TONSIL
oleh
Ariadi
110312069
Preseptor:
dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Tonsil .
Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL selaku
preseptor yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
semoga referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
1
2
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
4
5
5
5
6
6
9
10
10
10
11
11
12
12
13
13
BAB 3. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer
10
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.
tulisan ini dapat menjadi referensi sekaligus sebagai bahan bacaan untuk
memperluas wawasan tentang penyakit tonsilitis.
1.2.
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang tonsil mencakup anatomi dan fisiologi tonsil, serta
untuk mengetahui manifestasi tonsilitis mulai dari definisi, etiologi, diagnosis,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya.
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi tonsil,
serta untuk mengetahui manifestasi tonsilitis mulai dari definisi, etiologi,
diagnosis, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya.
1.4.
Metode Penulisan
Penulisan referat ini mengacu kepada beberapa literatur, termasuk buku teks dan
jurnal ilmiah yang disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonsil
2.1.1 Anatomi
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan
ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal
(adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin waldeyer.4
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori 5.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring
yang terdiri dari :
Anterior
: A. lingualis dorsal.
Posterior
: A. palatina asenden.
Diantara keduanya: A. tonsilaris.
A. faringeal asenden
A. palatina desenden.
Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat
pada dasar lidah. Permukaan medial bentuknya bervariasi dan mempunyai celah
yang disebut kriptus. Di dalam kriptus ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang
terlepas, sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang
sering disebut kapsul tonsil, yang tidak melekat erat pada otot faring.4
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke
fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.9
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata.9
Fossa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah
otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX
yang merupakan nervus glosofaringeal.5
2.1.2
Fisiologi
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada
tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat
sistim imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel
dendrit dan APCs (antigen presenting cells) yang berperan dalam proses
transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobulin
spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa
IgG.3
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2
fungsi utama yaitu menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif,
sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,
yaitu arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris
dan arteri palatina asenden, arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri
palatina desenden, arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal, arteri
faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri
lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua
daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi
oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.3 Vena-vena dari tonsil
membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik
melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal.5
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada. Tonsil bagian bawah
mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga
dari cabang desenden lesser palatine nerves.5
Ukuran Tonsil
T0 : Post Tonsilektomi
9
T1
Garis paramedian
T4
T3
T2
Etiologi
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi untuk membuat limfosit, yaitu sejenis sel darah putih yang bertugas
membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut. 10 Tonsil akan
berubah menjadi tempat infeksi bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.11 Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman
Streptococcus beta Hemolyticus, Streptococcus viridans, dan Streptococcus
pyogenes. Streptococcus pyogenes merupakan patogen utama pada manusia yang
menimbulkan invasi lokal, sistemik dan kelainan imunologi pasca streptococcus.12
10
Pyogens.1
2.3 Tonsilitis Akut
2.3.1 Tonsilitis Viral
Tonsilitis akut paling sering disebabkan karena infeksi virus, seperti Herpes
simplex virus, Epstein-Barr virus (penyebab tersering), Cytomegalovirus, dan
Adenovirus. Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai
nyeri tenggorok.13
Terapi berupa istirahat, minum cukup, analgetik, dan anti viral diberikan
jika gejala berat.13
2.3.2
Tonsilitis Bakteri
kesulitan menelan
12
Gejala dan tanda berupa tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,
kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal
di tenggorok, dirasakan kering di tenggorokan dan nafas berbau. 13 Terapi lokal
ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur .
Tonsilitis kronik dapat menyebabkan komplikasi ke daerah sekitarnya
berupa rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosinklitis, dermatitis, pruritus,
urtikaria, dan furunkolosis.
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang, gejala sumbatan
jalan nafas, dan kecurigaan neoplasma.13
2.5 Tonsilitis Membranosa
2.5.1 Tonsilitis Difteri
Penyebab tonsilitis difteri adalah kuman Corynebacterium diphteriae,
kuman yang termasuk Gram positif dan hidup di saluran nafas atas seperti hidung,
faring dan laring.Tidak semua orang yang terinfeksi kuman ini akan mengalami
tonsilitis difteri. Hal ini bergantug pada titer anti toksin dalam darah seseorang.
Titer anti toksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat dianggap cukup
memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai pada test Schick. Tonsilitis
difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahum dan frekuensi
tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin
menderita penyakit ini.
Gejala dan tanda dibagi dalam 3 golongan yaitu gejala umum, gejala lokal,
dan gejala akibat eksotoksin.
Gejala umum
Terjadi demam subfebril, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah,
13
sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Bila infeksi belanjut terus, kelenjar
limfe leher akan membengkak sedemikian rupa sehingga leher menyerupai leher
sapi (bull neck) atau disebut juga Burgermeesters hals.
BAB 3
KESIMPULAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain:
fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis.
Tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang
berbahaya. Bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
14
tersebut maka akan timbul tonsilitis.Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau
peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri.
Pada tonsilotis viral gejala lebih menyerupai common cold yang disertai
nyeri tenggorok. Pada tonsilitis bakterial keluhan awal berupa rasa kering
ditenggorok. Selanjutnya penderita merasa nyeri waktu menelan yang makin lama
makin hebat.
Tatalaksana pada tonsilitis viral cukup dengan isirahat, minum cukup,
analgetika dan antivirus diberikan jika gejala berat. Untuk tonsilitis bakterialis
diberikan antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin. Antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shah, K. Udayan. 2014. Tonsilitis and Peritonsilar abcess. Emedicine,
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview
2. Farokah. 2005. Laporan Penelitian: Hubungan Tonsilitis Kronik dengan
Prestasi Belajar Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang.
FKUGM : Yogyakarta. Hal :1-46
3. Mal, R.K., A.F. Oluwasanmi, dan J.R. Mitchard. 2010. Tonsillar Crypts and
Bacterial Invasion of Tonsils: A Pilot Study. NEJM : England p: 567-569
15
B.
dan
John
Jacob
Ballenger. 2003.
Ballengers
16