Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Nama : Elmira Musdiyanti


NPM : 1506668845 / PBL 7
Tugas : Resume Elektif
Topik : 2 – Legal and Ethics Issues

Summary

2.1.Principles of ethics and code of professional conduct menurut American Dental


Association (ADA) :
1. Patient Autonomy
Prinsip Autonomi Pasien “Self Governance”. Dokter gigi mempunyai kewajiban untuk
menghormati segala hal pasien dalam menentukan nasibnya sendiri dan menjaga rahasia
pasien. Prinsip ini memberikan tenaga kesehatan professional mempunyai kewajiban untuk
memperlakukan pasien sesuai keinginan pasien dalam batasan perlakuan yang dapat
diterima dan untuk menjaga rahasia pasien. Kewajiban utama dokter gigi melibatkan pasien
dalam pemilihan rencana perawatan dengan pertimbangkan kebutuhan pasien, keinginan dan
kemampuan serta menjaga privasi pasien.

Kode Perilaku Professional mencakup patient involvement & patient records. Patient
involvement yaitu sebagai dokter gigi harus menginformasikan perawatan yang akan
dilakukan dan alternative perawatan yang melibatkan pasien dalam menentukan rencana
perawatan. Patient record yaitu dokter gigi wajib menjaga kerahasian rekam medis pasien.

Advisory Opinions / Pendapat Penasehat.


- Furnishing copes of record. Dalam hal menyalin rekam medis, dokter gigi mempunyai
kewajiban etis atas permintaan pasien atau dokter gigi baru pasien untuk memberikan rekam
medis atau salinan rekam medis tersebut, termasuk radiograf atau salinannya sesuai hukum
yang berlaku baik secara cuma-cuma atau dengan nominal biaya yang akan bermanfaat
untuk rencana perawatan pasien selanjutnya.
- Confidentiality of Patient record. Apabila dokter gigi yang merawat pasien mengharuskan
konsultasi dengan dokter gigi lain yang berhubungan dengan pasien dan keadaan tidak
mengizinkan pasien untuk tetap anonym, maka dokter gigi yang merawat harus meminta
izin kepada pasien. Jika pasiennya menolak maka dokter gigi harus memikirkan untuk
mendapatkan nasihat hokum mengenai penghentian hubungan dokter gigi dengan pasien.

2. Non-Maleficence
Prinsi ini ialah “Do no Harm”. Konsep ini menyatakan bahwa tenaga kesehatan
mempunyai kewajiban untuk melindungi pasien dari bahaya. Oleh karena itu, dokter gigi
harus selalu menjaga dan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, mengetahui
batas kemampuan diri, merujuk ke dokter gigi spealis atau tenaga ahli . mengetahui keadaan
tertentu. Dan juga seorang dokter gigi harus mengetahui bahwa rekannya jika melakukan
praktek yang tidak sesuai memiliki tanggung jawab etis untuk melaporkan bukti tersebut ke
komite profesional kedokteran gigi.

Kode Perilaku Profesional :


1. Edukasi : Hak istimewah dokter gigi untuk mendapatkan status professional yang terutama
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman yang dengannya mereka melayani pasien dan
masyarakat. Seorang dokter gigi harus selalu menjaga dan memperbarui pengetahuan dan
kemampuannya.
2. Konsul dan Rujukan : dokter gigi wajib berkonsultasi dengan bantuan mereka yang
memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman khusus sesuai kebutuhan pasien. Saat
pasien mengunjungi atau dirujuk ke spesialis atau konsultasi dokter gigi. Pendapat Kedua :
dokter gigi harus memberikan “pendapat kedua” mengenai diagnosis dan rencana perawatan
terhadap pasien yang akan direkomendasikan oleh dokter gigi yang merawat apabila diminta
oleh pihak tersebut.
3. Penggunaan Personel Pembantu : Dokter gigi wajib melindung kesehatan pasien mereka
dengan hanya memberikan tugas kepada personel pembantu yang memnuhi syarat, Dan
dokter gigi selanjutnya diwajibkan untuk menentukan dan mengawasi perawatan pasien
yang diberikan oleh semua personel pembantu yang berkerja dibawah arahan mereka.
4. Penurunan Pribadi : Dalam menjalankan tugasnya, seorang dokteri gigi tidak etis dalam
melakukan penyalahgunaan substansi yang dikendalikan alcohol atau bahan kimia lain yang
merusak kemampuan untuk praktek.
Kemampuan untuk praktek : Dokter gigi yang menderita suatu penyakit atau menjadi
terganggu dengan cara apapun yang dapat membahayakan pasien atau staf dokter gigi,
dengan konsultasi dan saran dari tenaga ahli atau otoritas lainnya yang berkualifikasi, harus
membatasi kegiatan praktek ke area yang tidak membahayakan pasien atau staf dokter gigi.
Dokter gigi jga harus memantau penyakit atau gangguan yang dialami dan membuat batasan
tambahan terhdap aktivitas praktek dokter gigi.
5. Post exposure, Bloodborne Pathogens. Dokter gigi terlepas dari status bloodborne
pathogen mereka, memiliki kewahiban etis untuk segera memberikan infomrasi kepada
setiap pasien yang mungkin terpapar darah atau bahan yang berpotensi menula lainnya
ditempat praktek. Untuk kebutuhan evaluasi dan tidak lanjut pasca paparan dan pasien harus
segera dirujuk ke praktisi kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan layanan
tersebut.
6. Pengabaian Pasien. Ketika dokter gigi sedang melakukan perawatan, dokter gigi
seharusnya tidak boleh menghentikan perawatan tanpa memberikan pemberitahuan kepada
pasien dan kesempatan untuk mendapatkan layanan dari dokter gigi lain. Proses perawatan
yang dilkaukan harus dipastikan bahwa tidak akan mengancama kesehatan mulut pasien.
7. Hubungan Personal dengan pasien. Dokter gigi harus menghindari hubungan
interpersonal yang menganggu penilaian professional mereka atau resiko untuk merusak
kepercayaan yang diberikan oleh pasien.

3. Beneficence
Prinsip ini menganut tentang “do good”. Dokter gigi mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien dan berbuat baik kepada pasien. Konsep ini terdapat
pada kode etik kedokteran gigi pasal 12. Kriteria beneficence yaitu mengutamakan alturism
(berbuat tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain), mengusahakan
kebaikan lebih banyak daripada keuntungannya, memaksimalisasi kepuasan dan kebahagian
pasien, meminimalisasi akibat buruk, keawjiban menolong pasien gawatdarurat, tidak
menarik honorarium diluar kewajaran, dan memberikan obat khasiat tapi murah.
Kode Perilaku Profesional :
i. Pelayanan masyarakat : dokter gigi memiliki kewajiban untuk menggunakan keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman mereka untuk meningkatkan kesehatan gigi masyarakat dan
didorong unutk menjadi pemimpian di komunitas mereka.
ii. Pegawai pemerintah : semua dokter gigi memiliki kewajiban ganda untuk menjadikan diri
mereka sebagai masyarakat profesioanl dan mematuhi peraturan etikanya.
iii. Penelitian dan pengembangan : dokter gigi berkewajiban membuat hasil dan manfaat dari
upaya investigasi mereka yang tersedia bagi semua orang bila mereka berguna untuk
melindungi atau mempromosikan kesehatan masyarakat.
iv. Paten dan hak cipta : paten dan hak cipta dpat dijamin oleh dokter gigi asalkan paten dan
hak cipta tersebut tidak boleh membatasi untuk penelitian.
v. Penyalahgunaaan dan kelalaian : Dokter gigi harus terbiasa dengan tanda-tanda pelecehan
dan pengabaian dan melaporkan kasus yang dicurigai ke pihak berwenang sesuai undang-
undang.

Advisary opinion.
1) Melaporkan pelecehan dan pengabaian. Dokter gigi berkewajiban untuk mengidentifikasi
dan melaporkan tanta-tanda pelecehan dan pengabaian, setidaknya, konsisten dengan
kewajiban hukum dokter gigi di yurisdiksi tempat praktek dokter gigi.
2) Dokter gigi memiliki kewajiban etika bersamaan untuk menghormati hak pasien dewasa
terhap penentuan nasib sendiri dan kerahasian dan untuk mempromosikan kesejahteraan
semua pasien.
3) Dokter gigi berkewajiban untuk menyediakan lingkungan tempat kerja yang mendukung
hubungan saling menghormati dan kolaboratif untuk semua orang yang terlibat dalam
perawatan kesehatan oral.

4. Justice.
Konsep ini dinamakan “fairness”. Prinsip ini menjelaskan konsep dimana seorang
profesional memiliki tanggung jawab untuk bersikap adil dalam berurusan dengan pasien,
kolega, dan masyrakat. Dokter gigi berkewajiban untuk menangani pasien secara adil dan
memberikan perawatan gigi tanpa prasangka. Dalam melayani masyarakat umum, dokter
gigi tidak boleh menolak untuk menerima pasien atau menolak untuk memberikan
pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat dengan mempertimbangkan ras, kepercayaan,
warna kulit, jenis kelamin, asal-usul kebangsaan.

Kode Etik Profesional dalam hal


1) Pemilihan pasien : dokter gigi berkewajian untuk memberikan perawatan kepada mereka
yang membutuhkan. Keputusan untuk tidak memberikan peawatan kepada individi karena
individu tersebut terinfeksi HIV, atau patogen lainnya. Keputusan mengenai jenis perawtan
gigi yang diberikan atau rujukan yang dibuat atau disarankan harus dilakukan sesuai dasar
yang sama dengan pasien yang lain. Menurut pasal 12 ayat 2 dalam kode etik kedokteran
gigi, dokter gigi indonesia tidak boleh menolak pasien yang datang ketempat praktiknya
berdasrakan pertimbangkan status sosial-ekonomi, ras, agama, warna kulit, jenis kelamin,
kebangsaan, penyakit atau kelainan tertentu.
2) Pelayanan Darurat : dokter gigi wajib membuat peraturan yang logis saat dikonsultasikan
dalam keadaan darurat oleh pasien yang tidak tercatat dalam record. Tertera pada pasal 12
ayat 2 dimana dokter gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-
batas kemampuannya sebagai tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
lebih mampu dalam melakukannya.
3) Justifiable Critism : dokter gigi berkewajiban untuk melapor ke lembaga peninjau yang
sesuai ditentukan oleh komponen lokal atau masyarakat penyusun tentang perlakukan buruk
atau perawatan gagal terus-menerus yang dilakukan oleh dokter gigi lainnya. Pasien juga
harus diberikan informasi mengenai status kesehatan gigi dan mulutnya tanpa mengabaikan
komentar layanan sebelumnya.
4) Expert Testimony : dokter gigi dapat memberikan kesaksian ahli ketika kesaksian itu
penting untuk disposisi pengadilan atau tindakan dministrasi yang adil. Biaya kontinjensi
atau biaya bersyarat adalah biaya untuk layanan yang diberikan jika ada hasil yang
menguntungkan.
5) Rebates and Split Fees : sebagai professional seorang dokter gigi tidak boleh menerima
atau mengajukan potongan harga atau biaya terbagi.
5. Veracity
Prinsip ini menjelaskan konsep bahwa seorang profesional memiliki kewajiban untuk jujur
dan dapat dipercaya dalam hubungan mereka dengan orang lain. Berdasarkan prinsip ini,
kewajiban utama dokter gigi mencakup menghargai posisi kepercayaan yang melekat antara
dokter gigi dengan pasien, berkomunikasi dengan jujur dan tanpa tipuan, dan menjaga
integritas intelektual. Dokter gigi tidak boleh menerangkan perawatan yang diberikan
kepada pasein mereka dengan cara yang salah. Seorang dokter gigi yang mewakili teknik
perawatan gigi yang memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, menyembuhkan atau
meringankan penyakit, infeksi atau kondisi lainnya, bila representasi tersebut tidak
berdasarkan pengetahuan atau penelitinan ilmiah yang diterima maka hal tersebut tidak etis.
Penggunaan nama dokter gigi yang tidak lagi aktif misalnya pensiun, pindah tempat praktik
yang berhubungan dengan tempat praktik dapat dilanjutkan untuk jangka waktu tidak lebih
dari satu. Penggunaan nama dagang atau nama palsu yang salah atau menyesatkan dalam hal
apapun merupakan hal yang tidak etis.

Advisory Opinions.
1) Representasi yang tidak berdasar. Seorang dokter gigi yang mewakili teknik perawatan
gigi yang memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, menyembuhkan atau meringankan
penyakit, infeksi, atau kondisi lainnya, bila representasi tersebut tidak berdasarkan
pengetahuan dan penelitian ilmiah yang dapat diterima maka hal tersebut tidak etis.
2) Representasi biaya, dokter gigi tidak boleh mewakili biaya yang dikenakan karena
memberikan perawatan dengan cara yang salah atau menyesatkan.

Daftar Referensi :
1) Kode Etik Kedokteran Gigi
2) Dunning,David G.Lange, Brian M Dental Practice Transition.2008.Willey Blackwell.
3) Yuniar Lestari, dr. Mkes. Peran Kaidah Dasar Bioetika dalam Membingkai Profesi
Kedokteran FK Unand 2010

Anda mungkin juga menyukai