PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat
di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari
seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau
11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun
1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun,
dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat
diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu
penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah
hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa
patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama
dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan
bertambah tinggi dengan bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik
akan sedikit menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat.
Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan
resiko penyebab kematian, dimana pada tahun 1990, kematian penyakit tidak menular
48 % dari seluruh kematian di dunia, sedangkan kematian akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke sebanyak 43% dari seluruh kamatian di dunia
dan meningkat pada tahun 2000 kematian akibat penyakit tidak menular yaitu 64 %
dari seluruh kematian dimana 60% disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh
darah, stroke dan gagal ginjal. Pada tahun 2020, diperkirakan kematian akibat
penyakit tidak menular sebesar 73% dari seluruh kematian di dunia dan sebanyak
1
66% diakibatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal dan stroke,
dimana faktor resiko utama penyakit tersebut adalah hipertensi. (Zamhir, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena
hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya
yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat
keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani
perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan
waktu yang panjang, bahkan seumur hidup. (Bahrianwar, 2009)
Di Indonesia dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995,
prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada
batas tekanan darah normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita
hipertensi di indonesia mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas
tekanan darah normal 139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat
menjadi 37 % pada tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025. (Zamhir, 2006).
Penyebab hipertensi tidak diketahui pada sekitar 95 % kasus. Bentuk
hipertensi idiopatik disebut hipertensi primer atau esensial. Patogenesis pasti
tampaknya sangat kompleks dengan interaksi dari berbagai variabel, mungkin pula
ada predisposisi genetik. Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup perubahan
perubahan berikut: (1). Eksresi natrium dan air oleh ginjal, (2). Kepekaan
baroreseptor, (3). Respon vesikuler, dan (4). Sekresi renin. Sedangkan 5% penyakit
hipertensi terjadi sekunder akibat proses penyakit lain seperti penyakit parenkhim
ginjal atau aldosterronisme primer (Prince, 2005).
Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan
memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi dapat
disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak disiplin ilmu.
Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah gaya hidup sehat.
Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung untuk
mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan
sampai mencegah terjadinya komplikasi. (Bahrianwar,2009).
Di Indonesia, Pemerintah bersama Departemen Kesehatan RI memberi
apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit Hipertensi. Sejak tahun
2006 Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan
2
pembuluh darah termasuk hipertensi dan penyakit degenaritaif linnya, serta gangguan
akibat kecelakaan dan cedera. (Depkes, 2007).
Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa
langkah, yaitu mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi,
akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah
setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia
dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jaringan kerja pengendalian hipertensi,
antara lain dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengendalian Hipertensi;
memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung
dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan
sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan
mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi. (Depkes, 2007).
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara
keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu diobati,
bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini didukung oleh
observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka
pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir
ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada
lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling
penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal. Banyak
data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat
mengurangi mortalitas dan morbiditas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada lansia sebagai
kelompok di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
2. Tujuan Khusus
3
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian kepada lansia sebagai kelompok di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan lansia yang tinggal di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan atas
permasalahan kesehatan yang terjadi pada lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 Banjarbaru.
d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan pada lansia seabagai kelompok di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 Banjarbaru.
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan lansia seabagai
kelompok di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 Banjarbaru.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah
sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Pada Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 1996)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi
lainya. Hipertensi yang penyebabnya diketahui seperti hipertensi renovaskuler,
feokromositoma, sindrom cushing, aldosteronisme primer, dan obat-obatan,
yaitu sekitar 2-10% dari seluruh pasien hipertensi.
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat
dibedakan:
5
Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%
penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring
bertambahnya umur.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%
penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring
bertambahnya umur.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th,
lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.
6
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang
yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara
khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering
terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009)
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta,
dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini
dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian
diri.
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi.
7
2. Kurang Olahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat
dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi,
semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan
yang mendesak arteri.
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
6. Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7. Stress
8
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga
akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
9
ketiga) atau irama gallop mungkin saja ditemukan. Pada elektrokardiogram,
ditemukan tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri. Bila penyakit berlanjut, dapat
terjadi iskemi dan infark. Sebagian besar kematian dengan hipertensi disebabkan
oleh infark miokard atau gagal jantung kongestif. Data-data terbaru menduga
bahwa kerusakan miokardial mungkin lebih diperantarai oleh aldosteron pada
asupan garam yang normal atau tinggi dibandingkan hanya oleh peningkatan
tekanan darah atau kadar angiotensin II.
b. Efek Neurologik
Efek neurologik pada hipertensi lanjut dibagi dalam perubahan pada retina
dan sistem saraf pusat. Karena retina adalah satu-satunya jaringan dengan arteri
dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan
optalmoskopik berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak
hipertensi pada pembuluh darah retina.
Efek pada sistem saraf pusat juga sering terjadi pada pasien hipertensi. Sakit
kepala di daerah oksipital, paling sering terjadi pada pagi hari, yang merupakan
salah satu dari gejala-gejala awal hipertensi. Dapat juga ditemukan keleyengan,
kepala terasa ringan, vertigo, tinitus dan penglihatan menurun atau sinkope, tapi
manifestasi yang lebih serius adalah oklusi vaskuler, perdarahan atau ensefalopati.
Patogenesa dari kedua hal pertama sedikit berbeda. Infark serebri terjadi secara
sekunder akibat peningkatan aterosklerosis pada pasien hipertensi, dimana
perdarahan serebri adalah akibat dari peningkatan tekanan darah dan
perkembangan mikroaneurisma vaskuler serebri (aneurisma Charcot-Bouchard).
Hanya umur dan tekanan arterial diketahui berpengaruh terhadap perkembangan
mikroaneurisma.
Ensefalopati hipertensi terdiri dari gejala-gejala : hipertensi berat, gangguan
kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, retinopati dengan papiledem dan
kejang. Patogenesisnya tidak jelas tapi kemungkinan tidak berkaitan dengan
spasme arterioler atau udem serebri. Tanda-tanda fokal neurologik jarang
ditemukan dan jikalau ada, lebih dipikirkan suatu infark / perdarahan serebri atau
transient ischemic attack.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa
retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak beraturan, eksudat pada
retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa
penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam,
fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah.
10
c. Efek pada Ginjal
Lesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler glomerulus
adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat pada
penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler. Proteinuria dan
hematuria mikroskopik terjadi karena lesi pada glomerulus dan 10 % kematian
disebabkan oleh hipertensi akibat gagal ginjal. Kehilangan darah pada hipertensi
terjadi tidak hanya dari lesi pada ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga
sering terjadi pada pasien-pasien ini.
Lebih dari 10 tahun yang lalu masih terjadi perdebatan tentang perlu tidaknya
pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Golongan yang kontra menyatakan bahwa
penurunan tekanan darah pada hipertensi lansia justru akan menyebabkan kemungkinan
terjadinya trombosis koroner, hipotensi postural dan penurunan kualitas hidup. Dengan
penelitian-penelitian yang diadakan dalam 10 tahun terakhir ini jelas dibuktikan bahwa
menurunkan tekanan darah pada hipertensi lansia jelas akan menurunkan komplikasi
akibat hipertensi secara bermakna.
11
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat antihipertensi.
Pada pengobatan hipertensi ada tiga hal evaluasi menyeluruh terhadap kondisi
penderita adalah :
a. Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler.
b. Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer.
c. Organ yang rusak karena hipertensi.
Secara garis besar, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat
antihipertensi, yaitu:
12
Tidak jarang penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan obat-obat antihipertensi
mengalami kegagalan, yang dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini :
1. Ketidakpatuhan penderita
3. Obesitas
5. Interaksi obat
6. Kontrasepsi oral
8. Hipertensi sekunder
Joint National Committee VII merekomendasikan konsep terapi yang terbaru yaitu :
a. Pasien dengan tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah
diastolic 80-89 mmHg hanya memerlukan penatalaksanaan nonfarmakologis
dengan cara modifikasi gaya hidup.
13
d. Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan obat kombinasi antihipertensi,
salah satunya adalah obat dari golongan diuretik tiazid.
Weight reduction Maintain normal body weight (BMI 18,5 5-20 mmHg / 10 kg
24,9 kg/m2) weight loss
14
more thsn 1 drink per day in women and
lighter weight persons
The effects of implementing these modifications are dose and time dependent, and could
be greater for some individuals.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 19-
21 April 2016 di lingkungan RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 didapatkan data sebagai
berikut :
1. DATA SOSEK
a. Penghasilan rata-rata perbulan
No Penghasilan Rata-rata Perbulan Frekuensi Presentasi
1 Kurang dari Rp.500.000 3 9.10
2 Rp.500.000 1.000.000 7 21.21
3 Rp. 1.000.000 2.000.000 15 45.45
4 Lebih dari Rp. 2.000.000 8 24.24
Jumlah 33 100
15
Penghasilan Rata-Rata Perbulan
Rp. 1.000.000
2.000.000
Lebih dari Rp.
2.000.000
Rp.500.000
1.000.000
Kurang dari
Rp.500.000
Ya
Tidak
16
Jumlah 33 100
Kepemilikan
Milik Sendiri
Numpang
Sewa
Jenis
No Jenis Frekuensi Presentasi
1 Permanen 30 90.90
2 Semi Permanen 0 0
3 Tidak Permanen 3 9.10
Jumlah 33 100
Jenis
Permanen
Semi Permanen
Tidak permanen
Dari tabel di atas diketahui jenis rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 yang terbanyak adalah permanen yaitu 30 Orang (90.90%)
Lantai
No Lantai Frekuensi Presentasi
1 Tanah 0 0
2 Papan 2 6.07
17
3 Tegel/semen 31 93.93
Jumlah 33 100
Lantai
Tegel/semen
Papan
Tanah
Dari tabel di atas diketahui lantai rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 yang terbanyak adalah tegel/semen yaitu 31 Orang (93.93%)
Ventilasi
No Ventilasi Frekuensi Presentasi
1 Baik 28 84.85
2 Kurang 5 15.15
Jumlah 33 100
Ventilasi
Baik
Kurang
Dari tabel di atas diketahui ventilasi rumah lansia di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 yang terbanyak adalah baik yaitu 28 Orang (84.85%)
18
Penerangan
No Penerangan Frekuensi Presentasi
1 Baik 23 69.70
2 Cukup 8 24.24
3 Kurang 2 6.06
Jumlah 33 100
Penerangan
Baik
Cukup
Kurang
Dari tabel di atas diketahui penerangan rumah lansia di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah baik yaitu 23 Orang (69.70%)
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi
syarat
19
Dari tabel di atas diketahui luas kamar mandi rumah lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 semua memenuhi syarat yaitu 33 Orang (100%)
b. Halaman Rumah
Halaman sekitar rumah
No Halaman sekitar rumah Frekuensi Presentasi
1 Ada 30 90.90
2 Tidak 3 9.10
Jumlah 33 100
Ada Tidak
Dari tabel di atas diketahui halaman disekitar rumah lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah ada yaitu 30 rumah (90.90%)
20
Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Kebun
Tidak dimanfaatkan
Kandang ternak
Kolam
Lain-lain
c. Pembuangan kotoran
Dimana keluarga buang air besar
No Dimana keluarga BAB Frekuensi Presentasi
1 Sungai 0 0
2 Selokan 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
4 WC 33 100
5 Lain-lain 0 0
Jumlah 33 100
WC
Sungai
Selokan
Sembarang tempat
Lain-lain
21
Kepemilikan jamban
No Kepemilikan jamban Frekuensi Presentasi
1 Ya 33 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 33 100
Kepemilikan jamban
Ya Tidak
Jenis Jamban
Septik tank
Lainnya
Dari tabel di atas diketahui jenis jamban di rumah adalah septik tank di
RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)
22
Jarak jamban dengan sumber air
No Jarak jamban dengan sumber Frekuensi Presentasi
air
1 Kurang dari 10 m 27 81.82
2 Lebih dari 10 m 6 18.18
Jumlah 33 100
Kurang dari 10 m
Lebih dari 10 m
Dari tabel di atas diketahui jarak jamban dengan sumber air di RT 10,
20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah kurang dari 10 m yaitu 27
rumah (81.82%)
Kondisi jamban
No Kiondisi jamban Frekuensi Presentasi
1 Terawat 33 100
2 Tidak terawat 0 0
Jumlah 33 100
Kondisi jamban
Terawat
Tidak terawat
23
di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yaitu 33 rumah (100%)
d. Sumber air
Sumber air bersih untuk minum dan memasak
No Sumber air bersih untuk minum Frekuensi Presentasi
dan memasak
1 PDAM 28 66.67
2 Sumur Pompa 14 33.33
3 Sumur gali 0 0
4 Mata air 0 0
5 Sungai 0 0
6 Air mineral 0 0
Jumlah 42 100
PDAM
Sumur Pompa
Dari tabel di atas diketahui sumber air bersih untuk minum dan masak
di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah PDAM yaitu 28
rumah (66.67%)
24
Sumber air untuk mandi dan mencuci
PDAM
Sumur Pompa
Dari tabel di atas diketahui sumber air untuk mandi dan mencuci di RT
10, 20, 22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah PDAM yaitu 28 rumah
(66.67%)
Pengolahan air minum
No Pengolahan air minum Frekuensi Presentasi
1 Dimasak 33 100
2 Tidak dimasak 0 0
Jumlah 33 100
Dimasak
Tidak dimasak
Dari tabel di atas diketahui pengolahan air minum di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya dimasak yaitu 33 rumah (100%)
25
4 Lin-lain 0 0
Jumlah 43 100
Bak
Gentong
Dari tabel di atas diketahui jenis tempat penampuangan air di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah bak yaitu 26 rumah (60.46%)
Kondisi
No Kondisi Frekuensi Presentasi
1 Tertutup 5 11.62
2 Terbuka 38 88.38
Jumlah 43 100
Kondisi
Terbuka
Tertutup
Dari tabel di atas diketahui kondisi penampungan air di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah terbuka yaitu 38 rumah (88.38%)
Pengurasan
No Pengurasan Frekuensi Presentasi
1 Ya 43 100
26
2 Tidak 0 0
Jumlah 43 100
Pengurasan
Ya
Tidak
Dari tabel di atas diketahui pengurasan air di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang terbanyak adalah ya yaitu 43 (100%)
2 kali
3 kali
1 kali
Dari tabel di atas diketahui pengurasan air di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang terbanyak adalah 20 kali (60.60%)
Kondisi airnya
No Kondisi air Frekuensi Presentasi
27
1 Berbau 0 0
2 Berwarna 0 0
3 Berasa 0 0
4 Tidak berbau, tidak berwarna, 33 100
tidak berasa
Jumlah 33 100
Kondisi airnya
Dari tabel di atas diketahui kondisi air di rumah lansia di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 semuanya Tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
yaitu 33 rumah (100%)
Tempat sampah
umum
Dibakar
Ditimbun
Sungai
Dari tabel di atas diketahui cara pembuangan sampah di RT 10, 20, 22,
28
23, 35, dan 42 yang terbanyak adalah di tempat sampah umum yaitu 23
rumah (54.55%)
Tempat pembuangan sampah sementara
No Tempat pembuangan sampah Frekuensi Presentasi
1 Ada 5 14.70
2 Tidak/sembarang tempat 29 85.30
Jumlah 34 100
29
Tempat pembuangan sampah, bila ada
Terbuka Tertutup
30
Pembuangan air limbah
No Pembuangan air limbah Frekuensi Presentasi
1 Got 33 100
2 Sungai 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
4 Penampungan/resapan 0 0
Jumlah 33 100
Got Sungai
Sembarang tempat Penampungan/resapan
Dari tabel di atas diketahui pembuangan air limbah di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya di got yaitu 33 Orang (100%)
31
Kondisi Saluran Limbah
Lancar Tergenang
Dari tabel di atas diketahui kondisi saluran limbah di RT 10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya lancar yaitu 33 Orang (100%)
g. Hewan ternak
Kepemilikan hewan ternak
No Kepemilikan hewan ternak Frekuensi Presentasi
1 Ada 5 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 5 100
Ada Tidak
Dari tabel di atas diketahui kepemilikan hewan ternak di RT 10, 20, 22,
23, 35, dan 42 semuanya ada yaitu 5 rumah (100%)
32
No Letak kandang ternak Frekuensi Presentasi
1 Dalam rumah 0 0
2 Luar rumah 5 100
Jumlah 5 100
Dalam rumah
Luar rumah
Dari tabel diatas diketahui letak kandang ternak di RT10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 semuanya diluar rumah yaitu 5 rumah (100%)
Kondisi
No Kondisi Frekuensi Presentasi
1 Terawat 5 100
2 Tidak terawat 0 0
Jumlah 5 100
Kondisi
Terawat
Tidak terawat
Dari tabel diatas diketahui kondisi kandang ternak di RT10, 20, 22, 23,
35, dan 42 semuanya terawatyaitu 5 rumah (100%)
33
N
Tempat berobat keluarga Frekuensi Persentasi
o
1 Rumah sakit 3 9.09
2 Puskesmas 25 75.75
3 Balai pengobatan 0 0
4 Posyandu 2 6.06
5 Dokter praktek 3 9.09
6 Perawat 0 0
7 Bidan 0 0
Jumlah 33 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa sarana kesehatan yang paling banyak
digunakan oleh keluarga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah
puskesmas yaitu sebanyak 25 keluarga (75.75%)
1 Rumah sakit 0 0
2 Puskesmas 30 90.90
3 Praktik swasta 0 0
34
Sarana kesehatan terdekat menurut keluarga
Rumah sakit
Puskesmas
Praktik swasta
Lain lain
Jumlah 33 100
Tidak ada
Minum jamu
Beli obat bebas
4th Qtr
35
RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah tidak melakukan kebiasaan sebelum
berobat apa apa yaitu sebanyak 28 keluarga (84.84%)
1 Askes/jamsostek 4 12.12
2 Dana sehat 0 0
3 Umun/sendiri 29 87.87
4 Gratis/JPS 0 0
Jumlah 33 100
Umun/sendiri
Askes/jamsostek
Dana sehat
Gratis/JPS
b. Masalah kesakitan
Masalah kesakitan yang terjadi pada keluarga di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan
42
1 Diare 2 2.20
2 ISPA 1 1.1
3 DemamBerdarah 0 0
36
4 Asma 3 3.30
5 Typhoid 5 5.50
6 TBC 0 0
7 Cacar Air 0 0
8 Campak 0 0
9 Hypertensi 25 27.47
10 Asamurat 8 8.79
11 Kencingmanis 12 13.18
Jumlah 91 100
Masalah Kesakitan
Lain lain
Hypertensi
Kencing Manis
Asam urat
Typhoid
Asma
Dari tabel diatas diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita
oleh warga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42 adalah penyakit yang
digolongkan ke kategori lain lain yaitu penyakit flu, batuk, pilek dan
demam sebanyak 35 orang (38.46%)
c. Kematian
Apakah ada anggota keluarga yang meninggal dalam 6 bulan terakhir
37
Kematian
Tidak
YA
Dari tabel diatas diketahui bahwa ada warga di RT10, 20, 22, 23, 35, dan
42 yang meninggal yaitu sebanyak 1 orang (98.9%)
Elderly
Middle age
Old
Very old
38
Orang (54.55%)
b. Jumlah Lansia
No. Jumlah Lansia Frekuensi Presentasi
1. Ya 33 36.26
2. Tidak 58 63.74
Jumlah 91 100
Jumlah Lansia
Ya
Tidak
Dari tabel diatas diketahui jumlah lansia di RT10, 20, 22, 23, 35, dan 42
adalah 33 orang (36.26%)
c. Agama
1. Islam 32 96.97
Jumlah 33 100
39
Agama
Islam
Kristen protestan
Dari tabel diatas diketahui agama yang dianut oleh lansia di RT10, 20,
22, 23, 35, dan 42 adalah agama islam sebanyak 32 orang (96.97%) dan
agama kristen protestan sebanyak 1 orang (3.03%)
42. Pendidikan
1. SD 16 48.49
2. SMP 4 12.12
3. SMA 7 21.21
4. S1 6 18.18
Jumlah 33 100
Pendidikan
SD
SMA
S1
SMP
40
Dari tabel diatas diketahui rata rata pendidikan lansia di RT10, 20, 22,
23, 35, dan 42 adalah berpendidikan SD sebanyak 16 orang (48.49%).
d. Keluhan lansia
No. Keluhan Lansia Frekuensi Presentasi
1. Tidak 3 9.09
2. Ya 30 90.91
Jumlah 33 100
Keluhan lansia
Ya Tidak
Dari tabel di atas, 30 lansia (90.91 %) yang ada di RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 mempunyai keluhan fisik.
1. Hipertensi 17 37.78
3. Reumatik 8 17.78
4. Asma 1 2.22
5. Katarak 3 6.67
6. TBC 0 0
41
8. Lain-lain 4 8.89
Jumlah 45 100
Dari data di atas, di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 penyakit terbanyak
yang diderita lansia adalah hipertensi sebesar 37.78 % (17 orang).
4. Lain-lain 0 0
Jumlah 39 100
42
Upaya penanganan penyakit lansia
Ke sarana kesehatan
Diobati sendiri
Non medis
Lain-lain
Penggunaan waktu
No Frekuensi Persentasi
senggang
1 Berkebun 2 6.06
2 Rekreasi 3 9.09
Jumlah 33 100
43
ke kategori lain lain yaitu beres beres rumah, menyapu halaman,
memasak dan menonton televisi sebanyak 23 orang (69.69%)
ANALISA DATA
Hari
Data Etiologi Masalah
tanggal
25/4/2016 DS : Kurang Hipertensi pada
Pada saat dilakukan
pengetahuan lansia
pengkajian tanggal 24
tentang penyakit
DO :
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April di
dapatkan data bahwa
sebanyak 33 orang
lansia di RT 10, 20,
22, 23, 35, dan 42
yang menderita
penyakit hipertensi
sebesar 37.78 % (17
orang).
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada
44
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April di
dapatkan data bahwa
sebanyak 30 lansia
(90.91 %) yang ada di
RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 mempunyai
keluhan fisik.
- Pada saat dilakukan
pengkajian pada
tanggal 24 sampai
tanggal 25 April
diketahui rata rata
pendidikan lansia di
RT 10, 20, 22, 23, 35,
dan 42 adalah
berpendidikan SD 16
orang (48.49%).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (Hipertensi) pada lansia di RT 10, 20, 22, 23, 35, dan 42 berhubungan dengan
Kurang pengetahuan tentang penyakit
45
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Evaluasi
Rencana Kegiatan Hari, Tanggal Tempat
Kriteria Standar
1. Pendidikan Kesehatan mengenai hipertensi, Selasa, 26 April Posyandu Lansia Verbal:
penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi 2016 Amaco 1. Lansia 1. 75% lansia dapat
serta penvegahan hipertensi. mengidentifikasi mengidentifikasi
pengertian hipertensi pengertian hipertensi
2. Lansia 2. 75% lansia dapat
mengidentifikasi mengidentifikasi
penyebab hipertensi penyebab hipertensi
3. Lansia 3. 75% lansia dapat
mengidentifikasi tanda mengidentifikasi tanda
dan gejala hipertensi dan gejala hipertensi
4. Lansia 4. 75% lansia dapat
mengidentifikasi mengidentifikasi
pencegahan hipertensi pencegahan hipertensi
2. Ajarkan kepada lansia tentang perubahan gaya Selasa, 26 April Posyandu Lansia Verbal:
46
hidup untuk manajemen hipertensi: 2016 Amaco Lansia menyebutkan 75% lansia dapat
a. Menurunkan berat badan (bila gemuk) macam-macam teknik menyebutkan macam-
b. Pola hidup tenang dan berfikir sehat manajemen hipertensi macam teknik manajemen
c. Olahraga sesuai kemampuan dan teratur
dengan perubahan gaya hipertensi dengan
d. Istirahat cukup
e. Hindari merokok hidup perubahan gaya hidup
f. Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan
garam
g. Mengkonsumsi buah dan sayur
3. Olahraga Kesehatan Jasmani : Senam Lansia Jumat, 29 April Halaman Psikomotor:
2016 Puskesmas Lansia mengikuti senam Semua lansia dapat
Banjarbaru Utara lansia dihalaman mengikuti senam lansia di
Puskesmas Banjarbaru halaman Puskesmas
Utara pada pagi hari Banjarbaru Utara
PELAKSANAAN
47
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri (Hipertensi) Selasa, 26 1. Memberikan penjelasan S:
pada lansia di RT 10, April - Lansia mengatakan bahwa hipertensi adalah
mengenai Pengertian Hipertensi Pada Lansia
20, 22, 23, 35, dan 2016 2. Memberikan penjelasan tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg.
42 berhubungan - Lansia mengatakan perasaan pusing merupakan
mengenai Klasifikasi Hipertensi Pada Lansia tanda yang paling sering dirasakan pada keadaan
dengan Kurang 3. Memberikan penjelasan
pengetahuan tentang hipertensi
penyakit mengenai Etiologi Hipertensi Pada Lansia
4. Memberikan penjelasan O:
Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang
mengenai Tanda Dan Gejala Hipertensi Pada
diberikan pemateri
Lansia 70 % lansia dapat mengulang kembali mengenai
5. Memberikan penjelasan materi hipertensi berupa pengertian, penyebab dan
mengenai Komplikasi Hipertensi Pada Lansia tanda gejala
6. Memberikan penjelasan - Tekanan darah lansia di posyandu amako :
mengenai Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lansia 1. Tn. Hutapea 140/90 mmHg
7. Memberikan penjelasan 2. Tn. Kamal 130/90 mmHg
3. Ny. Fadliah Rusaini 130/80 mmHg
mengenai Konsep Penatalaksanaan Hipertensi 4. Tn. Abdul Azis 150/80mmHg
Terkini 5. Ny. Maimunah 100/70 mmHg
6. Ny. Hj Aminah180/80 mmHg
7. Tn. H. Mulhiam 120/80 mmHg
8. Ny. Hj Iriyani 130/90 mmHg
9. Tn. Tajudinoor 140/80 mmHg
10. Tn. M Mastur 150/90 mmHg
11. Tn. H Faturrahman 130/90 mmHg
12. Ny. Hj Siti Hajar 130/80 mmHg
13. Ny. Hj Maskupah 140/100 mmHg
14. Ny. Hj Sampurna 100/60 mmHg
15. Tn. H Darmasnyah 120/80 mmHg
16. Ny. Hj Nursamah 150/80 mmHg
48
17. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmHg
18. Tn. H Ramlan 140/80 mmHg
19. Ny. Tumini Hartati 140/100 mmHg
20. Ny. Miriyani 130/80 mmHg
21. Ny. Rosaini Husaini 140/90 mmHg
22. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg
23. Ny. Rahimah 120/80 mmHg
24. Ny. Hj Nor Hasanah 140/80 mmHg
25. Ny. Murjani 130/70 mmHg
26. Tn. Ahmad 130/80 mmHg
27. Ny. Iriani 120/90 mmHg
28. Ny. Norjanah 120/80 mmHg
29. Ny. Nurabiatul 130/90 mmHg
A: Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi berikutnya
- Melakukan kegiatan senam lansia di halaman
Puskesmas Banjarbaru Utara pada hari Jumat, 29
April 2016 jam 07.00 Pagi
PELAKSANAAN
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
49
1. Nyeri Selasa, 1. Menganjurkan kepada S:
(Hipertensi) pada 26 April - Lansia mengatakan bahwa untuk mencegah
lansia untuk menurunkan berat badan (bila gemuk)
lansia di RT 10, 2016 2. Menganjurkan kepada terjadinya hipertensi dapat dilakukan dengan
20, 22, 23, 35, perubahan pola hidup
lansia untuk menerapkan pola hidup tenang dan - Lansia mengatakan bahwa salah satu perubahan
dan 42
berfikir sehat pola hidup yaitu dengan berolahraga secara
berhubungan
3. Menganjurkan kepada teratur
dengan Kurang
- Lansia mengatakan bahwa salah satu perubahan
pengetahuan lansia untuk berolahraga sesuai kemampuan dan
pola hidup yaitu dengan menghindari makanan
tentang penyakit secara teratur yang berlemak dan makanan yang asin asin.
4. Menganjurkan kepada
lansia untuk beristirahat yang cukup O:
5. Menganjurkan kepada Lansia antusias dalam mengikuti penjelasan yang
diberikan pemateri
lansia untuk menghindari merokok
- 70 % lansia dapat mengulang kembali mengenai
6. Menganjurkan kepada
materi tentang perubahan pola hidup dalam
lansia untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak menejemen hipertensi.
dan rendah garam
7. Menganjurkan kepada A: Masalah teratasi
lansia untuk mengkonsumsi buah dan sayur P:
- Lanjutkan intervensi berikutnya
- Melakukan kegiatan senam lansia di halaman
Puskesmas Banjarbaru Utara pada hari Jumat, 29
April 2016 jam 07.00 Pagi
PELAKSANAAN
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
50
1. Nyeri Jumat, Senam pagi bersama lansia di halaman Puskesmas S:
(Hipertensi) pada 29 April Banjarbaru Utara - Lansia mengatakan merasa senang bisa
lansia di RT 10, 2016 mengikuti senam pagi bersama di halaman
20, 22, 23, 35, Puskesmas Banjarbaru Utara.
dan 42
O:
berhubungan
Lansia antusias dalam mengikuti senam pagi
dengan Kurang
bersama
pengetahuan - Lansia mampu mengikuti senam pagi bersama
tentang penyakit dengan baik.
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Ny. Rosaini Husaini 140/90 mmHg
2. Ny. Fadliah Rusaini 130/80 mmHg
3. Tn. H Ramlan 140/80 mmHg
4. Ny. Maimunah 100/70 mmHg
5. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmH
6. Tn. Kamal 130/90 mmHg
7. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg
A: Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
- Mengingatkan kepada lansia untuk selalu
menjaga makanan yang sehat dan yang telah
dianjurkan serta selalu berolahraga secara teratur
dan melakukan kontrol ke sarana pelayanan
kesehatan secara rutin.
CATATAN PERKEMBANGAN
51
Diagnosa
No Hari/Tgl Implementasi Catatan Perkembangan
Keperawatan
1. Nyeri (Hipertensi) Rabu, 27 1. Mengkaji tanda vital lansia posyandu amako S:
pada lansia di RT april 2016 2. Menanyakan apakah lansia sudah melakukan - Lansia mengatakan perasaan pusing dan sakit
10, 20, 22, 23, 35, perubahan pola hidup untuk manajemen tengkuk tanda yang paling sering dirasakan pada
hipertensi merupakan keadaan hipertensi
dan 42 berhubungan
- Lansia mengatakan sudah mengurangi makan-
dengan Kurang
makan yang asin, bersantan.
pengetahuan - Lansia mengatakan sudah mulai mengonsumsi
tentang penyakit buah dan sayur
O:
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Tn. Hutapea 140/90 mmHg
2. Ny. Murjani 150/90 mmHg
3. Ny. Hj Nursamah 160/100 mmHg
4. Ny. Hj Maskupah 140/100 mmHg
5. Ny. Tumini Hartati 140/80 mmHg
6. Ny. Hj Sampurna 110/70 mmHg
7. Tn. Ahmad Fauzi 150/90 mmHg
A:
Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari
selanjutnya.
- Mengingatkan lansia untuk selalu menjaga pola
hidupnya
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Catatan Perkembangan
52
Keperawatan
Nyeri (Hipertensi) Kamis, 28 1. Mengkaji tanda vital lansia posyandu amako S:
pada lansia di RT 10, april 2016 2. Menanyakan apakah lansia sudah melakukan - Lansia mengatakan rasa pusingnya sudah
20, 22, 23, 35, dan perubahan pola hidup untuk manajemen hipertensi berkurang
- Lansia mengatakan sudah mengurangi makan-
42 berhubungan
makan yang asin, bersantan.
dengan Kurang - Lansia mengatakan sudah mulai mengonsumsi
pengetahuan tentang buah dan sayur
penyakit
O:
Tekanan darah lansia posyandu amako:
1. Ny. Nurabiatul 130/90 mmHg
2. Tn. H Ramlan 130/80 mmHg
3. Ny. Maimunah 110/70 mmHg
4. Tn. Kamal 130/90 mmHg
5. Ny. Aswiyah 160/80 mmHg
6. Ny. Hj Maskupah 140/90 mmHg
7. Ny. Hj Nursamah 140/80 mmHg
A:
Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan pengukuran tekanan darah hari
selanjutnya.
- Mengingatkan lansia untuk selalu menjaga pola
hidupnya
- Mengingatkan kepada lansia untuk mengikuti
senam pagi di puskesmas banjarbaru utara
53