Anda di halaman 1dari 22

Ekstraksi Kuku

Oleh
Kheluwis Sutiady

Pembimbing:
Dr. Ari Prastyawan

UPTD PUSKESMAS KOTA MANNA


DINAS KESEHATAN BENGKULU SELATAN
MANNA
2017

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Pengetahuan penjahitan luka diperlukan dalam ilmu bedah karena  pembedahan


membuat luka sayatandan penjahitan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang
terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga
mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme / infeksi.
Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang
pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk  dipegang. Lalu pengamanan yang
cukup pada setiap alat, harus selalu steril cukup elastik, bukan terbuat dari bahan yang
reaktif, memiliki kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka dan memiliki kemampuan
untuk biodegradasi kimia untuk mencgeah perusakan dari benda asing.

2
BAB 2
ISI
1.1 Instrumen Jahit
Penggunaan alat dan material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi
syarat-syarat tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk 
dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik.
Bukan terbuat dari bahan yang reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka.
Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk menceah perusakan dari benda asing. Beberapa
jenis instrumen jahit antara lain:
1. Needle holder
Nama lainnya pemegang jarum atau nald voeder. Jenis yang digunakan
bervariasi, yaitu tipe Crille wood (bentuknya seperti klem) dan tipe Mathew Kusten
(bentuk segitiga). Guna needle holder ini pada penjahitan sebagai pemegang jarum
jahit dan sebagai penyimpul benang.                                                          

Gambar 1.1 Tipe Crille wood

Gambar 1.2 Tipe Mathew Kusten

3
 

Gambar 1.3 Needle Holder


2. Gunting
 Gunting Benang
Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok
dan lurus yang kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan
luka. Penyediaan masing-masing satu buah.
 Gunting Diseksi
Gunting ini ada dua jenis, yaitu lurus dan bengkok. Ujungnya biasanya
runcing. Terdapat dua yang sering digunakan, yaitu tipe Mayo dan tipe
Metzenbaum. Kegunaan gunting ini adalah untuk membuka jaringan,
membebaskan tumor kecil dari jaringan sekitarnya, untuk esksplorasi dan
merapikan luka.

 
Gambar 1.3 Dissecting Scissors
4
 Gunting perban/pembalut
Kegunaan adalah untuk menggunting pembalut dan plester. 

Gambar 1.4 Gunting Perban

3. Pisau Bedah
Terdiri atas dua bagian yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistouri/blade).
Pada pisau bedah model lama, mata pisau dan gagang bersatu, sehingga bila mata
pisau tumpul harus diasah kembali. Pada model baru, mata pisau dapat diganti.
Biasanya mata pisau hanya untuk sekali pakai.
Terdapat dua nomor gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomor 4
(untuk mata pisau besar) dan gagang nomor 3 (untuk mata pisau kecil). Guna pisau
bedah ini adalah untuk menyayat berbagai organ /bagian tubuh. Mata pisau
disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan disayat. 

Gambar 1.5 Gagang pisau dan Blade

5
4. Klem (Clamp)
 Klem arteri pean. Ada dua jenis, yaitu yang lurus dan bengkok. Kegunaannya
adalah untuk hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.

Gambar 1.6 Klem dan variasinya

 Klem Kocher. Ada dua jenis yaitu klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak
ditujukan untuk hemostasis. Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada
ujungnya (mirip gigi pada pinset sirurgis). Gunanya adalah untuk menjepit
jaringan, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan hal ini
dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem.

Gambar 1.7 Klem Kocher

6
 Klem Mosquito. Mirip dengan klem arteri pean, tetapi ukuranya lebih kecil.
Penggunaannya dalah untuk hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan
lunak.

Gambar 1.8 Klem Mosquito

 Klem Allis. Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan
menjepit tumor kecil.

Gambar 1.9 Klem Allis

7
 Klem Babcock. Penggunaanya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar
dan rapuh.

Gambar 1.10 Klem Babcock


 Towel clamp (Doek klem). Penggunaanya adalah untuk menjepit doek/kain
operasi.

Gambar 1.11 Towel Clamp

5. Retraktor (Wound Hook)


 Retraktor langenbeck. Penggunaannya adalah menguakkan luka.

Gambar 1.12 Retraktor langenbeck

 US army double ended retractor. Penggunaannya untuk menguakkan luka.

Gambar 1.13 US army double ended retractor

8
 Retraktor volkman. Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka.
Pemakaian retractor disesuaikan dengan lebar luka. Ada yang mempunyai dua
gigi, 3 gigi, dan 4 gigi. 2 gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka besar.
Terdapat pula retractor bergigi tumpul.

Gambar 1.14 Retraktor volkman

6. Jarum
Banyak sekali jenisnya. Untuk menjahit kulit digunakan yang berpenampak
segitiga agar mudah mengiris kulit (scherpe nald). Sedang untuk menjahit otot dipakai
yang berpenampang bulat (round nald). Ada yang berbentuk setengah lingkaran dan
ada pula yang berbentuk seperempat lingkaran.
Penggunaannya adalah untuk menjahit luka dan menjahit oragn rusak lainnya.
Penyediaan disesuaikan kebutuhan.

Gambar 1.15 Jenis-jenis jarum

7. Pinset
 Pinset sirurgis. Penggunaanya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu
diseksi dan penjahitan luka, member tanda pada kulit sebelum memulai insisi.

9
  Pinset anatomis. Penggunaanya adalah untuk menjepit kasa sewaktu menekan
luka, menjepit jaringan yang tipis dan lunak.

Gambar 1.16 Jenis Pinset

8. Benang
 Seide/ silk
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein
dan 30% bahan tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat
tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat.
Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luar maka benang harus
dibuka kembali.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol
merupakan ukuran paling kecil untuk bag bedah) hingga nomor 3 (yang
merupakan ukuran paling besar). Yang paling sering dipakai adalah nomor 00
(2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu. Semakin besar banyak nol nya semakin
kecil benangnya
Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri
(terutama arteri besar), sebagai teugel (kendali). Benang harus steril, sebab
bila tidak akan menjadi sarang kuman (fokus infeksi), sebeb kuman terlindung
di dalam jahitan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat diserap tubuh.

10
Gambar 1.17 Benang Silk

 Plain Catgut
Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini
dibuat dari usus kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi.
Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10
hari, dan warnanya putih dan kekuningan.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang
merupakan ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang
terbesar). Sering digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1
dan nomor 2.
Kegunaannya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil,
menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama
untuk daerah longgar (perut,wajah) yang tak banyak bergerak dan luas
lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh
akan mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut
tidak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi
lunak, sehingga tidak dapat digunakan.

11
Gambar 1.18 Benang Catgut

 Chromic Catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan
krom. Dengan adanya krom ini, maka benang akn menjadi lebih keras dan
kuat, serta penyerapannnya lebih lama, yaitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan
kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol merupakan ukuran
yang paling kecil) hingga nomor 3.
Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat
dalam waktu sepuluh hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tidak
kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

Gambar 1.19 Benang Chromic Catgut


 Nilon. (Dafilon,monosof,dermalon Ethilon)
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang
langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari

12
seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak menimbulkan iritasi pada
kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Warnanya biru hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol.
Penggunanan pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan
kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah mata.

Gambar 1.20 Benang Nilon


 Ethibond
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polytetra methylene adipate).
Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap
tubuh minimum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya dari
7 nol sampai nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskular dan
urologi.

Gambar 1.21 Benang Ethibond

 Vitalene/Prolene/surgilen
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat
dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis.
Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah mikro, terutama
untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah plastik, cocok pula
untuk menjahit kulit.

13
Gambar 1.21 Benang Polimer Profilen

 POLI GLICOLIC ACID SEPERTI POLISORB,Dexon,Vicryl


Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh
tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis
bertahan selama tiga minggu, dalam otot bertahan selam 3 bulan. Benang ini
sangat lembut dan warnanya ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1.
Penggunaan pada bedah mata, orthopedi, urologi dan bedah plastik.

Gambar 1.22 Benang Poliglicolic Acid

14
Tabel 1.1 Ukuran dan Jenis Benang pada Jaringan
2.1 Teknik Jahit dan Anestesi
Ada beberapa teknik anestesi yang dapat dilakukan diantaranya adalah:
1. Infiltrasi tanpa mempertimbangkan persarafan, disuntikkan di sekeliling
luka.
2. Blok/anestesi lapangan penyuntikkan secara subkutan sehingga terjadi
anestesia bagian distal, memperhatikan persarafan.

15
Gambar 2.1 Anestesi Infiltrasi

Pada teknik penjahitan, prinsip yang harus diperhatikan :


a) Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan
secara halus dengan mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.
b) Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.
c) Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus”
daerah wajah 2-3mm.
d) Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum
dari tepi luka.
e) Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah
penjahitan.

Jenis teknik jahit terdiri dari berbagai macam yaitu:


 Simple Interupted Suture
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan
disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lainnya, dan
cocok untuk daerah yang banyak bergerak karean tiap jahitan saling
menunjang satu dengan lainnya. Secara kosmetik benang kasar/besar atau
tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas yang kurang bagus

Gambar 2.2 Simple Interupted Suture

16
 Jahitan Kontinu
Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi
hanya ada dua simpul. Bial salah satu terbuak maka jahitan ini akan terbuak
seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. Secara kosmetik
bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat
dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.

 Jahitan Matras Horizontal


Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.

Gambar 2.3 Matras Horizontal

 Jahitan Matras Vertikal


Sinonim : Vertical Mattress suture
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini.

Gambar 2.4 Matras Horizontal

17
 Subcuticuler Continuos
Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar. Pada teknik ini benang
ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga yang terlihat
hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka
yang dilakukan sebagai berikut.
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di
daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain,
secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain,
untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang
lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua
sisi secara parallel disepanjang luka tersebut.

Gambar 2.5 Jahitan Subkutikuler

 Jahitan Jelujur Feston


Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture.
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur
biasa.

18
Gambar 2.6 Jahitan Jelujur Feston

19
BAB 3
KESIMPULAN

Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi sarat-sarat tertentu. Yang
pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk  dipegang. Lalu pengamanan yang
cukup pada setiap alat, harus selalu steril cukup elastik, bukan terbuat dari bahan yang
reaktif, memiliki kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka dan memiliki kemampuan
untuk biodegradasi kimia untuk mencegah perusakan dari benda asing. Penjahitan luka
membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta beberapa peralatan lain. Urutan
teknik juga harus dimengerti oleh operator serta asistennya.

Alat yang dibutuhkan :


 Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
 Pinset Chirrurgis atau pinset bedah satu buah
 Gunting benang satu buah.
 Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
Bahan yang dibutuhkan :
 Benang jahit seide atau silk
 Benang jahit catgut chromic dan plain

Operasi teknik
Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan asisten dan operator
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Anestesi lapangan operasi
5. Debridement dan eksisi tepi luka
6. Penjahitan luka
7. Perawatan luka
Macam-macam jahitan luka
1. Jahitan simpul tunggal
2. Jahitan matras horizontal

20
3. Jahitan matras vertikal
4. Jahitan jelujur sederhana
5. Jahitan jelujur feston
8. Jahitan jelujur intrakutan

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Karakata S, Bachsinar B. Bedah Minor. 1995. Hipokrates : Jakarta


2. Ethicon Inc, Wound Closure Manual. 1994. Johnson and Johnson company
3. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.
4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
5. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara. 2000.
6. Mokeem S. Sutures and Suturing. Diunduh tanggal 29 mei 2010. Tersedia di
URL www.scribd.com
7. Remie R, Kramer. Suture Material and Technique. Diunduh tanggal 29 mei 2010.
Tersedia di URL www.scribd.com
8. Dwi Agung. Perwatan Luka dan Teknik Jahitan. Diunduh tanggal 29 mei 2010.
Tersedia di URL www.wordpress.com
9. Nurul Fitri, Referat ilmu bedah ,material suture, 201

22

Anda mungkin juga menyukai