Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat
di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari
seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau
11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun
1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun,
dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat
diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu
penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah
hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa
patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama
dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan
bertambah tinggi dengan bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik
akan sedikit menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan
resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular
48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia
dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 %
dari seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat
penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak

1
66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke,
dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya
yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat
keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani
perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan
waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada
batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita
hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas
tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat
menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 % kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti
tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin pula
ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup perubahan
perubahan berikut: (1). Eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2). Kepekaan
baroreseptor, (3). Respon vesikuler, dan (4). Sekresi renin. Sedangkan 5% penyakit
hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkhim
ginjal atau aldosterronisme primer (Prince, 2005).
Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan
memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi dapat
disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak disiplin ilmu.
Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah gaya hidup sehat.
Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung untuk
mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan
sampai mencegah terjadinya komplikasi. (Bahrianwar,2009).
Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi
apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak tahun
2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan

2
pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit degenaritaif linnya, serta gangguan
akibat kecelakaan dan cedera. (Depkes, 2007).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi,
akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah
setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia
dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi,
antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi;
memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan
sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan
mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. (Depkes, 2007).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara
keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu diobati,
bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini didukung oleh
observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka
pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir
ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada
lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling
penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal. Banyak
data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat
mengurangi mortalitas dan morbiditas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia sebagai
kelompok di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.

2. Tujuan Khusus

3
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada lansia sebagai kelompok di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan lansia yang tinggal di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan atas
permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 Banjarbaru.
d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan pada lansia seabagai kelompok di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 Banjarbaru.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan lansia seabagai
kelompok di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipertensi Pada Lansia


Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap.

4
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah
sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996)

B. Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia


a. Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi :
1. Hipertensi primer atau esensial
Penyebab pasti masih belum diketahui. Jenis ini adalah yang terbanyak, yaitu
sekitar 90-95% dari seluruh pasien hipertensi. Riwayat keluarga,obesitas,diit
tinggi natrium,lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. Walaupun
faktor genetik sepertinya sangat berhubungan dengan hipertensi primer, tapi
mekanisme pastinya masih belum diketahui.

2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi
lainya. Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler,
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan,
yaitu sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.

b. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint National Committee 7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-159 90-99

Hipertensi stage II 160 100

Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat
dibedakan:

5
Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%
penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring
bertambahnya umur.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring
bertambahnya umur.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th,
lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.

C. Etiologi Hipertensi Pada Lansia


Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi
diabetes, ras, riwayat keluarga, jenis kelamin, faktor gaya hidup seperti obesitas, asupan
garam yang tinggi dan alkohol yang berlebihan.
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol,
antara lain:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik
kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau
wanita pasca menopause.
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita
setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.

6
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara
khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering
terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta,
dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.

3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:


1. Obesitas
Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan
kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.

7
2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.

3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.

4. Mengkonsumsi garam berlebih


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi
natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.

5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.

6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress

8
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

D. Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada Lansia


Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak
memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

E. Komplikasi Hipertensi Pada Lansia


Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab tersering
kematian adalah penyakit jantung, sedangkan stroke dan gagal ginjal sering ditemukan,
dan sebagian kecil pada pasien dengan retinopati.

a. Komplikasi pada Sistem Kardiovaskuler


Kompensasi akibat penambahan kerja jantung dengan peningkatan tekanan
sistemik adalah hipertrofi ventrikel kiri, yang ditandai dengan penebalan dinding
ventrikel. Hal ini menyebabkan fungsi ventrikel memburuk, kapasitasnya
membesar dan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung. Angina pektoris
dapat timbul sebagai akibat dari kombinasi penyakit arteri koronaria dan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard karena penambahan massanya. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran jantung dengan denyut ventrikel kiri
yang menonjol. Suara penutupan aorta menonjol dan mungkin ditemukan murmur
dari regurgitasi aorta. Bunyi jantung presistolik (atrial, keempat) sering terdengar
pada penyakit jantung hipertensif, dan bunyi jantung protodiastolik (ventrikuler,

9
ketiga) atau irama gallop mungkin saja ditemukan. Pada elektrokardiogram,
ditemukan tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri. Bila penyakit berlanjut, dapat
terjadi iskemi dan infark. Sebagian besar kematian dengan hipertensi disebabkan
oleh infark miokard atau gagal jantung kongestif. Data-data terbaru menduga
bahwa kerusakan miokardial mungkin lebih diperantarai oleh aldosteron pada
asupan garam yang normal atau tinggi dibandingkan hanya oleh peningkatan
tekanan darah atau kadar angiotensin II.

b. Efek Neurologik
Efek neurologik pada hipertensi lanjut dibagi dalam perubahan pada retina
dan sistem saraf pusat. Karena retina adalah satu-satunya jaringan dengan arteri
dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan
optalmoskopik berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak
hipertensi pada pembuluh darah retina.
Efek pada sistem saraf pusat juga sering terjadi pada pasien hipertensi. Sakit
kepala di daerah oksipital, paling sering terjadi pada pagi hari, yang merupakan
salah satu dari gejala-gejala awal hipertensi. Dapat juga ditemukan keleyengan,
kepala terasa ringan, vertigo, tinitus dan penglihatan menurun atau sinkope, tapi
manifestasi yang lebih serius adalah oklusi vaskuler, perdarahan atau ensefalopati.
Patogenesa dari kedua hal pertama sedikit berbeda. Infark serebri terjadi secara
sekunder akibat peningkatan aterosklerosis pada pasien hipertensi, dimana
perdarahan serebri adalah akibat dari peningkatan tekanan darah dan
perkembangan mikroaneurisma vaskuler serebri (aneurisma Charcot-Bouchard).
Hanya umur dan tekanan arterial diketahui berpengaruh terhadap perkembangan
mikroaneurisma.
Ensefalopati hipertensi terdiri dari gejala-gejala : hipertensi berat, gangguan
kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, retinopati dengan papiledem dan
kejang. Patogenesisnya tidak jelas tapi kemungkinan tidak berkaitan dengan
spasme arterioler atau udem serebri. Tanda-tanda fokal neurologik jarang
ditemukan dan jikalau ada, lebih dipikirkan suatu infark / perdarahan serebri atau
transient ischemic attack.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa
retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak beraturan, eksudat pada
retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa
penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam,
fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah.

10
c. Efek pada Ginjal
Lesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler glomerulus
adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat pada
penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler. Proteinuria dan
hematuria mikroskopik terjadi karena lesi pada glomerulus dan 10 % kematian
disebabkan oleh hipertensi akibat gagal ginjal. Kehilangan darah pada hipertensi
terjadi tidak hanya dari lesi pada ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga
sering terjadi pada pasien-pasien ini.

F. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia

Lebih dari 10 tahun yang lalu masih terjadi perdebatan tentang perlu tidaknya
pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Golongan yang kontra menyatakan bahwa
penurunan tekanan darah pada hipertensi lansia justru akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya trombosis koroner, hipotensi postural dan penurunan kualitas hidup. Dengan
penelitian-penelitian yang diadakan dalam 10 tahun terakhir ini jelas dibuktikan bahwa
menurunkan tekanan darah pada hipertensi lansia jelas akan menurunkan komplikasi
akibat hipertensi secara bermakna.

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas


yang berkaitan dengan sistem kardiovaskuler dan ginjal. Karena kebanyakan penderita
hipertensi, khususnya yang berusia > 50 tahun akan mencapai target tekanan diastol
saat target tekanan sistol sudah dicapai, sehingga fokus utamanya adalah mencapai
target tekanan sistol. Penurunan tekanan sistol dan diastol < 140 / 90 mmHg
berhubungan dengan penurunan terjadinya komplikasi stroke, dan pada pasien
hipertensi dengan diabetes melitus, target tekanan darah ialah < 130 / 80 mmHg.

Penalaksanaan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip, yaitu :

1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan


kausal.

2. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan


tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya
komplikasi.

11
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat antihipertensi.

4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan


mungkin seumur hidup.

5. Pengobatan dengan menggunakan standart triple therapy (stt)


menjadi dasar pengobatan hipertensi.

Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan kemungkinan adanya :


a. Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan
b. Interaksi obat
c. Efek samping obat.
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.

Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi menyeluruh terhadap kondisi
penderita adalah :
a. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler.
b. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.
c. Organ yang rusak karena hipertensi.

Secara garis besar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat
antihipertensi, yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan atau minimal

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi

5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh penderita.

6. Memungkinkan penggunaan obat dalam jangka panjang

12
Tidak jarang penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obat antihipertensi
mengalami kegagalan, yang dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini :

1. Ketidakpatuhan penderita

2. Peningkatan volume oleh karena peningkatan asupan natrium, kerusakan ginjal,


dan kurangnya pemberian diuretik

3. Obesitas

4. Dosis yang tidak adekuat

5. Interaksi obat

6. Kontrasepsi oral

7. Penggunaan obat-obat steroid

8. Hipertensi sekunder

G. Konsep Penatalaksanaan Hipertensi Terkini

Joint National Committee VII merekomendasikan konsep terapi yang terbaru yaitu :

a. Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah
diastolic 80-89 mmHg hanya memerlukan penatalaksanaan nonfarmakologis
dengan cara modifikasi gaya hidup.

b. Pasien yang tidak memiliki komplikasi hipertensi, diperlukan penatalaksanaan


secara farmakologis dengan diberikan obat golongan diuretik atau bisa juga
diberikan obat dari golongan lain.

c. Lebih memperhatikan tekanan darah sistolik dan penanganannya harus


dimulai jika tekanan darah sistolik meningkat walaupun tekanan darah diastoliknya
tidak.

13
d. Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan obat kombinasi antihipertensi,
salah satunya adalah obat dari golongan diuretik tiazid.

e. Kebanyakan pasien hipertensi memerlukan 2 atau lebih pengobatan untuk


mencapai tekanan darah 20/10 mmHg di atas tekanan darah yang diinginkan.

f. Golongan ACE Inhibitor sendiri atau kombinasi dengan golongan diuretic


masih merupakan terapi pilihan yang terbaik untuk pasien dengan hipertensi yang
sudah mengalami komplikasi penyakit jantung.

Modifikasi Gaya Hidup Penatalaksanaan Hipertensi *

Modification Recommendation Approximate SBP


Reduction (Range)

Weight reduction Maintain normal body weight (BMI 18,5 5-20 mmHg / 10 kg
24,9 kg/m2) weight loss

Adopt DASH Consume a diet rich in fruits, vegetables 8-14 mmHg


eating plan and low fat dairy products with a reduced
content of saturated and total fat

Dietary sodium Reduced dietary sodium intake to no more 2-8 mmHg


reduction than 100 mmol per day (2,4 g sodium or 6
g sodium chloride)

Physical activity Engage in regular aerobic physical 4-9 mmHg


activity such as brisk walking (at least 30
min per day, most days of the week)

Moderation of Limit consumption to no more than 2 2-4 mmHg


alcohol drinks (1 oz or 30 ml ethanol; e.g. 24 oz
consumption beer, 10 oz wine, or 3 oz 80-proof
whiskey) per day in most men and to no

14
more thsn 1 drink per day in women and
lighter weight persons

DASH, Dietary Approaches to Stop Hypertension

* For overall cardiovascular risk reduction, stop smoking.

The effects of implementing these modifications are dose and time dependent, and could
be greater for some individuals.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 19-
21 April 2016 di lingkungan RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 didapatkan data sebagai
berikut :
1. DATA SOSEK
a. Penghasilan rata-rata perbulan
No Penghasilan Rata-rata Perbulan Frekuensi Presentasi
1 Kurang dari Rp.500.000 3 9.10
2 Rp.500.000 1.000.000 7 21.21
3 Rp. 1.000.000 2.000.000 15 45.45
4 Lebih dari Rp. 2.000.000 8 24.24
Jumlah 33 100

15
Penghasilan Rata-Rata Perbulan
Rp. 1.000.000
2.000.000
Lebih dari Rp.
2.000.000
Rp.500.000
1.000.000
Kurang dari
Rp.500.000

Dari tabel di atas diketahui Penghasilan rata-rata perbulan lansia di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah Rp. 1.000.000 2.000.000
yaitu 15 Orang (45.45 %)

b. Apakah keluarga menabung


No Apakah keluarga menabung Frekuensi Presentasi
1 Ya 23 69.70
2 Tidak 10 30.30
Jumlah 33 100

Keluarga Yang Menabung

Ya
Tidak

Dari tabel di atas diketahui apakah keluarga menabung lansia di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah ya yaitu 23
Orang (69.70%)

2. DATA LINGKUNGAN FISIK


a. Perumahan
Kepemilikan
No Kepemilikan Frekuensi Presentasi
1 Sewa 0 0
2 Numpang 0 0
3 Milik sendiri 33 100

16
Jumlah 33 100

Kepemilikan

Milik Sendiri
Numpang
Sewa

Dari tabel di atas diketahui kepemilikan rumah lansia di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah milik sendiri yaitu 33
Orang (100%)

Jenis
No Jenis Frekuensi Presentasi
1 Permanen 30 90.90
2 Semi Permanen 0 0
3 Tidak Permanen 3 9.10
Jumlah 33 100

Jenis

Permanen
Semi Permanen
Tidak permanen

Dari tabel di atas diketahui jenis rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 yang terbanyak adalah permanen yaitu 30 Orang (90.90%)

Lantai
No Lantai Frekuensi Presentasi
1 Tanah 0 0
2 Papan 2 6.07

17
3 Tegel/semen 31 93.93
Jumlah 33 100

Lantai

Tegel/semen
Papan
Tanah

Dari tabel di atas diketahui lantai rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 yang terbanyak adalah tegel/semen yaitu 31 Orang (93.93%)

Ventilasi
No Ventilasi Frekuensi Presentasi
1 Baik 28 84.85
2 Kurang 5 15.15
Jumlah 33 100

Ventilasi

Baik
Kurang

Dari tabel di atas diketahui ventilasi rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 yang terbanyak adalah baik yaitu 28 Orang (84.85%)

18
Penerangan
No Penerangan Frekuensi Presentasi
1 Baik 23 69.70
2 Cukup 8 24.24
3 Kurang 2 6.06
Jumlah 33 100

Penerangan

Baik
Cukup
Kurang

Dari tabel di atas diketahui penerangan rumah lansia di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah baik yaitu 23 Orang (69.70%)

Luas kamar tidur


No Luas kamar tidur Frekuensi Presentasi
1 Memenuhi syarat 33 100
2 Tidak memenuhi syarat 0 0
Jumlah 33 100

Luas kamar tidur

Memenuhi syarat
Tidak memenuhi
syarat

19
Dari tabel di atas diketahui luas kamar mandi rumah lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 semua memenuhi syarat yaitu 33 Orang (100%)

b. Halaman Rumah
Halaman sekitar rumah
No Halaman sekitar rumah Frekuensi Presentasi
1 Ada 30 90.90
2 Tidak 3 9.10
Jumlah 33 100

Halaman sekitar rumah

Ada Tidak

Dari tabel di atas diketahui halaman disekitar rumah lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah ada yaitu 30 rumah (90.90%)

Jenis pemanfaatan pekarangan rumah


No Jenis pemanfaatan pekarangan Frekuensi Presentasi
rumah
1 Kebun 14 42.43
2 Kolam 4 12.12
3 Kandang ternak 5 15.15
4 Tidak dimanfaatkan 10 30.30
5 Lain-lain 0 0
Jumlah 33 100

20
Jenis pemanfaatan pekarangan rumah

Kebun
Tidak dimanfaatkan
Kandang ternak
Kolam
Lain-lain

Dari tabel di atas diketahui jenis pemanfaatan pekarangan rumah di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 kebanyakan memiliki kebun yang berjumlah
14 orang yaitu 18 rumah (42.43%)

c. Pembuangan kotoran
Dimana keluarga buang air besar
No Dimana keluarga BAB Frekuensi Presentasi
1 Sungai 0 0
2 Selokan 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
4 WC 33 100
5 Lain-lain 0 0
Jumlah 33 100

Dimana keluarga buang air besar

WC
Sungai
Selokan
Sembarang tempat
Lain-lain

Dari tabel di atas diketahui keluarga BAB semuanya di WC di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)

21
Kepemilikan jamban
No Kepemilikan jamban Frekuensi Presentasi
1 Ya 33 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 33 100

Kepemilikan jamban

Ya Tidak

Dari tabel di atas diketahui semua keluarga memiliki jamban di RT 10,


20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)
Bila ya jenis jamban apa
No Jenis jamban Frekuensi Presentasi
1 Septik tank 33 100
2 Lainnya 0 0
Jumlah 33 100

Jenis Jamban

Septik tank
Lainnya

Dari tabel di atas diketahui jenis jamban di rumah adalah septik tank di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)

22
Jarak jamban dengan sumber air
No Jarak jamban dengan sumber Frekuensi Presentasi
air
1 Kurang dari 10 m 27 81.82
2 Lebih dari 10 m 6 18.18
Jumlah 33 100

Jarak jamban dengan sumber air

Kurang dari 10 m
Lebih dari 10 m

Dari tabel di atas diketahui jarak jamban dengan sumber air di RT 10,
20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah kurang dari 10 m yaitu 27
rumah (81.82%)

Kondisi jamban
No Kiondisi jamban Frekuensi Presentasi
1 Terawat 33 100
2 Tidak terawat 0 0
Jumlah 33 100

Kondisi jamban

Terawat
Tidak terawat

Dari tabel di atas diketahui kondisi jamban rumah semuanya terawat

23
di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)

d. Sumber air
Sumber air bersih untuk minum dan memasak
No Sumber air bersih untuk minum Frekuensi Presentasi
dan memasak
1 PDAM 28 66.67
2 Sumur Pompa 14 33.33
3 Sumur gali 0 0
4 Mata air 0 0
5 Sungai 0 0
6 Air mineral 0 0
Jumlah 42 100

Sumber air bersih untuk minum dan memasak

PDAM
Sumur Pompa

Dari tabel di atas diketahui sumber air bersih untuk minum dan masak
di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah PDAM yaitu 28
rumah (66.67%)

Sumber air untuk mandi dan mencuci


No Sumber air untuk mandi dan Frekuensi Presentasi
mencuci
1 PDAM 28 66.67
2 Sumur Pompa 14 33.33
3 Sumur gali 0 0
4 Mata air 0 0
5 Sungai 0 0
Jumlah 42 100

24
Sumber air untuk mandi dan mencuci

PDAM
Sumur Pompa

Dari tabel di atas diketahui sumber air untuk mandi dan mencuci di RT
10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah PDAM yaitu 28 rumah
(66.67%)
Pengolahan air minum
No Pengolahan air minum Frekuensi Presentasi
1 Dimasak 33 100
2 Tidak dimasak 0 0
Jumlah 33 100

Pengolahan air minum

Dimasak
Tidak dimasak

Dari tabel di atas diketahui pengolahan air minum di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya dimasak yaitu 33 rumah (100%)

e. Tempat penampungan air


Jenis tempat penampungan air
No Jenis tempat penampungan air Frekuensi Presentasi
1 Bak 26 60.46
2 Gentong 17 39.54
3 Ember 0 0

25
4 Lin-lain 0 0
Jumlah 43 100

Jenis tempat penampungan air

Bak
Gentong

Dari tabel di atas diketahui jenis tempat penampuangan air di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah bak yaitu 26 rumah (60.46%)

Kondisi
No Kondisi Frekuensi Presentasi
1 Tertutup 5 11.62
2 Terbuka 38 88.38
Jumlah 43 100

Kondisi

Terbuka
Tertutup

Dari tabel di atas diketahui kondisi penampungan air di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah terbuka yaitu 38 rumah (88.38%)

Pengurasan
No Pengurasan Frekuensi Presentasi
1 Ya 43 100

26
2 Tidak 0 0
Jumlah 43 100

Pengurasan

Ya
Tidak

Dari tabel di atas diketahui pengurasan air di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang terbanyak adalah ya yaitu 43 (100%)

Bila ya,berapa kali dalam seminggu


No Berapa kali dalam seminggu Frekuensi Presentasi
1 1 kali 4 12.12
2 2 kali 20 60.60
3 3 kali 9 27.28
Jumlah 33 100

Berapa kali dalam seminggu

2 kali
3 kali
1 kali

Dari tabel di atas diketahui pengurasan air di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang terbanyak adalah 20 kali (60.60%)

Kondisi airnya
No Kondisi air Frekuensi Presentasi

27
1 Berbau 0 0
2 Berwarna 0 0
3 Berasa 0 0
4 Tidak berbau, tidak berwarna, 33 100
tidak berasa
Jumlah 33 100

Kondisi airnya

Tidak berbau, tidak berbau


berwarna, tidak
berasa
berasa berwarna

Dari tabel di atas diketahui kondisi air di rumah lansia di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 semuanya Tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
yaitu 33 rumah (100%)

f. Pembuangan sampah dan limbah


Cara pembuangan sampah
No Cara pembuangan sampah Frekuensi Presentasi
1 Ditimbun 5 14.70
2 Dibakar 6 17.65
3 Tempat sampah umum 23 67.65
4 Sungai 0 0
5 Sembarang tempat 0 0
Jumlah 34 100

Cara pembuangan sampah

Tempat sampah
umum
Dibakar
Ditimbun
Sungai

Dari tabel di atas diketahui cara pembuangan sampah di RT 10, 20, 22,

28
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah di tempat sampah umum yaitu 23
rumah (54.55%)
Tempat pembuangan sampah sementara
No Tempat pembuangan sampah Frekuensi Presentasi
1 Ada 5 14.70
2 Tidak/sembarang tempat 29 85.30
Jumlah 34 100

Tempat pembuangan sampah sementara

Tidak/sembarang tempat Ada

Dari tabel di atas diketahui tempat pembuangan sampah sementara di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah tidak/sembarang
tempat yaitu 29 rumah Orang (85.30%)
Bila ada,
No Tempat pembuangan sampah Frekuensi Presentasi
1 Tertutup 2 40
2 Terbuka 3 60
Jumlah 5 100

29
Tempat pembuangan sampah, bila ada

Terbuka Tertutup

Dari tabel di atas diketahui tempat pembuangan sampah di RT 10, 20,


22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah terbuka yaitu 3 rumah (60%)

Jarak tempat penampungan sampah dengan rumah


No Jarak tempat penampungan Frekuensi Presentasi
sampah dengan rumah
1 Kurang dari 5 meter 20 60.60
2 Lebih dari 5 meter 13 39.40
Jumlah 33 100

Jarak Tempat Pembuangan Sampah

Kurang dari 5 meter Lebih dari 5 meter

Dari tabel di atas diketahui jarak tempat penampungan sampah dirumah


lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah kurang
dari 5 meter yaitu 20 Orang (60.60%)

30
Pembuangan air limbah
No Pembuangan air limbah Frekuensi Presentasi
1 Got 33 100
2 Sungai 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
4 Penampungan/resapan 0 0
Jumlah 33 100

Pembuangan air limbah

Got Sungai
Sembarang tempat Penampungan/resapan

Dari tabel di atas diketahui pembuangan air limbah di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya di got yaitu 33 Orang (100%)

Kondisi saluran limbah


No Kondisi saluran limbah Frekuensi Presentasi
1 Lancar 33 100
2 Tergenang 0 0
Jumlah 33 100

31
Kondisi Saluran Limbah

Lancar Tergenang

Dari tabel di atas diketahui kondisi saluran limbah di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya lancar yaitu 33 Orang (100%)

g. Hewan ternak
Kepemilikan hewan ternak
No Kepemilikan hewan ternak Frekuensi Presentasi
1 Ada 5 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 5 100

Kepemilikan Hewan Ternak

Ada Tidak

Dari tabel di atas diketahui kepemilikan hewan ternak di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 semuanya ada yaitu 5 rumah (100%)

Bila ya letak kandang ternak

32
No Letak kandang ternak Frekuensi Presentasi
1 Dalam rumah 0 0
2 Luar rumah 5 100
Jumlah 5 100

Bila ya letak kandang ternak

Dalam rumah
Luar rumah

Dari tabel diatas diketahui letak kandang ternak di RT10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 semuanya diluar rumah yaitu 5 rumah (100%)

Kondisi
No Kondisi Frekuensi Presentasi
1 Terawat 5 100
2 Tidak terawat 0 0
Jumlah 5 100

Kondisi

Terawat
Tidak terawat

Dari tabel diatas diketahui kondisi kandang ternak di RT10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya terawatyaitu 5 rumah (100%)

3. DATA STATUS KESEHATAN


a. Sarana kesehatan
Tempat berobat keluarga

33
N
Tempat berobat keluarga Frekuensi Persentasi
o
1 Rumah sakit 3 9.09
2 Puskesmas 25 75.75
3 Balai pengobatan 0 0
4 Posyandu 2 6.06
5 Dokter praktek 3 9.09
6 Perawat 0 0
7 Bidan 0 0
Jumlah 33 100

Tempat berobat keluarga


Puskesmas
Rumah sakit
Dokter praktek
Posyandu
Balai pengobatan
Perawat
Bidan

Dari tabel diatas diketahui bahwa sarana kesehatan yang paling banyak
digunakan oleh keluarga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah
puskesmas yaitu sebanyak 25 keluarga (75.75%)

Sarana kesehatan terdekat menurut keluarga

No Sarana kesehatan Frekuensi Persentasi

1 Rumah sakit 0 0

2 Puskesmas 30 90.90

3 Praktik swasta 0 0

4 Lain lain 3 9.09


Jumlah 33 100

34
Sarana kesehatan terdekat menurut keluarga

Rumah sakit
Puskesmas
Praktik swasta
Lain lain

Dari tabel diatas diketahui bahwa sarana kesehatan terdekat menurut


keluarga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah puskesmas yaitu
sebanyak 30 keluarga (90.90%)

Kebiasaan sebelum berobat

No Kebiasaan Frekuensi Persentasi

1 Beli obat bebas 2 6.06

2 Minum jamu 3 9.09

3 Tidak ada 28 84.84

Jumlah 33 100

Kebiasaan sebelum berobat

Tidak ada
Minum jamu
Beli obat bebas
4th Qtr

Dari tabel diatas diketahui bahwa kebiasaan sebelum berobat ke sarana


pelayanan kesehatan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga di

35
RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah tidak melakukan kebiasaan sebelum
berobat apa apa yaitu sebanyak 28 keluarga (84.84%)

Sumber pendanaan kesehatan keluarga

No Sumber pendanaan Frekuensi Persentasi

1 Askes/jamsostek 4 12.12

2 Dana sehat 0 0

3 Umun/sendiri 29 87.87

4 Gratis/JPS 0 0

Jumlah 33 100

Sumber pendanaan kesehatan keluarga

Umun/sendiri
Askes/jamsostek
Dana sehat
Gratis/JPS

Dari tabel diatas diketahui bahwa sumber pendanaan yang digunakan


oleh keluarga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah keluarga
menggunakan dan pribadi dalam pendanaan kesehatan keluarga yaitu
sebanyak 29 keluarga (87.87%)

b. Masalah kesakitan
Masalah kesakitan yang terjadi pada keluarga di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42

No Penyakit Frekuensi Persentasi

1 Diare 2 2.20

2 ISPA 1 1.1

3 DemamBerdarah 0 0

36
4 Asma 3 3.30

5 Typhoid 5 5.50

6 TBC 0 0

7 Cacar Air 0 0

8 Campak 0 0

9 Hypertensi 25 27.47

10 Asamurat 8 8.79

11 Kencingmanis 12 13.18

12 Lain lain 35 38.46

Jumlah 91 100

Masalah Kesakitan
Lain lain
Hypertensi
Kencing Manis
Asam urat
Typhoid
Asma

Dari tabel diatas diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita
oleh warga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah penyakit yang
digolongkan ke kategori lain lain yaitu penyakit flu, batuk, pilek dan
demam sebanyak 35 orang (38.46%)

c. Kematian
Apakah ada anggota keluarga yang meninggal dalam 6 bulan terakhir

No Anggota keluarga yang Frekuensi Presentasi


meninggal
1 Ya 1 1.1
2 Tidak 90 98.9
Jumlah 91 100

37
Kematian

Tidak
YA

Dari tabel diatas diketahui bahwa ada warga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang meninggal yaitu sebanyak 1 orang (98.9%)

4. DATA LANJUT USIA


a. Klasifikasi Lansia Menurut WHO
No Klasifikasi Usia Frekuensi Presentasi
1 Middle age 45-59 10 30.30
2 Elderly 60-74 18 54.55
3 Old 75-90 5 15,15
4 Very old >90 0 0
Jumlah 33 100

Klasifikasi Lansia Menurut WHO

Elderly
Middle age
Old
Very old

Dari tabel diatas diketahui klasifikasi lansia menurut WHO di RT


10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah elderly yaitu 18

38
Orang (54.55%)

b. Jumlah Lansia
No. Jumlah Lansia Frekuensi Presentasi

1. Ya 33 36.26

2. Tidak 58 63.74

Jumlah 91 100

Jumlah Lansia

Ya
Tidak

Dari tabel diatas diketahui jumlah lansia di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42
adalah 33 orang (36.26%)

c. Agama

No. Agama Frekuensi Presentasi

1. Islam 32 96.97

2. Kristen protestan 1 3.03

Jumlah 33 100

39
Agama

Islam
Kristen protestan

Dari tabel diatas diketahui agama yang dianut oleh lansia di RT10, 20,
22, 23, 35, dan 42 adalah agama islam sebanyak 32 orang (96.97%) dan
agama kristen protestan sebanyak 1 orang (3.03%)

42. Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Presentasi

1. SD 16 48.49

2. SMP 4 12.12

3. SMA 7 21.21

4. S1 6 18.18

Jumlah 33 100

Pendidikan

SD
SMA
S1
SMP

40
Dari tabel diatas diketahui rata rata pendidikan lansia di RT10, 20, 22,
23, 35, dan 42 adalah berpendidikan SD sebanyak 16 orang (48.49%).

d. Keluhan lansia
No. Keluhan Lansia Frekuensi Presentasi

1. Tidak 3 9.09

2. Ya 30 90.91

Jumlah 33 100

Keluhan lansia

Ya Tidak

Dari tabel di atas, 30 lansia (90.91 %) yang ada di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 mempunyai keluhan fisik.

e. Jenis Penyakit Lansia


No. Penyakit Lansia Frekuensi Presentasi

1. Hipertensi 17 37.78

2. Kencing Manis 10 22.22

3. Reumatik 8 17.78

4. Asma 1 2.22

5. Katarak 3 6.67

6. TBC 0 0

7. Penyakit kulit 2 4.44

41
8. Lain-lain 4 8.89

Jumlah 45 100

Jenis Penyakit Lansia


Hipertensi
Kencing Manis
Reumatik
Lain-lain
Katarak
Penyakit kulit
Asma
TBC

Dari data di atas, di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 penyakit terbanyak
yang diderita lansia adalah hipertensi sebesar 37.78 % (17 orang).

f. Upaya penanganan penyakit lansia


No. Penanganan Penyakit Frekuensi Presentasi

1. Ke sarana kesehatan 27 69.23

2. Diobati sendiri 9 23.07

3. Non medis 3 7.7

4. Lain-lain 0 0

Jumlah 39 100

42
Upaya penanganan penyakit lansia

Ke sarana kesehatan
Diobati sendiri
Non medis
Lain-lain

Dari tabel di atas, sebagian besar (69,23 %) penanganan penyakit pada


lansia adalah dibawa kesarana kesehatan.

g. Penggunaan waktu senggang

Penggunaan waktu
No Frekuensi Persentasi
senggang
1 Berkebun 2 6.06

2 Rekreasi 3 9.09

3 Olah raga 5 15.15

4 Lain lain 23 69.69

Jumlah 33 100

Penggunaan waktu senggang

Lain lain Olah raga Rekreasi Berkebun

Dari tabel di atas diketahui bahwa penggunaan waktu senggang oleh


lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah kegiatan yang digolongkan

43
ke kategori lain lain yaitu beres beres rumah, menyapu halaman,
memasak dan menonton televisi sebanyak 23 orang (69.69%)

ANALISA DATA
Hari
Data Etiologi Masalah
tanggal
25/4/2016 DS : Kurang Hipertensi pada
Pada saat dilakukan
pengetahuan lansia
pengkajian tanggal 24
tentang penyakit

DO :
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April di
dapatkan data bahwa
sebanyak 33 orang
lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42
yang menderita
penyakit hipertensi
sebesar 37.78 % (17
orang).
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada

44
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April di
dapatkan data bahwa
sebanyak 30 lansia
(90.91 %) yang ada di
RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 mempunyai
keluhan fisik.
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April
diketahui rata rata
pendidikan lansia di
RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 adalah
berpendidikan SD 16
orang (48.49%).

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (Hipertensi) pada lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 berhubungan dengan
Kurang pengetahuan tentang penyakit

45
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Sasaran Strategi


1. Nyeri (Hipertensi) pada lansia di RT Setelah mendapatkan tindakan perawatan Lansia di RT 10, 20, 22, KIE dan Senam Lansia
10, 20, 22, 23, 35, dan 42 selama 6 hari, lansia di RT 10, 20, 22, 23, 23, 35, dan 42
berhubungan dengan Kurang 35, dan 42 mengalami penurunan tingkat
pengetahuan tentang penyakit nyeri yang diakibatkan hipertensi, dengan
kriteria hasil:
1. Memahami mengenai hipertensi
2. Memahami tentang cara pencegahan
hipertensi dengan perubahan gaya hidup
3. Tekanan darah lansia dalam rentang normal

Evaluasi
Rencana Kegiatan Hari, Tanggal Tempat
Kriteria Standar
1. Pendidikan Kesehatan mengenai hipertensi, Selasa, 26 April Posyandu Lansia Verbal:
penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi 2016 Amaco 1. Lansia 1. 75% lansia dapat
serta penvegahan hipertensi. mengidentifikasi mengidentifikasi
pengertian hipertensi pengertian hipertensi
2. Lansia 2. 75% lansia dapat
mengidentifikasi mengidentifikasi
penyebab hipertensi penyebab hipertensi
3. Lansia 3. 75% lansia dapat
mengidentifikasi tanda mengidentifikasi tanda
dan gejala hipertensi dan gejala hipertensi
4. Lansia 4. 75% lansia dapat
mengidentifikasi mengidentifikasi
pencegahan hipertensi pencegahan hipertensi

2. Ajarkan kepada lansia tentang perubahan gaya Selasa, 26 April Posyandu Lansia Verbal:

46
hidup untuk manajemen hipertensi: 2016 Amaco Lansia menyebutkan 75% lansia dapat
a. Menurunkan berat badan (bila gemuk) macam-macam teknik menyebutkan macam-
b. Pola hidup tenang dan berfikir sehat manajemen hipertensi macam teknik manajemen
c. Olahraga sesuai kemampuan dan teratur
dengan perubahan gaya hipertensi dengan
d. Istirahat cukup
e. Hindari merokok hidup perubahan gaya hidup
f. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan
garam
g. Mengkonsumsi buah dan sayur
3. Olahraga Kesehatan Jasmani : Senam Lansia Jumat, 29 April Halaman Psikomotor:
2016 Puskesmas Lansia mengikuti senam Semua lansia dapat
Banjarbaru Utara lansia dihalaman mengikuti senam lansia di
Puskesmas Banjarbaru halaman Puskesmas
Utara pada pagi hari Banjarbaru Utara

PELAKSANAAN

47
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri (Hipertensi) Selasa, 26 1. Memberikan penjelasan S:
pada lansia di RT 10, April - Lansia mengatakan bahwa hipertensi adalah
mengenai Pengertian Hipertensi Pada Lansia
20, 22, 23, 35, dan 2016 2. Memberikan penjelasan tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg.
42 berhubungan - Lansia mengatakan perasaan pusing merupakan
mengenai Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan
dengan Kurang 3. Memberikan penjelasan
pengetahuan tentang hipertensi
penyakit mengenai Etiologi Hipertensi Pada Lansia
4. Memberikan penjelasan O:
Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang
mengenai Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada
diberikan pemateri
Lansia 70 % lansia dapat mengulang kembali mengenai
5. Memberikan penjelasan materi hipertensi berupa pengertian, penyebab dan
mengenai Komplikasi Hipertensi Pada Lansia tanda gejala
6. Memberikan penjelasan - Tekanan darah lansia di posyandu amako :
mengenai Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia 1. Tn. Hutapea 140/90 mmHg
7. Memberikan penjelasan 2. Tn. Kamal 130/90 mmHg
3. Ny. Fadliah Rusaini 130/80 mmHg
mengenai Konsep Penatalaksanaan Hipertensi 4. Tn. Abdul Azis 150/80mmHg
Terkini 5. Ny. Maimunah 100/70 mmHg
6. Ny. Hj Aminah180/80 mmHg
7. Tn. H. Mulhiam 120/80 mmHg
8. Ny. Hj Iriyani 130/90 mmHg
9. Tn. Tajudinoor 140/80 mmHg
10. Tn. M Mastur 150/90 mmHg
11. Tn. H Faturrahman 130/90 mmHg
12. Ny. Hj Siti Hajar 130/80 mmHg
13. Ny. Hj Maskupah 140/100 mmHg
14. Ny. Hj Sampurna 100/60 mmHg
15. Tn. H Darmasnyah 120/80 mmHg
16. Ny. Hj Nursamah 150/80 mmHg

48
17. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmHg
18. Tn. H Ramlan 140/80 mmHg
19. Ny. Tumini Hartati 140/100 mmHg
20. Ny. Miriyani 130/80 mmHg
21. Ny. Rosaini Husaini 140/90 mmHg
22. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg
23. Ny. Rahimah 120/80 mmHg
24. Ny. Hj Nor Hasanah 140/80 mmHg
25. Ny. Murjani 130/70 mmHg
26. Tn. Ahmad 130/80 mmHg
27. Ny. Iriani 120/90 mmHg
28. Ny. Norjanah 120/80 mmHg
29. Ny. Nurabiatul 130/90 mmHg

A: Masalah teratasi

P:
- Lanjutkan intervensi berikutnya
- Melakukan kegiatan senam lansia di halaman
Puskesmas Banjarbaru Utara pada hari Jumat, 29
April 2016 jam 07.00 Pagi

PELAKSANAAN
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan

49
1. Nyeri Selasa, 1. Menganjurkan kepada S:
(Hipertensi) pada 26 April - Lansia mengatakan bahwa untuk mencegah
lansia untuk menurunkan berat badan (bila gemuk)
lansia di RT 10, 2016 2. Menganjurkan kepada terjadinya hipertensi dapat dilakukan dengan
20, 22, 23, 35, perubahan pola hidup
lansia untuk menerapkan pola hidup tenang dan - Lansia mengatakan bahwa salah satu perubahan
dan 42
berfikir sehat pola hidup yaitu dengan berolahraga secara
berhubungan
3. Menganjurkan kepada teratur
dengan Kurang
- Lansia mengatakan bahwa salah satu perubahan
pengetahuan lansia untuk berolahraga sesuai kemampuan dan
pola hidup yaitu dengan menghindari makanan
tentang penyakit secara teratur yang berlemak dan makanan yang asin asin.
4. Menganjurkan kepada
lansia untuk beristirahat yang cukup O:
5. Menganjurkan kepada Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang
diberikan pemateri
lansia untuk menghindari merokok
- 70 % lansia dapat mengulang kembali mengenai
6. Menganjurkan kepada
materi tentang perubahan pola hidup dalam
lansia untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak menejemen hipertensi.
dan rendah garam
7. Menganjurkan kepada A: Masalah teratasi
lansia untuk mengkonsumsi buah dan sayur P:
- Lanjutkan intervensi berikutnya
- Melakukan kegiatan senam lansia di halaman
Puskesmas Banjarbaru Utara pada hari Jumat, 29
April 2016 jam 07.00 Pagi

PELAKSANAAN
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan

50
1. Nyeri Jumat, Senam pagi bersama lansia di halaman Puskesmas S:
(Hipertensi) pada 29 April Banjarbaru Utara - Lansia mengatakan merasa senang bisa
lansia di RT 10, 2016 mengikuti senam pagi bersama di halaman
20, 22, 23, 35, Puskesmas Banjarbaru Utara.
dan 42
O:
berhubungan
Lansia antusias dalam mengikuti senam pagi
dengan Kurang
bersama
pengetahuan - Lansia mampu mengikuti senam pagi bersama
tentang penyakit dengan baik.
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Ny. Rosaini Husaini 140/90 mmHg
2. Ny. Fadliah Rusaini 130/80 mmHg
3. Tn. H Ramlan 140/80 mmHg
4. Ny. Maimunah 100/70 mmHg
5. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmH
6. Tn. Kamal 130/90 mmHg
7. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg

A: Masalah teratasi

P:
- Hentikan intervensi
- Mengingatkan kepada lansia untuk selalu
menjaga makanan yang sehat dan yang telah
dianjurkan serta selalu berolahraga secara teratur
dan melakukan kontrol ke sarana pelayanan
kesehatan secara rutin.

CATATAN PERKEMBANGAN

51
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Catatan Perkembangan
Keperawatan
1. Nyeri (Hipertensi) Rabu, 27 1. Mengkaji tanda vital lansia posyandu amako S:
pada lansia di RT april 2016 2. Menanyakan apakah lansia sudah melakukan - Lansia mengatakan perasaan pusing dan sakit
10, 20, 22, 23, 35, perubahan pola hidup untuk manajemen tengkuk tanda yang paling sering dirasakan pada
hipertensi merupakan keadaan hipertensi
dan 42 berhubungan
- Lansia mengatakan sudah mengurangi makan-
dengan Kurang
makan yang asin, bersantan.
pengetahuan - Lansia mengatakan sudah mulai mengonsumsi
tentang penyakit buah dan sayur

O:
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Tn. Hutapea 140/90 mmHg
2. Ny. Murjani 150/90 mmHg
3. Ny. Hj Nursamah 160/100 mmHg
4. Ny. Hj Maskupah 140/100 mmHg
5. Ny. Tumini Hartati 140/80 mmHg
6. Ny. Hj Sampurna 110/70 mmHg
7. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmHg

A:
Masalah teratasi

P:
- Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari
selanjutnya.
- Mengingatkan lansia untuk selalu menjaga pola
hidupnya

CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Catatan Perkembangan

52
Keperawatan
Nyeri (Hipertensi) Kamis, 28 1. Mengkaji tanda vital lansia posyandu amako S:
pada lansia di RT 10, april 2016 2. Menanyakan apakah lansia sudah melakukan - Lansia mengatakan rasa pusingnya sudah
20, 22, 23, 35, dan perubahan pola hidup untuk manajemen hipertensi berkurang
- Lansia mengatakan sudah mengurangi makan-
42 berhubungan
makan yang asin, bersantan.
dengan Kurang - Lansia mengatakan sudah mulai mengonsumsi
pengetahuan tentang buah dan sayur
penyakit
O:
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Ny. Nurabiatul 130/90 mmHg
2. Tn. H Ramlan 130/80 mmHg
3. Ny. Maimunah 110/70 mmHg
4. Tn. Kamal 130/90 mmHg
5. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg
6. Ny. Hj Maskupah 140/90 mmHg
7. Ny. Hj Nursamah 140/80 mmHg

A:
Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari
selanjutnya.
- Mengingatkan lansia untuk selalu menjaga pola
hidupnya
- Mengingatkan kepada lansia untuk mengikuti
senam pagi di puskesmas banjarbaru utara

53

Anda mungkin juga menyukai