) Dalam
Susu Fermentasi
Disusun Oleh :
NANDINII RAMASENDERAN
080100332
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Hasil Penelitian
yang berjudul, Gambaran Kualitatif Bakteri Probiotik (Lactobacillus sp.) Dalam
Susu Fermentasi.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.
Penulis
Daftar Isi
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1: Bakteri Probiotik
2.1.1: Definisi probiotik
2.1.2: Kandungan probiotik
2.1.2.1:Bakteri asam laktat.
2.2: Bakteri probiotik untuk konsumsi manusia secara komersial
2.2.1:L.acidophilus
2.2.2:L.casei
2.2.3:L.paracasei
2.2.4:L.rhamnosus
2.3:Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
viabilitas
makanan/minuman
2.3.1:Pilihan bakteri probiotik/ Kombinasi makanan
2.3.2:Keadaan fisiologis probiotik
probiotik
dalam
2.3.3
:Suhu
2.3.4
:pH
:Oksigen
2.3.7
:Freeze-Thawing
2.4.2
2.4.3
2.5
2.5.1
2.5.2
4.3.1 Populasi
4.3.2. Sampel
4.4.Metode Percobaan
4.5. Teknik Pengumpulan Data
4.6. Pengolahan dan Analisis Data
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
5.1.3. Hasil Analisa
5.2 Pembahasan
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan konsumsi susu fermentasi. Istilah 'probiotik' pertama kali dijelaskan oleh
Fuller (1989) dalam Lee dan Salminen (2009) sebagai a live microbial feed
supplement yang menguntungkan host dengan meningkatkan keseimbangan
mikroba usus manusia.
Penelitian terbaru telah membuktikan beberapa manfaat kesehatan dari
organisme probiotik yang masuk ke saluran pencernaan. Ini termasuk kemampuan
mereka untuk meredakan gejala intoleransi (DeVerse, et al., 1992), meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh, menurunkan kolesterol potensial (Guandilini, et
al., 2000), aktivitas antimutagenik dan pengobatan diare (Lankaputhra dan Shah,
1998).
Lokasi target utama probiotik setelah diminum adalah di usus, untuk
mikroflora dan sistem kekebalan tubuh yang terkait, dan karena itu penyelidikan
dan studi klinis infeksi di luar usus agak sedikit (Schrenzenmeir dan deVerse,
2001). Terapi aktivitas bakteri probiotik dapat disebabkan oleh persaingan dengan
patogen untuk nutrisi, perlekatan mukosa dan produksi zat antimikroba
(O'Sullivan, et al., 2005).
Manfaat kesehatan diperoleh oleh konsumsi makanan yang mengandung
bakteri probiotik didokumentasikan dengan baik dan lebih dari 90 produk
probiotik sudah tersedia di seluruh dunia. Untuk memberikan manfaat kesehatan,
konsentrasi disarankan untuk bakteri probiotik adalah 10 6 cfu (colony forming
unit) /g produk (Shah, 2000). Namun, penelitian telah menunjukkan viabilitas
rendah probiotik dalam pasaran (Shah, et al., 1995). Sejumlah faktor telah diklaim
untuk mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri probiotik dalam makanan
fermentasi termasuk asam dan hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh bakteri
serta kandungan oksigen dalam produk tersebut (Shah, 2000). Viabilitas bakteri
probiotik menurun dalam produk fermentasi dari waktu ke waktu karena
keasaman produk, suhu penyimpanan, lama penyimpanan, dan kekurangan nutrisi
(Dave dan Shah, 1997(i)) yang menyebabkan produk-produk ini memiliki umur
simpan yang terbatas (Dave dan Shah, 1996). Kebutuhan untuk memantau
kelangsungan hidup Lactobacillus sp. dari suatu produk fermentasi
sering diabaikan, dengan akibat bahwa sejumlah produk mencapai pasaran
dengan jumlah bakteri hidup di bawah tahap optimum. (Sanders, et al., 2007).
Beberapa contoh dokumen studi tentang makanan dan suplemen yang baik
tidak mengandung jumlah probiotik ditetapkan pada label atau tidak
menggunakan tata-nama ilmiah yang benar untuk nama mikroba ini. Beberapa
produk (banyak yogurt termasuk dalam kategori ini) tidak membuat klaim potensi
probiotik atau keberhasilan tetapi hanya daftar genus dan spesies bakteri hidup
tambahan (Drisko, et al., 2005). Pengguna sentiasa menganggap bahwa masalah
keselamatan hanya mengenai strain probiotik yang digunakan, bahkan, bagaimana
strain yang digunakan dan siapa yang mengkonsumsinya belum dipertimbangkan
(Sanders, et al., 2007). Selain itu, beberapa produk probiotik berlabel
menunjukkan efek kesehatan yang belum didokumentasikan.
Sangat disayangkan bahwa produk saat ini dapat dilabel sebagai probiotik
tetapi tidak didefinisikan dengan baik atau dibuktikan dengan studi terkontrol
manusia (Sanders, et al., 2007). Persyaratan di Amerika Serikat adalah bahwa
produk diberi label secara benar dan tidak menyesatkan; persyaratan ini berlaku
untuk kandungan serta klaim fungsinya. Banyak produk komersial mungkin tidak
memenuhi kriteria ini, sebagaimana dibuktikan oleh survei, yaitu studi derajat
ketidakpatuhan label dengan angka atau jenis mikroba probiotik yang layak pulih
dari produk komersial (Drisko, et al., 2005; Temmerman, et al., 2003; Yeung, et
al., 2002).
Dalam beberapa produk tidak menunjukkan kuantitas probiotik pada label,
tetapi pada website produk tersebut mungkin memberikan informasi tingkat
dikirimkan per porsi. Beberapa produk suplemen diberi label yang menyatakan
jumlah yang layak probiotik per dosis pada saat pembuatan. Beberapa suplemen
menunjukkan dosis untuk mengkonsumsi sebagai fungsi dari satu gram atau
jumlah kapsul tetapi tidak berhubungan dengan colony forming unit (CFU)
(Sanders, et al., 2007).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran kualitatif dari bakteri probiotik
(Lactobacillus sp.) dalam susu fermentasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui secara kualitatif adanya dan kelangsungan hidup bakteri
(viabilitas) probiotik dalam susu fermentasi
Tujuan Khusus
Mengetahui jenis bakteri probiotik dalam susu fermentasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1: Bakteri Probiotik
2.1.1: Definisi probiotik
Probiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti "prolife". Ini telah di
redefinisi secara berulang selama bertahun-tahun lamanya sejajar dengan
penambahan pengetahuan ilmiah yang semakin berkembang dan pemahaman
yang lebih mendalam tentang hubungan antara kesehatan usus dan kesejahteraan
umum. Berikut adalah definisi dari probiotik yang dicadangkan dan berubah
seiring dengan peredaran masa:
Menurut Lilly (1965) dalam Lee dan Salminen (2009), mendefinisikan
probiotik sebagai faktor pencetus pertumbuhan yang dihasilkan oleh
mikroorganisme.
Parker (1974) dalam Lee dan Salminen (2009), menyarankan adanya
interaksi antara mikroorganisms dengan host: Organisme dan zat-zat dengan
efek yang menguntungkan bagi manusia dengan mempengaruhi mikroflora usus.
Manakala Fuller (1989) dalam Lee dan Salminen (2009),
meredefinisikannya sebagai A live microbial supplement yang menguntungkan
dan mempengaruhi host dengan memperbaiki keseimbangan mikroba ususnya.
Menurut Huis I.V. (1992) dalam Lee dan Salminen (2009), probiotik
adalah A mono- or mixed culture of live microorganism yang diterapkan
pada hewan atau manusia, akan mempengaruhi dan menguntungkan host dengan
halus karena toleransi dan tahan terhadap enzim pencernaan (pH1-5) lambung dan
asam empedu . Selain itu, LA-5 dapat menempel pada mukosa usus, dan
survivability LA-5 di usus menunjukkan pemulihan yang baik dalam tinja setelah
pemberian oral (Saarela, et al., 2007). Lactobacillus acidophilus adalah
kelompok bakteri Gram-positif non-bersporulasi batang atau anaerobic fakultatif,
dan merupakan spesies alami pada usus. Produk akhir dari fermentasi glukosa
oleh Lactobacillus adalah asam laktat, asam asetat, dan H2O2. Metabolit ini
membuat lingkungan yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme pathogen. Lactobacillus memainkan peran penting dalam
mengontrol pH usus melalui produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga
membatasi pertumbuhan bakteri patogen dan yang menyebabkan perbusukan
berpotensi banyak. In vitro, LA- 5 menyebabkan peningkatan produksi
asetat dan propionat oleh bakteri kolon ketika mikrobiota stabil belum didirikan,
dan menunjukkan suplementasi LA-5 mampu memodifikasi fermentasi kolon.
LA-5 juga memproduksi CH5 bakteriosin yang ditandai tidak hanya sebagai
antibakteri jangkauan luas, tetapi juga mempunyai aksi penghambatan terhadap
ragi tertentu (Lee dan Salminen, 2009).
2.2.2:L.casei
Lactobacillus casei juga telah digunakan sebagai produk beku-kering dalam
suplemen diet. L. casei telah terbukti menguntungkan dan mempengaruhi
kesehatan saluran pencernaan serta sistem kekebalan tubuh. L. casei telah
ditunjukkan untuk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan fungsi modulasi
10
11
2009).
2.3: Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas probiotik dalam makanan /
minuman.
2.3.1:Pilihan bakteri probiotik/ Kombinasi makanan
Organisme probiotik umumnya dipilih dari konstituen usus yaitu Lactobacillus
dan Bifidobacteria, yang telah berevolusi untuk tumbuh dan bertahan hidup
dalam kondisi lingkungan di sekitar saluran usus manusia. Di usus halus dan usus
besar, pH umumnya dekat dengan netral, suhu konstan (37C-39C), pasokan gizi
kompleks terus tersedia dan bekalan oksigen yang terbatas. Kondisi ini tentu saja
sangat berbeda dengan yang ditemukan dalam produk makanan dan matriks
makanan. Meskipun demikian, bakteri telah menunjukkan kemampuan luar biasa
untuk bertahan hidup di lingkungan yang ekstrem dan probiotik dapat bertahan
hidup dalam lingkungan makanan untuk batas waktu tertentu. Bahan probiotik
tidak semuanya sama. Perbedaan semakin melebar dari genus ke spesies dan
bahkan hingga ke tingkat strain, dan dampak fisiologis bakteri baik pada kedua
konsumen dan teknologi yang digunakan untuk memproduksi mereka
dalam makanan (Lee dan Salminen, 2009). Semakin dekat organisme probiotik
yang terkait, biasanya efeknya juga akan lebih tertampil.
Namun, perbedaan strain-ke-strain masih terlihat secara signifikan
dan dapat berdampak pada kinerja probiotik dalam makanan. Perbedaan dalam
karakteristik teknologi spesies probiotik yang berbeda dan strain berarti perawatan
yang harus diambil dalam memilih strain yang paling tepat untuk aplikasi
makanan tertentu. Memang, langkah pertama dalam menggabungkan suatu
12
13
bakteri dalam produk itu sendiri. Jika produk makanan kering (misalnya, susu
formula bubuk) probiotik dikeringkan dan berada dalam keadaan diam (quiescent
state) selama penyimpanan maka tempoh waktu bertahan juga semakin lama.
Namun, ketika termasuk dalam produk basah seperti yogurt, bakteri akan berada
dalam keadaan vegetatif dan mempunyai potensi untuk menjadi aktif secara
metabolik (meskipun perlahan pada suhu pendinginan yang rendah). Keadaan
fisiologis bakteri akan banyak berpengaruh pada shelf life bakteri, dengan
survival jangka panjang sel vegetatifnya hanya mungkin dilakukan pada suhu
yang rendah (Matto, et al., 2006). Sebagai perbandingan, jika dalam bentuk
kering, quiescent cells akan mempunyai shelf life yang lebih panjang pada suhu
ambient, dan lebih stabil pada suhu rendah. Bakteri mampu merespon pada
stres lingkungan melalui induksi berbagai mekanisme toleransi stres . Induksi
protein stres oleh paparan sel pada stress sublethal seperti panas, kelaparan dingin,
pH rendah, dan osmotic stress dapat membolehkan bakteri probiotik lebih
mentolerir kondisi stres lingkungan selama produksi makanan, penyimpanan, dan
transit gastrointestinal (Ross, et al., 2005). Cross-protection telah sering diamati,
di mana paparan satu stress memberikan perlindungan terhadap stressor lain yang
menekannya (Matto, et al., 2006). Yang harus ditekankan adalah bahwa
meskipun berbeda strain probiotik namun ia memiliki toleransi intrinsik yang
tersendiri dengan kondisi lingkungan, dan toleransi juga dapat dipengaruhi oleh
bagaimana sediaan kultur dipersiapkan. Respon stress dapat dimanfaatkan untuk
membuat strain probiotik lebih tahan dan kemungkinan untuk bertahan hidup
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
dan pengobatan infeksi pencernaan dan penyakit (Parvez, et al., 2006)). Beberapa
efek kesehatan yang diusulkan dari konsumsi probiotik diringkas dalam
Gambar. 2.5. Umumnya, mekanisme yang mungkin berpengaruh dari konsumsi
probiotik dapat dibagi menjadi beberapa kategori: normalisasi mikrobiota,
modulasi respon imun, dan fungsi metabolisme.
2.5.1:Pencegahan dan penatalaksanaan untuk infeksi oral dan karies dental
Bakteri asidogenik oral seperti Lactobacillus berkaitan dengan keberadaan dan
terjadinya karies gigi. Bakteri asam karies mengkolonisasi lingkungan, seperti
pada celah dan ruang interdental, dan menghasilkan asam dari fermentasi gula.
Sebaliknya ada saranan yang mengatakan bahawa kolonisasi dari bakteri gula non
lactose dan yang lambat fermentasi, mampu menghambat karies patogen, serta
mencegah karies pada anak-anak. Di ujung lain spectrum usia, pertumbuhan
berlebihan dari ragi oral adalah masalah yang umum kalangan orang tua.
Sementara kolonisasi bakteri probiotik di rongga mulut secara kompetitif dapat
mengecilkan jumlah ragi oral (Nase, et al., 2001).
2.5.2:Penatalaksanaan untuk irritable bowel syndrome (IBS)
Sekitar 5-20% dari penduduk dunia diperkirakan menderita IBS. Gejala klinis
utamanya termasuk ketidaknyamanan perut atau nyeri, diare, sembelit, kembung,
dan perut kembung. Terapi saat ini untuk IBS dianggap efektif secara moderat,
dan pendekatan baru dalam pengobatan sedang terus dicari. Patogenesis
IBS masih belum jelas, namun tersedia bukti menunjukkan bahwa motilitas usus
yang diubah, hipersensitivitas visceral, dan disregulasi dari otak-usus sumbu
24
adalah mekanisme penting yang terkait. Ada yang mengumpulkan bukti yang
menunjukkan bahwa profil ketidakseimbangan mikroba usus dan peradangan
mukosa enterik bakteri mediated mungkin terkait dengan IBS (Chadwick, et al.,
2002).
2.5.3: Pencegahan untuk kanker usus
Dalam dua dekade terakhir, jumlah orang yang menderita kanker usus besar telah
berangsur-angsur meningkat, khususnya di negara-negara industri. Studi telah
menunjukkan bahwa diet dan antibiotik dapat menurunkan generasi karsinogen
dalam usus besar dan mengurangi tumor secara kimiawi. Efek ini tampaknya
dimediasi melalui mikroflora usus. Studi tambahan menunjukkan bahwa
pengenalan Lactobacillus acidophilus ke dalam makanan menurunkan
kejadian tumor usus yang diinduksi secara kimia pada tikus. Sebuah
mekanisme yang mungkin untuk efek-efek antikanker bergantung pada bakteri
usus yang menghambat enzim yang mengkonversi procarcinogens untuk ke
bentuk karsinogen. Teknik ini dapat dikembangkan pada masa depan dengan
menguji kemampuan probiotik untuk menghambat pertumbuhan atau organisme
yang biasanya ditemukan pada tumbuhan yang memiliki aktivitas
tinggi seperti enzim -glucuronidase, nitroreductase, azoreductase dan
glikosidase atau kemampuan untuk nitrososation (Lee dan Salminen, 2009)
25
26
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang gambaran kualitatif Lactobacillus sp.
dalam susu fermentasi diuraikan berdasarkan variabel-variabel (petak yang
diwarnakan) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar di bawah ini:
Identifikasi strain mengikut metode fenotip dan
genotip
Genus, strain, spesies
Deposit strain dalam international culture
collection
Assesmen keselamatan
In vitro dan/atau hewan
Fase 1:Trial pada manusia
Karakterisasi fungsional
Tes In vitro
Studi pada hewan
produk)
Batch number
Kombinasi bakteri
dalam makanan
Fase 3:
Membandingkan Keefektifan
probiotik dengan perlakuan standar
Suhu
kondisi tertentu
pH
Oksigen
Freeze-Thawing
Aktivitas dalam Air
27
Produk Probiotik
(Laktobasillus sp.)
Variabel
Cara
Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Pengukuran
Dilakukan
pengiraan
jumlah
koloni
pada
medium
kultur
dalam
unit,
Colony
Forming
Unit (cfu)
Conventional
Plate Count
Method
Interval
Batch
number
Dilakukan
observasi
pada
batch
number
(date
luput)
yang
terdapat
pada label
kemasan.
Kalendar
Estimated
Aerobic Plate
Count(EAPC):
<25 koloni:
Kontaminasi/
Tidak
memuaskan
25-250 koloni:
Normal
>250 koloni:
Overcrowded
(diulang
proses
pengenceran)
Dinyatakan
jumlah hari
produk
probiotik telah
dipasarkan
atau jumlah
hari sebelum
tanggal
luputviabilitas
bakteri
menurun
Definisi
Item / produk
yang dibuat
dibawah(preparer)
kriteria
yang ditetapkan
dalam kondisi
tertentu
(misalnya bahan
dikendali
kan/bahan,
dibawah
suhu dikendalikan,
untuk k
erangka waktu
dikontrol, untuk
volume,
kuantitas tertentu
atau
periode waktu)
28
Nominal
Variab
el
Definisi
Cara
Ukur
Jenis
Produk
Sampel
Pemilihan
produk
yang
berbeda/
bervariasi
tipenya
tetapi
mematuhi
ciri
karakteristi
k
eksperime
nt.
29
Alat
Uku
r
Panc
a
Inder
a
Hasil
Ukur
Variasi
dalam
jenis
sampel
yang
memenuhi
karakterist
ik
penelitian:
-yogurt
-susu
kultur
-keju
-susu
asidophilu
s
Skala
Pengukur
an
Nominal
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu
penelitian yang mendeskripsikan gambaran kualitatif bakteri probiotik
(Lactobacillus sp.) dalam produk susu fermentasi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 16 hingga 23 Juni 2011.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium PRODIA, Medan. Penentuan
lokasi ini berdasarkan pertimbangan sesuai dengan tujuan penelitian dan
peruntukkan dana. Peralatan dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan
eksperiment ini tersedia dan feasible pada tempat ini.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah produk-produk probiotik (susu kultur,
yoghurt, keju, dan susu asidophilus) dalam kemasan jenis susu fermentasi dengan
tanggal produksi dari bulan Juni 2011 dengan merek-merek berbeda.
4.3.2 Sampel
Pemilihan sampel dengan metode acak stratifikasi (stratified randomized
sampling), di mana unit populasi dibahagikan mengikut stratum, h (h1=yogurt,
h2=
31
keju, h3= susu kultur, h4= susu acidophilus). Subjek akan dipilih secara acak dari
setiap stratum. Jumlah populasi (N) adalah 77 dan sampel (n) yang akan diuji
adalah sebanyak 65. Rumus pengiraan sampel mengikut Notoatmodjo, S., (2002)
adalah seperti berikut:
Data daftar registerasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM, 2010).
Jumlah produk :
1. Yogurt (h1) = 27
2. Keju (h2) = 10
3. Susu kultur (h3) = 25
4. Susu asidophilus (h4) = 15
Jumlah populasi (N) = 77
Jumlah sampel (n) yang akan dipilih :
N
Nd 2+1
= 77/ (77) (0.05)2 +1
= 64.6
n = 65 sampel produk susu fermentasi
di mana : N = jumlah populasi seluruhnya
n = jumlah sampel seluruhnya
d = kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir
Maka, jumlah sampel yang diambil dari setiap stratum secara acak dikira dengan
rumus dari Sugiyono (1999) dalam Imran dan Munif (2010) di bawah :
ni = Ni/N x n
32
di mana:
ni = jumlah sampel mengikut stratum
n = jumlah sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi mengikut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya
4.4. Metode Percobaan
Alat dan Bahan:
Autoclave, Incubator, Water bath, Colony Counter, Laminar Air Flow /BSC,
Vortex, Mikropipet (1000L,100L &10 L), Timbangan analitik, Cawan petri
(petri dish) diameter 15cm, Beaker glass, Thermometer, Pengaduk, Jarum
inokulum/ose, Test tube (tabung reaksi), Rak tabung reaksi, Batang L / L-rod
(spreader), 1000 mL aquabidest, 1.32 mL glacial acetic acid, Sampel percobaan
(susu kultur, keju, yogurt, dan susu acidophilus), DifcoTM Rogosa SL agar.
(Kandungan dalam sediaan Rogosa termasuk; Trypton 10g/L, Ekstrak ragi 5g/L,
Dextrose 10g/L, Arabinose 5g/L, Saccharose 5g/L, Polysorbate 80 1g/L, MonoKalium fosfat 6g/L, Amonium sitrat 2g/L, Natrium asetat 15g/L,
Magnesium sulfat 0.57g/L, Mangan sulfat 0.12g/L, Ferrous sulfat 0.03g/L, agar
15g/L).
Metode
1. Semua peralatan yang akan digunakan telah disterilkan menggunakan
autoclave selama 15 menit pada suhu 121 C.
2. Rogosa SL agar dipersiapkan sesuai dengan instruksi pabrik pembuat.
33
34
35
36
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif laboratorium secara potong lintang (cross
sectional) untuk mengetahui gambaran kualitatif bakteri Lactobacillus sp. yang
terkandung dalam produk-produk susu fermentasi yang tersedia di Kota Medan.
Produk susu fermentasi yang diperoleh, diencerkan dan dikultur di Laboratorium
Klinik Prodia, Jln. S. Parman, Medan dengan medium Rogosa SL- agar untuk
mendapatkan hasil.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah di sekitar kota Medan yaitu sampel-sampel
produk susu fermentasi dari 10 buah pusat perbelanjaan di kota Medan yang telah
dijelaskan (disenaraikan) oleh Dinas Kota Medan, seperti berikut:
1) Sun Plaza
2) Grand Palladium
3) Thamrin Plaza
4) Yuki Sukaramai
5) Yang Lim Plaza
6) Cambridge City Square
7) Berastagi Supermarket
8) Plaza Medan Fair
9) Carrefour Citra Garden
37
10)Vigo Supermarket
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel yang digunakan adalah produk susu fermentasi yang mengandungi bakteri
probiotik Lactobacillus sp. yang diperoleh dari 10 pusat perbelanjaan di kota
Medan dengan batch number (kadaluarsa) yang berbeda. Sampel kemudiannya
diberi kode dan hanya 1mL (1000L) dari setiap sampel yang digunakan untuk
pemeriksaan.
5.1.3 Hasil Analisa
Sebanyak 65 sampel dari 10 buah pusat perbelanjaan telah dikultur dengan media
Rogosa SL-agar untuk melihat pertumbuhan koloni yang terjadi dan hasilnya
adalah seperti berikut:
38
39
40
41
namun bakteri tersebut hanya merupakan salah satu komponen dalam produk susu
fermentasi. Sub-sub komponen lain dalam produk tersebut misalnya vitamin A, C,
E dan kalsium masih dapat memberikan manfaat kepada tubuh manusia.
42
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R.M., 2010. Handbook of Microbiological Media, 4th Ed. United States of
America. Taylor & Francis Group. pp.1516.
Bonet, E.B., dePetrino, S.F., Meson, O. and Perdigon, G., 2005. Antitumour effect
of Lactobacillus casei CRL 431 on different experimental tumours. Food
Agric. Immunol., 16 (14), pp.181191.
Boylston, T.D., Vinderola, C.G., Ghoddusi, H.B. and Reinheimer, J.A., 2004.
Incorporation of bifidobacteria into cheeses: challenges and rewards. Int.
Dairy J., 14, pp.375387.
BPOM-Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010. Daftar Registerasi Minuman
Terdaftar. [online] Available at:<http://www.pom.go.id/nonpublic/reg/klasi
fikasi.asp?klas_id=13&kat_id=02> [Accessed 27 April 2011].
Cadieux, P., 2006. Identification of anti-infective signals from lactobacilli. Ph. D.
University of Western Ontario,(Canada).
Chadwick, V.S., Chen,W. and Shu, D., 2002. Activation of the mucosal immune
system in irritable bowel syndrome. Gastroenterology, 122, pp.17781783.
Collado, M.C., Meriluoto, J. and Salminen, S., 2007. Role of commercial
probiotic strains against human pathogen adhesion to intestinal mucus. Lett.
Appl. Microbiol., 45 (4), pp.454460.
Corcoran, B.M., Stanton, C., Fitzgerald, G.F. and Ross, R.P., 2005. Survival of
probiotic lactobacilli in acidic environments is enhanced in the presence of
metabolizable sugars. Appl. Environ.Microbiology, 71, pp.30603067.
43
44
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dari 23 produk yoghurt yang diuji pada tingkat pengenceran 10-6, tidak
ada sampel yang memberikan hasil positif.
2. Dari 8 produk keju yang diuji pada tingkat pengenceran 10-6, 3 sampel
memberikan hasil positif.
3. Dari 21 produk susu kultur yang diuji pada tingkat pengenceran 10-6, tidak
ada sampel yang memberikan hasil positif.
4. Dari 13 sampel susu acidophilus yang diuji pada tingkat pengenceran 10-6,
hanya 1 sampel yang memberikan hasil positif.
5. Ternyata 61 dari 65 produk susu fermentasi yang diuji pada tingkat
pengenceran 10-6 masih belum mencapai standard.
6. 23 % dari produk-produk yang diteliti, dapat dibuktikan mengandung
bakteri pada pengenceran 10-3.
7. Masa kadaluarsa yang masih panjang dari suatu produk tidak menjamin
bahwa produk tersebut mengandung bakteri yang viable.
6.2 Saran
Rata-rata kadar bakteri probiotik Lactobacillus sp. adalah kurang optimum
dalam produk-produk susu fermentasi. Maka. Badan Pengawas Obat dan
Makanan
(BPOM) harus sentiasa mengawasi dan memonitor produk-produk yang
dipasarkan
45
agar sentiasa mencapai standard yang ditetapkan. Konsumer juga harus berhatihati
dengan melihat dan membaca label produk-produk sebelum melakukan pembelian
agar tidak merugikan.
Penelitian yang telah dilakukan ini masih tidak lengkap dan banyak
kekurangan. Peneliti sangat berharap terdapat penelitian lain yang dapat
melanjutkan penelitian ini agar lebih lengkap dan sempurna. Saran bagi penelitian
selanjutnya antara lain:
1. Pada sampel-sampel positif, dilakukan kontrol positif seperti yang dilakukan
dalam penelitian ini untuk melihat kadar penurunan jumlah koloni bakteri pada
setiap tingkat pengenceran. Ini dilakukan agar dapat mengidentifikasi jumlah
optimum starter culture yang harus dimasukkan ke dalam produk susu fermentasi.
2. Mengkaji kandungan bakteri probiotik yang difortifikasi dalam produk-produk
yang berbeda misalnya, susu bubuk bayi dan balita.
46