Anda di halaman 1dari 2

Nama : Endang Pelayasica

Kelas : XII IPA 5

The Border of Love

Butir salju yang lembut perlahan turun dari langir Kumgang. Musim dingin kali ini
merupakan musim dingin terlama yang pernah terjadi sehingga membuat pengunjung
kumgang berkurang setiap hari. Hyu Jin sebagai anak tertua harus melakukan semua
tugasnya seperti mencuci, ke pasar dan membantu keluarga mencari nafkah sebagai pemandu
wisata. Kim adalah adik tirinya yang berusia sepuluh tahun, kim merupakan anak yang
dibawa ayahnya dari pernikahan pertama. Ayah tiri Hyu Jin merupakan prajurit angkatan
darat dulunya namun ia menggundurkan diri karena kakinya terkena ranjau darat saat di
perbatasan korea utara dan korea selatan.

Ayah Hyu Jin kerap kali membahas pernikahan Hyu Jin, setiap kali ayahnya
membahas pernikahan Hyu Jin dan menyebut nama Hyeung Joo hanya bisa terdiam,
walaupun Hyeung Joo merupakan pemuda yang baik dan cukup tampan, namu tetapi Hyu Jin
memiliki keinginan terbesar sebelum dia menikah, yaitu pergi ke Pyongyang. Ia ingin
kehidupan keluarganya bisa lebih maju dan membiayai kim agar sekolah lagi, namun bagi
ayah pernikahan Hyu Jin merupakan masalah yang jauh lebih penting. Kondisi kumgang
yang memprihatinkan membuat ayah Hyu Jin terpaksa mengirimkan kim ke Wonsan untuk
bersekolah disana. Hari ini, ibu akan mengantar kim ke Wonsan sehingga Hyu Jin lebih sibuk
di toko cinderamatanya. Hyeung Joo membantu Hyu Jin merapikan meja dan kursi di toko,
sebelumnya Hyeung Joo sudah meminta ijin untuk menggantikannya menjaga toko.
Walaupun begitu banyak adis cntik di kumgang, kepribadian Hyu Jin mampu mebuatnya
tertunduk. cantik, cerdas, sigap, penuh tanggungjawab, serta berjuang keras.

Uap udara hangat tampak keluar dari bibir pemuda itu. Lee Jung Hwan, nama pemuda
berusia dua puluh tujuh tahun itu. Seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan arsitektur. Musim
dingin ini ia memutuskan untuk berlibur, atas saran Park ia akan menghabiskan liburannya di
kumgang kali ini. Setibanya di kumgang, Lee Jung Hwan mampir di toko Hyu Jin dan
memesan teh ginseng sembari menunggu Park datang menghampirinya. Hyu Jin
memberanikan dirinya untuk berkenalan dengan Lee Jung Hwan, tak lama mereka
berbincang-bincang, Park ternyata sudah datang. Park memperhatikan temannya itu sedari
tadi tidak bisa melepas pandangannya dari Hyu Jin. Sejak saat itu, Lee Jung Hwan tidak
mampu berhenti memikirkan Hyu Jin.

Malam ini, Hyeung Joo merasakan kehangatan yang jarang sekali ia dapatkan. Kedua
orang tua Hyu Jin suah setuju jika ia menikahi Hyu Jin namun ia tidak ingin memaksakan
kehendaknya tersebut. Ia ingin membuktikan kepada Hyu Jin bahwa ia adalah lelaki yang
tepat unntuknya. Dalam hati, Hyu Jin memang belum bisa mencintai Hyeung Joo. Namun
kehangatan yang diberikan Hyeung Joo membuatnya merasa sangat nyaman. Hyeung Joo
memeluk Hyu Jin dengan erat. Ia mendekap Hyu Jin dengan penuh kelembutan, tak disangka
dibalik jendela orang tua Hyu Jin melihat mereka, ayah Hyu Jin pun memeluk ibu Hyu Jin
erat, merasakan kebahagian yang mereka impikan.
Keesokan harinya, Hyu Jin mengendarai sepedanya dengan penuh bahagia. Setibanya
di toko, ia melihat Lee Jung Hwan tengah mabuk dan terkapar di depan tokonya. Kerumunan
orang menyarankan Hyu Jin untuk melapor ke polisi, Hyu Jin mencoba membangunkannya
tetapi usahanya sia-sia. Akhirnya, Hyu Jin mengguyurnya, sontak Lee Jung Hwan terbangun.
Setelah Lee Jung Hwan terbangun, Hyu Jin memulai aktifitasnya seperti biasanya dan
membuatkan teh untuk Lee Jung Hwan, x pun memberikan secangkir teh hangat itu kepada
Lee Jung Hwan. Lee Jung Hwan melihat sepeda Hyu Jin dan meminta izin kepada Hyu Jin
untuk meminjamnya, dengan berat hati Hyu Jin pun menurutinya. Setelah berkeliling
perkampungan, Lee Jung Hwan pamit pulang dan meminta Hyu Jin untuk menemaninya
keliling Kumgang. Keesokan harinya, Hyu Jin dan Lee Jung Hwan sibuk mengelilingi
kumgang dan tak henti-hentinya Lee Jung Hwan memotret Hyu Jin yang mencoba
menjelaskan hal yan menarik dari tempat yang mereka kunjungi. Mereka sangat menikmati
tiap detik yang berjalan. Langkah Lee Jung Hwan sedikit melambat ketika toko Hyu Jin
sudah diujung jalan, ayah Hyu Jin pun meneriaki Hyu Jin untuk pulang dan menyuruh Lee
Jung Hwan untuk pergi dan tidak muncul dihadapannya lagi. HYU JIN sangat merasa
bersalah, ia tidak tahu mengapa ayahnya bersikap seperti itu. Keesokan hari, pagi pagi sekali,
Lee Jung Hwan tampak merapikan pakaiannya dan bersiap untuk kembali ke seoul, tak lupa
ia menuliskan surat untuk Hyu Jin. Ia menitipkan surat itu kepada Park. Saat membaca surat
itu ada perasaan nyaman sekaligus sedih yang merasuki hati Hyu Jin. Matahari yang sedari
tadi tertutup kabut kini mulai terang dan menyinari hari. Pagi itu cukup terasa sendu untuk
Hyu Jin

Sebulan telah berlalu sejak kepergian Lee Jung Hwan. Hari pernikahan itu datang
juga, Hyu Jin terlihat sangagt cantik dan Hyeung Joo terlihat sangat tampan.Tak lupa Park,
yang merupakan rekan kerja Hyeung Joo juga turut diundang. Di Seoul, Lee Jung Hwan
sudah tak dapat lagi menahan kerinduannya. Demikian dengan Hyu Jin, tiga hari ini ia terus
saja bermimpi tentang Lee Jung Hwan bahkan ia sampai meneteskan air matanya. Atas cinta
Hyeung Joo kepada Hyu Jin, Hyeung Joo akan mewujudkan mimpi Hyu Jin untuk pergi ke
Pyongyang tetapi ada hal yang tidak disangka ditengah perjalanan mereka. Pada saat mereka
sedang menikmati pemandangan dari DMZ, tampak ada seorang lelaki di tempat pemeriksaan
passport negara korea selatan.Lee Jung Hwan pun berlari mengejar bus Hyu Jin tanpa
mempedulikan sirine yang daritadi sudah berbunyi. Satu tembakan pun ditembakkan, peluru
itu pas mengenai dada Lee Jung Hwan. Hyu Jin menangis saat melintasi jasad Lee Jung
Hwan. Hyeung Joo mencoba memegang tubuh Hyu Jin yang jatuh kala itu.

Anda mungkin juga menyukai