DOSEN :
Dra. Refdanita, M.Si, Apt
DISUSUN OLEH :
Agriana Yudhayanty
15334708
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga tugas mata
kuliah Diagnostik Klinik yang membahas tentang ANALISA DARAH dapat penulis
selesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1
Ibu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik Klinik
Rekan analis kesehatan di tempat penulis bekerja yang memberikan masukkan dan
saran kepada penulis.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 1
B. Tujuan Penulisan. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Darah 2
B. Analisis Darah. 2
1. Hemoglobin (Hb)..................................................................................... 3
2. Hematokrit (Hct).. 3
3. Leukosit (Sel darah Putih)... 4
4. Trombosit (platelet).. 4
5. Eritrosit (Sel darah merah). 4
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC). 5
7. Laju Endap Darah 5
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count). 6
9. Platelet Disribution Width (PDW).. 7
BAB III PEMBAHASAN8
A. Anemia Defisiensi Besi. 8
B. Manifestasi Klinis,,,,,,..
.. 9
C. Patofisiologi....... 9
1. Hitung sel darah lengkap..
..... 11
2. Pemeriksaan Kadar / status besi.................................................................. 13
D. Tatalaksana.. 15
E. Pencegahan...... 17
F. Komplikasi... 17
BAB IV KESIMPULAN... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah meluas dari pelayanan yang
berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada
pasien (patient oriented) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
melalui pencapaian luaran klinik yang optimal. Pada penilaian luaran klinik pasien
diperlukan berbagai indikator yang meliputi; respon klinik pasien, pemeriksaan fisik,
data laboratorium dan diagnostik (misalnya elektrografi).
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaaan
khusus yang dilakukan dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat
berupa darah, urin (air seni), sputum (dahak) dengan tujuan untuk menentukan
diagnosa atau untuk membantu dalam menentukan diagnosa dari suatu penyakit
dengan ditunjang beberapa data seperti hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan
lainnya. Dengan melakukan pemeriksaan laboratorium berupa analisis darah akan
didapatkan informasi yang berguna bagi dokter dan apoteker dalam pengambilan
keputusan klinik pada proses terapi mulai dari pemilihan obat, penggunaan obat
hingga pemantauan efektivitas dan keamanan dalam pengobatan.
Data laboratorium dapat digunakan bersama dengan informasi status klinik
pasien, riwayat pengobatan, pengobatan saat ini dan riwayat alergi obat untuk menilai
ketepatan terapi obat. Selain itu uji laboratorium juga dapat digunakan untuk beberapa
hal, diantaranya; menilai efektifitas terapi, mendeteksi dan mencegah terjadinya
reaksi obat yang tidak diinginkan, menilai kepatuhan minum obat.
Suatu uji laboratorium akan bernilai hasilnya, jika; mempengaruhi diagnosis,
pragnosis atau terapi, memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proses
penyakit serta memberikan rekomendasi terkait penyesuaian dosis.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan yang mendalam bagi pembaca pada bidang diagnostik klinik khususnya
analisa darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Darah
Darah berasal dari kata haima bahasa Yunani yang berasal dari akar kata hemo
atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang mengalir
dalam arteri, kapiler dan vena, yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan
dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan hasil metabolisme tubuh, Sebagai pertahanan
tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan
45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar
sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Darah merupakan
cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi
serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah
yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian
B. Analisis Darah
Analisis Darah adalah pemeriksaan darah lengkap dimana merupakan suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pada pemeriksaan darah lengkap selalu
menggunakan sampel darah segar. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang
tepat bisa segera dilakukan.
Beberapa parameter pemeriksaan pada pemeriksaaan darah lengkap antara lain;
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Hct), Leukosit (sel darah putih), Trombosit (platelet),
Eritrosit (sel darah merah), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah
(LED), Hitung Jenis Leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW), Red
Cell Distribution Width (RDW).
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai
protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung
atom besi dan porphyrin:suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin
bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam
arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen
(dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 ml
oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel
darah merah.
Berikut data nilai normal dari Hemoglobin berdasarkan (PIDK Kemkes, 2011)
Pria
Wanita
organism
easing
dan
mendistribusikan antibodi.
Ada dua tipe utama sel darah putih:
memproduksi
atau
mengangkut/
Granulosit
3200-
hematokrit ( )
x 10
eritrosit
hemoglobin
eritrosit
hemoglobin
hematokrit
Segment
: 36%-73% SI unit: 0,36-0,73
Bands
: 0%-12% SI unit: 0,00-0,12
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang
perut.
2. Eosinofil
Nilai normal:
0%-6%
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada
tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga
peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau
monitoring penyakit.
3. Basofil
Nilai normal:
0%-2%
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan
histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil
biasanya tinggi. Jaringan basofil disebut juga mast sel.
4. Limfosit
Nilai normal:
15%-45%
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di Limfa,
Jaringan Limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang
beredar pada sirkulasi.
5. Monosit
Nilai normal:
0%-11%
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis
kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk
kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon.
9. Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW
yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari
volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang
heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam
folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah
dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium
yang menunjukan cadangan besi kosong. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
karena rendahnya asupan besi, ganguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:
1.
Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker lambung, kanker kolon, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Perdarahan kronik, khususnya uterus atau saluran cerna adalah penyebab yang
utama, sebaliknya, defisiensi dari makanan jarang sekali menjadi penyebab
tunggal di negara maju.
2.
Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan
3.
rendah daging).
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan. Kebutuhan yang meningkat selama masa bayi, remaja, kehamilan,
menyusui dan pada wanita yang mengalami menstruasi menyebabkan tingginya
resiko anemia pada kelompok klinis tersebut.
4.
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai
penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang.
Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena menometrorhagia.
B. Manifestasi Klinis
Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi
Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
dibagi menjadi 3 tingkatan :
1. Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi
untuk eritropoesis belum terganggu.
2. Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) : cadangan besi kosong,
penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara
laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi
a. Gejala Anemia Defisiensi Besi
Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada
anemia jenis lain adalah:
Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok (Gambar 1).
Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwama pucat keputihan
deficiency erithropoesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah
peningkatan kadar free protophorpyrin atau zinc protoporphyrin dalam eritrosit.
Saturasi transferin menurun atau TIBC meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang
sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferin serum. Apabila jumlah besi
menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin
mulai menurun, akibat nya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron
deficiency anemia. Pada saat itu juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, dan faring
serta gejala lainnya. Jika terjadi pengendapan fe yang berlebihan dalam tubuh
terutama akan merusak hati, pancreas, dan miokardium (hemokromatosis)
Seseorang didiagnosis anemia defisiensi besi bila:
1. Pada Anamnesis; pasien mengeluh sering pusing, mata berkunang-kunang,
lemas, mual, nyeri menelan.
2. Pada pemeriksaan fisik; dilihat kesadaran pasien, apakah pasien mengalami
sesak nafas,ada atau tidaknya koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis
angularis (peradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak pucat
keputihan atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi
licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang
3. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium) hasilnya memang
indikasi dari anemia defisiensi besi,.
Proses pengambilan sambel darah
: Darah EDTA
Prinsip
Klik Ikon New Sampel, kemudian klik next sampel, kemudian ketik nama
ICSH
merekomendasikan
sebagai
metode
referensi.
Satuan
g/dL
Pria
Wanita
Hematokrit (Hct)
Nilai Normal
Anemia def Fe
13 18
12 - 16
< 12
40 50
Menurun
Pria
Wanita
Leukosit
Sel/mm
35 - 45
3200
Trombosit
3
Sel/mm
10.000
170
380.000
Eritrosit
3
Juta/m
Pria
m3
4,4 5,6
Wanita
Indeks Eritrosit:
3,8 5,0
MCV
fL
80 100
< 76
MCH
pg/sel
28 34
< 27
MCHC
Laju Endap Darah (LED)
g/dL
mm/ja
32 36
< 32
Pria
< 15
Wanita
Hitung Jenis Leukosit
< 20
Neutrofil
0 - 12
Eosinofil
0-6
Basofil
0-2
Limfosit
15 - 45
Monosit
Besi serum
TIBC (total iron binding capasity)
Saturasi Transferin (TS)
Feritin serum (SF)
%
Mg/ml
0 - 11
%
Ng/mL
20 45
Pria
30 300
Wanita
10 - 200
< 50
Meningkat
< 16
< 12
D. Tatalaksana
Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi
terhadap anemia defisiensi besi adalah:
BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan Darah Lengkap yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Beberapa jenis parameter pada pemeriksaan darah lengkap, yaitu Hemoglobin
(Hb), Hematokrit (Hct), Leukosit (sel darah putih), Trombosit (platelet), Eritrosit (sel darah
merah), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah (LED), Hitung Jenis
Leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW), Red Cell Distribution Width
(RDW).
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang
pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh
anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi
kosong. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi, ganguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
Gejala Khas Anemia Defisiensi Besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah: Koilonychia: kuku sendok (spoon nail) dimana kuku menjadi rapuh, Atrofi papil
lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang,
stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwama pucat keputihan, disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel
hipofaring, Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Untuk memastikan jenis anemia yang dialami oleh seseorang apakah anemia akibat
defisiensi besi atau lainnya hal yang pertama harus dilakukan adalah melengkapi hasil
pemeriksaan darah lengkap, dengan menentukan nilai besi serum, DIBT, saturasi transferrin,
ferritin serum, dan reseptor transferring (bila perlu).
Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi
terhadap anemia defisiensi besi adalah:
a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus
dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy):
DAFTAR PUSTAKA
Anemia. Dalam: Gleadle, Jonathan.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik.Jakarta:Erlangga; 2003. h. 84-5.
Hitung Darah Lengkap.Diunduh dari http://spiritia.or.id/li/pdf/LI121.pdf. Diunduh 05
Oktober 2016
Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Sudiono, Herawati, dkk. Penuntun Patologi
KlinikHematologi. Jakarta : FK UKRIDA ; 2009. h.109
Iron deficiency anemia. Edisi 2009. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649. 05 Oktober 2016
Rukman.2014. Hematologi dan Transfusi.Jakarta : Erlangga
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Edisi 2. dr.Albertus Agung
Mahode.EGC.2011
Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Juli 2011
Sulistianingsih dkk,.2015.