Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH


RISK ASSESSMENT (EHRA)
KABUPATEN BENGKULU UTARA

Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Bengkulu Utara

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
RINGKASAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 4
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... 4
DAFTAR GRAFIK................................................................................................................... 4
DAFTAR FOTO
I.

PENDAHULUAN............................................................................................................. 4

II.

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA...............................................................4


2.1. Penentuan Target Area Survey....................................................................................4
2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden..........................................................................4
2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei......................................................................4
2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei..................................................4

III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN/ KOTA ...................................................................4


3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga..........................................................................4
3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik..............................................................................4
3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir..........................................................4
3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga........................................................................4
3.5 Perilaku Higiene........................................................................................................... 4
3.6 Kejadian Penyakit Diare...............................................................................................4
IV. PENUTUP....................................................................................................................... 4
LAMPIRAN............................................................................................................................. 4

KATA PENGANTAR
Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu kabupaten yang berminat untuk turut
serta pada Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).

Sebagai

langkah awal kegiatan PPSP, kabupaten melalui Kelompok Kerja Sanitasi diwajibkan untuk
menyusun Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota yang didasarkan dari
hasil Studi yang diakui materi dan metodologinya salah satunya yaitu Studi Environmental
Health Risk
Studi EHRA diawali dengan penyusunan Tim EHRA melalui rapat Pokja, yang selanjutnya
penentuan arget area survey/ clustering desa berdasarkan pada 4 kriteria yaitu : Kepadatan
penduduk,

Angka kemiskinan,

Daerah/wilayah yang dialiri sungai//saluran drainase/

saluran irigasi dan Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman. Dari hasil
Klustering desa Kabupaten Bengkulu Utara didapat : Kluster 0 sebanyak
sebanyak

desa, Kluster 2 sebanyak

desa, Kluster 3 sebanyak

desa, Kluster 1

desa dan Kluster 4

sebanyak desa.
Pelaksanaan pengambilan data di lapangan telah dilaksanakan sejak bulan Juli sampai
dengan Oktober 2012 di 6 wilayah Kecamatan yang meliputi 17 desa dengan Total sampel
sebesar 680 KK.

Penentuan jumlah desa masing-masing kluster ditentukan secara

proporsional. Untuk mempercepat dan mempermudah proses studi EHRA, pengumpulan


data dilakukan oleh Tenaga sanitasi/Sanitarian Puskesmas.
Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan
layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota Sub sektor sanitasi
yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase
lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah
diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko...........................4


Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten .......................................................4
Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten/
Kota ....................................................................................................................................... 4
Tabel 4. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir..............................................4

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA..............................4

I.

PENDAHULUAN

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah
survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi
dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke
kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa
dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di
berbagai kantor yang berbeda
3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam
prioritas usulan melalui Musrenbang;
4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil
keputusan.
5. EHRA secara tidak langsung memberi amunisi bagi stakeholders dan masyarakat di
tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi
maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders
kelurahan/desa
6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota
dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko
terhadap kesehatan lingkungan
2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang
handal
4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi
Sanitasi Kabupaten Bengkulu Utara
Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan
dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Bengkulu Utara .
Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Bengkulu Utara dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan
strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten.

II. METODOLOGI DAN LANGKAH PELAKSANAAN STUDI EHRA


EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan
2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan
(observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang
dipilih secara kolaboratif oleh Pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu
Utara . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey.
Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan
enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar
wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang
konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan
instrumen.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling
ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap
Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per
Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan
demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden
adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan
berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat
diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua
pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed
consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya
dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.
Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu
Utara . Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan
singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU
Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur
kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi
yakni program EPI Info dan SPSS.
Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim
spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah
disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan
standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri direcheck kembali oleh tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.
Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa
dilaksanakan

oleh

Pokja

Kabupaten/Kota

semata.

Agar

efektif,

Pokja

Sanitasi

Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun


susunan Tim EHRA sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Penanggung jawab
Koordinator Survey
Wakil Kordinator
Sekretaris
Anggota

5. Supervisor

: Bupati Bengkulu Utara


: Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkulu Utara
: Kepala Bappeda Bengkulu Utara
: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara
: - Drs. M. Abduh
- Hidayatullah, Spi. Msi
- Pelni Manik, SKM
- Yulistin Ismayati, SKM
: Kepala Puskesmas
a. Fatarani, SKM, MPH
b. drg. Febrina Sinuraya
c. Parniti, SKM
d. dr. Obet Huger Nainggolan
e. Mad Yasin, SKM
f. dr. Sondang Hasibuan
g. dr. Andreas Tarigan
h. dr. Mulyono

Penentuan Target Area Survey


Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi
melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan
sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara
random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang
digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini sangat cocok digunakan di
Kabupaten/ Kota ... mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas.
Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh
Program PPSP sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap
kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat
kecamatan dan kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup
representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/
desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi
jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai
berikut:
( Pra-KS + KS-1)
Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100%
KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi


digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat
4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan
parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Bengkulu Utara
menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel
1. Wilayah
(kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki
karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian,
kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili
kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang
sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area
berisiko Kabupaten Bengkulu Utara
Tabel 1.
Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko
Katagori
Kriteria
Klaster
Klaster 0
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria
indikasi lingkungan berisiko.
Klaster 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klaster 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klaster 3

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria


indikasi lingkungan berisiko
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria
indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4

Klastering wilayah di Kabupaten Bengkulu Utara menghasilkan katagori klaster


sebagaimana dipelihatkan pada . Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang
terdapat

pada

klaster

tertentu

dianggap

memiliki

karakteristik

yang

identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian,


kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan
mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey
pada klaster yang sama.
Tabel 2.
Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Bengkulu Utara
No. Klaster Jumlah
1
4
0
2
3
1
3
2
7
4
1
7
5
0
2

Nama Desa/Kelurahan

10

Hhasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Bengkulu Utara yang terdiri atas 151
desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:
1)
klaster 0 sebanyak 3 %.
2)
klaster 1 sebanyak 35%,
3)
klaster 2 sebanyak 38%,
4)
klaster 3 sebanyak 21%, dan
5)
dan klaster 4 sebanyak 3 %.
Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.
Distribusi Responden per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

Grafik 1. Distribusi Responden per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

Penentuan Jumlah/Besar Responden


Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten/kota, dengan
presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel yang sampai ribuan rumah tangga.
Sampel sebesar 30 responden untuk tiap kelurahan/desa, dengan teknik statistik tertentu
dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa dianalisis. Akan tetapi, dalam praktiknya,
bila ditargetkan 30, seringkali tidak memenuhi target, dikarenakan oleh sejumlah error
(kesalahan pewawancara, entry team, kuesioner, dll), sehingga seringkali sampel yang
ditargetkan 30 hanya terealisir sekitar 20-25 saja. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka
jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden.
Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei
Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di
atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak ....
desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-.... desa/ kelurahan tersebut disajikan
pada Tabel 3 sebagai berikut:
11

Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA


Kabupaten Bengkulu Utara
No

1
2
3
4
5

Klaster

Kecamatan

Desa/Kel Terpilih

Jumlah
Dusun

Jumlah
RT

Jml
Dusun/RT
terpilih

Jumlah
Responden

4
3
2
1
0

Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei


Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT.
Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT.
Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan
ikuti panduan berikut.

Urutkan RT per RW per kelurahan.

Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT
total dan jumlah yang akan diambil.
Jumlah total RT kelurahan : X.
Jumlah RT yang akan diambil : Y
Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI =
X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1
Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.


Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random

sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari
preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.

Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar
rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk
langsung.

Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan
diambil, misal 5 (lima) diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

Ambil/kocok angka secara random antara 1 AI untuk menentukan Angka Mulai


(AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

12

Menentukan rumah selanjutnya adalah 2 + AI, 2 + 5 = 7 dst.


III. HASIL STUDI EHRA DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


3.1.1. Kondisi Sampah di Sekitar Lingkungan Desa
Hasil Studi menunjukkan 18,19% responden pada desa kluster 3 menyatakan
bahwa kondisi sampah di sekitar wilayahnya beresiko mencemari lingkungan, yang
ditunjukkan dengan adanya sampah berserakan dan bertumpuk, banyak lalat disekitar
tumpukan sampah, banyak tikus berkeliaran, banyak nayamuk serta menyumbat
drainase. Namun berbeda dengan desa pada kluster 3, hanya 3,40% responden saja
yang menyatakan sampah beresiko mrncemari lingkungannya.

Kondisi sampah

selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 3.1.

Grafik 3.1.1.
Kondisi Sampah di Lingkungan Desa Tiap Kluster

3.1.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


Seluruh responden pada desa kluster 2 dan 3 pengelolaan sampahnya tidak
benar seperti; dibakar, ditimbun kedalam tanah, dibuang ke kebun bahkan dibuang
ke sungai.

Sementara pada desa kluster 0, terdapat 34,18%

responden yang

mengelola sampahnya dengan benar yaitu dengan mengumpulkan pada tempat


sampah

dan

membuangnya

ke

Tempat

Penampungan

Sementara

(TPS).

Pengelolaan sampah Rumah Tangga dapat dilihat pada Grafik 3.1.2.

13

Grafik 3.1.2.
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
3.1.3. Pemilahan Sampah di Rumah Tangga
Pemilahan sampah rumah tangga pada responden yang sudah mengelola
sampahnya dengan benar sudah cukup baik.

sebagian besar responden telah

melakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap masing-masing jenis sampah seperti;


sampah organic/basah, plastic, gelas/kaca dan besi/logam sebelum membuangnya
ke TPS. Pemilihan sampah di Rumah Tangga selengkapnya Hal ini dapat dilihat
pada Grafik 3.1.3.

Grafik. 3.1.3.
Pemilahan Sampah di Rumah Tangga
14

3.1.4. Pengangkutan Sampah


Pengangkutan sampah sebagaian besar responden menyatakan tepat waktu
dan hanya 23,5% responden pada kluster 1 dan 11,1% responden pada kluster 0
yang menyatakan bahwa penganggkutan sampah sering terlambat. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 3.3.

Grafik 3.1.4. Pengangkutan Sampah


3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik
3.2.1. Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) Keluarga
Hasil studi menunjukan bahwa sebagian besar atau rata-rata 76,66%
keluarga pada tiap kluster memiliki kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di Jamban
sendiri, sebanyak 18,20% keluarga membuang air di MCK/WC Umum dan
selebihnya memiliki kebiasaan BAB di jamban yang tidak layak serta di tempat
terbuka seperti; sungai/pantai, kebun/pekarangan, selokan/got dan lubang galian.
Kebiasaan BAB keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.2.1
Tabel 3.2.1.
Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) Keluarga
No
Jenis Jamban yang
Digunakan

KLUSTER
0
n
%

1
2
3
4
5

Jamban pribadi
MCK/WC Umum
Ke WC helikopter
Ke
sungai/pantai/laut
Ke
kebun/pekaranga
n

66
0
0
9

82.5
0
0
11.2
5

1.25

KLUSTER
1
n
%
21 75.7
9
8
18 6.23
8 2.77

KLUSTER
2
n
%
20 71.6
7
3
1 0.35
9 3.11

23

7.96

27

1.73

KLUSTER 3
n
%
33
5
0

76.74
11.63
0.00

9.34

6.98

3.11

2.33
15

Ke
selokan/parit/got
0
7
Ke lubang galian
1
8
Lainnya,
3
9
Tidak tahu
0
3.2.2. Kepemilikan Jamban keluarga

0
1.25
3.75
0

6
3
7
0

2.08
1.04
2.42
0.00

21
7
7
1

7.27
2.42
2.42
0.35

0
0
1
0

0.00
0.00
2.33
0.00

Lebih kurang 76,58% keluarga pada tiap kluster telah memiliki Kloset jongkok
leher angsa dan sekitar 1,35% pada tiap kluster memiliki kloset duduk siram leher
angsa. Namun masih terdapat rata-rata 11,05 keluarga pada tiap kluster yang tidak
memiliki jamban keluarga. Prosentase kepemilikan jamban dapat dilihat pada Grafik
3.2.2.

Grafik3.2.2.
Kepemilikan Jamban keluarga

3.2.3. Kualitas Tangki Septic Yang Dimiliki Keluarga


Sebagian besar atau diatas 70% tangki septic yang dimiliki keluarga pada
tiap kluster dinilai aman atau tidak beresiko mencemari lingkungan. Namun masih
terdapat sekitar 29,00% keluarga pada kluster 1 memiliki tangki septic yang tidak
aman. Prosentase Kualitas tangki septic yang dimiliki keluarga dapat dilihat pada
Grafik 3.2.3.

16

Grafik 3.2.2.
Kualitas Tangki Septic Yang Dimiliki Keluarga
3.2.4. Anak Buang Air Besar di Tempat Terbuka
Pada Kluster 3 masih dijumpai 27,50% anak BAB ditempat terbuka (lantai,
kebun, pekarangan) dan hanya 8,80% anak pada Kluster 0 yang mempunyai kebiasaan
demikian. Persentase anak BAB di tempat terbuka dapat dilihat pada Grafik 3.2.4.

Grafik 3.2.4
Anak Buang Air Besar di Tempat Terbuka

17

3.2.5. Pencemaran Saluran Pembuangan Air limbah (SPAL) Rumah Tangga


Pencemaran yang disebabkan saluran pembuangan air limbah rumah tangga
pada tiap kluster relatif masih rendah. Pencemaran SPAL tertinggi terdapat pada
kluster 2 yang mencapai 59,40% dan terendah pada Kluster 3 yang hanya 15,00%.
Persentase Pencemaran SPAL dapat dilihat pada Grafik 3.2.5.

Grafik 3.2.5.
Pencemaran Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir


3.3.1. Kejadian Banjir di Rumah yang Ditempati
Pada umumnya desa di Wilayah Bengkulu Utara tidak memiliki drainase yang
layak, sehingga pada waktu musim hujan banyak terlihat genangan-genangan air di
lingkungan sekitar rumah walaupun tidak mengakibatkan banjir. Namun demikian ada
beberapa rumah tangga yang terkena banjir pada Klusternya yang persentasenya
relatif cukup kecil seperti terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Kejadian Banjir di Rumah yang Ditempati
Kejadian Banjir
Tidak pernah
Sekali dalam setahun
Beberapa kali dalam
Tidak tahu

Kluster 0
Kluster 1
Kluster 2
Kluster 3
n
%
n
%
n
%
n
%
78 98.7 277 99.3 270 97.1 34
85
1
1.3
1
0.4
2
0.7
1
2.5
0
0
0
0
3
1.1
2
5
0
0
1
0.4
3
1.1
3
7.5

18

3.3.2. Kejadian Banjir di Lingkungan/Wilayah Desa


Tabel 3.3.2.
Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir

No.
1
2
3
4
5
6
...

Kecamatan

Jumlah
Kelurahan/Desa

Jumlah
Kelurahan/Desa
Sering Banjir

Jumlah

3.4.

Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

3.4.1. Sumber Air Rumah Tangga


Hasil studi menunjukan seluruh keluarga pada Kluster 0, Kluster 1 dan
Kluster 3 sumber air rumah tangganya tercemar, dan hanya 1,1% saja keluarga di Kluster 2
yang sumber airnya tidak tercemar. Persentase sumber air rumah tangga dapat dilihat pada
Grafik 3.4.1.

Grafik 3.4.1
Sumber Air rumah Tangga

19

3.4.2. Penggunaan Air Rumah Tangga


Persentase tertinggi penggunaan air rumah tangga yang tidak aman terlihat pada
keluarga di Kluster 3 yang angkanya mencapai 42,5% dan terendah terdapat di
Kluster 1. Persentase Penggunaan air Rumah tangga dapat dilihat pada Grafik 3.4.2

Grafik 3.4.2
Penggunaan Air Rumah Tangga
3.4.3. Sumber Air Minum Rumah Tangga

Grafik 2.4.3
Sumber Air Minum Rumah Tangga
20

Hasil studi menunjukkan bahwa pada umumnya keluarga di tiap Kluster


menggunakan sumur gali terlindungi sebagai sumber air minum sehari-harinya.
Persentase tertinggi terdapat pada desa kluster 3 yang mencapai 75,00%.
Selanjutnya, air isi ulang juga diminati keluarga di tiap Kluster, yang persentase ratarata tiap klusternya mencapai 24,35%. Namun demikian masih terdapat keluarga
yang sumber air minumnya menggunakan air sungai, meskipun angkanya tidak lebih
dari 3,00% di setiap klusternya.
3.5

Perilaku Higiene

3.5.1. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Waktu-waktu Penting


Perilaku CTPS sering dilakukan keluarga setelah memegang hewan, setelah
BAB, sebelum makan dan setelah makan, namun angkanya masih dibawah 80%.
Persentase Perilaku CTPS setelah menceboki bayi/anak masih terlihat rendah pada
Kluster 2 yang hanya mencapai 20,1%. Begitu pula halnya perilaku CTP sebelum
memberi makan/menyuapi bayi

yang hanya 10,0%.

Perilaku Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) di Waktu-waktu Penting dapat dilihat pada Grafik 2.5.1.

Grafik 3.5.1.
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Waktu-waktu Penting

21

3.5.2. Ketersediaan Sabun di Jamban Keluarga


Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak 80,00% keluarga pada
Kluster 3 tidak tersedia sabun di dekat jambannya. Sementara pada jamban keluarga di
Kluster 0 sebanyak 64,60% telah tersedia sabun di jambanya. Ketersediaan sabun di
Jamban keluarga dapat dilihat pada Grafik 3.5.2.

Grafik 3.5.2
Ketersediaan Sabun di Jamban Keluarga

3.6

Kejadian Penyakit Diare

22

IV. PENUTUP
Paparan singkat tentang manfaat studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/
petugas kesehatan/ PKK dll.
Paparan singkat tentang rencana pemanfaatan hasil studi EHRA sebagai bahan advokasi
pengarusutamaan pembangunan sanitasi.
Paparan singkat tentang pemanfaatan studi EHRA dalam Buku Putih (area berisiko) dan
penyusunan Strategi Komunikasi yang menjadi bagian dari SSK.
Paparan singkat tentang studi ehra yang idealnya dilakukan secara berkala, dan studi kali ini
(pertama) berupakan baseline bagi hasil studi ehra selanjutnya.
Poin-poin catatan/rekomendasi untuk pelaksanaan studi ehra selanjutnya berdasarkan
pembelajaran dari pelaksanaan studi ehra kali ini.

23

LAMPIRAN
I.
II.
III.

Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA:


1) Berdasarkan klaster
2) Berdasarkan desa/ kelurahan di tiap lokasi studi/ survey.
Organisasi dan personel pelaksana Studi EHRA
Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan
Studi EHRA

COLOPHON
Dokumen ini diproduksi oleh Program Pembangunan Sanitasi Perkotaan (USDP). USDP
memberikan Bantuan Teknis untuk Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman
(PPSP), Pemerintah Indonesia Program dilaksanakan oleh TTPS, sebuah sanitasi
berorientasi program kolaborasi antara delapan kementerian, dengan Bappenas sebagai
badan utama. PPSP diimplementasikan melalui PMU di Bappenas dan tiga PIU di
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Layanan USDP fokus pada fasilitasi, peningkatan kapasitas dan pelatihan dengan target
pada stakeholder dan aktor dalam Program PPSP. USDP didanai oleh Kedutaan Besar
Kerajaan Belanda
DHV BV dalam hubungan dengan PT Mitra Lingkungan Dutaconsult, Royal Haskoning
Indonesia, Witteveen + Bos Indonesia, Mott Mac Donald Indonesia, IRC International Water
and Sanitation Center dan PEM telah dikontrak untuk menyediakan berbagai layanan
dukungan teknis dalam pelaksanaan PPSP

24

Surat, email, dan pertanyaan anda dapat dikirimkan ke:


Urban Sanitation Development Program (USDP)
Jl. R.P Soeroso No 50, Gondangdia
Jakarta 10350, Indonesia
Telepon: (62-21) 319 3531 2, 237 28748
Fax: (62-21) 319 31013
Email: info@usdp.or.id
Website: www.sanitasi.or.id

Klien
Program
Katagori
Total halaman
Tim Penulis
Christine Sijbesma,
Peninjau
Status laporan
Team Manager
Tanggal

:
:
:
:
:
:

BAPPENAS
Kedutaan Besar Kerajaan Belanda
Urban Sanitation Development Program (USDP)
Master document
80 halaman
Rianigustin Mozar, Asep Winara, Hony Irawan, Asep Sunarya,

:
:
:
:

Ingeborg Krukkert
Nugroho Tri Utomo, Bram van der Boon, John de Bresser
Final
Bram van der Boon
Desember 2011

25

Anda mungkin juga menyukai