Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini
sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan
tutorial pada Blok 10, Blok Kardiovaskular
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan skenario 6 ini serta Learning Objective yang kami cari. Karena ini semua
disebabkan oleh keterbatasan kami.
Tak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dr. Ni Kadek Wilmayani
selaku tutor kami atas masukan-masukan beliau selama proses diskusi. Kami
berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para
pembaca.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2
I. Pendahuluan
II. Pembahasan
III. Penutup
Daftar Pustaka................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
1.1 Skenario VI Blok 10
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
1.3 Learning Objective
f. Kriteria Diagnosis
2. Analisis Skenario
BAB II
PEMBAHASAN
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
2.1 Diagnosis Kerja
1. Gagal Jantung
A. Epidemologi
Data epidemiologi menunjukan bahwa makin meningkatnya populasi usia
lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar bertambah,
dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia lebih dari
65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus
meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukan kemajuan lagi, dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukan bahwa tahun 1999-2000, insiden
hipertensi pada orang dewasa ada sekitar 29-31&, yang berarti terdapat 58-65
juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHNES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari
seluruh kasus hipertensi.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
berada di urutan ke-delapan (2,8%) pada 10 penyakit penyebab kematian
terbanyak di rumah sakit di Indonesia
B. Faktor Resiko
Faktor risiko independen untuk terjadinya gagal jantung serupa dengan
faktor risiko pada penyakit jantung koroner (peningkatan kolesterol, hipertensi,
dan diabetes) ditambah adanya hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular
hypertrophy/LVH) pada elektrokardiogram (EKG) istirahat. LVH dikaitkan
dengan 14 kali risiko gagal jantung pada orang berusia lebih dari 65 tahun.
Data kohort dari studi Framingham, yang dimulai tahun 1940-an,
mengidentifikasi riwayat hipertensi pada >75% pasien dengan gagal jantung,
sementara penelitian yang lebih baru menyatakan prevalensi yang lebih rendah
(10-15%).
Faktor risiko yang lain adalah: infeksi; kelebihan volume cairan tubuh;
penurunan fungsi ginjal; penyalahgunaan obat; penggunaan alkohol, sifatnya
yang kardiotoksik; perokok berat; obesitas.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
c. Berdasarkan Letak anatomisnya dibedakan menjadi :
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
Edema paru Dekompensasi akut
Kelelahan
3. Gangguan elektrolit
4. Depresi
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
4. Meningkatnya aldosteron efek akibat terganggunya pemecahan aldosteron
oleh hepar.
Gambaran Umum
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
pada regurgitasi katup ,atau jika afterload sangat meningkat , misalnya pada
stenosis aorta atau hipertensi yang sangat berat, Fungsi pemompaan dapat juga
terganggu jika frekuensi jantung sangat lambat atau sangat cepat. Apabila
jantung normal dapat mentoleransi variasi preload, afterload , dan frekuensi
jantung dalam rentang yang lebar ,jantung yang terganggu kapasitas cadangan
untuk mengatasi perubahan ini sangat terbatas. Akibatnya, fungsi pemompaan
jantung menjadi jauh diatas normal ,tetapi jika kebutuhan metabolic atau
kebutuhan aliran darah sangat meningkat.maka tetap saja ini belum adekuat.
Keadaan ini disebut dengan gagal jantung output tinggi dan meskipun agak
jarang tetapi terapinya ukup spesifik. Penyebab-penyebab output tinggi ini
diantaranya adalah tirotoksikosis, beri-beri, anemia berat , pirau arteriovenosa
dan penyakit paget pada tulang.
Manifestasi gagal jantung dapat juga sebgai akibat dari disfungsi diastolic
jantung terisolasi atau predominan. Pada kasus-kasus ini ,pengisisan ventrikel
kiri atau kanan tidak seimbang karena ruangan jantung tidak lentur
(noncomplicant = kaku) kibat hipertrofi berat atau perubahan komposisi
miokardium. Meskipun fungsi kontraktilitas cadangan masih baik,tetapi
tekanan diastolic meningkat dan cardiac output berkurang.
D. Manifestasi Klinik
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
Sesak. Penyebab sesak adalah vascular congestion (bendungan aliran
darah) akibat peningkatan preload jantung kiri sehingga menurunkan
oksigenasi pulmonal. Penyebab sesak yang lain adalah turunnya perfusi
jaringan perifer.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
(gallop= suara seperti telapak kuda yang berlari). Bisa juga ditemukan juga
suara 4 (S4) atau atrial gallop.
E. Pemeriksaan Diagnosis
1 .Anamnesis
Biasanya pasien HF datang dengan keluhan sesak dan penurunan toleransi
aktifitas. Pada anamnesis ditanyakan berbagai keluhan dan riwayat terkait Heart
Failure.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis yang teliti selalu penting dalam mengevaluasi pasien
dengan HF. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membantu menentukan penyebab
dari HF, begitu pula untuk menilai keparahan dari sindrom yang menyertai.
Memperoleh informasi tambahan mengenai keadaan hemodinamika dan respon
terhadap terapi serta menentukan prognosis merupakan tujuan tambahan lainnya
pada pemeriksaan fisis. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terkait Gagal jantung
dan kemungkinan hasil temuan akan dibahas sebagai berikut:
a) Keadaan Umum dan Tanda Vital.
Pada gagal jantung ringan dan moderat, pasien sepertinya tidak mengalami
gangguan pada waktu istirahat, kecuali perasaan tidak nyaman jika berbaring pada
permukaan yang datar dalam beberapa menit. Pada HF yang lebih berat, pasien
harus duduk dengan tegak, dapat mengalami sesak napas, dan kemungkinan tidak
dapat mengucapkan satu kalimat lengkap karena sesak yang dirasakan. Tekanan
darah sistolik dapat normal atau tinggi pada HF ringan, namun biasanya
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
berkurang pada HF berat, karena adanya disfungsi LV berat. Tekanan nadi dapat
berkurang atau menghilang, menandakan adanya penurunan stroke volume. Sinus
takikardi merupakan tanda nonspesifik disebabkan oleh peningkatan aktivitas
adrenergik. Vasokonstriksi perifer menyebabkan dinginnya ekstremitas bagian
perifer dan sianosis pada bibir dan kuku juga disebabkan oleh aktivitas adrenergik
berlebih.
c) Pemeriksaan Pulmoner
Ronchi pulmoner (rales atau krepitasi) merupakan akibat dari transudasi
cairan dari ruang intravaskuler kedalam alveoli. Pada pasien dengan edema
pulmoner, rales dapat terdengar jelas pada kedua lapangan paru dan dapat pula
diikuti dengan wheezing pada ekspirasi (cardiac asthma). Jika ditemukan pada
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
pasien yang tidak memiliki penyakit paru sebelumnya, rales tersebut spesifik
untuk HF. Perlu diketahui bahwa rales seringkali tidak ditemukan pada pasien
dengan HF kronis, bahkan dengan tekanan pengisian LV yang meningkat, hal ini
disebabkan adanya peningkatan drainase limfatik dari cairan alveolar. Efusi pleura
terjadi karena adanya peningkatan tekanan kapiler pleura dan mengakibatkan
transudasi cairan kedalam rongga pleura. Karena vena pleura mengalir ke vena
sistemik dan pulmoner, efusi pleura paling sering terjadi dengan kegagalan
biventrikuler. Walaupun pada HF efusi pleura seringkali bilateral, namun pada
efusi pleura unilateral yang sering terkena adalah rongga pleura kanan.
d) Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan pada jantung, walaupun esensial, seringkali tidak
memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat keparahan HF. Jika
kardiomegali ditemukan, maka apex cordis biasanya berubah lokasi dibawah ICS
V (interkostal V) dan/atau sebelah lateral dari midclavicular line, dan denyut dapat
dipalpasi hingga 2 interkosta dari apex. Pada beberapa pasien suara jantung ketiga
(S3) dapat terdengar dan dipalpasi pada apex. Pasien dengan pembesaran atau
hypertrophy ventrikel kanan dapat memiliki denyut oarasternal yang
berkepanjangan meluas hingga systole. S3 (atau prodiastolic gallop) paling sering
ditemukan pada pasien dengan volume overload yang juga mengalami takikardi
dan takipneu, dan seringkali menandakan gangguan hemodinamika. Suara jantung
keempat (S4) bukan indicator spesifik untuk HF namun biasa ditemukan pada
pasien dengan disfungsi diastolic. Bising pada regurgitasi mitral dan tricuspid
biasa ditemukan pada pasien dengan HF tahap lanjut.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
gangguan fungsi hepatic akibat kongesti hepatic dan hypoxia hepatoseluler, dan
terkait dengan peningkatan bilirubin direct dan indirect. Edema perifer
merupakan manifestasi cardinal pada HF, namun namun tidak spesifik dan
biasanya tidak ditemukan pada pasien yang diterapi dengan diuretic. Edema
perifer biasanya sistemik dan dependen pada HF dan terjadi terutama pada daerah
Achilles dan pretibial pada pasien yang mampu berjalan. Pada pasien yang
melakukan tirah baring, edema dapat ditemukan pada daerah sacral (edema
presacral) dan skrotum. Edema berkepanjangan dapat menyebabkan indurasi dan
pigmentasi ada kulit.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiografi
Merupakan pemeriksaan non invasive yang paling akurat untuk
menggambarkan aktivitas listrik jantung. Pada gagal jantung, tersering akan
memperlihatkan gambaran aritmia jantung. Selain itu, hipoertrofi ventrikel kiri
juga dapat terlihat dimana ditunjukkan oleh pola strain (hipertrofi ventrikel
kiri disertai depresi ST) , terutama pada sadapan lateral. Kriteria minimal
hipertrofi ventrikel kiri:-R di avL > 11 mm ; atau R di V5 V6 > 27 mm; atau
S di V1 + R V5/6 >35mm. Kriteria ekuivokal hipertrofi ventrikel kiri:
Depresi ST dan inverse T pada sadapan prekordial
Hipertrofi ventrikel kanan:
Deviasi kasis kekanan (aksis > + 110 derajat) tanpa ada defek
konduksi intreventrikuler ; rasio R:S >1 pada sadapan V1
2. Fotothoraks
A udem Alveoli
B garis kerley B (udem intertisial)
C Cardiomegaly
D Dilatasi pembuluh darah lobus paru
E Efusi Pleura
3. Ekokardiografi
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
Digunakan untuk membedakan antara gagal jantung sistolik dengan
diastolik , serta mencapai penyebab gagal jantung seperti kerusakan
katup jantung.
4. Pemeriksaan Darah
Pengukuran kadar peptide natriuretik belum secara rutin dilakukan.
Pemeriksaan sederhana yang biasanya dapat menggambarkan kejadian
gagal jantung , antara lain kadar natrium yang biasanya rendah (<130
mmol/L) serta kadar kalium (berubah sesuai dengan agen terapi) yang
harus dijaga dalam kadar normal untuk mengeliminasi bahaya terjadinya
aritmia.
Jika pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi yang sangat kuat ,
maka pemeriksaan terhadap anemia dan fungsi tiroid dapat dilakukan.
Sedangkan jika pada pemeriksaan penunjang ekokardiografi didapatkan
kardiomiopati restriktif , maka perlu dipikirkan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap semua penyakit yang berhubungan dengan penyimpanan zat
besi , amiloidosis, maupun sarkoidosis.
F. Diagnosis
Kriteria Diagnosis
S3 gallop Hepatomegaly
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
Berat badan yang turun sekitar >
4.5 kg sebagai respon dari terapi
CHF
G. Tatalaksana
a. Terapi Non-Farmakologi
b. Terapi farmakologi
Diuretik
Bekerja meningkatakan ekskresi natrium, air, dan klorida sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi
penurunan curah jantung dan tekanan darah. Selain mekanisme tersebut,
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
diuretic juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek
hipotensi. Efek ini diduga akibat penurunan natrium diruang intestisial dan
di dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat
influks kalsium.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
ACE Inhibitors
Menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II, sehingga
terjadi vasodilatasi dan menurunkan sekresi aldosteron. Selain itu degradai
bardikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah
meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE Inhibitor.
Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan retensi
kalium.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
aktivitas neuron adrenergic. Jika Beta blocker dikombinasikan dengan
ACE inhibitor, disini Beta blocker menghambat proses remodeling LV,
menyembuhkan gejala pasien, mencegah pasien untuk dirawat di rumah
sakit, dan memperpanjang hidup. Oleh karena itu Beta blocker
diindikasikan untuk pasien dengan symptomatic atau asymptomatic HF
dan depresi EF<40%.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
yang mendapatkan therapy yang standard, meliputi diuretics, ACE
inhibitors, dan Beta blocker.
Digoxin
Digoxin direkomendasikan untuk pasien dengan gejala LV systolic
dysfunction yang disertai atrial fibrillation, dan perlu dipertimbangkan
untuk diberikan pada pasien yang memiliki tanda dan gejala HF saat
diberikan therapy standard, meliputi ACE inhibitors dan Beta blockers.
Therapy dengan digoxin biasanya dengan dosis 0,125-0,25 mg per hari.
Untuk beberapa pasien, dosisnya sebaiknya diberikan 0,125 mg per hari,
dan level serum digoxin sebaiknya<1,0 ng/mL, terutama pada pasien tua,
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
pasien dengan penurunan fungsi renal, dan pasien dengan massa lemak
tubuh yang rendah.
Algoritma pengobatan berdasarkan stage gagal jantung
PENCEGAHAN
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
1. Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard, factor resiko
jantung koroner
2. Pengobatan infark jantung segera di triase, serta pencegahan infark
ulangan
3. Pengobatan hipertensi yang agresif
4. Koreksi kelainan kongenital serta penyakit jantung katup
5. Bila sudah ada disfungsi miokard , upayakan eliminasi penyebab
yang mendasari, selain modulasi progresi dari disfungsi asimtomatik
menjadi gagal jantung
H. Prognosis
Sekitar 70% penderita meninggal dalam waktu 5 tahun sejak gejala dimulai
dan prognosisnya bertambah buruk jika dinding jantung menipis dan fungsi
jantung menurun. Irama jantung abnormal juga memberikan prognosis yang
lebih buruk. Secara keseluruhan, jumlah pria yang bertahan hanya separuh dari
jumlah wanita dan jumlah penderita kulit hitam yang bertahan hanya separuh
dari jumlah penderita kulit putih. Sekitar 50% kematian terjadi secara
mendadak, kemungkinan sebagai akibat dari irama jantung yang abnormal.
Pada gagal jantung, pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat yang baik
untuk koreksi bedah. Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang
disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan sementara pasien
memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis sekunder
mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
KU : Sesak Napas sejak 2 minggu, Pemeriksaan fisik Jantung : kesan kardiomegali
semakin memberat bahkan ketika
Pemeriksaan fisik Paru : Ronki basah di kedua lapang
istirahat
paru, dan wheezing (+)
KP : batuk berdahak, mual namun
tidak muntah
Diagnosis Kerja: gagal jantung kongestif (CHF), karena telah memenuhi kriteria
diagnostik gagal jantung dari Framingham, Yakni kriteia mayor
: paroxysmal nocturnal dyspnea, bunyi ronkhi basal paru,
kriteria minor : dyspnea pada aktivitas, dan takikardi
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
cordis.Diagnosis dari gagal jantung ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.Dimana terdapat criteria mayor dan criteria
minor dalam diagnosis CHF. Penatalaksanaan CHF terdapat 2 jenis yaitu secara
farmakologis dan non farmakologis tergantung penyebab , dan tanda gejala yang
menyertainya.Gagal Jantung dapat disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner dan
berbagai factor resiko pencetus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Joewono, BS. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University Press. Surabaya
Sudoyo, AW et al. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8
Rahajoe, AU. 2011. Buku Saku Jantung Dasar. Ghalia Indonesia : Bogor
S k e n a r i o 6 K e l o m p o k Tu t o r i a l 3 Page 8