Krakatau seperti
pemantauan perkembangan aktivitas setiap saat, evakuasi warga jika ada peningkatan
aktivitas hingga tahap membahayakan serta persiapan barak dan dapur umum hingga
penanganan korban.
7.1 Pencegahan
Memberikan himbauan dan memberi penjelasan mengenai tindakan yang harus
dilakukan apabila terjadi letusan gunung anak krakatau kepada masyarakat
disekitar gunung.
7.2 Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Krakatau
Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung Krakatau antara lain
adalah :
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya
b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
c. Membuat sistem peringatan dini
d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang
f. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat
pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban,
makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
g. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
h. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos
pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status
gunung api lewat radio komunikasi

7.3 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Anak
Krakatau
5

Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah :


a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai
kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu
letusan
b. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
c. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan, kenakan pakaian yang bisa
melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan
lainnya
d. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata
renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata,
jangan memakai lensa kontak
e. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
f. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan
g.
7.4 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan
Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.

8. Puskesmas melakukan fase kesiapsiagaan seperti :


a. Bekerjasama dengan Tim SAR, badan peanggulangan Bencana Daerah ,
mahasiswa

kedokteran,

tim

medis,

warga,

maupun

relawan

untuk

mengevaluasi korban-korban bencana dan menentukan bendera hijau, kuning,


merah maupun hitam.
b. Menunjuk pemimpin komando di Puskesmas.

c. Merlaksanakan rencana kontingensi (pendelegasian tugas) dengan membentuk


Gugus Tugas untuk menempati Pos-Pos tertentu yang sudah ditentukan
melalui kesepakatan rapat evaluasi bencana.
d. Memastikan Puskesmas aman untuk pengungsian misal: sekolah, masjid, balai
desa
e. Membuat jalur lokasi evakuasi bencana
f. Mengumpulkan obat-obatan dan alat-alat medis penunjang dan meminta
bantuan dinas kesehatan seempat bila ada obat-obatan atau alat penunjang
yang kurang.
g. Membagi

ruangan/tempat

khusus di Puskesmas

untuk pasien-pasien

berdasarkan prioritas.
h. Membuat papan informasi di depan Puskesmas berisi tentang data korban yang
berada di Puskesmas sebagai sumber informasi untuk keluarga/Masyarakat
i. Revitalisasi sarana dan pra sarana PPPK ( Ambulance, Peralatan, Obatobatan).

Anda mungkin juga menyukai