TANGGAL :
TEMPAT
:
MAHASISWA
PEMBIMBING KLINIK
Ceramah
Waktu
Tahapan
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
5 menit
Pembukaan
a.
Memberi salam.
Menjawab salam
b.
c.
Media
dan
memperhatikan.
Menjelaskan
topik
penyuluhan.
d.
Menggali
pengetahuan
audience.
e.
Menjelaskan
tujuan
penyuluhan..
f.
2
Ceramah
10 menit
Memberitahu
kontrak
Penyajian
Materi
memperhatikan.
Materi :
a. Pengertian tuba ovarial abses
(TOA).
b. Etiologi tuba ovarial abses
(TOA).
c. Patofisiologi tuba ovarial abses
(TOA).
d. Gejala
tuba
ovarial
abses
(TOA).
e. Pemeriksaan tuba ovarial abses
(TOA).
danLCD
Laptop
&
Tanya
10 menit
jawab
Evaluasi
abses (TOA).
a.
Memberi
&
Diskusi
b.
Menjawab
pertanyaanoleh penyaji.
peserta.
c.
Memberi
tentang
pertanyaan
materi
yang
telah
disampaikan.
Ceramah
5 menit
Penutup
terimakasih
menyampaikan
11.
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan tuba ovarial abses (TOA) di ruang 10.
b. Pelaksanaan penyuluhan tuba ovarial abses (TOA) sudah dikonsultasikan dengan
pembimbing.
c. Peserta hadir tepat waktu di tempat pelaksanaan penyuluhan tuba ovarial abses
(TOA).
B. Etiologi
Paling
sering
disebabkan
oleh
gonococcus,
disamping
itu
oleh
dan sigmoid.
Toucher :
Nyeri kalau portio digoyangkan.
Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
Nyeri pada ovarium karena meradang.
Gejala klinis
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat
disertai suhu badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul
dan perut bawah disertai pula nyeri tekan, febris (60-80 % kasus), takhirkardi,
mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus. Adanya masa pada perut bawah dan
aneksa lebih memastikan suatu ATO.
E. Pemeriksaan
a. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis pernah infeksi daerah panggul
dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya adalah nulipara
b. Pemeriksaan laboratorium, leukositosis (60-80 % dari kasus), peningkatan
Leokosit.
c. Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya
masa di adneksa
d. Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya TOA atau adanya masa
di adneksa melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat
untuk evaluasi kemajuan terapi.
e. Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol.
Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada
ATO yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus
pada lebih 70 % kasus
F. Diagnosis banding
a. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
Kistoma ovarii, tumor ovarii
Kehamilan ektopik yang utuh
Abses peri, apendikuler
Mioma uteri
Hidrosalping
b. TOA utuh dengan keluhan :
Perforasi apendik
Perforasi divertikel / abses divertikel
Perforasi ulkus peptikum
Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir
G. Komplikasi
a. TOA yang utuh :
H. Prognosis
a. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medis tidak ada
perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya lebih baik
dikerjakan laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin
perlu tindakan lebih luas. Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan
reinfeksi harus diperhitungan apabila terapi pembedahan tak dikerjakan.
b. TOA yang pecah
Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.
I. Penatalaksanaan
a. Curiga TOA utuh tanpa gejala
1. Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin
2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari,
selama 1 minggu.
2. Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin
membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan
kemungkinan untuk laparatomi
b. TOA utuh dengan gejala :
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler, observasi ketat tanda
vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
1. Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg /
kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC
Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Psroses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC
Effendi hasjim Dr, dkk. 1981. Fisiologa Dan Patofisiologi Ginjal. Bandung : Alumni
Rn. Sweringen. 2000. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Rabbins, Stanley C. Buku Ajar Patologi II . Jakarta : EGC