Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Elmira Musdiyanti . 1506668845

I. Evaluasi Perawatan Saluran Akar

Keberhasilan perawatan saluran akar tidak lepas dari kualitas pengisian saluran akar dan
pembuatan restorasi akhirnya. Dari beberapa literatur yang sudah dipublikasikan terungkap
bahwa prognosis gigi setelah perawatan saluran akar dapat ditingkatkan dengan menutup saluran
akar dan
meminimalkan kebocoran sehingga cairan rongga mulut dan mikro organisme dapat dicegah
masuk ke dalam area periradikular. Restorasi pasca perawatan saluran akar mempunyai
karakteristik tersendiri karena pada gigi pasca perawatan saluran akar terjadi perubahan fisik dan
sisa jaringan gigi tinggal sedikit.Untuk mencegah kegagalan restorasi pasca perawatan saluran
akar maka perlu pertimbangan-pertimbangan, karena kegagalan restorasi dapat menyebabkan
secara langsung kegagalan perawatan saluran akar.

Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar


Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan klinis,
radiografis, dan histologis Evaluasi klinis dan radiografis dapat dilakukan dengan mudah, namun
evaluasi histologis memerlukan pemeriksaan laboratorium. Evaluasi klinis dan radiografis
dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan.

Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yang
dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah
- Tidak peka terhadap perkusi dan palpasi
- Mobilitas normal
- Tidak adanya sinus tract atau penyakit periodontium
- Gigi dapat berfungsi dengan baik
- Tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan
- Tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan.
Sedangkan berdasarkan gambaran radiografi, suatu perawatan dianggap berhasil apabila :
- Ligament periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari 1 mm)
- Radiolusensi di apeks hilang
- Lamina dura normal atau sedikit menebal (kurang dari 1 mm)
- Tidak ada resorbsi
- Pengisian saluran akar padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks
- Selain itu keberhasilan perawatan dapat dilihat dari faktor lesi periradikuler yang sebelum
nya ada menjadi sembuh serta kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian
korona.

Evaluasi Perawatan Saluran Akar pada gigi sulung


Dalam perawatan endodontik gigi desidui maupun gigi tetap muda sangat diperlukan
evaluasi hasil perawatan. Seperti pada gigi desidui yang telah kehilangan proses resorbsi akar
secara normal maka pada perawatan saluran akar perlu evaluasi secara rutin untuk melihat
perkembangan gigi pengganti. Hasil perawatan saluran akar kebanyakan adanya gangguan arah
erupsi gigi pengganti. Dan hasil perawatan pulpa gigi desidui diharapkan fungsi gigi desidui
tetap terpenuhi sebagai perangsang untuk perkembangan gigi pengganti dan rahang. Untuk
evaluasi perawatan endodontik gigi tetap muda perlu diamati perkembangan akar gigi seperti
pada perawatan apeksogenesis gigi vital dan apeksifikasi gigi yang non vital.
Evaluasi perawatan sebaiknya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun setelah perawatan.
Faktor yang perlu diperiksa dalam evaluasi perawatan pulpa adalah ada tidaknya gejala, tanda
kelainan, rasa tiak enak yang timbul sesudah peraatan dan respon terhadap perawatan seperti rasa
sakit, pembengkaan dan mobilitas gigi. Beberapa periode kritis untuk perawatan endodontik
adalah: periode kritis untuk kaping pulpa 8 minggu, periode kritis untuk pulpotomi 3 bulan,
periode knitis untuk pulpektomi 6-12 bulan.

II. Kegagalan Penatalaksanaan Saluran Akar

Masalah klinis yang sering terjadi pada perawatan saluran akar dengan restorasi pasak
adalah kegagalan restorasi dalam mendapatkan retensi dan resistensi pasak serta kegagalan
akibat sisa akar yang telah dipreparasi sehingga pada pemakaian restorasi pasak pasien yang
sering merasa tidak nyaman. Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa
faktor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita,
faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan.

II.1 Faktor Patologis

Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat


keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin
menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat
keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar adalah :

1. Keadaan patologis jaringan pulpa.


Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan
atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan
pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis
memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.
2. Keadaan patologis periapical
Hanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan
saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat
dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi
ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan
daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses
penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak
dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena
sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan
perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar
mendapatkan pengisian yang hermetis.
II.2 Faktor Penderita

Faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu


perawatan saluran akar adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami
penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui
bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak
mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan
bergantung pada kasusnya.
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh
karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis,
dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis.

II.3 Faktor Perawatan

Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu


perawatan saluran akar bergantung kepada :

1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran
akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi
dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara
benar dan efektif .
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan
secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk
pula.
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan
pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar
radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah
biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih,mungkin disebabkan iritasi oleh
bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian
saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan
kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh

II.4 Faktor Anatomi Gigi

Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :

1. Bentuk saluran akar


Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal
lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang
dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis.
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil
yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada
hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi.
Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior
sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu,
superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih
sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih
mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi
dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior.
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja,
tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar.
Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi
molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal.
Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan,
sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah
kegagalan perawatan akhir.

II.5 Kecelakaan Prosedural

Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir
perawatan saluran akar, misalnya :

1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.


Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran
akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran. Birai
terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan;
penempatan instrument yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang
lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok. Birai dan ferforasi lateral
dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini
menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai.
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya
bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum
dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik
jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati
panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan
patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi.
3. Fraktur akar vertical
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan
pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar
vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan
iritasi terhadap ligamen periodontal
III. Penanggulangan Kegagalan Perawatan Saluran Akar
Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
perawatan ulang secara konvensional atau ortograd dan bedah atau retrograd. Perawatan
ulang saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses mahkota dengan
tujuan untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri atas
mikroorganisme yang tinggal atau berkembang setelah perawatan.

Penanggulangan dengan bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup rapat saluran
akar pada apeksnya.1,2 Meninggalkan debris dan mikroorganisme dalam saluran akar
berlawanan dengan prinsip biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan pilihan kedua
jika akses mahkota pada perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan.

Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum perawatan ulang
dilakukan.Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan ulang dan kegagalan
bedah apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan ulang.1 Demikian juga
kondisi klinis pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di indikasikan sebagai
kegagalan yaitu adanya gejala periodontitis yang menetap sesudah dilakukan oclusal
adjusment, sensitivitas terhadap termal yang kemungkinan disebabkan ada salah satu saluran
akar yang tidak dirawat dan adanya sinus tract. Radiogram pathosis atau adanya lesi
periodontium yang tidak ditanggulangi dengan perawatan saluran akar, ada lesi periapeks
yang tidak mengalami penyembuhan setelah perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan
tersebut tidak dapat ditanggulangi dengan perawatan ulang.

IV. Penyebab Kegagalan Restorasi

Kebocoran tepi restorasi dapat terjadi karena hubungan antara gigi dan restorasi tidak harmonis
dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang tidak mencapai tepi ginggiva
dengan baik. Dampak yang paling ringan dari kebocoran tepi ini adalah terjadinya karies
sekunder yang dapat berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan semen sehingga akan mencapai
daerah apeks. Faktor penyebab lainnya adalah pemilihan jenis restorasi.Restorasi dipilih yang
sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan posisinya. Struktur restorasi disesuaikan dengan sisa
jaringan gigi agar dapat mencegah gigi fraktur atau dicabut.Kegagalan restorasi pasca perawatan
saluran akar
kebanyakan disebabkan bentuk restorasi yang tidak adekuat. Misalnya penggunaan pasak, pasak
berulir dan yang diameternya terlalu besar.

Anda mungkin juga menyukai