Anda di halaman 1dari 16

Mencari Pemimpin yang Ideal

Disusun oleh :
Zuhairi, SP

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Studi Studi Hadits


Magister Ekonomi Syariah
Program Studi Ekonomin Syariah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Siti Mujibatun, M.Ag

Universitas Islam Negeri Wali Songo Semarang


2016
0
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Mencari Pemimpin yang Ideal.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Studi Hadits Magister Ekonomi Syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Studi Hadist yaitu Prof. Dr. Hj.
Siti Mujibatun, M.Ag dan teman-teman sekalian yang telah memberikan kritik
dan saran, serta arahan dan bimbingan dalam membuat makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi penulisan maupun isi. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan dan kelengkapan Makalah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah kita berserah diri, semoga semua bantuan yang telah
diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Amin
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan dipergunakan sebagai mana
mestinya.

Semarang, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

1
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan...................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
A. Kepemimpinan......................................................................................................... 4
B. Petunjuk Al-Quran dalam Memilih Pemimpin................................. 7
C. Pemimpin yang Ideal dalam Perspektif Islam......................................................... 8

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang semakin ramai orang yang berlomba-lomba
mengejar jabatan, berebut kedudukan sehingga menjadikannya sebagai

2
sebuah obsesi hidup. Menurut mereka yang menganut paham atau prinsip
ini, tidak lengkap rasanya selagi hayat dikandung badan, kalau tidak pernah
(meski sekali) menjadi orang penting, dihormati dan dihargai masyarakat.
Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita Indonesia
dipandang sebagai sebuah aset, karena baik langsung maupun tidak
langsung berkonsekuensi kepada keuntungan, kelebihan, kemudahan,
kesenangan, dan keistimewaan lainnya. Maka tidaklah heran menjadi
kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota dewan, direktur bahkan
presiden merupakan impian dan obsesi semua orang. mulai dari kalangan
politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat bahkan
sampai kepada atris.
Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya
dirinya, bagaimana kemampuannya dan layakkah dirinya memegang
jabatan (kepemimpinan) tersebut. Terkadang mereka kurang memiliki
pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan tersebut, karena
menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa
batas, kebanggan dan popularitas. Padahal jabatan adalah tanggung jawab,
pengorbanan, pelayanan dan keteladanan yang dilihat dan dinilai banyak
orang.
Dengan banyaknya anggapan seperti di atas, maka semakin sulit bagi
kita untuk mendapatkan pemimpin yang betul-betul memimpin dengan
segala peran dan tanggung jawabnya atau disebut dengan pemimpin yang
idela. Bahkan kita lupa pemimpin yang baik itu seperti apa, karena
banyaknya iming-iming dari para calon yang ingin menduduki suatu
jabatan.
Maka dari itu penulis tertarik menulis makalah mengenai Mencari
Pemimpin Yang Ideal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pemimpin itu?
2. Bagaimana pemimpin dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana ciri-ciri pemimpin yang ideal dalam perspektis Islam?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Studi Hadits dan untuk menambah pengetahuan mengenai makna
kepemimpinan khususnya dalam perspektif Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

3
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Pemimpin
1
Seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal,
berjalan didepan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu,
mempelopori, mengarahkan pikiran, pendapat, tindakan orang lain,
membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui
pengaruhnya.
Menurut Robbins (2008:49) mendefenisikan kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna
mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan menurut Anoraga (dalam Sutrisno, 2009:214) kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui
komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud
untuk menggerakkan orang-orang agar dengan pengertian, kesadaran,
dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. Pemimpin
merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagahnya suatu
organisasi.

2. Pemimpin dalam Islam


2
Kepemimpinan adalah salah satu aspek penting dalam islam. Hal
ini bisa dilihat dari begitu banyaknya ayat dan hadits Nabi SAW yang
membahas tentang ini. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan suatu masyarakat.
Dalam islam, semua persoalan yang menyangkut kehidupan umat
manusia telah ada aturannya yang sangat jelas dan detail, mulai dari
hal kecil hingga ke hal yang besar seperti persoalan kepemimpinan.
Hadits nabi berikut ini sebagai salah satu bukti begitu seriusnya
islam memandang persoalan kepemimpinan.
Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah
seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya. (HR Abu Dawud dari
Abu Hurairah).
Salah satu bagian dari topik kepemimpinan yang banyak dibahas
dalam Al-Quran adalah soal memilih pemimpin non Muslim bagi kaum
muslimin. Al-Quran telah memberikan begitu banyak tuntunan dan
petunjuk bagi kaum muslimin agar tepat dalam memilih figur seorang
pemimpin. Tidak cukup dengan kalimat bernada anjuran, ayat-ayat yang
menjelaskan soal ini bahkan disampaikan dengan bahasa perintah dan

1 Sirait, Fen. 2015. KEPEMIMPINAN hal 13

2 Hidayatullah, Muhammad. 2016. ENAM DALIL MEMILIH PEMIMPIN DALAM ISLAM

4
larangan yang sangat tegas. Bahkan beberapa ayat disertai dengan
ancaman yang sangat serius bagi yang melanggarnya.
Banyak defenisi pemimpin yang sering dipakai di dalam kehidupan
sehari-hari. Jika merujuk pada ayat-ayat yang berbicara tentang
larangan memilih pemimpin kafir/non muslim, kata pemimpin yang
digunakan dalam ayat-ayat tersebut merujuk pada pengertian
seseorang yang memegang dan menguasai suatu wilayah kaum
muslimin. Pemimpin dapat juga bermakna seseorang yang memiliki
kewenangan yang sangat besar dalam menentukan arah dan kebijakan
strategis yang berdampak sangat besar bagi kehidupan kaum muslimin
disuatu wilayah tertentu.

3. Dalil-Dalil Al-Quran
Berikut ini ayat-ayat Al-Quran yang menunjukan dengan jelas
larangan memilih pemimpin non muslim bagi wilayah yang mayoritas
penduduknya Muslim.
Pertama;






Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi
wali[192] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali
karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka.
dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya
kepada Allah kembali (mu). (QS. Ali-Imran:28)
[192] Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin,
pelindung atau penolong.
Kedua;


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-

orang kafir menjadi wali[368] dengan meninggalkan orang-orang


mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu) ? (QS. An-Nisa:28)
[368] Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pelindung atau
penolong.
Ketiga;




Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi

pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan


5
dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang
beriman. (QS. Al maa-idah:57)
Keempat;




Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan

saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih


mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang
menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim .
(QS At-Taubah:23)
Kelima;












Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-
anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-
Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha
terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung . (Al-
Mujadilah: 22)
[1462] Yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati,
kemenangan terhadap musuh dan lain lain.
Enam;






138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih,
6
139. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (Al-Maidah:138-139)
Tujuh;




Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-
orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim.(QS Al-Maidah:51)

B. Petunjuk Al-Quran dalam Memilih Pemimpin


1. Hakikat Kepemimpinan
3
Al-Quran dan hadits sebagai pedoman hidup umat islam sudah
mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi
seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002), ada dua hal yang harus
dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam
pandangan Al-quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin
dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia
dengan Allah SWT (lihat QS. Al-Baqarah:124).



dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang
yang zalim".
[87] Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan
ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan
lain-lain.
[88] Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s., karena banyak di antara Rasul-rasul
itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.

Kedua, kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan


dari penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan

3 Saputera, Agus. 2011. PETUNJUK AL-QURAN DALAM MEMILIH PEMIMPIN

7
oleh semua pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan
mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang berselisih,
mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang
agama, etnis, budaya dan latar belakang (lihat QS. Shad:22).






ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena
kedatangan) mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu merasa takut;
(Kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari Kami
berbuat zalim kepada yang lain; Maka berilah keputusan antara Kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah Kami ke jalan yang lurus.

Hafinuddin (2003) juga mengemukakan bahwa pemimpin itu berarti


umara (ulul amri yaitu orang yang mendapat amanah untuk mengurus
urusan orang lain), dan pemimpin itu juga disebut khadimul ummah
(pelayan umat).

2. Kriteria pemimpin
Ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu
Shidq (kebenaran), amanah (dipercaya), fathonah (cerdas) dan tabligh
(jujur).
Didalam Al-quran juga bisa dilihat beberapa ayat yang berhubungan
dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
diantaranya surat As-Sajdah:24 dan Al-Anbiya:73.



dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.( As-Sajdah:24)
[1195] Yang dimaksud dengan sabar ialah sabar dalam menegakkan kebenaran.






Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah. (Al-Anbiya:73)
8
Sifat-sifat yang dimaksud adalah kesabaran dan ketabahan, mampu
menunjukan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk
Allah SWT serta telah membudaya pada diri mereka kebajikan.

3. Memilih Pemimpin
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan didalam islam serta
kriteria dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka
wajib bagi kita untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran
dan Hadits. Kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dilarang keras memilih pemimpin yang akidahnya lemah atau seseorang
yang hanya menjadikan agama sebagai permainan/kepentingan tertentu.
Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seorang pemimpin akan
dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya.

C. Pemimpin yang Ideal dalam Perspektif Islam


Dari penjelasan di atas, sudah dapat disimpulkan bahwa pemimpin
yang ideal itu adalah pemimpin yang dipilih karena memiliki kriteria-kriteria
yang bisa dijadikan pemimpin yaitu Shidq, amanah, fathonah dan tabligh.
Memilih pemimpin harus sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
4
Berikut panduan sunnah Rasulullah mengenai memilih pemimpin :
1. Rasulullah SAW memilih orang-orang yang pas untuk menjadi
pemimpin dalam komunitas tertentu misalnya menjadi gubernur,
panglima, utusan dan sebagainya
2. Rasullah tidak mengangkat orang yang meminta jabatan
3. Rasulullah tidak memilih orang-orang yang lemah atau tidak mampu
mengemban amanah
4. Jangan memilih orang yang lemah
5. Jangan memilih orang yang tak peduli
6. Jangan memilih orang (caleg/partai) yang memusuhi umat islam
7. Rasulullah SAW memerintahkan untuk taat sama pemimpin
8. Rasulullah SAW mendoakan para pemimpin yang amanah
9. Allah dan Rasul-Nya menjanjikan pahala dan posisi yang baik untuk
para pemimpin yang adil
10. Allah dan Rasul-Nya mengancam para pemimpin yang zalim
11. Allah dan Rasul-Nya menganjurkan untuk umat mengingatkan
pemimpinnya yang zalim.
Dalil Hadits
1. Dimulai dari Nawaitu

4 Agus. 2014. HADIS-HADIS TENTANG PEMILU DAN MEMILIH PEMIMPIN

9
5
D
ari
Abu Musa, yakni Abdullah Ibn Qais al-Asyari ra berkata: Rasulullah
SAW ditanta perihal seseorang yang berperang dengan tujuan
menunjukkan keberanian, ada lagi yang berperang dengan tujuan
kesombongan ada yang artinya kebencian ada pula yang
berperang dengan tujuan pameran menunjukkan pada orang-orang
lain karena ingin berpamer. Manakah diantara semua itu yang
termasuk dalam jihad fi-sabilillah?
Rasulullah SAW menjawab: barangsiapa yang berperang dengan
tujuan agar kalimat Allah Agama Islam menjadi yang paling tinggi,
maka ia disebut jihad di jalan Allah.
(Muttafaqalaih)

2. Ketika sudah jadi, Jangan berkhianat

6
Dari Abi Humaid al-Said ra : Nabi SAW pernah mengangkat Ibu
Lutbiyah, yaitu seorang laki-laki dari al-Azdi (menjadi seorang
pegawai), untuk memungut zakat, kemudian dia datang kepada nabi
SAW dan menyerahkan zakat yang dipungutnya, lalu dia berkata, ini
adalah zakat yang aku setorkan kepada anda, dan ini adalah
pemberian orang kepadaku. Kemudian beliau bersabda :

5Hadis Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadis no.120,2599,2894 dan 6904; Muslim, hadis no. 3524=3526. Hadis ini juga
diriwayatkan oleh Abu Daud, hadis no.2156;ql-Tirmizi, hadis no. 1570;al-Nasai hadis no. 3085;ibn Majah, hadis no. 2773; Ahmad, hadis
no. 18673, 18722, 18771, 18805dan 18905

6 Al-Bukhari, hadis no. 2407

10
Mengapa dia tidak duduk saja dirumah ibu bapaknya sambil
menunggu apakah ada orang yang hendak mengantarkan hadiah
kepadanya ataukah tidak.
Dan demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun yang
mengambil sesuatu dari zakat kecuali dia akan datang pada hari
kiamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang
berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang mengembik.
Kemudian beliau mengangkat tangan beliau sehingga terlihat oleh
kami ketiak Beliau yang putih dan (berkata): Ya Allah bukanlah aku
sudah sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan (sebanyak tiga
kali)
3. Rasulullah SAW tidak mengangkat orang yang minta Jabatan

7
Dari Abu Musa berkata: Saya dan duan orang anak pamanku
menemui nabi SAW, salah seorang dari keduanya lalu berkata: Wahai
Rasulullah, angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah
yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla kepadamu. Dan seorang lagi
mengucapkan perkataan serupa, maka beliau bersabda : Demi Allah,
sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan bagi orang yang
meminta dan yang rakus terhadapnya.

4. Alasan Rasulullah SAW tidak membolehkan meminta jabatan

Dari Abdurrahman ibn Samurah berkata : Nabi SAW bersabda:


8

Wahai Abdurrahman ibn Samurah, jangan lah kamu meminta jabatan,


sebab jika engkau diberi (jabatan) karena meminta, kamu akan

7 Sahih Muslim, hadis no. 3402

8 Sahih al-Bukhari, hadis no. 6132; Muslim, hadis no. 3401

11
ditolong, dan jika kamu melakukan sumpah, kemudian kamu melihat
suatu yang lebih baik, bayarlah kaffarat sumpahmu dan lakukanlah
yang lebih baik.
5. Jangan memilih wakil yang lemah

9
Dari Abu Dzar berkata, saya berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah
anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)? Abu Dzar berkata:
Kemudian beliau menepuk bahuku dengan tangan beliau seraya
bersabda: Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang
jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia
adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang
mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.
6. 10Jangan memilih orang yang memusuhi umat islam

Dari Ibn Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda: Barangsiapa membawa


pedang untuk menyerang kami, maka dia bukan dari golongan kami.
(Mutiara, 2014)

Dari penjelasan di atas sudah sangat jelas bahwa untuk memilih


pemimpin harus benar-benar orang yang mampu dalam mengemban
amanah. Hal ini bisa dilihat mulai dari niatnya ketika ingin jadi pemimpin,
ketika sudah terpilih tidak berkhianat, bertanggung jawab dalam
mengemban amanah, tidak lemah, tidak memilih pemimpin yang memiliki
sifat serakah dan yang paling terutama adalah tidak memusuhi umat islam
dan ini tentunya khusus bagi kaum yang mayoritas adalah muslim.

9 Sahih Muslim, hadis no. 3404 dan 3405

10 Sahih Al-Bukhari, hadis no. 6366; Sahih Muslim, hadis no. 143

12
BAB III
KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah salah satu aspek penting dalam islam. Hal ini bisa
dilihat dari begitu banyaknya ayat dan hadits Nabi SAW yang membahas

13
tentang ini. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kehidupan suatu masyarakat.
Di dalam Al-Quran dan Hadits telah banyak dijelaskan mengenai petunjuk
dalam memilih pemimpin.
Dalam memilih pemimpin yang paling utama adalah tidak memilih
pemimpin yang memusuhi umat islam/non muslim. Hal ini sudah sangat jelas
diterangkan di dalam Al-Quran bahwa kaum muslim sangat dilarang memilih
pemimpin dari kaum non muslim. Selain itu pemimpin yang dipilih harus
memiliki kriteria-kriteria yang bisa dijadikan pemimpin, yaitu Shidq, Amanah,
Fathonah dan Tabligh.

DAFTAR PUSTAKA

14
Sirait, Fen. 2015. KEPEMIMPINAN. Dalam
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50335/4/Chapter
%2520II.pdf&ved=0ahUKEwjzic6b19PAhXLRY8KHTzYCmkQFggjMAQ&usg=
AFQJCNR5THsr_tBux3LxGgaz4WCkEUm9Q&sig2=UzShGqzKkEexmprA3SjZ
eg
Hidayatullah, Muhammad. 2016. ENAM DALIL MEMILIH PEMIMPIN DALAM ISLAM.
Dalam http://m.hidayatullah.com/none/read/2016/03/22/91574/fiqh-
kepemimpinan.html
Saputera, Agus. 2011. PETUNJUK AL-QURAN DALAM MEMILIH PEMIMPIN. Dalam
http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=472
Agus. 2014. HADIS-HADIS TENTANG PEMILU DAN MEMILIH PEMIMPIN. Dalam
http://pusatkajianhadis.com/hadis-hadis-tentang-pemilu-memilih-
pemimpin/

15

Anda mungkin juga menyukai