Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doenges, E. Marilyn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta :
Media Action Publiching

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC


PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM DEMAM TYPOID
BAB I
LATAR BELA KANG

1.1 Pendahuluan
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella enterica serotype paratyphi
A, B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid ditandai antara lain dengan demam tinggi
yang terus menerus bisa selama 3-4 minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat,
kadang gangguan kesadaran seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid masih tetap
merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk
memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Sebaliknya di negara maju seperti
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya, seiring dengan perbaikan lingkungan,
pengelolaan sampah dan limbah yang memadai dan penyediaan air bersih yang cukup,
mampu menurunkan insidensi penyakit ini secara dramatis.
Di abad ke 19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian
utama di Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang. Tingginya jumlah
penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi keluraga dan masyarakat.
Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan pasti mengingat angka kejadian
demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep keperawatan demam tifoid
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep medis demam tifoid
b. Mengetahui asuhan keperawatan demam tifoid
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan
kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13 tahun ( 70% - 80% ), pada
usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
(Mansjoer, Arif 1999).

2.2 Etilogi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,
mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen yaitu : antigen 0 (somatik), H
(flagella), Vi dan protein membran hialin. (Mansjoer, 2000).

2.3 Gejala Klinis


Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
Perasaan tidak enak badan, panas dingin
Lesu, tidak nafsu makan, mual
Nyeri kepala
Diare atau sebaliknya
Anoreksia, kehilangan berat badan
Batuk, nyeri otot
Nyeri perut, perut kaku dan bengkak
Menyusul gejala klinis yang lain
1) Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore
dan malam hari
Minggu II : Demam terus mengigau
Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur angsur

2) Gangguan pada saluran pencernaan


Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
Terdapat konstipasi, diare

3) Gangguan kesadaran
Kesadaran yaitu apatis somnolen
Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).

2.4 Pathofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam
usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer)
dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman
lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial
sistem (RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali
masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan
menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan
endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang
semula di duga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid.
Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya
menimbulkan gejala demam. (Penyakit infeksi Tropik Pada Anak, 1993).
2.5 Penatalaksanaan
1. Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi, observasi serta
pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring
sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa lampau. Mobilisasi dilakukan
sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah untuk
menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.

2. Diet
Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan
penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam
thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah
kekambuhan. Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah
mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:
1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan
sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi
volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan
untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.
Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:
1. Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas
2. Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total
5. Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari.
Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan
6. Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi
perorangan.
7. Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam dan berbumbu
tajam.
8. Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan dingin
9. Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai
suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.

Makanan yang dianjurkan antara lain :


1. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-
tepungan dibubur atau dibuat puding
2. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,
dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam
makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari
3. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai
4. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda, bayam,
labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis
5. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak
banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat
6. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis,
mengoles dan setup
7. Minuman : teh encer, sirup
8. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

Diet dengan semua nutrisi penting

Energi

Dianjurkan untuk meningkatkan asupan energi dengan 10-20% karena kenaikan suhu
tubuh. Awalnya, selama tahap akut, pasien mungkin dapat hanya mengkonsumsi 600-
1200kcal/day, tetapi asupan energi harus berangsur-angsur meningkat dengan pemulihan dan
toleransi ditingkatkan.
Protein

Kebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi infeksi daripada
ketinggian demam. Karena ada kerusakan jaringan yang berlebihan, asupan protein harus
ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan / hari. Untuk meminimalkan
kehilangan jaringan, makanan protein nilai biologis tinggi seperti susu dan telur harus
digunakan secara bebas karena mereka yang paling mudah dicerna dan diserap. Untuk
mencapai hal ini, makan secara teratur harus ditambah dengan minuman protein tinggi.
Carbohydrares

Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis tubuh.
Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa, madu, gula tebu dll
harus dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan lebih sedikit dan berasimilasi
dengan baik.
Diet Serat

Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk iritasi harus
dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus, karena itu akan dihindari
dalam diet, karena merupakan iritan mekanik.
Lemak

Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu, kuning telur,
harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna. Makanan yang digoreng yang
sulit untuk dicerna harus dihindari.
Mineral

Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium dan klorida
asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi hilangnya elektrolit.
Suplemen zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia.
Vitamin

Karena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk meningkatkan asupan
Vitamin A dan C.
Cairan

Dalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan keringat dan juga
untuk memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan limbah, asupan cairan
liberal sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus, air biasa dll.
Jadi energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan
segera setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan kepada pasien.

3. Obat
Obat - obat antimikrobia yang sering digunakan :
a. Kloramfenikol
b. Tiamfenikol
c. Cotrimoxazole
d. Ampicilin dan amoxilin

Obat - obat simtomatik


a. Antipiretika

Anda mungkin juga menyukai