Anda di halaman 1dari 25

DIAGNOSTIK KLINIK

ANALISA DARAH LENGKAP

DOSEN :
Dra. Refdanita, M.Si, Apt

DISUSUN OLEH :
Agriana Yudhayanty
15334708

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga tugas mata
kuliah Diagnostik Klinik yang membahas tentang ANALISA DARAH dapat penulis
selesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1

Ibu Dra. Refdanita, M.Si, Apt selaku dosen mata kuliah Diagnostik Klinik

Rekan analis kesehatan di tempat penulis bekerja yang memberikan masukkan dan
saran kepada penulis.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta , Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.... 1
B. Tujuan Penulisan. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Darah 2
B. Analisis Darah. 2
1. Hemoglobin (Hb)..................................................................................... 3
2. Hematokrit (Hct).. 3
3. Leukosit (Sel darah Putih)... 4
4. Trombosit (platelet).. 4
5. Eritrosit (Sel darah merah). 4
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC). 5
7. Laju Endap Darah 5
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count). 6
9. Platelet Disribution Width (PDW).. 7
BAB III PEMBAHASAN8
A. Anemia Defisiensi Besi. 8
B. Manifestasi Klinis,,,,,,..
.. 9
C. Patofisiologi....... 9
1. Hitung sel darah lengkap..
..... 11
2. Pemeriksaan Kadar / status besi.................................................................. 13
D. Tatalaksana.. 15
E. Pencegahan...... 17
F. Komplikasi... 17
BAB IV KESIMPULAN... 19
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah meluas dari pelayanan yang
berorientasi pada obat (drug oriented) menjadi pelayanan yang berorientasi pada
pasien (patient oriented) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
melalui pencapaian luaran klinik yang optimal. Pada penilaian luaran klinik pasien
diperlukan berbagai indikator yang meliputi; respon klinik pasien, pemeriksaan fisik,
data laboratorium dan diagnostik (misalnya elektrografi).
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaaan
khusus yang dilakukan dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat
berupa darah, urin (air seni), sputum (dahak) dengan tujuan untuk menentukan
diagnosa atau untuk membantu dalam menentukan diagnosa dari suatu penyakit
dengan ditunjang beberapa data seperti hasil anamnesa dokter dan pemeriksaan
lainnya. Dengan melakukan pemeriksaan laboratorium berupa analisis darah akan
didapatkan informasi yang berguna bagi dokter dan apoteker dalam pengambilan
keputusan klinik pada proses terapi mulai dari pemilihan obat, penggunaan obat
hingga pemantauan efektivitas dan keamanan dalam pengobatan.
Data laboratorium dapat digunakan bersama dengan informasi status klinik
pasien, riwayat pengobatan, pengobatan saat ini dan riwayat alergi obat untuk menilai
ketepatan terapi obat. Selain itu uji laboratorium juga dapat digunakan untuk beberapa
hal, diantaranya; menilai efektifitas terapi, mendeteksi dan mencegah terjadinya
reaksi obat yang tidak diinginkan, menilai kepatuhan minum obat.
Suatu uji laboratorium akan bernilai hasilnya, jika; mempengaruhi diagnosis,
pragnosis atau terapi, memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proses
penyakit serta memberikan rekomendasi terkait penyesuaian dosis.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan yang mendalam bagi pembaca pada bidang diagnostik klinik khususnya
analisa darah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Darah
Darah berasal dari kata haima bahasa Yunani yang berasal dari akar kata hemo
atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang mengalir
dalam arteri, kapiler dan vena, yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan
dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan hasil metabolisme tubuh, Sebagai pertahanan
tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan
45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar
sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Darah merupakan
cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi
serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah
yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat
mengakibatkan kematian
B. Analisis Darah
Analisis Darah adalah pemeriksaan darah lengkap dimana merupakan suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi. Pada pemeriksaan darah lengkap selalu
menggunakan sampel darah segar. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan
yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang
tepat bisa segera dilakukan.
Beberapa parameter pemeriksaan pada pemeriksaaan darah lengkap antara lain;
Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Hct), Leukosit (sel darah putih), Trombosit (platelet),
Eritrosit (sel darah merah), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah
(LED), Hitung Jenis Leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW), Red
Cell Distribution Width (RDW).
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai

protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung
atom besi dan porphyrin:suatu pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin
bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam
arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen
(dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 ml
oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel
darah merah.
Berikut data nilai normal dari Hemoglobin berdasarkan (PIDK Kemkes, 2011)
Pria

: 13-18 g/dL SI unit: 8,1-11,2 mmol/L

Wanita

: 12-16 g/dL SI unit: 7,4-9,9 mmol/L

Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara


individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paruparu, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 g/dL
menunjukan anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin
lebih penting daripada jumlah eritrosit.

Fungsi Pemeriksaan Hemoglobin


Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak,
dapat diketahui dengan mengukur kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal
berarti kekurangan darah. Suatu kondisi yang disebut dengan anemia. Adanya
anemia biasanya juga disertai dengan jumlah eritrosit yang menurun dari nilai

hematokrit dibawah normal.


2. Hematokrit (Hct)
Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah terhadap volume darah total.
Berikut nilai normal hematokrit berdasarkan (PIDK Kemekes, 2011)
Pria
Wanita

: 40%-50% SI unit: 0,4-0,5


: 35%-45% SI unit: 0,35-0,45

3. Leukosit (Sel darah Putih)


Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit

organism

easing

dan

mendistribusikan antibodi.
Ada dua tipe utama sel darah putih:

memproduksi

atau

mengangkut/

Granulosit

: neutrophil I, eosinofi I dan basofi I

Agranulosit : limfosit dan monosit


Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam jaringan
limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan
jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino
dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi,
penyimpanan dan pelepasan leukosit. Nilai normal Leukosit

3200-

10.000/mm3 SI: 3,2-10,0 x 109/L (PIDK Kemkes, 2011)


4. Trombosit (platelet)
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Trombosit terbentuk dalam
sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh
trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3nya terdapat di Limfa. Nilai normal
trombosit berkisar 170-380.103/mm3 SI: 170-380.109/L (PIDK Kemkes, 2011)
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dimana trombositosis ini dapat
berhubungan dengan kanker, sirosis, arthritis rheumatoid. Trombosit yang rendah
disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD),
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
5. Eritrosit (Sel darah merah)
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb.
Eritrosit yang terbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas
sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk
bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih muah melewati
kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin akan
menstimulasi produksi eritrosit. Umur eritrosit 120 hari. Nilai normal Eritrosit
(PIDK Kemekes, 2011)
Pada pria

: 4,4-5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4-5,6 x 1012 sel/L

Pada wanita : 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5-5,0 x 1012 sel/L


6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia
(Suatu kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah). Indeks/nilai yang
biasanya dipakai antara lain :

MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah indeks untuk menentukan ukuran


sel darah merah, MCV menunjukan ukuran sel darah merah tunggal apakah
sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau
Makrositik (ukuran kecil > 100 fL)
MCV =

hematokrit ( )
x 10
eritrosit

Nilai normal = 80-100 (fl)

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata


(HER), adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah
merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik,
hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakn untuk
mendiagnosa anemia.
MCH =

hemoglobin
eritrosit

Nilai normal = 28-34 pg/sel

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi


Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu mengukur konsentrasi Hb ratarata dalam sel darah merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya.
Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb
darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal
ini tidak berlaku pada MCH.
MCHC =

hemoglobin
hematokrit

Nilai normal = 32-36 g/dl

7. Laju Endap Darah


Laju Endap Darah (LED) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit,
menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan plasma. LED
dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi.
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan
kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). International Commitee for
Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan
metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet
Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang
sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 15 mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam.

8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis
leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi
yang khusus dalam melawan patogen.
Berikut sel-sel darah putih beserta fungsinya;
1. Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
2. Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
3. Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
4. Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
5. Monosit melawan infeksi yang hebat
1. Neutrofil
Nilai normal:

Segment
: 36%-73% SI unit: 0,36-0,73
Bands
: 0%-12% SI unit: 0,00-0,12
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofil terutama berfungsi
sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini
memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan penyakit noninfeksi seperti artritis reumatoid, asma dan radang

perut.
2. Eosinofil
Nilai normal:
0%-6%
Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada
tahap akhir inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Eosinofil juga aktif pada reaksi alergi dan infeksi parasit sehingga
peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk mendiagnosa atau
monitoring penyakit.
3. Basofil
Nilai normal:
0%-2%
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan
histamin. Jika konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basofil
biasanya tinggi. Jaringan basofil disebut juga mast sel.
4. Limfosit
Nilai normal:
15%-45%
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini
kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir
proses inflamasi. Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam
respon imun seluler tubuh. Kebanyakan limfosit terdapat di Limfa,
Jaringan Limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5% dari total limfosit yang
beredar pada sirkulasi.
5. Monosit

Nilai normal:
0%-11%
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis
kedua pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk
kelompok makrofag. Manosit juga memproduksi interferon.
9. Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW
yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari
volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang
heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam
folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah
dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong
(depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin
berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium
yang menunjukan cadangan besi kosong. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
karena rendahnya asupan besi, ganguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun:
1.

Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:


-

Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker lambung, kanker kolon, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Perdarahan kronik, khususnya uterus atau saluran cerna adalah penyebab yang
utama, sebaliknya, defisiensi dari makanan jarang sekali menjadi penyebab
tunggal di negara maju.

2.

Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia

Saluran kemih: hematuria

Saluran napas: hemoptoe

Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan

3.

rendah daging).
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan. Kebutuhan yang meningkat selama masa bayi, remaja, kehamilan,
menyusui dan pada wanita yang mengalami menstruasi menyebabkan tingginya
resiko anemia pada kelompok klinis tersebut.

4.

Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.


Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir identik

dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai
penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang.

Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena menometrorhagia.
B. Manifestasi Klinis
Klasifikasi Derajat Defisiensi Besi
Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi besi dapat
dibagi menjadi 3 tingkatan :
1. Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi
untuk eritropoesis belum terganggu.
2. Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis) : cadangan besi kosong,
penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara
laboratorik.
3. Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia defisiensi besi
a. Gejala Anemia Defisiensi Besi
Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada
anemia jenis lain adalah:

Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok (Gambar 1).

Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.

Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwama pucat keputihan

Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring

Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia


C. Patofisiologi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi
makin menurun. Keadaan ini disebut iron depleted state atau negative iron balance.
Keadaan ini ditandai dengan penurunan kadar ferritin serum, peningkatan absorpsi
besi dalam usus, dan pengecatan besi dalam sumsung tulang negative. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi akan kosong sama sekali,
penyediaan besi untuk eritropoesis akan berkurang sehingga menimbulkan gangguan
pembentukan eritrosit tapi secara klinis belum tampak, keadaan ini dinamakan iron

deficiency erithropoesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah
peningkatan kadar free protophorpyrin atau zinc protoporphyrin dalam eritrosit.
Saturasi transferin menurun atau TIBC meningkat. Akhir-akhir ini parameter yang
sangat spesifik adalah peningkatan reseptor transferin serum. Apabila jumlah besi
menurun terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin
mulai menurun, akibat nya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron
deficiency anemia. Pada saat itu juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut, dan faring
serta gejala lainnya. Jika terjadi pengendapan fe yang berlebihan dalam tubuh
terutama akan merusak hati, pancreas, dan miokardium (hemokromatosis)
Seseorang didiagnosis anemia defisiensi besi bila:
1. Pada Anamnesis; pasien mengeluh sering pusing, mata berkunang-kunang,
lemas, mual, nyeri menelan.
2. Pada pemeriksaan fisik; dilihat kesadaran pasien, apakah pasien mengalami
sesak nafas,ada atau tidaknya koilonikia (kuku seperti sendok) atau keilotis
angularis (peradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak pucat
keputihan atrofi papil lidah yang ditandai dengan permukaan lidah menjadi
licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang
3. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium) hasilnya memang
indikasi dari anemia defisiensi besi,.
Proses pengambilan sambel darah

Adapaun pemeriksaan darah tersebut meliputi:


a. Hitung sel darah lengkap
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit (Hct)
Leukosit (sel darah putih)
Trombosit (platelet)
Eritrosit (sel darah merah)
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Laju Endap Darah (LED)
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Platelet Distribution Width (PDW)
Dengan menggunakan metode Automatic Analyzer (fotometer)
Peralatan : Cell DYN Emeral, Cell DYN 3200, ABX Pentra XL 180, Roller
mixer, dan tabung vacutainer
Sampel

: Darah EDTA

Prinsip

: Sampel darah dicampur antikoagulan EDTA kemudian dilakukan

perhitungan jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, indeks


eritrosit, hitung jenis leukosit dengan alat Pentra XL 80, Cell DYN Emerald an
Call DYN 3200
Prosedur :Pemeriksaan Darah Lengkap (DL) dengan menggunakan alat Cell
DYN Emerald.

Sampel dihomogenkan selama 5-10 menit dengan roller mixer.

Klik Ikon New Sampel, kemudian klik next sampel, kemudian ketik nama

pasien dan tempat dirawat. Klik OK.

Tutup tabung sampel dibuka dan kemudian tabung diletakkan dibawah


jarum sampel (sampling nozzle) sampai ujung jarum menyentuh dasar
tabung.

Tombol counting ditekan, sehingga jarum sampel akan menyedot sampel


sampai jarum sampel akan tertarik kedalam instrument dan sampel secara
otomatis akan diproses oleh alat ini. Ditunggu sampai hasil diprint
otomatis oleh alat.
Laju Endap Darah (LED) dihitung dengan menggunakan Metode
Westergen
Metode Westergen banyak digunakan, karena metode ini sangat
sederhana.

ICSH

merekomendasikan

sebagai

metode

referensi.

Hematokrit pasien seharusnya tidak melebihi 35 % karena kemampuan


untuk terjadinya sedimentasi mungkin lebih lambat pada tabung yang
sempit
Prinsip.
Sejumlah darah yang telah ditambah dengan NaCL 0,85 % dala
perbandingan (4:1) apabila didiamkan dalam tabung Westergen dalam
posisi tegak lurus, dengan adanya perbedaan berat jenis antara sel darah
dengan plasma, maka sel darah akan mengendap
Bahan.
Darah vena
Peralatan
Tabung Westergen adalah pipet lurus dengan panjang 30 cm, diameter
internal 2,55 mm, dan memuat sekitar 1 mL. Rak Westergen juga
digunakan , yang diperlukan untuk meletakkan tabung pada posisi vertike
Reagen
larutan natrium sitrat 0,105 mol (kisaran 0,10 0,136) adalah
antikoagulan yang digunakan sebagai larutan pengencer.
Prosedur
1. Sebanyak 2 mL darah ditambahkan ke 0,5 mL natrium sitrat dan
dicampur dengan cara bolak balik

2. Pipet Westergen diisi sampai tanda 0 dan ditempatkan vertikal di rak


pada suhu kamar tanpa getaran atau paparan sinar matahari
3. Setelah tepat 60 menit, jarak dari tanda 0 ke atas kolom eritrosit
dicatat dalam milimeter sebagai nilai LED
4. Jika batas antara plasma dan sel darah merah kolom adalah kabut
yang diukur adalah kepadatan yang jelas terlihat.
Sumber Kesalahan
Jika konsentrasi antikoagulan lebih tinggi dari yang direkomendasikan,
maka LED mungkin meningkat. Natrium sitat atau EDTA tidak
mempengaruhi tingkat sedimentasi jika menggunakan dalam konsentrasi
yang tepat. Heparin mengubah membran potensial zeta dan tidak dapat
digunakan sebagai antikoagulan. Gelembung yang tersisa ditabung ketika
diisi, akan mempengaruhi LED. Hemolisis dapat mempengaruhi LED.
Kemiringan 3 derajat saja akan dapat mempercepat LED sebanyak 30 %.
Suhu harus dalam kisaran 20 25C lebih rendah atau lebih tinggi
mengubah LED. Jika darah telah disimpan dalam keadaan dingin, maka
harus disesuaikan dulu untuk mencapai suhu kamar. Tes harus sudah
dilakukan dalam waktu 2 jam setelah sampel darah diperoleh (atau dalam
waktu 12 jam jika EDTA digunakan sebagai antikoagulan dan darah
disimpan pada suhu 4C). Tidak ada metode yang efektif yang dikenal
untuk mengkoreksi anemia pada metode Westergen meskipun hal ini
dapat dilakukan dengan metode Wintrobe.
b. Pemeriksaan Kadar / status besi
1. Kadar besi serum (BS): mengukur kadar besi serum yang berikatan dengan
transferin.
2. Total Iron Binding Capasity (TIBC): Mengukur banyaknya besi yang dapat
diikat transferin bila serum dijenuhkan dengan besi.
Normal : rasio BS :DIBT = 1:3
3. Saturasi Transferin: Persentase transferin yang berikatan dengan besi dengan
rumus:BS / DIBT x 100 %.
Nilai rujukan : 20-45 % transferin jenuh dengan besi.
4. Ferritin serum: indikator awal mendeteksi defisiensi besi.
Nilai rujukan : wanita 10-200 ng/mL. Pria 30-300 ng/mL

Tabel Nilai Normal Parameter Pemeriksaan Darah Lengkap


Parameter
Hemoglobin (Hb)

Satuan
g/dL

Pria
Wanita
Hematokrit (Hct)

Nilai Normal

Anemia def Fe

13 18
12 - 16

< 12

40 50

Menurun

Pria
Wanita
Leukosit

Sel/mm

35 - 45
3200

Trombosit

3
Sel/mm

10.000
170

380.000

Eritrosit

3
Juta/m

Pria

m3

4,4 5,6

Wanita
Indeks Eritrosit:

3,8 5,0

MCV

fL

80 100

< 76

MCH

pg/sel

28 34

< 27

MCHC
Laju Endap Darah (LED)

g/dL
mm/ja

32 36

< 32

Pria

< 15

Wanita
Hitung Jenis Leukosit

< 20

Neutrofil

0 - 12

Eosinofil

0-6

Basofil

0-2

Limfosit

15 - 45

Monosit
Besi serum
TIBC (total iron binding capasity)
Saturasi Transferin (TS)
Feritin serum (SF)

%
Mg/ml

0 - 11

%
Ng/mL

20 45

Pria

30 300

Wanita

10 - 200

< 50
Meningkat
< 16

< 12

D. Tatalaksana
Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi
terhadap anemia defisiensi besi adalah:

1. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing


tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus dilakukan,
kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
2. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy):

a. Terapi Besi Oral


Terapi besi oral merupakan terapi pilihan pertama oleh karena efektif,
murah dan aman. Preparat yang tersedia adalah ferrous sulphat (sulfas
ferosus) merupakan preparat pilihan pertama oleh karena paling murah
tetapi efektif. Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus
mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg
mengakibatkan absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan
eritropoesis dua sampai tiga kali normal.
Preparat lain: ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate
dan ferrous succinate. Sediaan ini harganya lebih mahal, tetapi efektivitas
dan efek samping hampir sama dengan sulfas ferosus. Preparat besi oral
sebaiknya diberikan saat lambung kosong. tetapi efek samping lebih sering
dibandingkan dengan pemberian setelah makan.
Efek samping utama besi per oral adalah gangguan gastrointestinal
yang dijumpai pada 15 sampai 20%. yang sangat mengurangi kepatuhan
pasien. Keluhan ini dapat berupa mual, muntah, serta konstipasi. Untuk
mengurangi efek samping besi diberikan saat makan atau dosis dikurangi
menjadi 3 x 100 mg.
Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga yang
menganjurkan sampai 12 bulan, setelah kadar hemoglobin normal untuk
mengisi cadangan besi tubuh. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah
100 sampai 200 mg. Jika tidak diberikan dosis pemeliharaan, anemia
sering kambuh kembali.
b. Terapi besi parenteral
Terapi besi parenteral sangat efektif tetapi mernpunyai risiko lebih besar
dan harganya lebih mahal. Oleh karena risiko ini maka besi parenteral
hanya diberikan atas indikasi tertentu.

Indikasi pemberian besi parenteral adalah:


-

intoleransi terhadap pemberian besi oral

kepatuhan terhadap obat yang rendah

gangguan pencernaan seperti kolitis ulseratif yang dapat kambuh jika


diberikan besi

penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi

keadaan di mana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak


cukup dikompensasi oleh pemberian besi oral, seperti misalnya
pada hereditary hemorrhagic teleangiectasia

kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada


kehamilan trimester tiga atau sebelum operasi

defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritropoetin


pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik.

Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg


besi /ml), iron sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah iron ferric
gluconate daniron sucrose yang lebih aman. Besi parenteral dapat diberikan
secara intramuskular dalam atau intravena pelan. Pemberian secara
intramuskular memberikan rasa nyeri dan memberikan warna hitam pada
kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, meskipun
jarang (0,6%). Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual,
muntah, nyeri perut dan sinkop.
Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar
hemoglobin dan mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg. Dosis yang
diberikan dapat dihitung melalui rumus di bawah ini:
Dosis ini dapat diberikan sekaligus atau diberikan dalam beberapa
kali pemberian.
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg
c. Pengobatan lain
1) Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein
terutama yang berasal dari protein hewani

2) Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan


absorpsi besi
3) Transfusi darah: ADB jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi
pemberian transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah:
a) Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung.
b) Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala
pusing yang sangat menyolok.
c) Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat
seperti pada kehamilan trimester akhir atau pre operasi.
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi
bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian furosemid
intravena.
E. Pencegahan
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan
makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:
1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah
kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-buahan, pisang, sayuran
berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
vitamin c membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orangorang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti pada anak-anak (selama
pertumbuhan) dan perempuan (saat hamil dan menstruasi).
F. Komplikasi
1. Anemia defisiensi besi mengurangi kinerja dengan memaksa otot untuk bekerja
pada tingkat yang lebih tinggi dari pada orang sehat, selama metabolisme
anaerobik. Hal ini diyakini karena kekurangan enzim pernapasan yang
mengandung besi daripada anemia.

2. Anemia berat karena penyebab apapun dapat menyebabkan hipoksemia dan


meningkatkan terjadinya insufisiensi koroner dan iskemia miokard. Demikian
pula, dapat memperburuk status paru pasien dengan penyakit paru kronis.
3. Intoleransi udara dingin berkembang di seperlima dari pasien dengan anemia
kekurangan zat besi kronis dan terjadi oleh karena gangguan vasomotor, nyeri
neurologik, atau mati rasa dan kesemutan.
4. Gangguan fungsi imun dilaporkan pada pasien kekurangan zat besi, dan ada
laporan bahwa pasien rentan terhadap infeksi, namun bukti bahwa hal tersebut
adalah akibat langsung yang disebabkan oleh kekurangan zat besi kurang
meyakinkan karena adanya faktor lain.

BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan Darah Lengkap yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap
suatu penyakit. Beberapa jenis parameter pada pemeriksaan darah lengkap, yaitu Hemoglobin
(Hb), Hematokrit (Hct), Leukosit (sel darah putih), Trombosit (platelet), Eritrosit (sel darah
merah), Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC), Laju Endap Darah (LED), Hitung Jenis
Leukosit (Diff Count), Platelet Disribution Width (PDW), Red Cell Distribution Width
(RDW).
Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang
pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh
anemia hipokromik mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukan cadangan besi
kosong. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi, ganguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
Gejala Khas Anemia Defisiensi Besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah: Koilonychia: kuku sendok (spoon nail) dimana kuku menjadi rapuh, Atrofi papil
lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang,
stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwama pucat keputihan, disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel
hipofaring, Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Untuk memastikan jenis anemia yang dialami oleh seseorang apakah anemia akibat
defisiensi besi atau lainnya hal yang pertama harus dilakukan adalah melengkapi hasil
pemeriksaan darah lengkap, dengan menentukan nilai besi serum, DIBT, saturasi transferrin,
ferritin serum, dan reseptor transferring (bila perlu).
Setelah didiagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi
terhadap anemia defisiensi besi adalah:
a. Terapi kausal: terapi terhadap penyebab perdarahan. Misalnya pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menorhagia. Terapi kausal harus
dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron
replacement therapy):

a. Terapi Besi Oral


Dosis anjuran adalah 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas ferosus mengandung
66 mg besi elemental. Pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg mengakibatkan
absorbsi besi 50 mg per hari yang dapat meningkatkan eritropoesis dua
sampai tiga kali normal.
b. Terapi besi parenteral
Terapi besi parenteral bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan
mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg
c. Pengobatan lain
o Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein
terutama yang berasal dari protein hewani
o Vitamin c: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi
o Transfusi darah: ADB jarang memerlukan transfusi darah.
Makan banyak makanan yang mengandung zat besi, asam folat, vitamin B 12
dan vitamin C sangat penting bagi orang-orang yang memiliki kebutuhan besi yang
tinggi, seperti pada anak-anak (selama pertumbuhan) dan perempuan (saat hamil dan
menstruasi).

DAFTAR PUSTAKA
Anemia. Dalam: Gleadle, Jonathan.At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik.Jakarta:Erlangga; 2003. h. 84-5.
Hitung Darah Lengkap.Diunduh dari http://spiritia.or.id/li/pdf/LI121.pdf. Diunduh 05
Oktober 2016
Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Sudiono, Herawati, dkk. Penuntun Patologi
KlinikHematologi. Jakarta : FK UKRIDA ; 2009. h.109
Iron deficiency anemia. Edisi 2009. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/202333-followup#a2649. 05 Oktober 2016
Rukman.2014. Hematologi dan Transfusi.Jakarta : Erlangga
Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Edisi 2. dr.Albertus Agung
Mahode.EGC.2011
Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Juli 2011
Sulistianingsih dkk,.2015.

Hubungan Ketepatan Waktu Konsumsi Tablet Besi dengan

Kejadian Anemia pada Ibu Hamil TM III. Stikes Muhammadiyah Pringsewu.


Lampung
Wahyuningksih. 2014. Asupan Zat Gizi, Status Gizi, Dan Status Anemia Pada Remaja LakiLaki Pengguna Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pediatri Sari. 2002. Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia. Universitas Indonesia.
Depok
Kartamihardja Emmy. Anemia Defisiensi Besi. Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Universitas Andalas. Padang

Anda mungkin juga menyukai