TUGAS ESSAY
Disusun oleh:
Endang Pelayasica G
(180503131)
S1 AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
BAB 7 - Akad Mudharabah
Pertanyaan
1. Akad Mudharabah adalah sebuah perjanjian yang ditentukan diawal antara
nasabah dan pihak pengelola (bank syariah), dimana dalam perjanjian ini menjelaskan
bahwa nasabah adalah pemilik 100% uang atau modal, sedangkan bank bertindak
sebagai pengelola uang / modal tersebut untuk jenis usaha/bisnis yang halal.
2. Dalaam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena
yang dibagi hanya keuntungannya saja (profit) tidak termasuk kerugiannya (loss).
3. Dalam aturannya, akad mudharabah dibagi menjadi beberapa jenis yang sudah
dijelaskan PSAK 105, dimana ketiga jenis tersebut yaitu :
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah mutlaqah merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antara
pemilik dana dan pengelola dana tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal
tempat ataupun investasi objeknya. Dalam hal ini, pemilik dana memang memberikan
kewenangan penuh atas hartanya untuk dikelola oleh pengelola dana.
2. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah merupakan jenis akad selanjutnya yang bisa anda
ketahui. Ketika awal kerjasama, akad yang disepakati yakni akad mudharabah dengan
modal 100% dari pemilik dana, namun ketika berjalanya usaha dan pengelola dana
tertarik menanam modal pada usaha tersebut, maka pengelola dana diperbolehkan untuk
ikut dan menyumbang modal untuk bisa mengembangkan usaha tersebut.
3. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah merupakan jenis akad dengan bentuk kerjasama
antara pemilik dana serta pengelola dana, dengan kondisi pemilik dana membatasi
pengelola dana untuk memilih tempat maupun transaksi dan juga objek
investasinya.Dalam transaksi mudharabah muqayyadah jika diibaratkan sebagai bank
syariah, maka bersifat agen yang menghubungkan antara shahibul maal serta mudharib.
4. Setiap peraturan dan sistem yang berlaku pasti menggunakan dasar untuk
memperkuat serta menjadi pedoman utamanya. Dalam akad mudharabah ada beberapa
dasar hukum yang sudah jelas diketahui oleh manusia.
1. Al Quran
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah
karunia Alloh SWT.” (QS 62:10)
“……. Maka, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Alloh
Tuhannya ….” (QS 2:283).
2. As Sunnah
Shalih bin Suaib r.a Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan
mencampuradukan dengan tepunguntuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR.
Ibnu Majah).
Latihan
1.
Bank PT. A
Db. Investasi Mudharabah Rp Db. Kas Rp 100.000.000
100.000.000 Kr. Dana Syirkah Temporer Rp
Kr. Kas Rp 100.000.000 100.000.000
2.
Bank Syariah Berjaya PT. A
Ketika saat penyerahan Db. Investasi Mudharabah Rp Db. Aset Non kas Rp
teradapat penurunan nilai 125.000.000 125.000.000
asset tetap Db. Akumulasi penyusutan Kr. Dana Syirkah Temporer Rp
asset Rp 50.000.000 Db. 125.000.000,-
Harga perolehan asset Rp Kerugian Rp. 25.000.000
Kr. Aset non kas Rp
200.000.000 200.000.000
Akumulasi penyusutan
asset Rp 50.000.000
Harga pasar asset tetap
pada saat diserahkan Rp
125.000.000
3.
Bank At Taufik PT. B
Apabila hasil Db. Kas 21.0000.000 Db. Beban bagi hasil 21.000.000
pengelolaan dana pada Kr. Pendapatan Bagi Hasil Kr. Kas 21.000.000
periode tertentu adalah Mudharabah 21.000.000
Pendapatan dibukukan
Rp
70.000.000,-
Beban yang
dihasilkan Rp
40.000.000,-
Berdasarkan bagi hasil
yang disepakati
berdasarkan pendapatan
adalah 70 % dan
30 %
Maka,
PT. B : 70 % x Rp
70.000.000 = Rp
49.000.000,-
Bank At Taufik : 30 % x
Rp 70.000.000
= Rp 21.000.000,-
4.
1. Al-Qur’an
“ ....maka mereka berserikat pada sepertiga.....”(an-Nisa:12)
“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh.”(Shaad:24)
2. Al-Hadits
ث ثَا آَنا َ يَقو ُل للاَ اِن َل قَا َرفَ َعهُ ة َ ه َُري َر آبي َعن
ُ صا َ ِحبَهُ هُما َ آ َ َحدُ يَ ُخن لَم ما َ الش ِريكَي ِن ِل
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “ sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman, Aku pihak dari ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
satunya tidak mengkhianati lainnya.” ( HR Abu Dawud No.2936, dalam kitab al-Buyu,
dan Hakim)
3. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata,” kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat
perbedaan pendapat dari beberapa elemen darinya.
5.
a. Rukun-rukun al-Musyarakah:
1) Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
2) Objek akad , yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh),
3) Shighah, yaitu Ijab dan Qabul
b. Syarat al-Musyarakah:
1) Syarat akad
2) Pembagian proporsi keuntungan
3) Penentuan proporsi keuntungan
4) Pembagian kerugian
5) Sifat modal
6) Manajemen musyarakah
7) Penghentian musyarakah
8) Penghentian musyarakah tanpa usaha
6. Penghentian musyarakah
1) Setiap mitra memiliki hak untuk mengakhiri musyarakah kapan saja setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada mitra lain mengenai hal ini.
2) Jika salah seorang mitra meninggal pada saat musyarakah masih berjalan, kontrak
dengan almarhum tetap berakhir/dihentikan.
3) Jika salah seorang mitra menjadi hilang ingatan atau menjadi tidak mampu
melakukan transaksi komersial, maka kontrak musyarakah berhasil.
h. Penghentian musyarakah tanpa menutup usaha. Jika salah seorang mitra ingin
mengakhiri musyarakah sedangkan mitra lain ingin tetap meneruskan usaha, maka hal
ini dapat dilakukan dengan kesepakatan bersama
8. Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Dimana mitra aktif adalah pihak yang mengelola
usaha musyaraklah baik mengelola sendiri ataupun merujuk pihak lain untuk mengelola
atas namanya, mitra aktif juga bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan
sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi, atau jika dia
menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan
melakukan pencatatan akuntansi; sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha biasanya adalah lembaga keuangan.
LATIHAN
1. Diketahui :
Perusahaan A menyetorkan aset berupa mesin, harga perolehan Rp. 100.000.000
dan akumulasi penyusutan Rp. 30.000.000, harga pasar saat penyerahan Rp.
75.000.000, sedangkan Bank Syariah menyerahkan dana sebesar Rp.75.000.000.Akad
yang digunakan musyarakah permanan, dimana perusahaan A sebagai pengelola dan
penagggung jawab pengelolaan dana. berlangsung 3 tahun :
Tahun 1 :Rp. 40.000.000 dan Rp. 20.000.000
Tahun 2 :Rp. 50.000.000 dan Rp. 27.500.000
Tahun 3 :Rp. 60.000.000 dan Rp. 35.000.000
Pembagian bagi hasil adalah 70:30
Jawab :
Penyerahan Kas/aset non kas sebagai modal untuk investasi musyarakah tanggal 10
Agustus 2015 :
• Investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan,
maka jurnalnya :
Bank Syariah
PT A
Tahun 1 :
Rp 40.000.000 – Rp 20.000.000 = Rp 20.000.000
Kas/Piutang Rp 20.000.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 20.000.000
Tahun 2 :
Rp 50.00.000 – Rp 27.500.000 = Rp 22.500.000
Kas/Piutang Rp 22.500.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 22.500.000
Tahun 3 :
Rp 60.000.000 – Rp 35.000.000 = Rp 25.000.000
Kas/Piutang Rp 25.000.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 25.000.000
2. Diketahui :
Akad yang dilakukan adalah akad musyrakah menurun
di mana setiap tahun Perusahaan A membayar Rp 25.000.000 kepada Bank
Syariah Jabar Maju
Jawab :
Tahun 1 20 Desember 2013 :
Investasi Musyarakah – Kas Rp 25.000.000
Kas Rp 25.000.000
Pembayaran Bagi Hasil
Kas Rp 16.000.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 16.000.00 (80/100 x Rp
20.000.000)
Tahun II 20 Desember 2014 :
Investasi Musyarakah – Kas Rp 25.000.000
Kas Rp 25.000.000
Pembayaran Bagi Hasil
Kas Rp 20.250.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 20.250.000 (90/100
x Rp 22.250.000)
Tahun III 20 Desember 2015 :
Investasi Musyarakah – Kas Rp 25.000.000
Kas Rp 25.000.000
Pembayaran Bagi Hasil
Kas Rp 25.000.000
Pendapatan Bagi Hasil Rp 25.000.000 (100/100
x Rp 25.000.000)
3. Diketahui :
Perusahaan A menyetor dana Rp 75,000,000 dan bank syariah menyerahkan
mesin baru dgn harga perolehan Rp 75,000,000 dan dikembalikan pd akhir akad.
Jawab:
Kas Rp 75.000.000
Akumulasi Depresiasi Rp 30.000.000
Aset Non Kas Rp 5.000.000
Keuntungan Rp 100.000.000
2. Dalam murabahah tidak berlaku prinsip profit and loss sharing, karena termasuk
dalam certainty contract yaitu suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki
kepastian keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan waktu
penyerahannya. Masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak dapat melakukan
prediksi terhadap jumlah maupun waktu pembayaran.
3. Keuntungan yang diinginkan bisa dinyatakan dalam jumlah tertentu (lump sum)
atau berdasarkan presentase tertentu, misalnya 20% atau 30% dari harga pokok dan
pembeli harus tahu margin keuntungan yang diambil penjual. (hal
Keterangan :
1. Nasabah bernegosiasi kepada
bank untuk melakukan pembiayaan
murabahah.
2. Karena bank tidak memliki
stok barang yang dibutuhkan
nasabah, maka bank selanjutnya
melakukan pembelian barang kepada
supplier/ pemasok.
3. a. Nasabah dan bank
melakukan akad murabahah.
b. Bank melaksanakan serah terima barang.
c. Barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar oleh pemasok
(supplier) kepada nasabah.
4. Setelah menerima barang, nasabah selanjutnya membayar kepada bank.
Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang
tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
Keterangan :
1. Kedua belah pihak melakukan
akad yaitu pihak penjual (ba’i) dan
pembeli (musytari) melaksanakan
akada murabahah.
2. a. Bank (penjual) menerhakan
barang kepada pembeli (musytari)
karena telah
memilikinya terlebih dahulu.
b. Membayar atas barang.
5.
1) Al-Qur’an
ِ ارة ت َ ُكونَ أَن ِإلَ ِبال َب
اط ِل َبينَ ُكم اَم َوالَ ُكم ُكلُوا ت َأ لَ َءا َمنُوا الذِينَ اَيُ َها َيا َ ِمن ُكم ت ََراض َعن ِت َج.....(النساء/٤:٢٩
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengna jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu..." (An-Nisa/4: 29)
2) Al-Hadits
س َهيب َعن ُ يَ ض ِ صلى النب ِِي أَن َعنهُ للاُ َر َ ُسلَِ َم َعلَي ِه للا َ َ البَر َكةُ ِفي ِهن ثَال: ضةُ أ َ َجل إِلَى اَل َبي ُع
َ قَا َل َو: ث َ ََوال ُمق
َ ار
ُت بِالش ِعي ِر الب ُِر َوخَلط َ
ِ )جه ما ابن رواه( ِلل َبيعِ ل ِللبَي
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR
Ibnu Majah dengan sanad dhaif)
7.
1) Pelaku
Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli
dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap
sah, apabila seizin walinya.
2) Objek Jual Beli, harus memenuhi :
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal
Maka semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat di jadikan sebagai objek
jual beli, kareana barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat/melanggar
larangan Allah. Hal ini sesuai dengan hadis berikut:
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya.”
(HR. Bukhari Muslim)
b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki
nilai, dan bukan merupakan barang-barang yabg dilarang di perjualbelikan, misalnya:
jual beli barang yang kadaluwarsa.
c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual
Jual beli atas barang yang tidak di mkiliki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan barang kepada orang lain atas
barang yang bukan miliknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan
sah apabila mendapat izin dari pemilik barang.
Misalnya : seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si istri mengizinkan
maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah tidak sah karena status
kepemilikan barang tersebut tetap pada si pemilik harta.
d. Barang tersebut hanya di serahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di
masa depan. Bartang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena
dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan
salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan pearsengketaan. Misalnya:
saya jual mobil avanzaku yang hilang dengan harga Rp. 40.000.000 si pembeli berharap
mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang yang sedang di gadaikan
atau telah diwakafkan.\
e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh
pembeli sehingga tidak ada gharar (ketidak pastian).
f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnsysa dengan jelas,
sehingga tidak ada gharar.
g. Harga barang tersebut jelas.
Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut
cara pembayarannya tunai atau tangguh(tidak tunai) sehingga jelas.
h. Barang yang diakadkan ada di tangan penjual.
3) Ijab kabul
Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
Apabila jual beli telah dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka
kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan
menjadi halal. Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual beli
kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan qabul
yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa syarat ijab dan
qabul itu adalah sebagai berikut:
a. Qabul sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: "Saya jual buku ini
seharga Rp. 15.000,-".
b. Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang
melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama. (halaman 179-181)
9. Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti
keseriusan ingin membeli barang tersebut, uang muka menjadi bagian pelunasan jika
piutang murabahah disepakati. Apabila penjual telah membeli dan pembeli
membatalkannya, uang muka dapat digunakan untuk menutup kerugian si penjual
dengan dibatalkannya pesanan tersebut. Bila jumlahnya lebih keciil dibandingkan
jumlah kerugin yang harus ditanggung oleh penjual, penjual dapat meminta
kekurangannya, apabila berlebih pembeli berhak untuk mengambil sebagian uang
mukannya kembali.
LATIHAN
1. Pencatatan oleh penjual :
Kas 100.000
Utang lain – uang muka 100.000
Kas 300.000
Utang lain – uang muka 100.000
Aset Murabahah 300.000
Pendapatan margin murabahah 100.000
Aset 400.000
Kas 300.000
Uang muka 100.000
Kas 300.000
Piutang murabahah 300.000
Aset 400.000
Utang murabahah 300.000
Uang muka 100.000
Kas 25.000.000
Piutang murabahah 25.000.000
Asset 150.000.000
Beban murabahah tangguhan 25.000.000
Utang murabahah 125.000.000
Uang muka 50.000.000
2. Akad Salam merupakan akad jual beli dengan uang muka, dan pengiriman
dibelakang, walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namun harga,
spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah
ditentukan ketika akad terjadi, sehingga tidak ada Gharar. Hal inilah yang membedakan
salam dengan transaksi Ijon.
3. Karena Ijon merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengiriman
dibelakang, walaupun barang diserahkan dikemudian hari, tetapi kualitas, kuantitas
spesifikasi barang belum bisa dipastikan sehingga bisa menimbulkan Gharar, kerugian
bagi penjual atau pembeli.
4. Salam paralel merupakan akad salam dimana barang tidak dimiliki oleh penjual
dan penjual memesannya kepada pemasok lainnya. Akad ini juga diizinkan syariah
asalkan kedua akad tidak saling tergantung atau menjadi syarat, selain itu kad antara
penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual.