Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TUBA OVARIAL ABSES (TOA)
TELAH DISETUJUI PADA :
HARI

TANGGAL :
TEMPAT

:
MAHASISWA

WULAN SUCI WARDANI


NIM : 130803037
MENGETAHUI,
PEMBIMBING AKADEMIK

DEWI PITRIAWATI, SST

PEMBIMBING KLINIK

TITIN YULIANTI, AMd. Keb

KEPALA RUANG 10 RSSA MALANG

TITIN YULIANTI, AMd. Keb

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TUBA OVARIAL ABSES (TOA)
1. Pokok Bahasan
Tuba Ovarial.
2. Sub Pokok Bahasan
Tuba Ovarial Abses (TOA).
3. Permasalahan
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan
perantaraan traktus genetalis. Radang alat kandungan mungkin lebih sering terjadi di
negara tropis karena organ kewanitaan menjadi mudah sekali lembab karena udara yang
panas sehingga menyebabkan sering berkeringat sedangkan personal hygiene masih
kurang terjaga, infeksi veneris belum terkendali, serta perawatan persalinan dan abortus
yang belum memenuhi syarat-syarat.
Tetapi dengan adanya antibiotika pada umumnya infeksi alat kandungan berkurang.
Infeksi alat kandungan dapat menentukan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu kehidupan sex.
Pembagian infeksi ada 2 macam yaitu TOA utuh dan TOA pecah. TOA utuh apabila
dengan pengobatan medis tidak ada perbaikan keluhan dan gejalanya maupun
pengecilan tumornya lebih baik dikerjakan laparatomi jangan ditunggu abses menjadi
pecah yang mungkin perlu tindakan lebih luas. ATO yang pecah kemungkinan
septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan tindakan pembedahan untuk
menurunkan angka mortalitasnya.
4. Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan ini adalah pasien-pasien gynekologi dan keluarga pasien.
5. Waktu
Waktu yang diperlukan untuk penyuluhan ini adalah 1 x 30 menit, tanggal 19
November 2015 jam 10.00 WIB.
6. Tempat
Ruang 10 RSSA Malang.
7. Tujuan Umum
Setelah akhir penyuluhan, para peserta mampu memahami atuba ovarial abses.
8. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu :

1. Menjelaskan pengertian Tuba Ovarial Abses (TOA).


2. Menjelaskan etiologi Tuba Ovarial Abses (TOA).
3. Menjelaskan patofisiologi Tuba Ovarial Abses (TOA).
4. Menjelaskan gejala Tuba Ovarial Abses (TOA).
5. Menjelaskan pemeriksaan Tuba Ovarial Abses (TOA).
6. Menjelaskan diagnose banding Tuba Ovarial Abses (TOA).
7. Menjelaskan komplikasi Tuba Ovarial Abses (TOA).
8. Menjelaskan prognosis Tuba Ovarial Abses (TOA).
9. Menjelaskan penatalaksanaan Tuba Ovarial Abses (TOA).
9. Metode
Dalam memberikan penyuluhan menggunakan metode :
a. Ceramah.
b. Diskusi.
10. Pelaksanaan Dan Kontrak Waktu Penyuluhan
No Acara
1

Ceramah

Waktu

Tahapan

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

5 menit

Pembukaan

a.

Memberi salam.

Menjawab salam

b.

Memperkenalkan diri danMendengarkan


anggota.

c.

Media
dan

memperhatikan.

Menjelaskan

topik

penyuluhan.
d.

Menggali

pengetahuan

audience.
e.

Menjelaskan

tujuan

penyuluhan..
f.
2

Ceramah

10 menit

Memberitahu

kontrak

Penyajian

waktu yang akan dilaksanakan.


Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak

Materi

secara berurutan dan teratur

memperhatikan.

Materi :
a. Pengertian tuba ovarial abses
(TOA).
b. Etiologi tuba ovarial abses
(TOA).
c. Patofisiologi tuba ovarial abses
(TOA).
d. Gejala

tuba

ovarial

abses

(TOA).
e. Pemeriksaan tuba ovarial abses
(TOA).

danLCD
Laptop

&

f. Diagnosa banding tuba ovarial


abses (TOA).
g. Komplikasi tuba ovarial abses
(TOA).
h. Prognosis tuba ovarial abses
(TOA).
i. Penatalaksanaan tuba ovarial
3

Tanya

10 menit

jawab

Evaluasi

abses (TOA).
a.
Memberi

&

kesempatanMenjawab pertanyaan Leaflet

kepada peserta untuk bertanya. yang telah diberikan

Diskusi

b.

Menjawab

pertanyaanoleh penyaji.

peserta.
c.

Memberi
tentang

pertanyaan

materi

yang

telah

disampaikan.

Ceramah

5 menit

Penutup

1. Menyimpulkan materi yang


telah disampaikan.
2. Menyampaikan

terimakasih

atas perhatian danwaktu yang


diberikan kepada penyuluh.
3. Menyampaikan maaf apabila
dalam

menyampaikan

penyuluhan ada kesalahan.


4. Mengucapkan salam penutup.

11.

EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan tuba ovarial abses (TOA) di ruang 10.
b. Pelaksanaan penyuluhan tuba ovarial abses (TOA) sudah dikonsultasikan dengan
pembimbing.
c. Peserta hadir tepat waktu di tempat pelaksanaan penyuluhan tuba ovarial abses
(TOA).

d. Peserta mengisi lembar absensi.


2. Evaluasi Proses
a. Peralatan penyuluhan tuba ovarial abses (TOA).telah dipersiapkan sebelum acara
dimulai.
b. Peserta aktif bertanya.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan tanpa alasan yang tidak jelas.
3. Evaluasi Hasil
a. Penyuluhan berjalan dengan lancar.
b. Peserta memahami tentang :
1. Pengertian tuba ovarial abses (TOA).
2. Etiologi tuba ovarial abses (TOA).
3. Patofisiologi tuba ovarial abses (TOA).
4. Gejala tuba ovarial abses (TOA).
5. Pemeriksaan tuba ovarial abses (TOA).
6. Diagnosa banding tuba ovarial abses (TOA).
7. Prognosis tuba ovarial abses (TOA).
8. Komplikasi tuba ovarial abses (TOA).
c. Penatalaksanaan tuba ovarial abses (TOA).Peserta penyuluhan memberikan
pertanyaan dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyaji.
d. Peserta penyuluhan senang mendapatkan pengetahuan tentang Tuba Ovarial Abses
(TOA)..
12. MATERI
A. Pengertian
Tuba adalah saluran. Tuba uterina / fallopii adalah saluran telur, berjalan
disebelah kiri dan sebelah kanan sebuah dari sudut uterus ke samping, di tepi atas
ligamen lebar ke arah sisi pelvis.(Anatomi Fisiologi, 2002: 264)
Ovarial adalah indung telur. Ovarial / ovarium adalah alat kelamin wanita yang
berbentuk biji kenali, terletak di kanan dan kiri uterus di bawah tuba uterina dan
terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.(Anatomi Fisiologi,
2002:264)
Abces adalah rongga yang terjadi karena kerusakan jaringan / bengkak.
Tuba ovarial abces adalah pembekakan pada tuba ovarium yang disebabkan
oleh infeksi.

B. Etiologi
Paling

sering

disebabkan

oleh

gonococcus,

disamping

itu

oleh

staphylococcus dan streptococcus dan bacteri.


Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a. Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.
b. Naik dari cavum uteri.
C. Patofisiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke uterus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa
terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologik
sebelumnya.
Mekanisme pembentukan TOA yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai
dimana keterlibatan tuba infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit,
lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent dari febriae dan
menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur lain dalam pelvis
mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi. Abses
masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi. Abses masih bisa terbatas
mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan struktur pelvis yang lain
seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain.
Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan,
keadaan ini biasanya memberi perubahan anatomi disertai perlekatan fibrin
terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat terjadi pecahnya
abses. Abses Tubo Ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa.
D. Gejala-gejala
a. Demam tinggi dengan menggigil.
b. Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
c. Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum.
d. Kadang-kadang ada nyeri dan terjadi konstipasi karena proses dekat rektum
e.

dan sigmoid.
Toucher :
Nyeri kalau portio digoyangkan.
Nyeri kiri dan kanan dari uterus.
Nyeri pada ovarium karena meradang.

Gejala klinis
Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat
disertai suhu badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul

dan perut bawah disertai pula nyeri tekan, febris (60-80 % kasus), takhirkardi,
mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus. Adanya masa pada perut bawah dan
aneksa lebih memastikan suatu ATO.
E. Pemeriksaan
a. Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis pernah infeksi daerah panggul
dengan umur antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya adalah nulipara
b. Pemeriksaan laboratorium, leukositosis (60-80 % dari kasus), peningkatan
Leokosit.
c. Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya
masa di adneksa
d. Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya TOA atau adanya masa
di adneksa melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat
untuk evaluasi kemajuan terapi.
e. Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol.
Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada
ATO yang pecah atau pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus
pada lebih 70 % kasus

F. Diagnosis banding
a. TOA utuh dan belum memberikan keluhan
Kistoma ovarii, tumor ovarii
Kehamilan ektopik yang utuh
Abses peri, apendikuler
Mioma uteri
Hidrosalping
b. TOA utuh dengan keluhan :
Perforasi apendik
Perforasi divertikel / abses divertikel
Perforasi ulkus peptikum
Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal
Kista ovarii terinfeksi atau terpuntir
G. Komplikasi
a. TOA yang utuh :

Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, ileus, infertilitas, kehamilan


ektopik
b. TOA yang pecah
Syok sepsis, abses intra abdominal, abses sub kronik, abses paru / otak

H. Prognosis
a. TOA yang utuh
Pada umumnya prognosa baik, apabila dengan pengobatan medis tidak ada
perbaikan keluhan dan gejalanya maupun pengecilan tumornya lebih baik
dikerjakan laparatomi jangan ditunggu abses menjadi pecah yang mungkin
perlu tindakan lebih luas. Kemampuan fertilitas jelas menurun kemungkinan
reinfeksi harus diperhitungan apabila terapi pembedahan tak dikerjakan.
b. TOA yang pecah
Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.
I. Penatalaksanaan
a. Curiga TOA utuh tanpa gejala
1. Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin
2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari,
selama 1 minggu.
2. Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin
membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan
kemungkinan untuk laparatomi
b. TOA utuh dengan gejala :
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler, observasi ketat tanda
vital dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
1. Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg /
kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida

xole 1 gr reksup 2x / hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV


selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr /
sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari
2. Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
3. Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh
organ genetalia interna
c. TOA yang pecah
Merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah.
Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan
metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC
Price. Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Psroses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC
Effendi hasjim Dr, dkk. 1981. Fisiologa Dan Patofisiologi Ginjal. Bandung : Alumni
Rn. Sweringen. 2000. Keperawatan Medical Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Rabbins, Stanley C. Buku Ajar Patologi II . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai