Anda di halaman 1dari 19

Konsep Continuum of Care

Definisi dari Continuum of Care


Continuum of care disebut juga Reproductive, maternal, newborn, child health (RMNCH)
adalah memberikan pelayanan yang terpadu untuk ibu dan anak dari sebelum hamil sampai
melahirkan (pre-pregnancy), pelayanan setelah melahirkan (post natal), dan pelayanan masa
anak-anak. Pelayanan tersebut tersedia dalam tingkat individu, keluarga dan komunitas
melalui fasilitas kesehatan. (WHO, 2011)

Continuum of care adalah suatu konsep yang menuntut pasien selama masa hidupnya ke
dalam pelayanan yang tersusun secara terpadu mencakup semua level dan intensitas
perawatan. Continum of care menyediakan pelayanan kesehatan sepanjang periode
kehidupan dari melahirkan hingga meninggal. (HIMSSI, 2014)
Sebuah konsep pelayanan kesehatan yangmencakup semua tingkat dan intensitas
perawatan dengan sistem yangmelibatkan, memandu, dan memantau pasien dari
waktu ke waktu secara komprehensif.

Dimensi dari Continuum of Care

Gambar : Continuum of care


Sumber : WHO 2005
Terdiri dari dua dimensi (WHO,2005) :
1. Dimensi pertama  mencakup waktu / time of care giving
Menggambarkan tingkat kehidupan dari sebelum hamil, hamil, setelah melahirkan
(baik bayi dan ibunya).
 Pregnancy  38 minggu
Masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam
tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).
Kematian Ibu merupakan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai
komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan
fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri.

 Childbirth / periode neonatal  28 hari pertama


Neonatal merupakan suatu keadaan yang ada dalam kehidupan pertama pada
bayi. Masa neonatal yaitu usia 0 – 28 hari yang meliputi
1). Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari.
2). masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari.

 Infant / bayi  usia < 1 tahun


Pengertian Bayi adalah manusia yang baru lahir dengan usia 0 bulan hingga 1
tahun yang terbagi menjadi masa neonatal dan masa pasca neotalal. Kematian
bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian
neonatal (kematian bayi di umur 28 hari pertama hidup), dan post-neonatal
(kematian bayi pada umur setelah 28 hari). Banyak faktor yang dikaitkan
dengan kematian bayi secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi
ada dua macam yaitu
1). Endogen dan Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan
kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama
setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa
anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau
didapat selama kehamilan.
2). Eksogen Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-neonatal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktorr yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar.

 Pre-school years / balita  usia 1 – 5 tahun


Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan
rentang usia dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut
juga sebagai usia prasekolah. Pada masa ini anak sudah bisa berjalan dan amsa
yang sangat baik dalam perkembangan dan tumbuh anak.
Batita adalah suatu istilah untuk anak berusia di bawah tiga tahun yang
mana perkembangan nya sudah mulai terlihat. pada masa ini anak sudah mulai
bisa belajar merangkak hingga berjalan tetapi harus mendapatkan perhatian
yang lebih dari kedua orang tua
 School-age / masa usia sekolah  usia 5 – 10 tahun
Masa sekolah yaitu usia anak memasuki sekolah yang terbagi atas masa pra
remaja (5-10 tahun), Pada usia sekolah, anak memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat
dari aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosial anak (Gustian, 2002).

 Adolescence / masa remaja  usia 10 – 20 tahun


Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
berjalan antara umur 10 tahun sampai 20 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang
dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan
dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis)
dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

 Adulthood / masa reproduktif  usia 20 – lansia


Kategori umur menurut Depkes RI (2009)
o Masa dewasa awal 26 – 35 tahun
o Masa dewasa akhir 36 – 45 tahun
o Masa lansia awal 46 – 55 tahun
o Masa lansia akhir 56 – 65 tahun
o Masa manula 65 tahun keatas
Kategori umur menurut WHO
o Usia pertengahan (middle age) 45 – 59 tahun
o Lanjut usia (elderly) 60 – 74 tahun
o Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
o Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

Pada masa dewasa awal (early adulthood) antara 26 – 35 tahun terjadi


perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak sepesat masa sebelumnya
(puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa dini (sekitar 21 tahun) kondisi
fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak
signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif,
yang mulai sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami
penurunan kualitas di usia pertengahan tiga puluhan.

Pada masa dewasa akhir antara usia 36 – 45 tahun terjadi penurunan


kemampuan fisik dan psikologis yang akan tampak semakin menonjol pada
setiap individu.

Pada masa lansia (diatas usia 60 tahun) sering diistilahkan senescence atau
usia lanjut. Pada masa ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat
mengalami penurunan, dan cenderung untuk terus menerus menurun.

2. Dimensi kedua  mencakup tempat dan cara pendekatan dari care giving
Menghubungkan antar level dari keluarga, komunitas dan fasilitas kesehatan.
Hubungan antar intervensi ini sangat penting karena dapat mengurangi biaya yang
dikeluarkan (efisiensi lebih besar, meningkatkan pendapatan dan menyediakan
peluang dari promosi yang berhubungan dengan elemen pelayanan kesehatan)
misalnya post partum/post natal care dan newborn care. Strateginya adalah
meningkatkan kemampuan antar pekerja kesehatan, menguatkan sistem kesehatan,
meningkatkan pelayanan baik di keluarga dan komunitas. (1)

Sumber : HIMSSI, 2014


Pentingnya continuum of care(2)
Kedua dimensi dalam continuum of care ini digunakan sebagai konsep dasar untuk menyusun
program yang efektif. Pertama, dengan menyediakan pelayanan yang kontinu selama fase
kehidupan dari adolescence, hamil, melahirkan dan dilanjutkan dengan pelayanan post natal
hingga masa prasekolah. Kemudian, memperhatikan pelayanan yang kontinum tanpa batas
baik pada tingkat rumah, pusat kesehatan dan rumah sakit.(HIMSSI, 2014)

Sistem ini mempunyai layanan dan mekanisme terintegrasi yang berorietansi kepada pasien
dan riwayat kesehatan pasien dari waktu ke waktu secara komprehensif meliputi kondisi
fisik, mental dan pelayanan sosial yang mencakup semua tingkat intensitas perawatan. Model
perawatan yang komprehensif berkelanjutan merupakan salah satu pendekatan model holistik
dalam perawatan yang menekankan pada efektifitas pemberi pelayanan kesehatan pada setiap
tingkat atau titik kehidupan pasien sejak dai rumah, masyarakat sampai ditempat rujukan
pelayanan kesehatan dan kembali lagi ke rumah dan masyarakat. Pendekatan ini idelan dalam
penerapan continuum of care. Konsep lainnya dengan metode komprehensif ini yaitu
perawatan seumur hidup, merekam riwayat kesehatan seumur hidup, skrining risiko penyakit
yang dilakukan secara berkala, membuat profil berdasarkan hasil skrining dan mengitervensi
terfokus pada preventif dan promotif (Depkes, 2013).
Sumber : PDGI, 2016
Pencegahan Penyakit gigi dan mulut berdasarkan siklus
kehidupan (Continuum of care) (3)
1. Sebelum masa kehamilan

Perawatan kesehatan gigi dan mulut sebelum masa kehamilan merupakan bagian dari
perawatan kesehatan secara keseluruhan.

 Untuk memeriksakan kondisi gigi dan mulut ke fasilitas pelayanan kesehatan


gigi.
 meningkatkan kesadaran calon ibu tentang pen ngnya kesehatan gigi-mulut
dan meluruskan kesalahpahaman seper keyakinan bahwa kehilangan gigi dan
perdarahan di mulut adalah "normal" selama kehamilan.
 Gigi berlubang yang dak dirawat akan menyebabkan masalah sistemik selama
kehamilan dan dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir
rendah. Gigi berlubang yang dak dirawat tersebut dapat menyebabkan
indikasi pencabutan yang dilakukan pada saat kehamilan. Tindakan
pencabutan gigi pada saat hamil harus dihindari karena dapat
membahayakan janin akibat penggunaan obat anastesi atau mbulnya stres
pada ibu hamil saat pencabutan gigi.
 Perubahan hormonal pada saat kehamilan yang disertai adanya faktor lokal
seper plak atau karang gigi akan menimbulkan pembesaran dan atau
peradangan pada gusi
2. kehamilan
Kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir, untuk wanita yang sehat
kurang lebih 280 hari atau 40 minggu.Biasanya kehamilan dibagi dalam ga bagian atau
trimester untuk masing-masing 13 minggu atau 3 bulan kalender.

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu hamil merupakan pelayanan


kesehatan yang ditujukan kepada:
a. janin yang dikandung; dan
b. ibu hamil.
Tujuan :
 mengoptimalkan tumbuh kembang janin dan mencegah terjadinya
kelainan kongenital tubuh khususnya dento- orofacial
 untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut ibu
hamil dalam rangka membantu mengoptimalkan kesehatan ibu
secara keseluruhan demi tumbuh kembang janin yang baik.
 Untuk mencegah mbulnya ganguan di rongga mulut selama masa kehamilan,
perlu diciptakan ngkat kebersihan mulut yang op mal. Pelaksanaan program
kontrol plak pen ng dilakukan untuk mencegah terjadinya karies gigi dan
peradangan gusi akibat iritasi lokal.

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu hamil meliputi:


 konseling kesehatan berupa pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
kesehatan gigi dan mulut oleh tenaga keseahatan atau kader
 pemeriksaan deteksi dini kelainan/penyakit gigi dan mulut
 merujuk ibu hamil dalam hal kondisi gigi dan mulut ibu hamil memerlukan
pendekatan kuratif.

Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu:

1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, segera bersihkan mulut dengan


berkumur-kumur dengan secangkur air ditambah 1 sendok teh soda kue (sodium
bicarbonat) dan menyikat gigi 1 jam setelah muntah.
2. Mengatur pola makan sesuai dengan pedoman gizi seimbang atau angka kecukupan
gizi dan membatasi makanan yang mengandung gula.
3. Menyikat gigi secara teratur dan benar minimal 2x sehari, pagi setelah sarapan dan
malam sebelum dur.
4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi karena kunjungan ke dokter gigi
pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang kontra indikasi.

3. Pelayanan gigi bagi bayi, balita, pra sekolah


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada bayi, anak balita dan anak
usia prasekolah dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan,
Posyandu, tempat pengasuhan bayi dan balita, taman kanak-kanak, dan
tempat pendidikan anak usia prasekolah lainnya dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, Kader, guru, dan/atau pengasuh sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan masing-masing.
 Pelayanan gigi bagi bayi  0 – 12 bulan
Dalam bentuk pemeliharaan kesehatan rongga mulut bayi sebelum
tumbuh gigi hingga usia 12 (dua belas) bulan.
Pelayanan meliputi :
o Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada orang tua
dan/atau anggota keluarga lain dalam bentuk:
 konseling/penyuluhan tentang fase pertumbuhan gigi
sulung dan keadaan yang menyertai proses tumbuh gigi
serta kelainan/penyakit yang sering terjadi pada bayi;
dan
 PERTUMBUHAN GIGI ANAK
o Periode pertumbuhan gigi anak dimulai sejak dalam
kandungan pada usia kehamilan kira-kira 5-6 minggu.
Gigi sulung mulai erupsi pada usia 5 - 6 bulan dan
lengkap kira-kira usia 2,5 - 3 tahun.

o
 KEADAAN YANG MENYERTAI PROSES TUMBUH GIGI

Tanda-tanda erupsi gigi sulung, antara lain:

o Suhu anak meningkat, pipi terasa panas dan memerah


o Adanya rasa sakit dan dak nyaman pada mulut.
o Keluar air liur berlebih.
o Secara klinis terlihat gusi menjadi merah, gatal, bengkak atau
terasa panas.
o Tampak bercak pu h atau bahkan seper tulang pu h (yang
sebenarnya adalah benih gigi) muncul pada gusinya.
o Anak sering resah dan rewel.
 KELAINAN PENYAKIT YANG SERING PADA BAYI
o Warna putihh pada lidah  Warna putih pada
lidahsering kita dapatkan pada bayi yang minum ASI
maupun susu formula  penyikatan lidah dengan
menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lunak.
o Gigi berlubang
o Lubang pada gigi anterior anak dapat disebabkan
oleh pemberian susu menggunakan botol pada
waktu dur malam, karena pada saat dur posisi
kepala lebih rendah dari pada botol sehingga air
susu menggenangi gigi anterior atas. Bila hal
tersebut berlangsung lama, gigi posterior akan
berlubang juga. Selain itu gigi berlubang pada anak
umumnya disebabkan oleh pembersihan gigi yang
kurang baik.

 mengajarkan cara memelihara kesehatan rongga mulut


bayi sebelum tumbuh gigi hingga gigi seri tumbuh
lengkap.

CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 0 – 6 BULAN

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh tenaga pelayanan kesehatan:

 Memberikan informasi tentang masa pertumbuhan dan erupsi gigi pada orang tua.
 Menilai risiko untuk penyakit gigi dan mulutpada anak dengan mengiden fikasi
indikator risiko sebagai berikut:
1. Adanya riwayat penyakit gigi berlubang/karies pada anggota keluarga.
2. Pemberian susu botol pada anak sebelum dur.
3. Pembersihan gigi dan mulut yang dak ru n dan dak benar.
 Menganjurkan cara pembersihan gigi yang tepat dan benar secara teratur. Pada gigi
yang baru erupsi dapat digunakan kain yang lembut dan lembab.
 Menganjurkan untuk dak memberikan susu botol pada anak pada waktu dur.
 Menganjurkan untuk dak menambah rasa manis pada susu botol.
 Menganjurkan penggunaan gelas sebagai penggan botol setelah anak dapat minum
dari gelas pada usia kira-kira 12 bulan.

CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 7-12 BULAN (4)

Pada usia 7 – 12 bulan gigi seri atas dan bawah telah tumbuh. Beberapa hal yang harus
dilakukan oleh tenaga pelayanan kesehatan:

 Memberikan informasi anak usia 0 - 6 bulan seper diatas.


 Menilai risiko untuk penyakit gigi dan mulut pada anak dengan mengiden fikasi
indikator risiko sebagai berikut:
1. Adanya riwayat penyakit gigi berlubang pada anggota keluarga.
2. Pemberian susu botol pada anak sebelum dur.
3. Sering mengonsumsi makanan manis dan lengket.
4. Pembersihan gigi dan mulut yang dak ru n dan dak benar.
5. Pemberianfluoryang dakadekuat.

Jika terdapat white spot pada gigi, maka tenaga pelayanan kesehatan gigi:

 Menganjurkan penggunaan gelas sebagai penggan botol setelah anak dapat


minum dari gelas pada usia kira-kira 12 bulan.
 Menganjurkan kepada ibu atau pengasuh untuk mulai membersihkan gigi
anak segera setelah gigi mulai erupsi.
 Menganjurkan pemberian makanan bergizi dan membatasi pemberian
makanan manis pada anak di antara dua waktu makan.

 Pelayanan gigi bagi balita  12 – 72 bulan


anak balita dan anak usia prasekolah dalam rentang usia 12 (dua
belas) sampai 72 (tujuh puluh dua) bulan.
Pelayanan meliputi :
o Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada orang tua
dan/atau anggota keluarga lain.
 Keterlibatan orang tua dan/atau anggota keluarga lain
harus dilakukan secara aktif agar pembentukan perilaku
sehat dan kemandirian anak balita dan anak usia
prasekolah optimal dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gigi dan mulutnya.

CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 12-24 BULAN

Gigi geraham erupsi pada usia kurang lebih 16 bulan sedangkan gigi taring pada usia 20
bulan. Masa kri s pembentukan email gigi seri permanen adalah usia 18 – 24 bulan.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh tenaga pelayanan kesehatan:

 Memberikan informasi mengenai nutrisi yang baik, pemberian suplemen fluor jika
diperlukan (pada daerah tertentu) dan penggunaan sikat gigi lembut.
 Menganjurkan penggunaan pasta gigi sesuai dengan usia, seukuran sebu r kacang
polong atau selapis pis

 Menganjurkan sikat gigi minimal dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum dur di
malam hari) dibantu oleh orang tua (Gambar 27).

 Membiasakan anak untuk makan makanan ringan yang sehat, seper buah dan
sayuran segar dan menghindari makanan ringan yang mengandung gula.
 Menganjurkan orang tua untuk menjadi teladan dengan mempraktekkan kebiasaan
menjaga kesehatan mulut dan melakukan pemeriksaan ru n se ap 3-6 bulan ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki tenaga kesehatan gigi (dokter gigi,
perawat gigi).

CARA PEMERIKSAAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK USIA 12-24 BULAN

1. Posisikan anak pada pangkuan orang tua menghadap orang tuanya.


2. Posisikan kursi pemeriksa dihadapan orang tua sehingga lutut pemeriksa bertemu
dengan lutut orang tua.
3. Turunkan punggung anak ke pangkuan pemeriksa dengan tetap menjaga kontak
dengan orang tua.
4. Periksa gusi dan seluruh permukaan gigi.
5. Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi jika ditemukan kelainan gigi dan mulut
pada anak.
CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 24-36 BULAN

Pada usia ini anak sudah mampu menyikat gigi sendiri, namun masih tetap harus dibimbing
dan diawasi oleh orang tua, minimal 2 kali sehari dengan cara yang benar. Cara menyikat
gigi untuk anak usia tersebut yaitu dengan menyikat semua permukaan gigi atas dan bawah
dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek, selama 2 menit dan paling sedikit 8 kali
gerakan untuk se ap permukaan gigi.

CARA PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK USIA 3-5 TAHUN

Diatas usia 3 tahun terjadi pertumbuhan tulang rahang untuk menyediakan tempat bagi gigi
permanen yang akan tumbuh.

Beberapa hal yang harus dilakukan oleh tenaga pelayanan kesehatan:


 Memberikan informasi bahwa gigi geraham permanen pertama tumbuh pada usia 5
– 6 tahun dibelakang gigi sulung terakhir karena sebagian besar orang tua dak
mengetahui bahwa gigi tersebut dak akan bergan lagi.
 Menganjurkan anak untuk menyikat gigi minimal dua kali sehari dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor sebesar biji kacang polong,
terutama pagi setelah sarapan dan malam sebelum dur di bawah pengawasan orang
tua.

 Menganjurkan agar dak berkumur setelah menyikat gigi, cukup diludahkan.


 Menganjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung gula.
 Menganjurkan pemberian obat-obatan yang bebas gula.
 Menganjurkan untuk menghen kan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
perkembangan oklusi dan rahang seper menghisap ibu jari, bernafas melalui mulut,
mendorong lidah, menggigit bibir bawah. Akibat kebiasaan buruk tersebut dapat
menyebabkan gigitan terbuka, gigi mendongos dan gigitan silang.
4. Pelayanan gigi tingkat usia dasar dan menengah
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut anak usia sekolah tingkat dasar dan
anak usia sekolah tingkat menengah berupa Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) tingkat lanjut
yang dilakukan secara terpadu dengan program Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (UKS/M)

1. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru


pembina UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu
kali ap bulan.
2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi
bersama se ap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan
memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
3. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.
4. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diiku
dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan
tertulis (informed consent) dari orang tua dan ndakan dilakukan oleh tenaga
kesehatan gigi.
5. Surface protec on pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid kelas 1 dan
2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh.

Gigi molar baru tumbuh struktur emailnya belum matang, karena masih banyaknya
ikatan karbonat -CO3 yang menyebabkan email mudah larut sehingga gigi menjadi
rawan karies. GIC menggan -CO3 menbentuk ikatan Fluorapa te yang lebih tahan
asam sehingga mempunyai daya melindungi Gigi dari karies.

Surface Protec on adalah ndakan melapisi permukaan oklusal dengan menggunakan


bahan tambal yang bersifat adesif seper glass ionomer kaya fluor dan mempunyai
kemampuan mengalir (flowable) agar pada email terjadi pematangan dengan
terbentuknya ikatan fluorapa te yang tahan asam. Dengan demikian walaupun
kemudian lapisan lepas, email gigi telah terproteksi.

Tujuan:

1. Mematangkan permukaan email yang baru erupsi, yang masih banyak


mengandung karbonat, agar terjadi pematangan email karena terjadinya ikatan
Fluorapa t yang tahan asam.
2. Melindungi permukaan oklusal gigi yang ada fisur hitamnya yang rawan karies
menjadi ikatan Fluorapa t yang tahan asam.

Indikasi:

1. Untuk gigi molar yang baru erupsi, terutama pada anak/ pasien yang rawan
karies (sesuai rekomendasi Simulator Risiko Karies).
2. Untuk gigi molar yang mempunyai fisur hitam terutama pada anak/pasien yang
rawan karies (sesuai rekomendasi Simulator Risiko Karies).

6. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai dengan kelas
VI (care on demand).
7. Rujukan bagi yang memerlukan.
8. SIgiber
9. CPP-ACP

Suatu cara terapi pencegahan karies dengan mengoleskan Casein Phospho Pep de –
Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) pada gigi dalam kondisi awal karies yang
bermanivestasi sebagai “White Spot”.
Tujuan:

 Mencegah terjadinya proses karies dengan memberikan suplemen calcium-


phosphate khusus untuk menjaga keseimbangan proses demin-remin menjadi posi f/
menguntungkan.
 Menyembuhkan proses karies awal (white spot).

Indikasi:

 Digunakan pada gigi yang ada tanda tanda white spot.


 Digunakan sebagai realisasi rekomendasi Simulator Risiko Karies (Donut
Irene).
 Digunakan pada individu yang rawan karies (anak yang pempunyai risiko
karies nggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam perawatan menggunakan
obat jangka panjang, pasien dalam perawatan ortodonsi, anak cacat, orang
tua)

Bahan sediaan:

 • Krem CPP¬-ACP (Casein PhosphoPep de-Amor¬phous Calcium Phosphate nano-


complexes)

5. Remaja

MASALAH KESEHATAN GIGI DAN MULUT REMAJA :

o karies
o Kerusakan Jaringan Keras Gigi Karena Trauma/Benturan
o Kerusakan jaringan keras gigi karena kebiasaan buruk
 Tradisi mengasah gigi/pangur merusak lapisan email gigi dalam
bentuk menipisnya lapisan email gigi, padahal lapisan email ini
diperlukan untuk melindungi gigi.
 Kebiasaan buruk membuka tutup botol dengan gigi, akibatnya gigi
dapat patah atau goyang.
 Kebiasaan merokok, dapat menyebabkan warna permukaan gigi
menjadi lebih gelap (stain), dan dapat mengurangi este k sehingga
penampilan atau percaya dirinya menjadi berkurang

o Gigi berjejal (Crowding)


o Kelainan gigi berjejal (Crowding) ini antara lain akibat ukuran gigi
geligi dengan ukuran tulang rahang yang dak seimbang. Gigi
berjejal ini terutama pada gigi depan (gigi seri).

Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga gigi yang sering dijumpai

o Radang Gusi (gingivi s)


o Radang gusi merupakan kerusakan yang sering terjadi akibat penyakit pada
jaringan penyangga gigi, radang gusi ini kemudian menjalar melalui sulkus
gusi sampai ke selaput periodontal dan tulang alveolar maka sekitar gigi
terbentuk sebuah kantong yang dapat berisikan nanah dan bakteri.
o Halitosis
o Dapat terjadi sebagai akibat dari radang gusi atau karena karies gigi dan gigi
busuk yang dak dirawat.

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT REMAJA

Langkah-langkah menuju gigi sehat antara lain:

1. Mengatur pola makanan yang baik


2. Membiasakan makan-makanan yang bergizi seimbang
3. Menghindari makanan yang manis dan lengket
4. Menyikat gigi dengan cara benar dan menggunakan pasta gigi mengandung fluor,
minimal 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam sebelum dur. Berkumur 1 kali
setelah menyikat gigi untuk mempertahankan jumlah fluor di permukaan gigi.
5. Periksalah kesehatan gigi dan mulut secara berkala, agar se ap kelainan dapat
ditanggulangi sedini mungkin.
6. Menghindari kebiasaan buruk dan pengaruh yang dak baik, diantaranya:

o Pangurgigi
o Rokok
o Minum minuman beralkohol
o Narkoba (obat adik f)
o Kebiasaan menggigit-gigit pensil dll

7. Pemakaian alat orthodon yang dak benar, yang dilakukan bukan oleh dokter gigi.
6. Dewasa

Tindakan yang dapat dilakukan pada tahap berikut adalah melakukan kontrol rutin setiap 6
bulan sekali, menerapkan pola hidup sehat, menghindari makanan dan minuman dengan kadar
gula tinggi, merokok dan minuman beralkohol, menjaga kesehatan dan kebersihan rongga
mulut dengan scalling serta sikat gigi rutin 2 kali sehari, dan DHE.

7. Lansia

Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut lanjut usia diselenggarakan di fasilitas


pelayanan kesehatan atau fasilitas lain yang menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Gigi dan Mulut bersumber daya masyarakat. Diutamakan pada
pelayanan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif dalam bentuk
pengobatan dan pemulihan fungsi pengunyahan sesuai permasalahan
kesehatan gigi dan mulut pada lanjut usia. Selain itu, dilakukan secara
komprehensif tanpa mengabaikan pendekatan promotif dan preventif,
dengan tetap mempertimbangkan riwayat penyakit dan kondisi umum
lanjut usia.

Pada lansia umumnya kurang dapat menjaga kesehatan rongga mulutnya sendiri sehingga perlu
dilakukan pendampingan oleh keluarga ataupun perawat seperti dalam hal menyikat gigi.
Kondisi rongga mulut lansia biasanya dapat ditemui berbagai masalah yang menyebabkan
perlunya dilakukan kontrol rutin dan juga membutuhkan perawatan khusus terkait dengan
keadaan sistemik.

Daftar Pustaka
1. De Graft-Johnson J, Kerber K, Tinker A, Otchere S, Narayanan I, Shoo R, et al.
Continuum of {Care}. Oppor {Africa}’s {Newborns} [Internet]. 2006;79–90.
Available from:
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.571.4114&rep=rep1&type=
pdf
2. Dorsett P, Continuity of Care Workgroup. Definition: Continuum of Care. Healthc Inf
Manag Syst Soc [Internet]. 2014;23–36. Available from:
http://www.himss.org/ResourceLibrary/genResourceDetailPDF.aspx?ItemNumber=30
272
3. Penelitian N, Lembaran T. Kemenkes Gigi dan Mulut : Upaya Kesehatan.
2016;(879):2004–6.
4. Kementerian kesehatan. Kesehatan gigi dan mulut ibu hamil. 2012.
5. Penelitian N, Lembaran T. Kemenkes Gigi dan Mulut : Upaya Kesehatan.
2016;(879):2004–6.

Anda mungkin juga menyukai