Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar dan
pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah dipublikasikan terungkap
bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar dapat ditingkatkan dengan menutup saluran
akar dan
meminimalkan kebocoran sehingga cairan rongga mulut dan mikro organisme dapat dicegah
masuk ke dalam area periradikular. Restorasi pasca perawatan saluran akar mempunyai
karakteristik tersendiri karena pada gigi pasca perawatan saluran akar terjadi perubahan fisik dan
sisa jaringan gigi tinggal sedikit.Untuk mencegah kegagalan restorasi pasca perawatan saluran
akar maka perlu pertimbangan-pertimbangan, karena kegagalan restorasi dapat menyebabkan
secara langsung kegagalan perawatan saluran akar.
Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yang
dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah
- Tidak peka terhadap perkusi dan palpasi
- Mobilitas normal
- Tidak adanya sinus tract atau penyakit periodontium
- Gigi dapat berfungsi dengan baik
- Tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan
- Tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan.
Sedangkan berdasarkan gambaran radiografi, suatu perawatan dianggap berhasil apabila :
- Ligament periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari 1 mm)
- Radiolusensi di apeks hilang
- Lamina dura normal atau sedikit menebal (kurang dari 1 mm)
- Tidak ada resorbsi
- Pengisian saluran akar padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks
- Selain itu keberhasilan perawatan dapat dilihat dari faktor lesi periradikuler yang sebelum
nya ada menjadi sembuh serta kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian
korona.
Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan restorasi pasak
adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan resistensi pasak serta kegagalan
akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga pada pemakaian restorasi pasak pasien yang
sering merasa tidak nyaman. Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa
faktor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita,
faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan.
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui
bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak
mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan
bergantung pada kasusnya.
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh
karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis,
dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis.
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran
akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi
dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara
benar dan efektif .
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan
secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk
pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar
radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah
biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih,mungkin disebabkan iritasi oleh
bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian
saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan
kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :
Penanggulangan dengan bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup rapat saluran
akar pada apeksnya.1,2 Meninggalkan debris dan mikroorganisme dalam saluran akar
berlawanan dengan prinsip biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan pilihan kedua
jika akses mahkota pada perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan.
Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan ulang
dilakukan.Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan ulang dan kegagalan
bedah apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan ulang.1 Demikian juga
kondisi klinis pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di indikasikan sebagai
kegagalan yaitu adanya gejala periodontitis yang menetap sesudah dilakukan oclusal
adjusment, sensitivitas terhadap termal yang kemungkinan disebabkan ada salah satu saluran
akar yang tidak dirawat dan adanya sinus tract. Radiogram pathosis atau adanya lesi
periodontium yang tidak ditanggulangi dengan perawatan saluran akar, ada lesi periapeks
yang tidak mengalami penyembuhan setelah perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan
tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan perawatan ulang.
Kebocoran tepi restorasi dapat terjadi karena hubungan antara gigi dan restorasi tidak harmonis
dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang tidak mencapai tepi ginggiva
dengan baik. Dampak yang paling ringan dari kebocoran tepi ini adalah terjadinya karies
sekunder yang dapat berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan semen sehingga akan mencapai
daerah apeks. Faktor penyebab lainnya adalah pemilihan jenis restorasi.Restorasi dipilih yang
sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan posisinya. Struktur restorasi disesuaikan dengan sisa
jaringan gigi agar dapat mencegah gigi fraktur atau dicabut.Kegagalan restorasi pasca perawatan
saluran akar
kebanyakan disebabkan bentuk restorasi yang tidak adekuat. Misalnya penggunaan pasak, pasak
berulir dan yang diameternya terlalu besar.