Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik


invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati et
al., 2010). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi,
laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang
mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek), rekonstruksi dan
paliatif (Smeltzer & Bare, 2002).

Pembedahan menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah


mayor dan bedah minor. Bedah Minor merupakan pembedahan dimana secara relatif
dilakukan secara simple, tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya seperti contoh membuka abses
superficial, pembersihan luka, inokuasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi. Bedah
mayor merupakan tindakan bedah yang menggunakan anestesi umum/general
anesthesi yang merupakan salah satu bentuk dari pembedahan yang sering dilakukan.
Indikasi yang dilakukan dengan tindakan bedah mayor antara lain kolesistektomi,
nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat trauma
(Nadeak & Jenita, 2011).

Sebelum pembedahan dilakukan, hal yang perlu dilakukan adalah


mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan. Sebelum melakukan pembedahan
pengetahuan mengenai sarana maupun prasarana penunjang dalam pembedahan perlu
dimiliki sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan alat tersebut, karena
setiap alat memiliki fungsi tertentu. Oleh sebab itu, pengenalan alat-alat bedah perlu
dibahas terutama pengenalan instrumen kamar bedah

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian alat bedah ?

2. Bagaimana macam-macam instrumen menurut fungsinya ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian alat bedah

2. Untuk mengtahui macam-macam instrumen menurut fungsinya

2
BAB II

MATERI

A. Pengertian Alat Bedah

Alat bedah adalah alat yang dirancang untuk digunakan untuk kegiatan
pembedahan, seperti membedah hewan, manusia, dan sebagainya. Beberapa bagian
juga diperlukan dalam pembuatan sediaan botani. Pembedahan pada manusia sudah
berkembang pesat sehingga sangat juah berbeda dari zaman dahulu. Saat ini sudah
ada alat pembedahan minimal invasif yang dilakukan hanya dengan membuat sayatan
kecil pada kulit untuk melakukan tindakan pembedahan, ada juga pembedahan oleh
robotik (Da Vinci).

B. Macam - Macam Alat Instrumen Sesuai Fungsi

1. Instrumen Dengan Fungsi Memotong

a. Pisau Scalpel + Pegangan

Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya.


Alat ini bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam.
Selain itu, alat ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian
dalam kulit. Setiap pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu
berujung tajam sebagai bagian pemotong dan yang lainnya berujung tumpul
berlubang sebagai tempat menempelnya pegangan scalpel. Cara pemasangannya:
pegang area tumpul pisau dengan needle-holder dan hubungkan lubang pada area
tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan:
pegang ujung pisau dengan needle-holder dan lepaskan dari lidah pegangan,
kemudian buang di tempat sampah.

Pegangan scalpel yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat
digunakan bersama pisau scalpel dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel
yang sering digunakan adalah yang berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk
insisi abses dan hematoma perianal. Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen
dengan kontrol maksimal pada waktu pemotongan dilakukan. Dalam praktek
keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan sehingga hanya memakai pisau
scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan pisaunya masih dalam keadaan

3
steril (paket baru) dan harus digunakan dengan pengontrolan yang baik agar tidak
menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.

b. Gunting

Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan


mencukur. Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan
antara ibu jari dan anak jari lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh
tangan dominan yang bersifat tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya
gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang gunting. Hal ini akan
menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong sehingga
kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan jari telunjuk
pada lubang gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting
berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting
perban dan gunting iris.

1) Gunting Jaringan ( bedah )

Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung
tumpul dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk
membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong
secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar
dengan cermat. Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau
kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting.
Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena
dapat menyebabkan kerusakan.

a) Type Strully ( Surgical Scissors )

b) Type Sathinsky ( Surgical Scissors )

4
c) Type Medzenbaung (Dissecting scissor)

d) Type Kliner (Dissecting scissor)

e) Type littler (Dissecting scissor)

f) Type Debakey (Dissecting scissor)

5
g) Type Tendon ( Dissecting scissor)

h) Aunstadler ( Episiotomy scissor )

i) Lawsontait ( Episiotomy scissor )

6
j) Umbilical Cord Scissors

k) Type Spencer ( Liguster scissors )

l) Type Littauer ( Liguster scissors )

7
m) Type Northben ( Liguster scissors )

n) Type Heath ( Liguster scissors )

o) Type Sistrunk ( Liguster scissors )

2) Gunting Benang (dressing scissors)

Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk


lurus dan berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk
jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah
kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian
ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol
keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur lainnya.

8
3) Gunting Perban

Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang


tumpul. Gunting ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk
memudahkan dalam memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan
lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam
pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat
remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong perban sesaat
sebelum menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk memotong perban saat
perban telah ditempatkan di atas luka. (wikipedia)

a) Type Lister (bandage scissors)

b) Type kanowles tidak bersudut (bandage scissors)

4) Gunting Iris

Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil
sekitar 3-4 inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris.
Dalam bedah minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena
ujungnya yang cukup kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary
online)

9
2. Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam

a. Pinset Anatomi

Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan
oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas
muncul saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan
menghasilkan kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau
jaringan kecil dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan
jaringan dengan tekanan yang beragam. Pinset Anatomi ini juga digunakan saat
jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa
melibatkan jari. (wikipedia)

b. Pinset Chirurgis

Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu
bidang). Pinset bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat,
oleh karena dapat merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat
digunakan dengan genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan
pinset anatomi yakni untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-
fungsi lainnya.(wikipedia)

10
c. Klem Jaringan

Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling
berhubungan pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang
panjang dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini
bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan
dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara
pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen
dengan posisi di tengah tangan. Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah,
yang memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi
tegang. Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut
mungkin, usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan
bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang jaringan
dengan kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat
menggunakan alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga
memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini
memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam jaringan.

d. Cilia pinset
Cilia pinset adalah pinset untuk menjepit dan mencabut rambut, alis matadan janggut.

11
e. Splinter pinset
Alat ini ada yang berupa pinset dan tang, dengan ciri: Kedua ujung runcing seperti
ujung tombak yang digunakan untuk mencabut pecahan atau kepingan apapun yang
menancap di permukaan kulit tubuh.

f. Pinset Telinga.
Type yang terkenal yaitu Wilde dan Lucae. Pinset ini berfungsi untuk mengeluarkan
benda asing dari rongga dalam telinga.

g. Pinset Polyp

12
Pinset ini digunakan untuk menjepit elip pada luka-luka sehingga tidak terbuka. Cirri-
cirinya yaitu kedua ujung bergerigi dan di bawah kedua gigi terdapat lekukan yang
berfungsi untuk tempat ujung elip supaya dapat ditekan.

3. Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan

a. Klem Arteri

Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan


pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa
menimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan
needle-holder memiliki bentuk yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan
(gambar 2), dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa galur paralel pada
permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya sampai handle agak lebih panjang
dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus
dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan
pada bedah minor.

Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah
yang menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet
umumnya memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung
menggunakan derajat akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk
dilepaskan. Pelepasan klem dilakukan dengan cara pertama harus ditekan ke dalam
handlenya, kemudian dipisahkan handlenya sambil membuka keduanya. Sebaiknya
gunakan ibu jari dan jari manis karena hal ini akan menyebabkan jari telunjuk
mendukung instrumen bekerja sehingga dapat memposisikan jepitan dengan tepat.

Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang
membentuk chanel lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif
panjang terhadap handled yang memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa
pengrusakan. Jepitan dengan ujung bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu

13
pengikatan pembuluh darah. Jangan menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh
karena struktur jepitannya tidak mendukung dalam memegang needle.

4. Instrumen Dengan Fungsi Menjahit

a. Needle Holder

Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan


dilakukan. Secara keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama.
Handled dan ujung jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang
paling penting adalah perbedaan pada struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan
needle holder berbentuk criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled
yang lebih panjang dari jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam
needle. Oleh karena itu, jangan menggenggam jaringan dengan needle holder karena
akan menyebabkan kerusakan jaringan secara serius.

Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet
yang telah dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada
jarak 2/3 dari ujung berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder.
Hal ini akan memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu,
pemegangan needle pada area dekat dengan engsel needle holder akan menyebabkan
needle menekuk. Kemudian, belokkan needle sedikit ke arah depan pada jepitan
instrumen karena akan disesuaikan dengan arah alami tangan ketika insersi dilakukan
dan tangan akan terasa lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga
akan menyebabkan needle menekuk.

Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat
menjahit dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle
holder dengan telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara
konstan, jangan mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat merusak ritme
menjahit. Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada lubang handled yang menetap,
namun manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan kelingking.

14
Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle Holder

b. Benang Bedah

Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang


absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh
darah dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya
digunakan untuk jaringan tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada
juga yang bersifat alami dan sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen
(Ethilon atau prolene) atau jalinan (black silk). Umumnya luka pada bedah minor
ditutup dengan menggunakan benang non-absorbable. Namun, jahitan subkutikuler
harus menggunakan jenis benang yang absorbable.

Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak
digunakan. Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan
menghasilkan luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini
telah banyak benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka
pada kulit kepala yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan
jenis benang ini lebih memuaskan.

Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang).
Benang ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini
cukup halus dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis
benang ini lebih sulit diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti
menggulung benang saat jahitan dilakukan atau mengikat benang dengan menambah
lilitan. Prolene (monofilamen polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan
dan lebih mudah diremove dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).

15
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami.
Jenis benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan
sapi. Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut
memiliki kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan
selama 28 hari. Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.

Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon


(polyclycalic acid) yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih
panjang dari catgut dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya
adalah untuk jahitan subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk jahitan dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah
(hemostasis).

Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem
metrik dan sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter
benang dalam per-sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti
memiliki diameter 0.2 mm. Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang
menggunakannya. Ketebalan benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0,
4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0
merupakan nomor dengan diameter paling halus yang tebalnya seperti rambut,
digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang paling tebal yang biasa
digunakan pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit
bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.

Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan
needlenya secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian
luar, pertama yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan.
Paket jahitan ini dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena
itu, saat membuka paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop
yang terbuat dari kertas perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini
memudahkan paket jahitan dipisahkan dari kertas tersebut. Kemudian dengan
menggunakan needle-holder, angkat needle tersebut dari lilitannya dan luruskan
secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan penjahitan.

Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen


prolene atau Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian.
Monofilamen prolene atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-
absorbable. Juga dapat digunakan untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras
misalnya pada bahu. Vicryl 2 metrik (3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang
absorbable dan jahitan dalam hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk
jahitan subkutikuler jaringan halus atau jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0)
untuk jahitan halus pada muka dan pada anak-anak.

16
c. Needle bedah

Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah
jenis atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan
tempat insersi benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan (trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada
benangnya sehingga dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang
sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian
body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk
kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle
memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga
bentuk needle yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor. Needle yang
berbentuk setengah lingkaran datar digunakan untuk memudahkan penggunaannya
dengan needle holder.

17
5. Instrumen Kelompok Pendukung

Kelompok ini mempunyai peranan yang sangat penting terdapat 4 kelompok


instrument utama yaitu : Suction, jenis jenis penduga, macam-macam bougie, probe
vascular dilator, CBD dilator dll.

Probe Vascular Dilator

Bougie

6. Instrumen Kelompok Penarik/Retractor

Digunakan sebagai penarik tepi luar jaringan yang disayat agar memperluas
lapang pandang operator saat melakukan tindakan. Ada 2 jenis utama retractor, yaitu :

a. Manual Retraktor (Roux Retraktor, Langenbeck Retraktor, Deaver Retraktor,


Volkman Retraktor , Cushing vein Retraktor Dll)

b. Otomatis Retraktor (Balvour Abdominal Retraktor, Benana Retraktor, IMA


Retraktor, Rib Retraktor, Kent Retraktor, Finochito Retraktor dll)

18
19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat bedah adalah alat yang dirancang untuk digunakan untuk kegiatan
pembedahan, seperti membedah hewan, manusia, dan sebagainya. Beberapa bagian
juga diperlukan dalam pembuatan sediaan botani. Pembedahan pada manusia sudah
berkembang pesat sehingga sangat juah berbeda dari zaman dahulu. Saat ini sudah
ada alat pembedahan minimal invasif yang dilakukan hanya dengan membuat sayatan
kecil pada kulit untuk melakukan tindakan pembedahan, ada juga pembedahan oleh
robotik (Da Vinci). Jenis jenis instrumen terbagi menjadi 6 yaitu instrumen yang
berfungsi sebagai pemotong, penggenggam, penjahit, menghentikan perdarahan,
pendukung dan penarik.

B. Saran

Disarankan bagi para pembaca atau mahasiswa keperawatan agar dapat


menjadikan makalah ini sebagai salah satu sumber bacaan khususnya tentang
pengenalan instrumen bedah

20
DAFTAR PUSTAKA

Shodiq, Abror, 2004, Teknik Asepsis Dan Anti Sepsis, Intalasi Bedah Sentral RS. Dr.Sardjito
Yogyakarta. Tidak dipublikasikan : Yogyakarta

Sjamsulhidayat, R dan Wim de Jong, 1998, Buku Ajar Ilmu Bedah edisi revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. And Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol.1, EGC : Jakarta

Wibowo, Soetamto, dkk, 2001, Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University
Press: Surabaya

21

Anda mungkin juga menyukai