Anda di halaman 1dari 21

DIALETIKA HEGEL DAN FILSUF MODERN

Disusun oleh :
Zuhairi, SP

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Studi Filsafat dan Pendekatan


Ilmu Keislaman
Magister Ekonomi Syariah
Program Studi Ekonomin Syariah

Dosen Pengampu : Prof. DR. Mujiono Abdillah, MA

Universitas Islam Negeri Wali Songo Semarang


1
2016
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
jualah penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Filsafat Gerbong Kontemporer.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Studi Filsafat dan Pendekatan Ilmu
Keislaman Magister Ekonomi Syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Studi Filsafat dan
Pendekatan Ilmu Keislaman Magister Ekonomi Syariah yaitu Prof. DR. Mujiono
Abdillah, MA dan teman-teman sekalian yang telah memberikan kritik dan
saran, serta arahan dan bimbingan dalam membuat makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi penulisan maupun isi. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dan kelengkapan Makalah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berserah diri, semoga semua bantuan yang telah
diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan dipergunakan sebagai mana
mestinya.

Semarang, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR
i ISI

2
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 2
A. Biografi Hegel.......................................................................................................... 2
B. Rasionalisme Hegel................................................................................................. 2
C. Ruh........................................................................................................................... 3
D. Sejarah..................................................................................................................... 3
E. Pemikiran Tokoh...................................................................................................... 3
F. Dialektik................................................................................................................... 4
G. Berfikir Abstrak dan Konkret.......................................................... 5
H. Akal Budi, Intelek, dan Roh Absolut............................................... 6
I. Tokoh-Tokoh Filsafat Modern.......................................................... 7
1. Nicollo Machiavelli................................................................... 8
2. Auguste Comte........................................................................ 8
3. Socrates................................................................................... 8
4. Plato......................................................................................... 9
5. Aristoteles................................................................................10
6. Immanuel Kant........................................................................11
7. Karl Marx..................................................................................12
8. Meng-Tse..................................................................................13
9. Rene Descrates........................................................................14
10. John Locke................................................................................14

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB
ii I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hegel mengembangkan kerangka filosofis yang komprehensif, atau
sistem, idealisme Absolute ke account secara terpadu dan
perkembangan bagi hubungan pikiran dan alam, subyek dan obyek
pengetahuan, psikologi, negara, sejarah, seni, agama, dan filsafat.
Secara khusus, ia mengembangkan konsep bahwa pikiran atau roh
terwujud dalam serangkaian kontradiksi dan pertentangan yang pada
akhirnya terintegrasi dan bersatu, tanpa menghilangkan kedua kutub
atau mengurangi satu ke yang lain. Contoh kontradiksi tersebut termasuk
yang antara alam dan kebebasan, dan antara imanensi dan transendensi.
Filsafat sejarah merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari
3
rangkaian keilmuan filsafat secara umum. Bagian integral yang
berpengaruh dalam memahami dan mengkaji sejarah dari sudut pandang
filsafat. Memandang sejarah bukan hanya masa lampau namun juga
menjadi unsur perubahan dari masa ke masa. Beberapa tokoh
bermunculan dari ranah filsafat sejarah, dan Hegel termasuk didalamnya.
Dia merupakan salah satu filsuf ternama yang dihasilkan Jerman sebagai
sebuah tempat yang layak bagi lahirnya beberapa filsuf terkenal dan
berpengaruh. Disamping Immanuel Kant, Hegel memiliki konsistensi
dalam berfikir dan kapabilitas rasio yang mampu menterjemahkan hidup
dalam bentuk rumus dialektikanya yang terkenal. Hegel seorang yang
progresif dalam berfikir dan bertindak, meskipun tidak reaksioner dalam
bersikap terhadap realitas. Filsafat Roh yang merupakan karakternya,
yang dia akui merupakan hasil sintesa antara pemikiran Fichte dan
Schelling di zaman pertumbuhan filsafat idealisme jerman abad 19. Dia
cenderung memaknainya sebagai Roh Mutlak atau Idealisme Mutlak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Filsafat menurut Hegel?
2. Apa yang membedakan Filsafat Hegel dengan Filsafat menurut tokoh-
tokoh yang lain?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yang pertama untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Filsafat, yang kedua yaitu untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang Ilmu Filsafat.

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. Biografi Hegel
Nama lengkap Hegel adalah George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-
1831). Ia lahir di Stuttgart, jerman pada tahun 1770. Pendidikan filsafat
dan Teologinya diperoleh dari universitas Tubingen. Hegel adalah filosof
idealis berlatar belakang Teolog, dan pada dirinya terpadu dua struktur
bangunan intelektual, Teologi dan Idealisme. Pada tahun 1799 dia bekerja
dengan Schelling di Jena. Kemudian pada tahun 1818 ia menjadi Profesor

4
di Heidelberg, dan terakhir di Berlin, kemudian dia meninggal pada tahun
1831 karena penyakit Kolera.
Karya tulis yang paling pokok adalah:
1. Phaenomenology Des Geites (The Phenomenology of The Mind/of
Spirit) pada tahun 1807
2. Encyclopadie der Philosophischen Wissenchaften in Grundriss
(Encyclopedia of The Philosophical Sciences) pada tahun 1817
3. Vorlesungen Uber Die Philosophie der Geschicte (A Groundwork of the
philosophy of right) tahun 1821
4. Wissenschaft der Logik (Sciences of Logic) tahun 1831
5. Dan masih banyak lagi karyanya

B. Rasionalisme Hegel
Realitas bagi Hegel adalah Ruh dan Alam semesta dalam beberapa
hal adalah produk dan pikiran sehingga hal itu dapat dimengerti oleh
pikiran. Hegel membangun filsafatnya dari suatu keyakinan dasar
tentang kesatuan (Unity). Universe sebagai simbol kesatuan adalah
manifestasi dari yang Mutlak (The Absolute). Yang mutlak bukan
sebagai the thing in itself (ada dalam dirinya sendiri), bukan sesuatu
kekuatan yang transenden dan bukan pula Ego subjektif, yang mutlak
adalah proses dunia dalam dirinya sendiri (a processes world itself) yang
aktif, dan Hegel menyebutnya ide absolute. Hegel sangat mementingkan
rasio. Tetapi, yang dimaksudkan bukan saja rasio pada manusia
perorangan, tetapi juga dan terutama rasio pada subjek absolute, karena
Hegel pun menerima prinsip idealistis bahwa realitas seluruhnya harus
disetarafkan dengan suatu subjek. Suatu dalil Hegel yang terkenal
berbunyi: Semua yang Real bersifat rasional, dan semua yang rasional
bersifat real. Maksudnya ialah bahwa luasnya rasio sama dengan
luasnya realitas. Realitas seluruhnya dalah proses pemikiran (Idea) yang
memikirkan dirinya sendiri. Realitas seluruhnya adalah ruh yang lambat
laun menjadi sadar akan dirinya1.

C. Ruh
Filsafat Ruh dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu dimulai dari ruh
subjektif sebagai tingkatan yang terendah, memanjat ke roh objektif,
untuk akhirnya tiba di ruh Mutlak. Didalam ajaran tentang ruh subjektif
2
yang masih dibalut oleh alam, tetapi yang telah berusaha melepaskan
diri daripadanya. Dan disini roh mulai berpindah dari situasi berada
diluar dirinya kedalam situasi berada bagi dirinya. Ilmu filsafat yang

1 Burhanuddin, Afid. 2013. FILSAFAT HEGEL. Dalam http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-hegel-2/

5
membicarakan ruh beraa dalam keadaan ini disebut Logika. Dalam ajaran
tentang roh objektif dibicarakn hal hukum dan moralitas atau kesusilaan
(etika). Disini kehendak raional diobjektivir menjadi bentuk-bentuk hidup
yang umum, dan idea tentang yang baik direalisir dalam lembaga-
lembaga yang konkrit. Bentuk dan nafsu alamiah diperluas sebagai hak
dan kewajiban dalam bentuk-bentuk dasar kesusilaan.

D. Sejarah
Dari uraian di atas sudah dijelaskan bahwa realitas seluruhnya
dianggap Hegel sebagai proses jadi sadarnya Roh Absolut. Hal ini
mengizinkan Hegel memberikan tempat khusus kepada sejarah. Dengan
munculnya manusia, roh sudah menjadi sadar akan diri sendir (belum
dalam alam). Tetapi proses penyadaran ini berlangsung terus dalam
sejarah manusia, hingga akhirnya mencapai titik penghabisan. Proses ini
akan berakhir bila roh menjadi absolute, dalam arti sepenuh-penuhnya.
Dalam sejarah filsafat kita menyaksikan proses menjadi sadar akan
dirinya. Bahkan sejarah filsafat merupakan bentuk tertinggi proses
penyadaran itu. Hegel memandang semua perubahan bersifat historis
dan Hegel memandang sejarah itu sebagai dialektika yang berlangsung
dalam waktu. Dari tesis ke antithesis menuju sintesis, yang setiap
langkahnya merupakan tahap yang lebih tinggi dalam perkembangan diri
dari yang Mutlak. Dalam perkembangan ide yang dielektis itu tak ada
proposisi yang bisa disanggah secara tetap dan sepenuhnya. Jadi,
menurut sudut pandang Hegel, setiap generasi yang baru bisa
menganggap dirinya sekaligus penghancur, pelestari, dan penyempurna
kebudayaan yang ia warisi dari pendahulunya. Hingga batas tertentu,
kultur eropa Barat merupakan sesuatu yang baru di dunia ini. Akan
tetapi, apapun yang penting dalam kebudayaan Yunani, Roma, Yudea dan
Kristianitas abad pertengahan kendati telah diubah dan hingga taraf
tertentu juga telah dilampaui, tidak pernah benar-benar lenyap.

E. Pemikiran Tokoh
Hegel memang bukan seorang politikus namun dialektikanya mampu
menjadi inspirasi para politikus dalam melakukan kajian politik dan sosial.
Sehingga terkadang menjadi pisau analisis yang cukup akurat dalam
memandang realitas. Dia mengakui dirinya cenderung berfikir bebas
selayaknya filsuf dalam memaknai kehidupan dan pemikiran/rasio.
Namun dia memandang justru kebebasasan merupakan wujud
pengakuan dan penerimaan sadar manusia atas suatu sistem nilai dalam
hidup, seperti nilai yang terkandung dalam ajaran agama (kristen).
6
Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan
memandang adanya realitas mutlak sangat mempengaruhi dalam
memandang sejarah secara global, ini terbukti saat dialektikanya mampu
memasukkan pertentangan didalam sejarah sehingga dapat
mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis.
Menurut dialektikanya merupakan proses restorasi yang
perkembangannya berasal dari kesadaran diri yang akhirnya akan
mencapai kesatuan dan kebebasan yang berasal dari pengetahuan diri
3
yang sempurna, dia pula merupakan suatu aktivitas peningkatan
kesadaaran diri atas pikiran yang menempatkan objek-objek yang
nampak independen kearah rasional. Dialektika Hegel menjadikan akhir
sesuatu menjadi awal kembali. Seperti sebuah siklus , 3 prinsip utamanya
yaitu Thesis-Antithesis (terjadi 2 tahap perubahan yakni kualitatif dan
kuantitatif)-sinthesis. Thesis merupakan perwujudan atas pandangan
tertentu, antithesis menempatkan dirinya sebagai oposisi serta sinthesis
merupakan hasil rekonsiliasi atas pertentangan sebelumnya yang
kemudian akan menjadi sebuah thesis baru. Pemikiran tentang roh
mutlak dapat dilalui dengan pendekatan filsafat, agama dan seni,
sehingga beliau senantiasa mengkaji dan menguasai ketiga komponen
yang juga mempengaruhi Hegel selama ini. Pengkajiannya yang begitu
ketat, yang kemudian memutuskan bahwa filsasafat-lah yang memiliki
tingkat pemahaman yang lebih yang mampu menuju kepemahaman
mengenai hakekat Roh Mutlak, dikarenakan sifatnya yang konseptual dan
rasional.
Hegel juga meyakini adanya esensi roh mutlak adalah
ketidakterikatan atau kebebasan. Komponen yang kemudian melahirkan
konsepsi sosial-politik dalam negara. Roh mutlak merupakan sesuatu
yang bersifat idea yang melekat pada dirinya sebagai suatu yang riil.
Sehingga menurutnya kondisi realitas merupakan riil ada, dan sesuatu
yang riil merupakan realitas tersebut2.

F. Dialektik
Dialektik adalah metode yang digunakan Hegel untuk menguraikan
Filsafatnya. Atau dengan lebih tepat dapat diakatakan bahwa dalam
realitas berlangsunglah suatu dialektik.
Proses dialektik terdiri atas 3 fase yaitu fase pertama disebut Thesis
yaitu kesadaran Roh dalam dirinya sendiri. Fase kedua disebut anti-thesis,
Roh itu mengeksternalisasikan dirinya dalam kenyataan yang lain, yaitu
dalam kenyataan alam semesta atau jagad raya. Inilah perjalanan
2 Burhanuddin, Afid. 2013. FILSAFAT HEGEL. Dalam http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-hegel-2/

7
sejarah, yaitu eksternalisasi Roh atau obejektivikasi Roh. Seluruh
kenyataan historis ini kemudian di angkat ke dalam tataran yang lebih
tinggi (aufgehoben) ke dalam Roh yang Mutlak, yaitu fase sintesis. Proses
ini disebut proses dialektis. Hegel berpendapat bahwa seluruh arah
perkembangan dialektis merupakan kemajuan kebebasan.
Pemikiran Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan
memandang adanya realitas mutlak atau Roh Mutlak atau idealisme
mutlak dalam kehidupan, sangatlah mempengaruhi dalam memandang
sejarah secara global, ini terbukti saat dialektikanya mampu
memasukkan pertentangan di dalam sejarah sehingga dapat
mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis. Bahkan hingga terbukti
4
pembuktian- pembuktian ilmiah yang dihasilkan. Dari sanalah filsafat
sejarah layak ditempatkan, sebagai bagian yang utuh dari dunia
kefilsafatan. Karena proses dialektika menuju Roh yang Mutlak inilah
yang kemudian memberikan dasar bagi filsafat Hegel mengenai sejarah.
Baginya sejarah adalah proses realisasi idea yang Mutlak. pada mulanya,
Roh Absolut ini menampakkan dirinya pada dunia melalui bentuknya
yang paling sederhana. Tetapi melalui proses dilaektik, Roh ini yang
menjadi determinan gerak laju sejarah, menjadi semakin kompleks dan
akhirnya menampakkan dirinya sebagai Idea yang Mutlak, yang tidak ada
sesuatu selain dirinya sendiri.
Hegel juga memandang bahwa sejarah merupakan suatu kondisi
perubahan atas realitas yang terjadi, dia pula yang menyatakan sejarah
menjadi sebuah hasil dari dialektika, menuju suatu kondisi yang
sepenuhnya rasional. Menurut dialektika merupakan proses restorasi
yang perkembangannya berasal dari kesadaran diri, yang akhirnya akan
mencapai kesatuan dan kebebasan yang berasal dari pengetahuan diri
yang sempurna, dia pula merupakan suatu aktivitas peningkatan
kesadaran diri atas pikiran yang menempatkan objek-objek yang nampak
independen ke arah rasional, yang kemudian diadopsi Marx menjadi
bentuk lain yakni alienasi.
Dialektika Hegel ini menjadi sebuah pisau analisis dalam menelaah
sejarah secara lebih mendalam serta ilmu pengetahuan secara global.
Dialektikanya seolah suatu metode yang mampu memecahkan problem
realitas kehidupan. Hegel yang dipengaruhi pemikiran Neo-platonisme
melihat bahwa seluruh kenyataan ini berasal dari Yang Satu
mengemanasi diri atau mengalirkan diri ke dalam tubuh kenyataan yang
majemuk, yang pada akhirnya diserap ke dalam Yang Satu. Semua
yang ada menurut Hegel, memiliki tujuan yaitu terjadinya kesadaran diri
yang rasional. Realitas Hegel pada hakekatnya teologis, yaitu realitas
8
yang hanya dapat dipahami dalam kerangka maksud atau tujuan akhir,
perwujudan kesadaran diri3.

G. Berfikir Abstrak dan Konkret


Menurut Hegel, orang yang berfikir abstrak adalah orang yang
terikat pada realitas khusus yang bisa diamati. Sementara, orang yang
berfikir konkret adalah orang yang memikirkan realitas secara
keseluruhan. Dalam artian yang abstrak diperoleh lewat pengindraan,
sedangkan yang konkret didapat lewat pemikiran.
Dari sini, dapat dilihat bahwa Hegel adalah orang yang suka
memberi dalam arti lain terhadap suatu istilah. Lazimnya, istilah abstrak
menunjuk pada sesuatu yang tidak dapat diindera, sedangkan istilah
konkret menunjuk pada sesuatu yang dapat diindera. Namun, oleh Hegel
dibalik yang konkret memiliki arti abstrak (pemikiran), sementara yang
abstrak memiliki arti konkret (penginderaan).
Dalam pandangan Hegel, orang yang berpikir abstrak adalah orang
yang tidak terpelajar. Sebab, ia hanya
5 berpegang teguh pada data-data
indrawi, kemudian mendefinisikannya dengan pengertian-pengertian
tertentu. Sebaliknya, orang yang berpikir konkret adalah orang yang
terpelajar, karena ia melihat secara keseluruhan, menerobos masuk pada
jantung persoalan, serta melihat keterkaitan antar peristiwa dan berbagai
gerakan yang timbul didalamnya. Artinya orang terpelajar tidak merasa
puas dengan data-data indrawi4.

H. Akal Budi, Intelek, dan Roh Absolut


Hegel membuat distingsi dalam proses pengetahuan, yaitu akal budi
dan intelek. Menurutnya, dengan akal budinya manusia mencerap hal-hal
yang sifatnya partikular dan kurang mendalam. Akan tetapi, dengan
inteleknya manusia mampu melihat peristiwa partikular secara
keseluruhan dan kesalingterkaitannya dengan peristiwa partikular
lainnya. Dengan kata lain totalita peristiwa dapat dimengerti berkat
kemampuan intelek. Maka, dari sini diketahui bahwa intelek lebih tinggi
daripada akal budi atau peran intelek lebih besar dan lebih penting
ketimbang akal budi.
Dengan kemampuan intelek seluruh alam semesta dan dunia, baik
dunia spiritual maupun material, dapat dimengerti. Dihadapan intelek
tidak ada yang tersembunyi, tidak ada das ding on sich. Semua bisa
dimengerti. Akan tetapi walaupun intelek memiliki kekuatan besar untuk

3 Sahla, Mirna. Dialetika Hegel terhadap Filsafat Sejarah.hal 4,5,6 Dalam http://www.scribd.com/doc/11/27312495

4 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 300

9
bisa mengerti segalanya, intelek itu sendiri belum sepenuhnya mengerti
akan dirinya sendiri. Untuk mengerti akan dirinya, intelek perlu
.mengembara di dunia hingga akhirnya mencapai kesadaran
paripurnanmengenai dirinya.
Intelek yang mengembara untuk mengetahui dirinya itu, oleh Hegel,
diberi beberapa istilah yaitu yang absolut (das Absolute), Roh (Geist),
dan pengetahuan yang mengenali dirinya (das sich wissende Wissen).
Roh mengembara sepanjang sejarah semesta dan sejarah menjadi
sarana untuk mencapai kesadaran diri intelek. Kesadaran diri Roh akan
dicapai melalui manusia, karena hanya manusialah yang mempunyai
kesadara diri dan intelek. Oleh Hegel, fenomena ini disebut Fenomenologi
Roh.
Selanjutnyam Hegel membagi Roh menjadi 3 macam yaitu:
1. Roh subjektif. Dalam hal ini, pemahaman masing-masing individu
manusia (subjek) terhadap realitas disebut Roh subjektif. Sebab, disana
ada gambaran-gambaran tentang realitas yang tergantung pada
subjek yang melihatnya. Karena itu para roh pertama ini terlihat
perbedaan masing-masing pemahaman individu.
2. Roh objektif. Roh ini merupakan roh umum. Disebut roh umum karena
roh ini dapat menggerakkan dan mengatasi kesadaran-kesadaran yang
bersifat subjektif atau individual, seperti para pemimpin yang
menguasai rakyatnya. Tetapi, roh objektif ini masih mempunyai
kelamahan, karena hidup dalam ruang dan waktu.
3. Roh absolut atau roh murni. Roh
6 ini mempengaruhi roh sibjektif dan
objektif, namun tidak dipengaruhi oleh keduanya. Karena itu, roh ini
bergerak di dalam semua, mengembangkan diri dalam semua, dan
mengatasi semua5.

I. Tokoh-Tokoh Filsafat Modern


Pada umumnya, para sejarawan sepakat bahwa zaman modern lahir
sekitar tahun 1500-an di Eropa. Peralihan zaman ini ditandai dengan
semangat anti Abad Pertengahan yang cenderung mengekang kebebasan
berpikir. Sesuai dengan istilah modern yang memiliki arti baru,
sekarang atau saat ini, filsafat modern merupakan sebuah pemikiran
yang menganalisis tentang kekinian, sekarang, subjektivitas, kritik, hal
yang baru, kemajuan, dan apa yang harus dilakukan pada saat ini.
Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara
berpikir tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak
relevan.

5 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 302-303

10
Mengapa cara berpikir tradisional Abad Pertengahan dikatakan tidak
relevan? Sebab, konsepsi pemikiran yang dibangun orang-orang
tradisional kurang menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan-perubahan yang secara kualitatif baru dan lebih
maju. Sementara, orang-orang modern menyadari bahwa dirinya
memiliki kesadaran yang terkait dengan kebaruan dan kekinian. Oleh
karena itu, istilah perubahan, kemajuan, revolusi, dan pertumbuhan
adalah istilah-istilah kunci kesadaran modern.
Dalam sejarah filsafat, zaman modern dibagi menjadi tiga periode.
Pertama, diawali dengan zaman Renaisans (Prancis: Renaissance)
sebagai pendobrak menuju zaman modern. Setelah berhasil mendobrak,
masuklah zaman modern secara sempurna. Era modern ini kemudian
diperkuat dan mencapai puncaknya di zaman Pencerahan (Jerman:
Aufklarung).
Zaman Renaisans adalah era kelahiran kembali. Maksudnya, yang
dilahirkan kembali adalah kebudayaan Yunani dan Romawi kuno yang
terpendam, dilupakan atau dihilangkan pada masa Abad Pertengahan.
Proses melahirkan kembali ini terjadi pada Abad ke-15 dan 16. Dan yang
melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno ini adalah
orang-orang yang biasa disebut kaum humanis.
Kebudayaan yunani kuno perlu dilahirkan kembali karena
kebudayaan pada masa itu menjunjung tinggi manusia sebagai makhluk
yang mampu berpikir, kreatif dan inovatif. Sementara Abad Pertengahan
telah mengekang kemampuan berpikir dan berkreasi manusia.
Dalam pandangan Immnauel Kant (1724-1804), istilah Pencerahan
memiliki maksud bahwa manusia terlepas dari sikap kekanak-kanakan
atau ketidakdewasaan (unmundingkeit) akibat ketidakmampuan atau
keengganan memanfaatkan kemampuan akalnya untuk berpikir sendiri.
Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya,
seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli dan negara.oleh karena itu
semboyan zaman pencerahan adalah Sapere aude! (Beranilah Berpikir
Sendiri!).
Dengan semboyan itu manusia
7 di zaman pencerahan semakin
bersemangat untuk menemukan hal-hal baru. Mereka memanfaatkan
akal mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan,
kemajuan, pertumbuhan, pembangunan, reformasi bahkan revolusi.
Dengan demikian, periode zaman Pencerahan merupakan proyek zaman
modern yang telah dimulai sejak periode zaman Renaisans.
Berikut adalah tokoh-tokoh filsafat yang hidup di era modern, baik
yang hidup di zaman Renaisans atau sesudahnya, yakni zaman
pencerahan.
11
1. Nicollo Machiavelli
Nicollo Machiavelli lahir di Florence, Italia pada tahun 1469.
Ibunya menginginkan dirinya menjadi seorang agamawan. Dalam
filsafat politik, nama Machiavelli cukup terkenal. Ia hidup di zaman
Renaisans6.
Nicollo Machiavelli termahsyur karena nasihatnya yang blak-
blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan
memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat,
licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman
penggunaan kekuatan.
Dikutuk banyak orang selaku bajingan tak bermoral, dipuja oleh
lainnya selaku realis tulen yang berani memaparkan keadaan dunia
apa adanya, Machievalli salah satu dari sedikit penulis yang hasil
karyanya begitu dekat dengan studi baik filosof maupun politikus7.

2. Auguste Comte
Auguste Comte memiliki nama panjang Isidone Marie Auguste
Francois Xavier Comte. Ia lahir pada 17 Jauari 1798 di Montpellier,
sebuah kota kecil di bagian barat daya Prancis. Ia berasal dari
keluarga bangsawan yang beragama Katolik. Pendidikan awalnya ia
tempu di kota kelahirannya. Kemudian, pada usia 25 tahun, ia
melanjutkan studinya di Politeknik Ecole, Paris8.

3. Socrates
9
Socrates lahir di Athena pada tahun 469 s.M. Pada era Socrates,
kajian filosofi mulai menjurus pada manusia dan mulai ada pemikiran
bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Socrates mendefenisikan,
menganalisis dan mensintesa kebenaran objektif yang universal
melalui metode dialog (dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan
satu jawaban.
Socrates menganggap bahwa pendidikan yang tidak
mengajarkan pada murid untuk mencari kebenaran atau mengajarkan
kebenaran tidaklah termasuk pendidikan dalam arti yang sebenarnya.
Pendidikan pada masa Shopistic di Yunani dilakukan oleh para guru
6 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 220-223

8
7 Anggia, Intan. 2012. Tokoh-Tokoh Filsafat Dunia.Dalam https://intananggia.wordpress.com

8 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 303

9 Muzairi, 2009. FILSAFAT UMUM. Hal 63,64,69

12
yang berkeliling mengajar ditempat-tempat umum yang dipanggil
dengan nama Sofis. Kaum sofis ini berpendapat bahwa pendidikan
yang diperlukan adalah retorika, tata bahasa, logika, hukum,
matematika, sastra dan politik.
Seperti halnya kaum sofis, Socrates mengarahkan perhatiannya
kepada manusia sebagai obyek pemikiran filsafatnya. Berbeda
dengan kaum sofis, yang setiap mengajarkan pengetahuannya selalu
memungut bayaran, tetapi Socrtes tidak memungut bayaran kepada
murid-muridnya. Sehingga ia kemudian oleh kaum sofis sendiri
dituduh memberikan ajaran barunya, merusak moral para pemuda
dan menetang kepercayaan Negara. Kemudian ia ditangkap dan
akhirnya dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun
yaitu pada tahun 399 SM. Pembelaan Socrates atas tuduhan tersebut
ditulis oleh Plato dalam karangannya : Apologia.
Demikian Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk
menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai
nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana keduanya tidak dapat
dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hak tersebut banyak
nilai yang dihasilkan10.

4. Plato
Plato (427-347) dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan
kota Athena. Semenjak muda ia sangat mengagumi Socrates (470-
399), seorang filsuf yang menentang ajaran sofis.
Menurut pemikiran plato, ia mengembangkan konsep dualisme
(adanya bentuk dan persepsi). Ide yang ditangkap oleh pikiran
(persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra.
Sifat persepsi ini tidak tetap dan bisa berubah, sedangkan bentuk
adalah sesuatu yang tetap.
Plato menyadari bahwa untuk masalah-masalah terdalam yang
dihadapi manusia tidak mungkin diperdapat garis-garis lurus
penyelesaian. Karena itu dituliskan pemikirannya dalam bentuk
dialog. Itulah sebabnya disamping pemikiran logika, sering
dipergunakannya cara-cara lain. Kerumitan masalah kebenaran
memerlukan kebebasan yang lebih luas, yang hanya mungkin
diperoleh dalam pemikiran dialektika. Dengan demikian dalam Plato
dialektika menempati kedudukan yang mulia dalam pemikiran filsafat.
Plato adalah pengikut Socrates yang taat diantara para
pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai
ahli pikir, Plato juga dikenal sebagai seorang sastrawan yang terkenal.

10 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 63

13
Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat
diperoleh secara cukup.
Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba
menyelesaikan permasalahan lama: mana yang benar yang berubah-
ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar
antar pengetahuan yang lewat indera dengan pengetahuan yang
9 diperoleh melalui indera disebut
lewat akal. Pengetahuan yang
pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman. Sedangkan
pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut pengetahuan akal.
Pengetahuan indera atau pengetahuan pengalaman bersifat tidak
tetap atau berubah-ubah, sedangkan pengetahuan akal bersifat tetap
atau tidak berubah-ubah11.

5. Aristoteles
Aristoteles (384-322) berasal dari Stegeria di daerah Tharke,
Yunani Utara yaitu di Macedonia, pada tahun 384 sM.
Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya
Xenokrates meniggalkan Athena, karena ia tidak setuju dengan
pendapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos,
Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos.
Aristoteles mencabut kedudukan yang mulia terhadap
pandangan plato tentang dalam dialektikanya. Baginya metode ini
hanya merupakan tahap persiapan. Orang yang mempergunakan
dialektika, bertolak belakang dari premis yang subjektif, seperti pula
dalam pembicaraan orang berpegang buat sementara pada sesuatu,
sekalipun ia tidak pasti sama sekali. Demikianlah dialektika itu
mencari dan meraba-raba, sedangkan filsafat mengenal dan
mengetahui. Karena itulah dialektika tahap persiapan filsafat (mencari
dan meraba-raba untuk sampai kepada mengenal dan mengetahui).
Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yaitu:
a. Logika, terdiri dari categoriac (kategori-kategori), De
interpretatione (perihal penafsiran), Analytica Priora (Analitika
logika yang lebih dahulu), Analytica Posteriora (analitika logika
yang kemudian), Topica, De Sophistic Elenchis (tentang cara
berargumentasi kaum sofis).
b. Filsafat Alam, terdiri dari Phisica, De caelo (perihallangit), De
generatione et corruptione (tentang timbul hilangnya makhluk-
makhluk jasmani), Meteorologica (ajaran tentang badan-badan
jagad raya).
c. Psikologi, terdiri dari De anima (perihal jiwa), Parva naturalia
(karangan-karangan kecil tentang poko-pokok alamiah).

11 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 64-66

14
d. Biologi, terdiri dari De partibus animalum (perihal bagian-bagian
binatang), De mutu animalium (perihal gerak binatang), De
incessu animalium (tentang binatang yang berjalan), De
generatione animalium (perihal kejadian binatang-binatang).
e. Metafisika, oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama
atau theologia.
f. Etika, terdiri dari Ethica Nicomachea, Magna Moralia (karangan
besar tentang moral), Ethica Eudemia.
g. Politik dan ekonomi, terdiri dari Politics dan Economics.
h. Retorika dan poetika, terdiri10
dari Rhetorica dan Poetica12.

6. Immanuel Kant
Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg, Prusia, Jerman.
Daerah kelahirannya ini tidak pernah ditinggalkannya sampai ia
meninggal dunia pada 12 Februari 1804. Meskipun ia tidak pernah
melancong ke luar negeri sebagaimana yang terjadi pada banyak
filsuf, ia menguasai dengan baik pemikiran-pemikiran filsuf sebelum
dirinya, seperti Descrates, Spinoza, Leibniz, ocke dan Hume.
Immanuel Kant merupakan orang yang paling berpengaruh
dalam sejarah filsafat modern, karena pemikirannya yang merintis
lahirnya aliran-aliran baru dalam sejarah filsafat modern, seperti
idealisme dan positivisme. Selain itu, ia terkenal sebagai orang yang
menyintesiskan dua aliran besar pemikiran dalam filsafat yang selalu
bertentangan yaitu rasionalisme dan empirisisme, sehingga
membentuk suatu paham baru yang disebutnya kritisisme.
Menurut Kant, sebagaimana yang ditulis Tjahjadi (2004),
kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan
terlebih dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-batasnya.
Kritisisme perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan filsafat
dogmatik (dogmatisme). Dogmatisme menganggap pengetahuan
objektif sebagai sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Sebagai
suatu sistem filosofis, dogmatisme mempercayakan kemampuan rasio
dan mendasarkan pandangannya pada ketentuan-ketentuan apriori
atau pemahaman yang telah ada tentang Allah, substansi atau
monade tanpa menanyakan apakah rasio telah memahami
hakikatnya sendiri yaitu luas dan batas-batas kemampuannya.
Seperti yang telah disinggung, Kant melakukan sintesis atas dua
aliran besar dalam filsafat yang selalu bertentangan, yaitu
rasionalisme dan empirisme. Rasnionalisme meyakini bahwa sumber
pengetahuan adalah akal atau rasio, dan pengalaman hanya
menegaskan apa yang ada didalam rasio. Sedangkan, empirisme

12 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 69-71

15
berpandangan sebaliknya. Dalam pandangan empirisme, sumber
pengetahuan adalah pengalaman indrawi. Sebelum ada pengalaman
indrawi, akal kosong. Karena itu, pengalaman indrawilah yang mengisi
kekosongan dalam akal. Kant mengulas kritis mengenai dua
pandangan tersebut. Menurut Kant, rasionalisme benar separuh dan
empirisme benar separuh. Dengan kata lain keduanya tidak
sepenuhnya benar. Sebab, Kant meyakini bahwa dalam proses
memperoleh pengetahuan, kedua hal tersebut sama-sama berperan
dan salah satunya tidak bisa dihilangkan.
Selanjutnya Kant menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki 3
tingkatan (hierarki). Tingkat pertama dan yang terendah adalah
pengalaman indrawi, tingkat kedua adalah rasio, sedangkan
tingkat ketiga adalah intelek.
13
Immanuel Kant adalah seorang filsuf besar Jerman abad ke 18
yang memiliki pengaruh sangat11
luas bagi dunia intelektual.
Bagi Kant dialektika adalah bayangan yang tidak mungkin
didialektikakan, jadi bukan pengetahuan yang sesungguhnya. Dalam
bukunya kritik der reinen Vernunt, Fasal Transcedentate Dialektik,
ditunjukan bagaimana mengenal bayangan itu, sehingga ia dapat
dilenyapkan. Jadi, Kant lebih merendahkan kedudukan dialektika14.

7. Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia berasal dari
keluarga Yahudi. Setelah menempuh pendidikan di tempat
kelahirannya pada tahun 1835, Marx melanjutkan studinya di
Universitas Bonn dengan mengambil jurusan hukum. Akan tetapi, ia
tertarik pada filsafat dan kesusastraan. Lalu, ia pindah ke Universitas
Berlin untuk mempelajari filsafat Hegel. Selanjutnya, ia pindah ke
Universitas Jena. Selanjutnya, Marx bekerja sebagai editor utama di
sebuah surat kabar radikal dan liberal di Koln, Jerman. Dari sinilah, ia
banyak mempelajari berbagai persoalan sosial, politik, dan ekonomi
yang kemudian dikaitkan dengan asas-asas filsafat yang diyakininya.
Pada usia 25 tahun, ia menikah dan segera meniggalkan Jerman
untuk mencari tempat yang lebih aman dalam mengungkapkan buah
pikirannya yang kerap tidak disukai oleh pemerintah Jerman karena
dianggap membahayakan kekuasaan pemerintah. Ia pergi ke Paris,
Prancis. Disana, ia juga bekerja sebagai editor sebuah surat kabar.

13 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat hal 278, 333

14 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 278-287

16
Sejarah pengumpulan pemikiran Karl Marx lazimnya dibagi
menjadi dua, yaitu pemikirannya di waktu muda (Marx Muda) dan di
waktu tua (Marx tua). Pemikiran Marx muda lebih Humanitis atau
menekankan pembebasan manusia dari penindasan dan
keterasingan. Sementara, pemikiran Marx tua sudah deterministis
atau ideologis, di mana Marx meramalkan dan menetapkan sejarah
sebagaimana yang dibayangkannya. Akan tetapi, pemikiran Marx
muda tentu sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Marx tua. Meksi
muncul belakangan, pemikiran Marx tua lebih populer. Partai buruh di
Eropa mendasarkan diri pada ajaran Marx, lebih tepatnya Marxisme.
Menurut Franz Magnis-Suseno (2006), Marxisme telah
menyederhanakan dan membakukan ajaran Marx menjadi beberpa
pokok saja. Pertama, sejarah tidak ditentukan kehendak manusia,
melainkan oleh tingkat perkembangan tenaga-tehaga produktif.
Kedua, kapitalisme niscaya akan tumbang. Ketiga, revolusi sosialis
tinggal menunggu matangnya kondisi-kondisinya. Sementara itu
pemikiran Marx muda baru santer
12 dibicarakan ketika David Ryazanov,
seorang Marxist sekaligus kepala Institut Marx-Engels di Moscow,
pada tahun 1932 menerbitkan kumpulan tulisan Marx sewaktu tinggal
di Paris. Sejak itulah pemikiran Marx diketahui mempunyai perbedaan
dengan karya-karyanya yang bersifat ekonomis dan deterministis di
masa tua. Dalam Paris Manuscript, Maarx tampil sebagai seorang
filsuf humanistis yang menyuarakan pembebasan manusia dari
penindasan penguasa dam keterasingan.
Pemikiran Marx dipengaruhi oleh pemikiran Hegel dan Feuerbach.
Dari Hegel, Marx meminjam dialektikanya. Sedangkan, dari
Feuerbach, ia memakai idenya mengenai dunia materi sebagai
kenyataan akhir objek-objek indrawi. Dari kedua fokus tokoh tersebut,
ia mengembangkan pemikiran filsafatnya. Hegel yang cenderung
dialektis dan Feuerbach yang materialis atau materialisme dialektika.
Marx tidak sekedar meminjam dan memahami pemikiran
tersebut, melainkan juga mengkritisinya. Menurutnya, pemikiran
kedua tokoh tersebut masih melayang-melayang di atas langit, atau
bersifat kontemplatif, idealis, tidak kelihatan dalam aksi dan tidak
menimbulkan perubahan sama sekali dalam kehidupan sosial. Pada
dasarnya, ia juga mengkritik para filsuf sebelum dirinya. Dalam hal
ini, kata-katanya yang terkenal ialah para filsuf tidak lebih dari
sekedar menafsirkan dunia dengan berbagai cara, padahal yang
terpenting adalah mengubahnya.

17
Jadi Marx menginginkan filsafat dapat menimbulkan perubahan
pada kehidupan manusia. Ia tidak ingin bermain-main dengan dunia
pemikiran yang tidak menghasilkan suatu perubahan. Meskipun
demikian, tetap saja ia memakai pemikiran tokoh-tokoh sebelumnya
dalam merumuskan filsafatnya. Namun, ia tidak lagi membuat filsafat
tetap melayang-layang di langit, melainkan diturunkan ke bumi,
sebagaimana yang telahdilakukan Socrates pada masa Yunani Kuno,
tetapi dalam konteks yang berbeda. Socrates lebih menekankan
ajarannya pada etika, sementara Marx pada kegiatan ekonomi
masyarakat.
Karl Marx terkenal bukan hanya sebagai seorang filsuf, melainkan
juga seorang ahli politik, ahli sejarah, ahli sosiologi, dan ahli
ekonomi15.

8. Meng-Tse
Filosof Cina Meng-Tse (Mencius) adalah pengganti Kong Hu Cu.
Ajaran-ajarannya, seperti apa yang dibentangkan dalam buku Book Of
Mencius, sangat dihargai di Tiongkok selama berabad-abad. Dia
sering dijuluki The Second Sage, manusia bijak kedua, yaitu
kebijakannya jatuh nomor dua sesudah Kong Hu Cu yang berjangka
selisih dengannya sekitar 2000 tahun.
Meng-Tse dilahirkan sekitar tahun 371 SM di negeri kecil Tsou,
yang kini berada di provinsi Shantung. Masa ia dilahirkan, babak akhir
dinasti Chou, disebut oleh orang Cina dengan julukan Masa perang
antar negeri, berhubung Cina secara politis waktu terpecah belah.
Meng-Tse, meskipun dia berada dibelakang tradisi Kong Hu Cu dan
senantiasa jadi pendukung gigih teori-teori gagasan Kong Hu Cu,
13 pandai dan filosof atas daya kreasi
akhirnya dihormati selaku cerdik
dan karya pikirnya sendiri.

9. Rene Descrates
Rene Descrates adalah filosof, ilmuwan, matematikus Perancis
yang tersohor, lahir di desa La Hye tahun 1596. Waktu mudanya dia
sekolah Yesuit, College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat
gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers walau tidak pernah
mempraktekkan ilmunya sama sekali. Meskipun Descrates peroleh
pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apapun yang bisa
dipercaya tanpa matematik.

10. John Locke

15 Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan, hal 333-338

18
Filososf pertama yang menghimpun secara terpadu gagasan
dasar konstitusi demokratis adalah orang Inggris, John Locke. Pikiran-
pikirannya memancarkan pengaruh kuat kepada para dedengkot
pendiri Republik Amerika Serikat. Bukan itu saja, pengaruhnya juga
kuat merasuk ke dalam kalbu gerakan pembaharu Perancis.
Locke dilahirkan tahun 1632 di Wrington, Inggris. Dia
memperoleh pendidikan di Universitas Oxford, peroleh gelar sarjana
muda tahun 1656 dan gelar sarjana penuh tahun 1658. Selaku remaja
dia sangat tertarik pada ilmu pengetahuan dan diumur 36 dia terpilih
jadi anggota Royal Society16.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam menguraikan filsafatnya,14 tokoh-tokoh filsafat menggunakan


metode-metode yang disebut dialektik. Dialektika antara satu tokoh dengan
tokoh yang lain berbeda-beda dalam menguraikan filsafatnya.
Dialektika Hegel terdiri atas 3 fase yaitu fase pertama disebut Thesis
(kesadaran Roh dalam dirinya sendiri), kedua anti-thesis (Roh itu
mengeksternalisasikan dirinya dalam kenyataan yang lain, yaitu dalam
kenyataan alam semesta atau jagad raya), ketiga Sintesis (Seluruh

16 Anggia, Intan. 2012. Tokoh-Tokoh Filsafat Dunia.Dalam https://intananggia.wordpress.com

19
kenyataan historis ini kemudian di angkat ke dalam tataran yang lebih tinggi
(aufgehoben) ke dalam Roh yang Mutlak).
Sedangkan Socrates mendefenisikan, menganalisis dan mensintesa
kebenaran objektif yang universal melalui metode dialog (dialektika). Satu
pertanyaan dijawab dengan satu jawaban. Socrates menganggap bahwa
pendidikan yang tidak mengajarkan pada murid untuk mencari kebenaran
atau mengajarkan kebenaran tidaklah termasuk pendidikan dalam arti yang
sebenarnya. Menurut pemikiran plato, ia mengembangkan konsep dualisme
(adanya bentuk dan persepsi). Aristoteles mencabut kedudukan yang mulia
terhadap pandangan plato tentang dalam dialektikanya. Baginya metode ini
hanya merupakan tahap persiapan.
Lain halnya bagi Kant, dialektika adalah bayangan yang tidak mungkin
didialektikakan, jadi bukan pengetahuan yang sesungguhnya.
Marx mengambil alih dan berpegang pada teori Hegel tentang
pertumbuhan pemikiran melalui perlawanan, menegaknya kedalaman
dialektika materialismenya, yang berbeda dari filsafat Hegel adalah
dialektika idealisme.
Dan beberapa tokoh lain juga mengutarakan dialektikanya masing-
masing, mulai dari Immanuel Kant, Plato, Machievalli, Aristoteles dan yang
lainnya.

DAFTAR15
PUSTAKA

Anggia, Intan. 2012. Tokoh-Tokoh Filsafat Dunia.


Dalam https://intananggia.wordpress.com
20
Arif Rahman, Masykur. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:Banguntapan
Burhanuddin, Afid. 2013. FILSAFAT HEGEL.
Dalam http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/filsafat-hegel-
2/
Ihsan, A. Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta:Rieneka Citra
Muzairi, 2009. FILSAFAT UMUM. Yogyakarta:Teras
Sahla, Mirna. Dialetika Hegel terhadap Filsafat Sejarah.
Dalam http://www.scribd.com/doc/11/27312495
Wulan, anggi. 2008. DIALETIKA DAN PARA FILSUF.
Dalam http://anggiwulan.blogspot.co.id/2008/11/dialetika-dan-para-
filsuf/html?m=1

21

Anda mungkin juga menyukai