PANDUAN
TEPAT LOKASI PEMBEDAHAN
2015
Nomor Kep /
/ IV / 2015
tentang
PANDUAN TEPAT LOKASI PEMBEDAHAN
RUMKITAL JALA AMMARI
Menimbang :
a.
di Rumkital Jala
Ammari;
b.
1.
Undang-Undang
M E M U T U S K AN
MENETAPKAN :
KEPUTUSAN
KEPALA
RUMKITAL
JALA
AMMARI
TENTANG
KEDUA
KETIGA
Ditetapkan di Makassar
pada tanggal,
April 2015
Kepala Rumkital Jala Ammari
KATA PENGANTAR
Kepastian tepat lokasi pembedahan merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan panduan ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan
juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) PERSI dan dari Joint Commission
International (JCI).
Maksud dari panduan kepastian tepat lokasi pembedahan adalah mendorong peningkatan
spesifik dalam keselamatan pasien, khususnya terkait dengan keselamatan pasien dalam
tindakan pembedahan. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan
dan menguraikan tentang solusi atas konsensus berbasis bukti dan keahlian terhadap
permasalahan ini. Dengan pengakuan bahwa desain/ rancangan sistem yang baik itu intrinsik/
menyatu dalam pemberian asuhan yang aman dan bermutu tinggi, tujuan sasaran umumnya
difokuskan pada solusi secara sistem, bila memungkinkan.
Buku Panduan Tepat Lokasi Pembedahan ini disusun agar seluruh karyawan yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, khususnya pasien yang akan
dilakukan tindakan pembedahan dapat melaksanakan aktivitas pelayanan kesehatan yang
menjamin kondisi keselamatan pasien sesuai dengan enam sasaran keselamatan pasien yang
telah ditetapkan tersebut di atas. Monitoring dan pendampingan atas pelaksanaan Panduan ini
akan dilakukan oleh Tim KPRS Rumkital Jala Ammari secara berkisnambungan.
Akhir kata, Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peran serta dan
masukan dari seluruh pihak yang terkait sangat diharapkan.
Makassar,
Mei 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul Panduan ........................................................................................................
Daftar isi ................................................................................................................................
Keputusan Karumkital Jala Ammari ......................................................................................
Lampiran Keputusan Karumkital Jala Ammari .......................................................................
BAB I
DEFINISI ........................................................................................................
1.
Pengertian..............................................................................................
BAB II
RUANG LINGKUP...........................................................................................
2.
Lingkup Area...........................................................................................
3.
BAB III
BAB IV
TATA LAKSANA..............................................................................................
4.
Identifikasi Pasien di Rawat jalan maupun d rawat inap........................
5.
6.
DOKUMENTASI...............................................................................................
7. Pelaporan Insiden......................................................................................
8. Audit gelang Identitas pada pasien rawat Inap...........................................
BAB V
PENUTUP ........................................................................................................
i
ii
iii
1
1
1
2
2
2
3
3
7
9
11
11
13
14
BAB I
DEFINISI
1. Pengertian
a. Keselamatan/ Safety
Keselamatan adalah suatu keadaan yang aman, terlindungi dari bahaya /kesalahan / resiko.
Safety is the state of being safe and protected from danger, harm or hazard (OxfordAdvanced
Learners Dictionary 6th ed).
b. Bahaya/Hazard
Bahaya adalah suatu keadaan, perubahan atau tindakan yang dapat menimbulkan resiko
pada pasien.
Hazard is a thing that can be dangerous or cause damage (Oxford Advanced Learners
Dictionary 6th ed).
1) Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu peristiwa keselamatan
pasien/ patient safety event, agent atau personal
2) Agent
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
e. Cedera / Harm
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik,
sosial dan psikologis. Yang termasuk harm adalah penyakit, cedera,penderitaan,cacat dan
kematian.
1) Penyakit/ Disease
6
l. Pembedahan / Operasi
Operasi atau pembedahan adalah suatu tindakan pelayanan kesehatan yang berupa suatu
kegiatan yang melakukan suatu pembedahan terhadap jaringan tubuh pasien guna kepentingan
pengobatan.
BAB II
RUANG LINGKUP
2. MENGAPA KESELAMATAN PASIEN ?
Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada 3 (tiga) elemen
yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan bermacam macam konsep dasar,
program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah
Sakit, Penerapan Quality Assurance, Total Quality Management, Countinous Quality Improvement,
Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan
lain sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit baik pada aspek input, proses maupun output dan outcome. Namun harus diakui,
pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir
dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan,
karena KTD sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya
dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
berdasarkan haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan pasien
(patient safety). Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit diharapkan kepercayaan
masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga
dapat mengurangi KTD, yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga
dapat membawa rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas
kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan
malpraktek, blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap
pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya
dengan asuransi, pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang, bahkan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
Sasaran II
Sasaran III
Sasaran IV
Sasaran V
Sasaran VI
Kebijakan
dan/atau
memperbaiki
prosedur
proses
yang
identifikasi,
secara
khususnya
kolaboratif
proses
dikembangkan
yang
digunakan
untuk
untuk
mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah; pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau memberikan pengobatan atau
tindakan lain. Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya 2 cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien seperti nama pasien, nomor identifikasi umumnya
digunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien) dengan barcode, atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk
identifikasi.
Kebijakan
dan/atau
prosedur
juga
menjelaskan
penggunaan
pengidentifikasi / penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di rumah sakit,
seperti di pelayanan ambulatoryatau pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat
darurat, atau kamar operasi. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas,
juga termasuk. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau
prosedur
untuk
memastikan
telah
mengatur
semua
situasi
yang
Radiografer pelaksana radio-diagnostik konvensional, CT Scan, MRI dan radioterapi di jajaran Sub-departemen Radio-diagnostik dan Radio-terapi
yang
dipahami
menghasilkan
oleh
peningkatan
resipien/
penerima,
keselamatan
akan
pasien.
mengurangi
Komunikasi
kesalahan,dan
dapat
secara
medications)
1) Pengertian
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki / meningkatkan
keamanan obat- obat yang perlu diwaspadai (high alert).Bila obat obatan adalah bagian
dari rencana pengobatan pasien , maka penerapan menejemen yang benar penting/krusial
untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert
medication) adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi
kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak dinginkan (adverse outcome), demikian pula obat-obat
yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan mirip / NORUM, atau
Look-Alike Sound-Alike / LASA). Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia
di WHO. Yang sering disebut-sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elekrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya kalium/ potassium chlorida sama dengan
2mEq/ml atau yang lebih pekat), kalium/potassium phosphat (sama dengan atau lebih
besar dari 3mmol/ml), natrium/sodium chlorida (lebih pekat dari 0.9%), dan magnesium
sulfat (sama dengan 50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak
mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien, bila perawat kontrak tidak
diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan pasien, atau pada keadaan
gawat darurat/emergensi. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi
kejadian tersebut adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang
perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien
ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur
untuk menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan datanya sendiri.
Kebijakan dan/ atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang membutuhkan
elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk dan praktek
professional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan cara pemberian label
yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa sehingga
membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja / kurang hati-hati.
2) Pelaksana/ Unit terkait
Sasaran keselamatan pasien terkait kewaspadaan dan keamanan pemberian obat
tidak terbatas dalam ruang lingkup Unit Farmasi, akan tetapi melibatkan pula staf dan unit
kerja terkait, di antaranya:
a) Apoteker dan asisten apoteker di lingkungan Unit Farmasi
12
b) Dokter, perawat yang terlibat dalam pemberian obat secara langsung kepada
pasien, baik di ruang rawat inap, IGD, ICU maupun di Kamar Operasi.
yang
terbuka antar
anggota tim
bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)
dan pemakaian singkatan adalah merupakan factor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/ atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang memasukkan sekurang-kurangnya prosedur
yang menginvestigasi dan/ atau mengobati penyakit dan kelainan (disorder) pada tubuh
manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan kesempatan
diagnostic / terapeutik. Kebijakan berlaku atas setiap lokasi di rumah sakit dimana
prosedur ini dijalankan. Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical
Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commissions
Universal Protocol for Preventing Wrong Side, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang segera
dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisiten di seluruh rumah sakit; dan
harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan; harus dibuat saat pasien terjaga
dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multiple (jari
tangan, jari kaki, lesi), atau tulang belakang(multiple level).
15
BAB III
TATA LAKSANA
4. TUJUH LANGKAH KESELAMATAN PASIEN
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit mempunyai 6 Sasaran sesuai dengan Hospital patient
Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint Commissionon Accreditation of Health
Organization, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perumahsakitan di Indonesia. Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan di rumah sakit dan
penilaiannya dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit.
Ada 7 Langkah untuk menuju ke Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai suatu panduan
untuk meningkatkan pelayanan yang aman dan berkualitas di Rumkital Jala Ammari:
a. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien.
b. Pimpin Dan Dukung Staf Anda.
c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko.
d. Kembangkan Sistem Pelaporan.
e. Libatkan dan Komunikasi dengan Pasien.
f.
yang
mendorong
staf
untuk
memberikan
gagasan-gagasan
peningkatan KP. Pimpinan harus mendorong diskusi tentang IKP yang telah terjadi,
telah dicegah atau hampir terjadi (KNC)
c) Mengembangkan mekanisme komunikasi & umpan balik merupakan hal yang vital,
agar staf memahami kontribusi mereka dalam KP & mereka terdorong untuk
berpartisipasi
2) Tambahan Peran & Tangung jawab yang jelas juga sangat bermanfaat :
a) Tunjuklah penggerak KP untuk setiap unit / bagian & pastikan bahwa mereka
mengambil bagian dalam agenda manajemen risiko serta clinical governance ;
b) Calonkan suatu badan eksekutif untuk mengawasi manajemen risiko dan KP
c) Tunjuklah seseorang yang cukup senior, mempunya akses ke Pimpinan, yang
bertanggung jawab untuk manajemen risiko dan idealnya adalah bagian dari suatu
tim sentral yang bisa melakukan pendekatan yang terintegrasi (Langkah 3).
c. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
KP bisa diperbaiki bila para pemimpin RS dapat menjawab secara positif pertanyaan
tentang:
1) Apakah KP tercermin dalam strategi, struktur, fungsi & sistem di RS? KP harus
diintegrasikan dengan risiko klinis, risiko non-klinis, kesehatan & keselamatan, kontrol
internal, keluhan & kelalaian klinis target keuangan & kinerja?
2) Apakah objektif KP tergambar dalam strategi & rencana clinical governance yang
dibuat?
3) Apakah semua penelitian risiko klinis untuk setiap bidang spesialistis diproses ke risk
register RS? Apakah selalu up-to-date, melakukan penerapan rencana aksi, ditindak
lanjuti dan dipantau?
4) Apakah agenda dewan direksi terstruktur untuk memastikan bahwa manajemen risiko
& KP sejalan dan setara dengan target keuangan & kinerja?
d. Kembangkan Sistem Pelaporan
Pelaporan IKP adalah dasar untuk membangun suatu sistem asuhan pasien yang lebih
aman.Tiga kegiatan yang penting adalah :
17
2) Pelaporan agar juga disalurkan ke tingkat nasional yaitu KKPRS untuk proses
pembelajaran bersama.
3) Upaya kurangi tingkat keparahan insiden : manajer resiko harus melihat semua laporan
dari kematian pada KTD sebelum dikirim ke KKPRS. Pimpinan RS harus menerima
laporan & rencana kegiatan dari semua kematian yang secara langsung berhubungan
dengan IKP.
e. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
RS yang terbuka adalah RS yang lebih aman. Pasien & staf perlu tahu bilamana telah
terjadi suatu yang merugikan dan mereka dilibatkan dalam penelitian insiden. Ini dapat
dilakukan dengan :
3) Melibatkan para pasien dan bila memungkinkan keluarga mereka & staf dalam
melakukan analisis akar masalah (RCA) dari IKP yang menuju pada cedera yang parah
atau kematian.
4) Melibatkan para pasien, dan keluarga serta staf dalam membuat rekomendasi dan solusi
yang dikembangkan dari suatu IKP.
f.
baik secara lokal maupun nasional. Hal ini dapat dicapai dengan cara :
1) Gunakan teknik RCA atau audit kejadian yang signifikan untuk menginvestigasi insiden
secara efektif.
2) Memastikan beberapa staf inti, termasuk manajer risiko atau yang setara, telah
menerima pelatihan KPRS, dan menjadi tim investigasi RS serta melatih yang lain.
4) Menganalisis frekuensi, tipe dan tingkatan keparahan insiden, & hasil pembelajaran dari
insiden, untuk menilai adanya perbaikan yang berkesinambungan. Laporkan secara rutin
kegiatan ini kepada dewan direksi.
g. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
18
Kemajuan yang nyata akan terjadi dalam melaksanakan suatu layanan kesehatan yang
lebih aman bila perubahan penting telah diimplementasikan.
Langkah pertama haruslah :
1) Telaah pola kegiatan di RS sudah sesuai dengan rekomendasi dan solusi dari temuan
secara lokal, regional maupun nasional ;
3) Membangun suatu network dengan RS lain untuk belajar dari mereka yang telah secara
berhasil mengimplementasikan solusi & menekan KTD.
kebenaran informasi/ instruksi yang diberikan. (lihat SPO Konsultasi dengan Dokter per
Telepon)
3) Informasi/ instruksi lisan yang telah diterima segera dicatat pada status rekam medis
pasien, untuk selanjutnya pada kesempatan pertama dimintakan tanda tangan dari
pemberi instruksi
c. Kebijakan Pengamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
1) Jenis obat-obatan yang perlu diwaspadai ditetapkan oleh Karumkit berdasarkan
masukan dari Tim Farmasi dan Terapi, beserta lokasi penempatan obat-obatan
tersebut.
2) Obat-obatan yang perlu diwaspadai diberi label khusus dengan menggunakan stiker
berwarna (lihat SPO Pemberian Label Obat yang Perlu Diwaspadai)
3) Obat-obatan dengan Nama Obat dan Rupa Obat Sama perlu diidentifikasi dan
disosialisasikan kepada petugas terkait melalui kegiatan orientasi dan/atau pelatihan
terstruktur
4) Pemberian obat-obatan tersebut diberikan kepada pasien dengan melakukan
pengecakan ulang atas obat dan pasien yang akan diberi
d. Kebijakan Kepastian Tepat Operasi
1) Identitas pasien yang akan mendapatkan pelayanan tindakan bedah meliputi nama,
nomor rekam medis, dan gelang pasien ; harus dicocokkan oleh perawat rawat inap
sebelum dipindahkan ke Kamar Operasi untuk selanjutnya dilakukan serah terima
dengan perawat Kamar Operasi (lihat SPO Serah Terima Pasien).
2) Proses transfer pasien dari ruang Rawat Inap ke Kamar Operasi harus disertai berkas
Rekam Medis pasien yang telah berisi instruksi tindakan operasi yang akan dilakukan
oleh dokter operator, beserta hasil pemeriksaan penunjang diagnostik (lihat SPO
Transfer Pasien).
3) Formulir Persetujuan Tindakan Medis (informed consent) harus sudah ditandatangani
oleh yang berkepentingan, segera setelah penjelasan/ informasi yang diperlukan
disampaikan kepada pasien dan/ atau keluarganya (lihat SPO Persetujuan Tindakan
Medis).
4) Sesaat sebelum irisan pertama dibuat, setelah seluruh persiapan selesai dilaksanakan,
dilaksanakan prosedur time out (lihat SPO Time Out).
e. Kebijakan Pengurangan Resiko Infeksi
1) Semua bahan/material yang terkontaminasi darah dan komponen cairan tubuh pasien
harus dianggap berpotensi terhadap penularan infeksi, oleh karena itu perlu dilakukan
penggunaan alat pelindung diri (APD) dan dilakukan prosedur dekontaminasi terlebih
dahulu (lihat SPO Penggunaan APD dan SPO Dekontaminasi)
2) Semua peralatan medis yang akan dipergunakan untuk melakukan prosedur invasif
terhadap pasien harus terjamin sterilitasnya (lihat SPO Sterilisasi Alat)
20
3) Semua tenaga medis/ keperawatan/ paramedis lain harus melakukan cuci tangan
sebelum dan setelah melakukan tindakan terhadap pasien (lihat SPO Cuci Tangan).
4) Pasien perlu diberi informasi mengenai maksud dan tujuan tindakan cuci tangan serta
setiap prosedur septik dan antiseptik yang dilakukan terhadapnya
f.
21
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
6. TUJUAN PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
a. Tujuan Umum
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KNC dan KTC) dan meningkatnya mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus
1) Rumah Sakit (Internal)
a) Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di
rumah sakit.
b) Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah.
c) Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat
mencegah kejadian yang sama di kemudian hari.
2) KKP-RS (Eksternal)
a) Diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien (KTD/KNC)
b) Diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi rumah sakit lain.
c) Ditetapkannya langkah-langkah praktis Keselamatan Pasien untuk rumah sakit di
Indonesia.
2) Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir Laporan
Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung. Paling lambat 2x24 jam,
jangan menunda laporan.
3) Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan Langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/
instalasi /Departemen/Unit, Ketua Komite Medis/Ketua KSMF)
4) Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan
5) Hasil grading akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilakukan sebagai berikut : (Pembahsan lebih lanjut lihat BAB III)
22
7) Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
10) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
11) Rekomendasi untuk Perbaikan dan Pembelajaran diberikan umpan balik kepada
unit kerja terkait.
12) Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing.
13) Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS. (Alur : Lihat Lampiran 4)
8. LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN KKP-RS (EKSTERNAL)
Pelaporan secara anonim
dan tertulis
(KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi pada pasien, telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya.
a. Faktor Kontributor
Adalah keadaan, tindakan
mengembangkan dan atau meningkatkan resiko suatu kejadian (misalnya pembagian tugas
yang tidak sesuai kebutuhan).
Contoh :
1) Faktor kontributor di luar organisasi (eksternal)
2) Faktor kontributor dalam organisasi (internal), misal : tidak adanya prosedur
3) Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku petugas
yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya teamwork atau komunikasi).
4) Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
23
penyebabnya
dan
yang digunakan
untuk mengidentifikasi
Dapat dipastikan
bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan
bahaya/ potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan
untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong
dilakukannya investigasi selanjutnya.
Mengapa pelaporan insiden penting ?
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan,
formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada semua
karyawan.
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun
yang nyaris terjadi.
tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan
insiden, kapan harus melaporkan , pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem
pelaporan dan cara menganalisa laporan.
c.
Deskripsi
Dampak
Tidak Signifikan
Minor
Moderat
Mayor
Katastropik
Tabel 2
Penilaian Probabilitas /Frekuensi
TINGKAT RISIKO
DESKRIPSI
1
Sangat jarang / Rate ( > 5 tahun / kali)
2
Jarang / unlikely (2-5 tahun / kali)
3
Mungkin / possible (1-2 tahun / kali)
4
Sering / Likely (Beberapakali / tahun)
5
Sangat sering / almostcertain (tiap minggu / bulan)
25
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam table matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor dan mencari warna bands risiko
d. Skor Risiko
SKOR RISIKO = Dampak x Probability
Contoh :
: Investigasi sederhana
: Investigasi Komprehensif / RCA
Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di Rumkital
Jala Ammari terjadi pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak
: 5 x 3 = 15
Warna Bands
: Merah (ekstrim)
Probabilitas
Sangat sering terjadi
(Tiap minggu/bulan)
5
Sering terjadi
(Beberapa kali/tahun)
4
Mungkin terjadi
(1 < 2 tahun / kali)
3
Jarang terjadi
(> 2 - <5 thn / kali)
2
Sangat jarang terjadi
(> 5 tahun / kali)
1
Tabel 3
Matriks Grading Risiko
Tdk Signifikan
Minor
Moderat
1
2
3
Mayor
4
Katastropik
5
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
26
Tabel 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
Level / Bands
Tindakan
Risiko ekstrim dilakukan RCA paling lama 45 hari
Ekstrem (sangat tinggi)
membutuhkan tindakan segera pelaporan sampai ke
Direktur
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji
High (tinggi)
dengan detil dan perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen
Risiki sedang dilakukan investigasi sederhana paling
Moderat (sedang)
lama 2 minggu Manajer/pimpinan Klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap biaya dan kelola risiko
Risiko rendahm dilakukan investigasi sederhana
Low (rendah)
paling lama 1 minggu diselesaika dengan prosedur
rutin
f.
Tipe Insiden
Untuk mengisi Tipe Insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Insiden terdiri dari : Tipe Insiden dan Subtipe Insiden yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
No
TIPE INSIDEN
a. Proses
Administrasi
Klinik
b. Masalah
Proses /
Prosedur Klinis
a. Proses
Tabel 5
Tipe Insiden
SUB TIPE INSIDEN
1. Serah terima
2. Perjanjian
3. Daftar tunggu/Antrian
4. Rujukan / Konsultasi
5. Admisi
6. Keluar/Pulang dari Ranap/RS
7. Pindah Perawatan (Transfer of care)
8. Identifikasi Pasien
9. Consent
10. Pembagian tugas
11. Respons terhadap kegawatdaruratan
1. Tidak performance dibutuhkan/indikasi
2. Tidak lengkap/Inadekuat
3. Tidak tersedia
4. Salah Pasien
5. Salah Proses / pelayanan
1. Skrening/Pencegahan/Medical check up
2. Diagnosis/Assesment
3. Prosedur/Pengobatan/Intervensi
4. General care/Management
5. Test/Investigasi
6. Spesimen/Hasil
7. Belum dipulangkan (Detention/Restraint)
27
b. Masalah
a. Dokumen yang
terkait
Dokumentasi
3
b. Masalah
a. Tipe Organisme
Infeksi
Nosokomial
(Hospital
Associated
Infection)
Medikasi /
Cairan Infus
b. Tipe / Bagian
a. Medikasi/
Cairan Infus
yang terkait
b. Proses
penggunaan
medikasi/
cairan infus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Peresepan
Persiapan / Dispensing
Pemaketan
Pengantaran
Pemberian
Suply/Pesan
Penyimpanan
Monitoring
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
28
c. Masalah
a. Transfusi
darah/Produk
darah terkait
b. Proses
Transfusi
darah/produk
darah terkait
Transfusi
darah/Produk
darah
c. Masalah
a. Nutrisi yang
terkait
b. Proses nutrisi
Nutrisi
c. Masalah
Oksigen/Gas
a. Oksigen/Gas
terkait
1. Salah pasien
2. Salah obat
3. Salah dosis/kekuatan/frekuensi
4. Salah formulasi/presentasi
5. Salah rute pemberian
6. Salah jumlah/kuantitas
7. Salah dispensing
8. Kontraindikasi
9. Salah penyimpanan
10. Obat kadaluarsa
11. Adverse drug reaction (reaksi efek samping
obat)
1. Produk selular
2. Faktor pembekuan (clothing)
3. Albumin/Plasma protein
4. Imunoglobin
1. Test pre transfusi
2. peresepan
3. Persiapan/Dispensing
4. Pengantaran
5. Pemberian
6. penyimpanan
7. Monitoring
8. Presentasi/Pemaketan
9. Darah kadaluarsa
10. Efek samping (Adverse effect)
1. Salah pasien
2. Salah darah/produk darah
3. Salah dosis/frekuensi
4. Salah jumlah
5. Salah label dispensing/instruksi
6. Kontraindikasi
7. Salah Penyimpanan
8. Obat atau dosis yang diabaikan
9. Darah kadaluarsa
10. Efek samping (adverse effect)
1. Diet umum
2. Diet Khusus
1. Peresepan/Permintaan
2. Persiapan/Manufactur/Proses memasak
3. Suply/Order
4. Presentation
5. Dispensing/Alokasi
6. Pengaturan
7. Pemberian
8. Penyimpanan
1. Salah pasien
2. Salah diet
3. Salah Jumlah
4. Salah frekuensi
5. Salah Konsistensi
6. Salah penyimpanan
Daftar oksigen/gas terkait
29
b. Proses
penggunaan
oksigen/Gas
c. Masalah
Alat medis/Alat
kesehatan/
Equipment
property
a. Perilaku pasien
10
b.
Agression/Assa
ult
a. Tipe jatuh
11
Jatuh
12
Kecelakaan
b. Keterlibatan
saat jatuh
a. Benturan
tumpul
b. Serangan
tajam/ tusukan
30
c. Kejadian
mekanik lain
d. Peristiwa
mekanik lain
e. Mekanisme
Panas
f. Ancaman pada
pernafasan
13
14
Infrastruktur/ba
ngunan/ Benda
lain yang
terpasang tetap
Resource/Mana
jemen
Organisasi
g. Paparan bahan
kimia atau
substansi
lainnya
h. Mekanisme
spesifik yang
lainnya
menyebabkan
cedera
i. Paparan karena
dampak cuaca,
bencana alam
a. Keterlibatan
struktur/
bangunan
b. Masalah
1.
2.
3.
4.
Paparan listrik/radiasi
Paparan suara/getaran
Paparan tekanan udara
iv. Paparan karena gravitasi rendah
1. Daftar struktur
2. Daftar bangunan
1. Inadekuat
2. Damage/Faulty/Worn
a. Beban kerja
manajemen
yang berlebihan
b. ketersediaan /
keadekuatan
tempat
tidur/pelayanan
c. Sumber daya
manusia
d. Ketersediaan/
keadekuatan
staf
e. Organisasi/tim
f. Protocols/kebijakan
/SOP Guidline
g. Ketersediaan /
Adequacy
31
15
Laboratorium/
patologi
a. Pengambilan/
Pick up
b. Transport
c. Sorting
d. Data entry
e. Processing
f. Verikasi/
Validasi
g. Hasil
Contoh :
Insiden
Tipe insiden
: Medikasi
Masalah
Insiden
Tipe insiden
: Jatuh
Insiden
Tipe insiden
: Laboratorium
1) Penyebab insiden dapat diketahui setelah melakukan investigasi dan analisa baik
investigasi sederhana (simple investigation) maupun investigasi komprehensiv (root
cause analysis).
1)
c. Peratura Nasional
d. Hubungan dengan Organisasi lain
2) Faktor Kontributor Organisasi Dan Manajemen
Komponen
Organisasi dan Manajemen
Kebijakan,
Tujuan
Standar
Administrasi
Budaya Keselamatan
SDM
Sub Komponen
a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan
dan a. Tujuan dan Misi
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan Diklat
g. Prosedur dan Kebijakan
h. Fasilitas dan Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
Sistem Administrasi
a. Attitude kerja
b. Dukungan manajemen oleh seluruh
a. Ketersediaan
b. Dukungan manajemen oleh seluruh
c. Beban Kerja yang optimal
Manajemen Training Pelatihan/Refreshing
Diklat
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
Sub Komponen
Manajemen Pemeliharaan
Penilaian Ergomik
Fungsionalitas
Housekeeping
Pengawasan Lingkungan Fisik
Perpindahan Pasien antar Ruangan
Malfungsi Alat
Ketidaktersediaan
Manajemen Pemeliharaan
Fungsionalitas
Desain, Penggunaan dan Maintanace Peralatan
SubKomponen
a. Adanya
kemauan
staf
junior
berkomunikasi
b. Cepat tanggap
a. Kesamaan tugas antar profesi
b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat
a. Kepemimpinan Efektif
b. Job Desc Jelas
Dukungan peers setelah insiden
33
a.
b.
a.
b.
SubKomponen
Verifikasi Kualifikasi
Verifikasi Pengetahuan dan ketrampilan
Motivasi
Streesor
Fisik
:
Efek
beban
kerja=Gangguan Fisik
SubKomponen
a. Prosedur Peninjauan dan revisi SOP
b. Ketesediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
a. Test Tidak dilakukan
b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil
test
a. Ketersediaan, Penggunaan, reliabilitas
b. Kalibrasi
Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai
SOP
Pengobatan
Riwayat
Hubungan Staf dan Pasien
SubKomponen
Penyakit
yang
kompleks,
berat,
multikomplikasi
a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Kelularga
Mengetahui risiko yang berhubungan dengan
pengobatan
a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan yang baik
Komunikasi tertulis
SubKomponen
a. Komunikasi antar staf junior dan senior
b. Komunikasi antar Profesi
c. Komunikasi antar Staf dan pasien
d. Komunikasi antar Unit Departemen
Ketidaklengkapan Informasi
Contoh :
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas
yang baru bekerja tiga bulan di Rumkital Jala Ammari. Hasil investigasi ditemukan :
34
Lampiran 1 :
35
DEKLARASI JAKARTA
PASIEN UNTUK KESELAMATAN PASIEN
DI NEGARA-NEGARA SOUTH-EAST ASIA REGION
Kami,
Pasien, konsumen pendukung, para profesional pelayanan kesehatan, pembuat kebijakan dan
wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesional dan dewan pengarah, setelah
dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work shop tentang pasien untuk
Keselamatan Pasien , 17-19 Juli 2007, di Jakarta, Indonesia.
Mengacu pada Resolution SEA/RC59/53 tentang Promoting Patient Safety in Health Care, yang
diadopsi pada Sesi yang 59 thn Regional Committee untuk Asia Tenggara, yang mencatat
keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya akibat kejadian tidak diharapkan
(adverse events) dan lingkaran setan adverse events, tuntutan hukum dan praktek kedokteran
yang defensive, dengan ini mendesak Negara-negara Anggota untuk melibatkan para pasien ,
asosiasi konsumen, para pekerja pelayanan kesehatan dan asosiasi profesional dalam
membangun sistem asuhan kesehatanyang lebih aman dan menciptakan suatu budaya
keselamatan di dalam institusi pelayanan kesehatan.
Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang didukung oleh WHO
World Alliance for Patient Safety.
Menimbang rekomendasi WHO Regional Workshop yang pertama tentang Patient Safety, 12-14
Juli 2006, di New Delhi, India,
1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah;
2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan pasien;
3.
Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak menghalangi
komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan;
4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai perubahan
perilaku utama dan sistem yang dibutuhkan untuk penerapan keselamatan pasien di regional
kami;
5. Percaya bahwa :
dasar hubungan adalah saling percaya dan saling menghormati antara para profesional
pelayanan kesehatan dan pasien ;
Pasien dan pendampingnya perlu mengetahui mengapa suatu pengobatan diberikan dan
diberitahu tentang semua risiko, kecil atau besar, sehingga mereka dapat mengambil
bagian di dalam keputusan-keputusan yang berhubungan dengan asuhan kepada mereka;
Harus ada suatu sistem dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan diperiksa secara
rahasia;
Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja perlu juga menerima
dukungan;
Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan dan pelajaran
yang didapat perlu disebarluaskan;
Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas kerugian pasien dan
keluarganya;
7. Komit terhadap :
Bekerjasama dengan media untuk mendorong pelaporan yang bertanggung jawab dan
untuk berkesempatan mendidik masyarakat;
Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk mendorong
adanya tanya jawab;
Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan forum-forum;
Berfungsinya sistem mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, mulai dengan pembentukan suatu komite
keselamatan pasien dan dalam suatu sistem pelaporan kejadian tidak diharapkan dan
sistem tanggapannya;
Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan yang irrasional
seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak perlu;
Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan kesehatan;
37
Lampiran 2
FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL di RS
Rumah Sakit
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24 JAM
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I.
DATA PASIEN
Nama
No MR
Umur *
: ...
: Ruangan :
: 0-1 bulan
> 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun
> 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun
> 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Perempuan
Penanggung biaya pasien:
Pribadi
Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah
Perusahaan *
JAMKESMAS
Tangggal Masuk RS : Jam .
II. RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal
:
Jam .
2. Insiden
:
3. Kronologis Insiden :
..
..
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain ... (sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain (sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS
7. Insiden menyangkut pasien
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
38
dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anestesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung
dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ................... (sebutkan)
10. Unit Kerja tempat terjadinya insiden
Unit kerja
.................... (sebutkan)
Ya
Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut untuk
mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
..
..
Pembuat Laporan
: ..
Penerima Laporan
: ..
Paraf
: .
Paraf
: ..
Tgl Terima
: .
Tgl Lapor
: ..
HIJAU
KUNING
39
MERAH
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan bersifat anonim, tidak
mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian, analisa penyebab dan rekomendasi.
Untuk mengisi laporan ini sebaiknya dibaca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP),
bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan pemahaman yang ada.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap. Jangan dikosongkan
agar data dapat dianalisa.
Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS).
KODE RS :
1. DATA RUMAH SAKIT :
Kepemilikan Rumah Sakit :
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
TNI /POLRI
Swasta
BUMN / BUMD
Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RSIA
RS Paru
RS Mata
RS Orthopedi
RS Jantung
RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya
Kelas RS
A
Untuk RS Swasta menyesuaikan misal RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS Madya setara
dengan RS Kelas C dst.
Kapasitas tempat tidur : .......tempat tidur
Propinsi (lokasi RS)
: ..
Jenis kelamin
:
Penanggung biaya pasien :
0-1 bulan
> 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun
> 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Laki-laki
Perempuan
Pribadi
ASKES Pemerintah
Asuransi Swasta
Perusahaan *
40
JAMKESMAS
Tanggal Masuk RS
III.RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal
2. Insiden
.......
3. Kronologis Insiden
......
..
.
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain (sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain (sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS
7. Insiden menyangkut pasien
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain
8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya
Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anastesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
41
Lain-lain . (sebutkan)
10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden
Unit kerja penyebab ..... (sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
..
..
..
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
.
.
.
3. Rekomendasi / solusi
No
NB *
Saran
Akar Masalah
=
:
Rekomendasi / Solusi
43
GLOSARIUM KKP-RS
No
Istilah
Definisi / Penjelasan
Keselamatan Pasien
Sakit (Patient safety)
10
Kejadian
Event)
Sentinel
(Sentinel
45