Anda di halaman 1dari 28

BAB I

1.1 Latar Belakang


Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green
building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti
saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju
pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global,
hal yang perlu diperhatikan adalah dengan penghematan air dan energi serta
penggunaan energi terbarukan.
Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau,
mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur
hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosiokultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur
hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada
umumnya. Sehingga mempelajari hal-hal yang terkait dalam bidang arsitektur
tentu sangat penting. Seperti mempelajari Ekologi dalam arsitektur juga
penting.
Perhitungan ekologi perlu dipahami karena kita memerlukan rancangan
suatu bangunan yang dapat berkelanjutan dikemudian hari dan seminimal
mungkin tidak merusak lingkungan. Memperhitungkan desain ekologi yang
mengedepankan konsep bangunan yang ramah lingkungan dan penampilan
alam dalam desain tersebut tentunya menjadi hal yang sangat penting bagi para
arsitek masa depan. Dan tidak lupa penggunaan bahan-bahan yang mudah
diperbaharui juga perlu diperhatikan sehingga alam dapat bersahabat dengan
kita.
1 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perhitungan ekologi?
2. Apa manfaat mempelajari perhitungan ekologi?
3. Bagaimana mengaplikasikan penampilan alam dalam desain?

2 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa saat ini lebih mengedepankan aspek ekologi dalam hal
mendesain suatu bangunan.
2. Agar

mahasiswa

dapat memahami

pengertian dan prinsip-prinsip

penampilan alam dalam desain.


3. Agar mahasiswa pengertian dan prinsip-prinsip perhitungaan ekologi.
4. Agar mahasiswa dapat mengerti tentang hal yang terkait dengan desain
bangunan yang mencerminkan alam dan yang bersahabat dengan alam.

3 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

BAB II
2.1

Pengertian Perhitungan Ekologi


Desain yang dirancang dengan memperhatikan perhitungan
lingkungan sekitar sehingga setelah desain ini terwujud tidak menganggu
keseimbangan ekosistem yang ada. Desain yang dibuat harus dapat menjaga
kelestarian lingkungan sekitar.
Perhitungan desain ekologi

mencakup luas tanah yang tidak

digunakan secara maksimal, kilowatt-jam energi, gallon air, jumlah tanah


yang terkikis, dan semua dampak-dampak lingkungan lainnya terhadap
sebuah desain.

4 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

2.2 Mengetahui Tujuan Kebutuhan Energi


Krisis energi menjadi topik yang banyak dibahas beberapa tahun ini
mengingat kondisi persediaan energi tak terbaharui seperti minyak bumi yang
semakin menipis. Sejalan dengan itu juga munculnya isu global warming
yang salah satu akibatnya adalah peningkatan suhu dunia. Sebelas dari
duabelas tahun terakhir menunjukkan tahun - tahun terpanas sejak 1850. Rata
rata suhu udara global telah meningkat setidaknya 0,74 derajat C selama
abad 20 dimana dampaknya paling terasa di daratan dibanding di lautan (Data
UNEP, 2007). Peningkatan suhu ini akan berdampak pada penambahan
pemanfaatan energi untuk kepentingan kenyamanan bangunan.
Krisis energi dunia ternyata memacu dikembangkannya konsep
arsitektur baru yang lebih sadar energi. Arsitektur hemat energi (energy
efficient architecture) adalah arsitektur dengan kebutuhan energi serendah
mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang
masuk akal (Enno, 1994). Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini
berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi
produktifitas

atau

merubah

penggunanya.

fungsi
Konsep

bangunan,
Arsitektur

kenyamanan,
Hemat

maupun

Energi

ini

mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem
tata udara buatan alamiah dan sistem tata cahaya buatan alamiah serta
sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat
energi.
Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika
melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri
menyerap 45 % dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam
5 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

bangunan ini khususnya untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan


bangunan. Komposisi persentase penggunaan energi menurut sektor kegiatan
dapat dilihat lebih jelas pada gambar 1.1

Gambar 2.2

6 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

2.3

Perhitungan - Perhitungan Ekologi


Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila kita dapat menjadi
penghitung-penghitung ekologi yang lebih baik pada tataran tingkat
komunitas . Perhitungan ekologi secara hati-hati menyediakan ukuran
dampak-dampak lingkungan secara akurat pada desain sehingga
memungkinkan dampak-dampak ini menjadi informasi penting pada
proses desain.
Jika dampak-dampak lingkungan dipakai sebagai dasar untuk
mencerminkan harga-harga produk, produk-produk desain yang ramah
lingkungan akan lebih mudah dikembangkan kedepannya. Produksi yang
ramah lingkungan (eco product) harus dijadikan syarat dalam sistem
penyaluran dan kebutuhan produk atau supply and demand .
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan ekologi, antara lain:
1. Peka Terhadap Iklim
Perubahan iklim adalah masalah lingkungan. Walaupun
keberadaannya masih diperdebatkan, tetapi dari data yang ada
kecenderungan perubahan terutama suhu udara ada secara nyata. Jika
tidak dipersiapkan upaya penekanan laju perubahan dan adaptasi
dalam menghadapi keadaan ini, maka biaya perawatan yang
ditanggung akan sangat besar.
Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai
inovasi produk industri terus berkembang dalam dunia arsitektur.
Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan
7 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan, mulai


dari desain building interior, pembangunan, hingga pemeliharaan
bangunan itu ke depan.
Misalnya desain rancang bangunan yang memerhatikan banyak
bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami.
Sedikit mungkin menggunakan penerangan lampu dan pengondisi
udara pada siang hari.
2. Hemat Energi
Desain-desain bangunan harus memperhatikan perhitunganperhitungan ekologis.

Salah satu contoh penerapan perhitungan

ekologi misalnya bangunan dengan konsep hemat energi.


Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun,
layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu,
efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan
dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang
memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran
berkurang, ruang hijau bertambah).
Desain

bangunan

yang

hemat

energy

otomatis

dapat

mengurangi pengeluaran terhadap penggunaan energy itu sendiri.


Misalnya dengan membuat banyak bukaan agar penggunaan AC (Air
Conditioner) bisa dikurangi. Listrik yang digunakan juga akan
berkurang. Begitu juga dengan mengurangi penggunaan lampu pada
siang hari.
Contoh desain hemat energi yang lain misalnya dalam hal
penggunaan

air.

Permukiman

sebaiknya

menyediakan

sistem

8 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

pengolahan air yang setidaknya mampu mendaur ulang kurang lebih


100 persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi dan
kloset. Air daur ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan,
membilas kloset, menyiram tanaman di taman, lapangan olah raga,
dan lain-lain sehingga tak ada air yang terbuang. Sementara sistem
ekodrainase di perumahan harus dapat menyerap air hujan sebanyakbanyaknya ke dalam tanah atau ke areal resapan air berupa taman,
lapangan olah raga, dan danau buatan. Setiap rumah dan bangunan
dilengkapi sumur resapan sesuai ketersediaan lahan. Jadi, air yang
lepas ke sungai dan laut sangat minimal.
Sistem pengolahan limbah harus memperhatikan sistem 3R.
Pengembangan didorong membangun tempat pemrosesan sampah
dengan prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse,
recycle). Seluruh penghuni diberdayakan mengurangi (reduce)
pemakaian bahan-bahan sulit terurai yang bisa menekan produksi
sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti kertas, botol,
kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara
sampah organik diolah menjadi pupuk.
3. Material Ramah Lingkungan
Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar
dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan.
Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas
yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai
dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal
perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran
sehingga bangunan tetap berkualitas.
9 | E KO LO G I A R S I T E KT U R

a. Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;


tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
b. dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat
berbahaya bagi lingkungan
c. dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin
dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut
(misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada
pepohonan)
d. bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan
ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena
menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut
ke lokasi pembangunan)
e. bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
Bangunan harus menggunakan bahan yang tepat, efisien, dan
ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan
inovasi baru yang meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan,
mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan
optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi
secara keseluruhan.
Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses
produksi terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu
bersahabat dengan alam. Industri bahan bangunan sangat berperan

10 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

penting untuk menghasilkan bahan bangunan yang berkualitas sekaligus


ramah lingkungan.
Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan penggunaan
bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi
emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku
yang diproduksi sebelumnya.
Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam. Bahan
bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada
saat bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95
persen adalah energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan.
Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting
dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. Untuk kerangka
bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan
material baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat
pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan
berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan
keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu
pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium. Baja
ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung
dari bahan bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki
keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah
dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan
fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan
kalkulasi teknik sipil. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai
11 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa


datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan
ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis
(sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi
transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan
lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal
saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi
(klasik, kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari
dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran
pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api,
kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan
menyerap panas matahari secara signifikan. Penggunaan keramik pada
dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif
desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan,
pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif
beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan
suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat
desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit,
keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan
bahan yang mahal untuk tampil artistik. Lantai teraso (tegel) berwarna
abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat
diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada
dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran
juga masih memberi banyak pilihan tampilan.
12 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Apabila semua perhitungan ekologi tersebut dapat diterapkan,


maka niscaya bangunan-bangunan yang akan dibuat dapat menjadi
bangunan yang ramah lingkungan.

13 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

2.4 Mengetahui Tujuan Kebutuhan Air Bersih


Menurur penelitian kebutuhan air rata-rata orang Indonesia 144 liter per
hari. Hasil survey yang dilakukan Direktorat Pengembangan Air Minum,
Ditjen Cipta Karya pada 2006 menunjukkan setiap orang Indonesia
mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 144 liter per hari. Dari sejumlah itu
pemakaian terbesar untuk keperluan mandi, yakni sebanyak 65 liter per orang
per hari atau 45% dari total pemakaian air. Demikian disampaikan Direktur
PAM Pudjastanto dalam penyajian hasil survey pada Dialog Penajaman Pola
Konsumsi dan Kebutuhan Pokok Minimal Nasional, Senin (05/03) di Jakarta.
Dialog tersebut dihadiri oleh Departemen Kesehatan, Bappenas, Perpamsi,
YLKI, dan pihak berkepentingan lainnya.
Dengan dialog ini diharapkan menghasilkan konsensus nasional tentang
pola konsumsi air agar memperoleh kebutuhan pokok minimal air minum
rumah tangga yang akurat dan khusus. Informasi kebutuhan pokok minimal
tersebut diperlukan untuk keperluan perencanaan program pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Indonesia ucap Pudjastanto.
Menurutnya selama ini belum ada informasi pola konsumsi air minum di
Indonesia, sehingga perencanaan dan perancangan SPAM selama ini masih
mengacu pada standar dari text book. Untuk itu menurutnya perlu ada
informasi pola konsumsi air yang realistis, cocok dan khas untuk Indonesia.

14 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

2.5 Mengetahui Tujuan Kebutuhan Pencahayaan Alami


Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari
pencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang
normal dengan pemeliharaan yang wajar. Adapun fungsi pokok penerangan
(illuminasi) buatan di dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun dalam
kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah:
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni
melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah
dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara
mudah dan aman.
c. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh
baik kepada prestasi
Secara sederhana, desain illuminasi menyangkut sejumlah fluks cahaya
(lumen) dari sumber cahaya ke suatu permukaan yang perlu diterangi.
Sementara itu lux adalah satuan fluks cahaya yang yang effektif mencapai tiap
meter persegi daripada permukaan itu yang tentu saja sebanding dengan
kekuatan radiasi daripada sumber cahayanya yang dinyatakan dengan candles.
Untuk mendapatkan illuminasi yang diinginkan, selain besarnya fluks cahaya
minimal yang diperlukan, juga perlu diperhatikan distribusi cahayanya sendiri.
Karakter distribusi cahaya itu di tetapkan oleh lampu beserta armatur
(luminaire) yang dipakai, antara lain oleh reflektornya yang

15 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

2.6 Aplikasi Dalam Desain


Pengaplikasian perhitungan-perhitungan ekologi dalam desain yang
nyata misalnya dengan menggunakan bahan -bahan berasal dari alam yang
dapat didaur ulang dan ramah lingkungan. Desain bangunan tersebut juga
harus memiliki sistem pembuangan limbah yang teratur dan aman sehingga
limbah tersebut tidak mencemari lingkungan yang ada disekitarnya.
Limbah-limbah yang dapat diolah sendiri juga sebaiknya digunakan
kembali, untuk meminimalisir pembuangan limbah dari penghuninya.
Dalam penggunaan lahan, lahan yang digunakan harus efektif dan
efisien. Efektif berarti bangunan tersebut digunakan secara maksimal,
namun energi yang dikeluarkan seminimal mungkin.
Desain bangunan yang dibuat selaras dan sesuai lingkungan dengan
cara menerapkan kriteria bangunan yang ramah lingkungan. Kriteria
tersebut antara lain:
1. Lokasi yang tepat
Lokasi sesuai peruntukan, strategis, aman, bebas banjir dan mudah diakses.
Pengembangan kawasan terpadu di mana orang bisa memenuhi semua
kebutuhannya di satu lokasi (one stop living), akan menarik minat
konsumen. Permukiman didukung infrastruktur jalan, pedestrian untuk
pejalan kaki dan sepeda, ekodrainase, jaringan transportasi umum, serta
sarana dan prasarana yang lengkap.
2. Optimalisasi lahan berimbang.

16 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Ada

upaya

meningkatkan

daya

tampung

lahan

guna

menjaga

keseimbangan lingkungan, dengan misalnya menyediakan hunian yang


padat dan kompak. Idealnya pengembangan memiliki komposisi 40-60
persen untuk ruang terbangun dan 60-40 persen untuk ruang terbuka hijau,
taman, lapangan olah raga, dan lain-lain. Pada lahan yang lebih terbatas
pengembangan diarahkan ke atas (vertikal). Sementara pada rumah-rumah
dengan kaveling 100 m2 ke bawah, septic tank tidak dibuat di setiap rumah
melainkan kolektif yang ditempatkan di salah satu sudut taman
lingkungan.
3. Zero water.
Permukiman menyediakan sistem pengolahan air dengan mendaur ulang
100 persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi dan kloset.
Air daur ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan, membilas kloset,
menyiram tanaman di taman, lapangan olah raga, dan lain-lain sehingga
tak ada air yang terbuang. Sementara ekodrainase di perumahan menyerap
air hujan sebanyak-banyaknya ke dalam tanah atau ke areal resapan air
berupa taman, lapangan olah raga, dan danau buatan. Setiap rumah dan
bangunan dilengkapi sumur resapan sesuai ketersediaan lahan. Jadi, air
yang lepas ke sungai dan laut sangat minimal.
4. Pengendalian pencemaran udara.
Pengembangan membangun koridor jalur hijau yang lebar dan teduh
dengan pepohonan besar yang menyerap polutan dan kebisingan.
Sementara jalur pejalan kaki dan sepeda disediakan terpisah, terhubung ke
berbagai tujuan harian (belanja, sekolah, pasar, dan lain-lain) sehingga
mendorong penghuni berjalan kaki atau naik sepeda. Halte ditempatkan di

17 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

lokasi strategis, di lintasan angkutan umum, sehingga memudahkan warga


bepergian tanpa harus memakai kendaraan pribadi.
5. Zero waste.
Pengembangan didorong membangun tempat pemrosesan sampah dengan
prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Seluruh
penghuni diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit
terurai yang bisa menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah
anorganik seperti kertas, botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai
ulang (reuse). Sementara sampah organik diolah menjadi pupuk.
6. Green building code.
Perlu dimulai penerapan beberapa kriteria bangunan ramah lingkungan
dalam setiap pembangunan fisik (green building). Antara lain desain
arsitektur yang selaras antarbangunan dan menyatu dengan lingkungan,
hemat energi, lahan terbangun terbatas, lay out sederhana, ruang mengalir,
kualitas material bermutu, pemakaian bahan efisien dan ramah lingkungan
(tidak beracun, tidak merusak alam, dan bisa didaur ulang).

18 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

2.7 Analisis Siklus Hidup


Analisis

siklus

hidup menerangkan

proses

dan tingkatan

pengembangan (riwayat hidup bahan) bahan bangunan pada umumnya


(dari bahan mentah sampai menjadi puing dan sampah ) dengan perhatian
pada setiap tingkat perubahan transformasi, penggunaan energi dan
pencemaran lingkungan (air, udara, dan tanah) yang penting dalam
penilaian bahan bangunan yang ekologis.

Gambar 2.6 Siklus Hidup

19 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Aspek perhitungan
1. Energi
Sebagai sumber daya yang vital bagi keberlangsungan hidup
manusia. Listrik sebagai sumber tak tergantikan untuk menghidupkan
barang-barang elektronik
2. Air
Sebagai sumber daya penunjang kualitas hidup manusia. Kita
harus mulai memahami istilah reduce, reuse, recycle. Mengurangi
penggunaan air berlebih, serta menggunakan limbah air bekas mandi
dan cuci dengan proses daur untuk digunakan kembali sebagai air
untuk menyiram tanaman dan mobil.
3. Material.
Modifikasi material yang telah usang menjadi suatu barang
yang bisa dimanfaatkan adalah langkah yang baik. Reduksi material
dan penggunaan material lokal juga dapat mengurangi penggunaan
energi berlebih dari transportasi yang digunakan --transportasi
menyumbang gas buang CO2.

4. Kesehatan.
Penghuni rumah tidak boleh sedikit pun terkena dampak yang
merugikan bagi kesehatannya. Energi, air, dan material harus bebas
dari racun dan limbah yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungannya. Pemilihan jenis finishing yang non-toxic dan tidak
beracun, serta penanganan limbah cair dan sampah dengan tepat akan
berdampak positif bagi kesehatan.
20 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

BAB III
3.1 Pengertian Penampilan Alam Dalam Desain
Alam dapat menginspirasi manusia dalam merancang suatu bangunan.
Disain yang efektif membantu menginformasikan kita akan tempat kita
didalam alam. Tentunya penggunaan bahan dari alam yang dapat diperbaharui
sangat diperlukan dalam menampilkan alam dalam desain. Untuk memberikan
sentuhan yang lebih kuat dalam desain ekologis maka dapat dimulai dengan
melakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik alam kedalam unsurunsur dasar maupun aturan-aturan dalam perancangan arsitektur.

21 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

3.2

Kegunaan Alam Sebagai Dasar Sebuah Karya Arsitektur


Alam merupakan sumber dari emosi , perasaan ,suasana dari
ruang dan waktu. Artinya alam dapat mempengaruhi emosi dan perasaan
seseorang, serta suasanan ruang tersebut. Alam juga berperan sebagai
aspek dan merupakan penyebab kehadiran dan pertumbuhan sesuatu.
Alam merupakan alat komunikasi untuk memahami estetika. Keindahan
alam dapat menimbulkan inspirasi untuk mendesain sebuah bangunan,
termasuk bangunan yang ramah lingkungan. Alam sangat berguna bagi
kita, dengan begitu kita harus mempelihara, merawat alam dengan
mendesain bangunan yang berprinsip ekologi atau ramah lingkungan.
Emosi yang dihasilkan dari keadaan alam berupa hal yang
intangible seperti: perubahan waktu dilihat dari perubahan warna dari
elemen alam seperti gunung, awan, sinar matahari yang dibayangi awan,
bulan dan saat matahari terbenam. Semua situasi tadi terasa lewat
sesuatu yang tangible yaitu gunung, awan, laut serta binatang binatang
. Alam dapat menumbuhkan semangat dan motivasi kuat untuk
melukiskan atau menterjemahkan citra alam ke dalam sebuah karya.

22 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

3.3 Elemen- Elemen Alam Yang Dapat Ditonjolkan Dalam Desain

Gambar 3.3 Rumah minimalis dengan elemen alam di dalam desainnya.

Salah satu konsep yang mengemuka dari rumah model minimalist adalah
kedekatannya kembali kepada alam yang ditandai dengan penataan yang
serius terhadap penempatan tanaman di dalam desain keseluruhan dari sebuah
rumah.
Tanaman bukan lagi sekedar faktor pelengkap dari sebuah desain
melainkan salah satu faktor utama. Hal tersebut diperkuat lagi oleh era green
planet yang sedang kita masuki. Dengan berkembangnya persoalan yang
berhubungan dengan global warming, arti penting tanaman bagi sebuah rumah
menjadi tinggi sekali. Para arsitek berusaha mendesain sebuah rumah yang
memiliki unsur go green yang kental.

23 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Selain unsur tanaman, unsur lain dari alam seperti kayu dan batu-batuan
juga mendapat tempat tersendiri bagi para penyuka rumah model minimalis.
Gambar rumah di atas memperlihatkan bagaimana sebuah rumah
minimalis menempatkan unsur-unsur alam seperti tanaman dan batu-batu
alam ke dalam desain rumah tersebut.

24 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

3.4 Penampilan Air Dalam Desain


Kehadiran elemen air sebagai salah satu elemen lansekap dari taman
kita, merupakan hal yang penting untuk menghidupkan suasana eksterior
sekaligus dapat menyejukkan suasana interior rumah kita. Elemen air dapat
melengkapi desain taman kita walaupun terkadang memerlukan biaya yang
tidak sedikit. Dengan sedikit meluangkan area taman, kita dapat membuatnya
dengan sangat sederhana. Macam-macam elemen air antara lain ; water
feature, clear pond (kolam ikan), kolam dengan tanaman air, kolam renang,
air terjun dan lain sebagainya.
Macam-macam water feature seperti kolam dilengkapi dengan
waterspout, bejana, batu ukir, pot, dan patung merupakan salah satu cara
menampilkan elemen air di taman kita. Water feature dapat kita letakkan di
depan rumah maupun di depan ruang keluarga. Kita dapat membuatnya
dengan desain yang sedehana, namun tidak melepaskan unsur estetika dalam
tampilannya.
Mungkin Anda sebagian memiliki hobbi memelihara ikan dan pecinta
tanaman air, kolam air merupakan elemen air yang dapat Anda buat. Namun
terkadang jika kita kurang perawatan dan sirkulasi air yang buruk dapat
menjadi sangat kotor dan berbau. Untuk kolam ikan kita dapat membuat
sirkulasi air dengan pemasangan pipa di dasar kolam dan pemberian dua jenis
gravel dan filter fabric agar kolam ikan kita nantinya tidak kotor dan berbau.
Dan untuk pecinta tanaman air, buatlah kolam tanaman air sesuai dengan
keinginan Anda. Tapi perlu diperhatikan seperti kolam ikan, Anda dapat

25 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

mencegah kotoran yang akan naik dengan lapisan filter fabric ditambah
dengan gravel atau batu pipih di atasnya.

BAB IV
4.1. Kesimpulan:
Dalam menerapkan konsep perhitungan ekologi yang bagus
setidaknya kita harus memperhatikan beberapa hal seperti peka terhadap
iklim, penghematan energi dan penggunaan material yang ramah
lingkungan. Sehingga dapat mengurangi dampak yang buruk bagi alam
disekitar kita.
4.2. Saran:

26 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Mahasiswa zaman sekarang seharusnya mengedepankan konsep desain


ekologis sehingga alam yang ada di sekitar kita tidak terganggu
kehidupannya. Menjaga keselarasan dengan alam dapat menjaga
keharmonisan serta keindahan bumi kita ini

27 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

DAFTAR PUSTAKA

Frick, Heinz (2007).Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius


Williams, Daniels E (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and
Planning. Willey
www.google.com
www.wikipedia.com
www.wordpress.com
www.yahoo.com

28 | E K O L O G I A R S I T E K T U R

Anda mungkin juga menyukai