Summary
Kode Perilaku Professional mencakup patient involvement & patient records. Patient
involvement yaitu sebagai dokter gigi harus menginformasikan perawatan yang akan
dilakukan dan alternative perawatan yang melibatkan pasien dalam menentukan rencana
perawatan. Patient record yaitu dokter gigi wajib menjaga kerahasian rekam medis pasien.
2. Non-Maleficence
Prinsi ini ialah “Do no Harm”. Konsep ini menyatakan bahwa tenaga kesehatan
mempunyai kewajiban untuk melindungi pasien dari bahaya. Oleh karena itu, dokter gigi
harus selalu menjaga dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, mengetahui
batas kemampuan diri, merujuk ke dokter gigi spealis atau tenaga ahli . mengetahui keadaan
tertentu. Dan juga seorang dokter gigi harus mengetahui bahwa rekannya jika melakukan
praktek yang tidak sesuai memiliki tanggung jawab etis untuk melaporkan bukti tersebut ke
komite profesional kedokteran gigi.
3. Beneficence
Prinsip ini menganut tentang “do good”. Dokter gigi mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien dan berbuat baik kepada pasien. Konsep ini terdapat
pada kode etik kedokteran gigi pasal 12. Kriteria beneficence yaitu mengutamakan alturism
(berbuat tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain), mengusahakan
kebaikan lebih banyak daripada keuntungannya, memaksimalisasi kepuasan dan kebahagian
pasien, meminimalisasi akibat buruk, keawjiban menolong pasien gawatdarurat, tidak
menarik honorarium diluar kewajaran, dan memberikan obat khasiat tapi murah.
Kode Perilaku Profesional :
i. Pelayanan masyarakat : dokter gigi memiliki kewajiban untuk menggunakan keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman mereka untuk meningkatkan kesehatan gigi masyarakat dan
didorong unutk menjadi pemimpian di komunitas mereka.
ii. Pegawai pemerintah : semua dokter gigi memiliki kewajiban ganda untuk menjadikan diri
mereka sebagai masyarakat profesioanl dan mematuhi peraturan etikanya.
iii. Penelitian dan pengembangan : dokter gigi berkewajiban membuat hasil dan manfaat dari
upaya investigasi mereka yang tersedia bagi semua orang bila mereka berguna untuk
melindungi atau mempromosikan kesehatan masyarakat.
iv. Paten dan hak cipta : paten dan hak cipta dpat dijamin oleh dokter gigi asalkan paten dan
hak cipta tersebut tidak boleh membatasi untuk penelitian.
v. Penyalahgunaaan dan kelalaian : Dokter gigi harus terbiasa dengan tanda-tanda pelecehan
dan pengabaian dan melaporkan kasus yang dicurigai ke pihak berwenang sesuai undang-
undang.
Advisary opinion.
1) Melaporkan pelecehan dan pengabaian. Dokter gigi berkewajiban untuk mengidentifikasi
dan melaporkan tanta-tanda pelecehan dan pengabaian, setidaknya, konsisten dengan
kewajiban hukum dokter gigi di yurisdiksi tempat praktek dokter gigi.
2) Dokter gigi memiliki kewajiban etika bersamaan untuk menghormati hak pasien dewasa
terhap penentuan nasib sendiri dan kerahasian dan untuk mempromosikan kesejahteraan
semua pasien.
3) Dokter gigi berkewajiban untuk menyediakan lingkungan tempat kerja yang mendukung
hubungan saling menghormati dan kolaboratif untuk semua orang yang terlibat dalam
perawatan kesehatan oral.
4. Justice.
Konsep ini dinamakan “fairness”. Prinsip ini menjelaskan konsep dimana seorang
profesional memiliki tanggung jawab untuk bersikap adil dalam berurusan dengan pasien,
kolega, dan masyrakat. Dokter gigi berkewajiban untuk menangani pasien secara adil dan
memberikan perawatan gigi tanpa prasangka. Dalam melayani masyarakat umum, dokter
gigi tidak boleh menolak untuk menerima pasien atau menolak untuk memberikan
pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat dengan mempertimbangkan ras, kepercayaan,
warna kulit, jenis kelamin, asal-usul kebangsaan.
Advisory Opinions.
1) Representasi yang tidak berdasar. Seorang dokter gigi yang mewakili teknik perawatan
gigi yang memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, menyembuhkan atau meringankan
penyakit, infeksi, atau kondisi lainnya, bila representasi tersebut tidak berdasarkan
pengetahuan dan penelitian ilmiah yang dapat diterima maka hal tersebut tidak etis.
2) Representasi biaya, dokter gigi tidak boleh mewakili biaya yang dikenakan karena
memberikan perawatan dengan cara yang salah atau menyesatkan.
Daftar Referensi :
1) Kode Etik Kedokteran Gigi
2) Dunning,David G.Lange, Brian M Dental Practice Transition.2008.Willey Blackwell.
3) Yuniar Lestari, dr. Mkes. Peran Kaidah Dasar Bioetika dalam Membingkai Profesi
Kedokteran FK Unand 2010