PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.N
Umur : 44 tahun
Alamat : Samata
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Mata terasa nyeri
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan mata kanan
nyeri disertai mata merah yang dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang
lalu. Awalnya keluhan hanya mata yang sedikit merah, nyeri ringan, silau dan
berair setelah itu mata semakin nyeri terutama saat berkedip dan membuka
mata, mata semakin merah, dan penglihatan pasien juga semakin kabur.
tanah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami sakit yang sama dan tidak ada riwayat
2
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama.
Keluarga tidak ada yang hipertensi (-) dan DM (-)
5. Riwayat Pengobatan :
Belum pernah berobat, tidak ada riwayat pengobatan jangka panjang, riwayat
alergi (-).
C. Status Generalis
Kesadaran : compos mentis (GCS 15)
Vital sign
Nadi : 82x/mnt
Pernafasan : 16x/mnt
D. Status Oftalmologis
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Pemeriksaan Inspeksi
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)
Apparatus lakrimasi (+) lakrimasi (-)
Lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (+), injeksio silier Hiperemis(-)
(+), injeksio konjungtiva (+)
Bola mata Normal Normal
Kornea Ulkus sentral (+), infiltrat (+) Jernih
BilikMata Normal Normal
Depan
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral
Lensa Normal Normal
3
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
muscular
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri tekan (+) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
3. Tonometri
TOD :Tidak dilakukan pemeriksaan
TOS :Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
VOD 1/~ (Light Projection : Baik)
VOS 20/80
5. Campus Visual
Tidak dilakukan Pemeriksaan
6. Color sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Diafanoskopi
Tidak dilakukan pemeriksaa
9. Penyinaran Oblik
No. Pemeriksaan OD OS
1. Konjungtiva Hiperemis (+), injeksio Hiperemis (-)
silier (+), injeksio
konjungtiva (+)
2. Kornea Ulkus sentral, infiltrat Jernih
(+)
3. Bilik mata depan Normal Normal
4
4. Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
5. Pupil Isokor, Bulat, sentral, Isokor,Bulat, sentral,
RC(+) RC(+)
6. Lensa Normal Normal
E. Pemeriksaan penunjang
F. Diagnosis Kerja
OD Ulkus kornea
G. Diagnosis Banding
- Keratitis
- Konjungtivitis
- Iritis
5
H. Penatalaksanaan
Planning terapi
Bebat mata
C. LFX ED 1x1
Ciprofloxacin 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Metyl prednisolon 3x4 mg
I. Prognosis
Quoad vitam : Bonam
Quoad sanationam : dubia
Quoad functionam : dubia ad malam
Quoad cosmeticam : dubia ad malam
J. Resume
Pasien datang ke poli mata RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan mata kanan nyeri
disertai mata hiperemis yang dirasakan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya
keluhan hanya mata yang sedikit hiperemis, nyeri ringan, fotofobia dan lakrimasi
setelah itu terjadi blefarospasme, mata semakin hiperemis, dan visus semakin
menurun. Pasien mengaku sebelum keluhan ini muncul, matanya pernah kemasukan
tanah.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi didapatkan penurunan visus pada kedua mata
terutama pada mata kanan yang hanya dapat melihat cahaya, light projection baik.
Konjungtiva bulbi hiperemis (+), injeksio konjungtiva (+), injeksio silier (+), lakrimasi
(+) dan pada kornea terdapat ulkus sentral dan infiltrat. Tes fluoresen (+) yaitu terdapat
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
7
Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.3
8
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Duas layer
Dulunya dianggap sebagai bagian dari membrane descement (Pre
descemnent) yang ternyata merupakan lapisan tersendiri. Lapisan ini sangat
tipis, tebalnya sekitar 15 milimikron.
5. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 m.
6. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.3
9
Gambar 2. Corneal Cross Section
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke
dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya.
Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah
dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.5
B. Definisi
10
C. Epidemiologi
D. Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera
mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan
sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama
bila letaknya di daerah pupil. 6
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat
dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari
sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
11
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-
batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan
timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea
dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang
dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea
merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh
iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat
sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua
arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka
akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi
sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat
baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.6
E. Etiologi
1. Infeksi 2
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret
yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi
P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
12
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada
pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam
buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa
kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi2
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan
terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
13
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
F. Klasifikasi
kerusakan pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Etiologi
virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (Candida albican, fusarium solani,
14
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel
yang sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti
penggumpalan sel-sel radang yang tampak sebagai lapisan pucat di bagian bawah
kamera anterior dan khas untuk ulkus kornea bakteri dan jamur. Meskipun
hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada
membrane Descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur
fungus.2
Gambar 3. Ulkus kornea sentral pneumococcal dengan hipopion (pus di bilik mata
depan) 7
b. Ulkus Kornea Tipe Perifer (marginal)
Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya
Ulkus ini timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibodi dari
15
pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel
kornea. 2
berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan
di bagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan
penyakit kolagen vaskuler. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat
linear atau lonjong, terpisah dari limbus oleh interval bening, dan hanya pada
kornea kearah sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut.
16
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan
salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.
Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian
yang sentral.7
G. Gejala Klinik
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi,
tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu
nyeri yang ekstrirn oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea
memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit
dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra
superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi
sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya
penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi
pembuluh darah Ms adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung
saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal
pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga
17
umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada
epitel yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-
tanda uveitis anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus)
dan kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis,
biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,
injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan
opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan
batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis
dan hipopion.9
H. Diagnosis 10
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
1. Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang
dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur,
18
silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah
adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya
2. Pemeriksaan fisik
- Visus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
- Slit lamp
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya
perikornea.
3. Pemeriksaan penunjang
- Tes fluoresein
kornea. Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna
hijau menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru
- Kultur
19
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif
I. Penatalaksanaan10
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik,
anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.
Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak
terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1.
Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2.
Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3.
Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4.
Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
Infeksi pada mata harus diberikan :
Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru
20
Skopolamin sebagai midriatika.
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
tetrakain tetapi jangan sering-sering.
Terapi kausal
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada
pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat
memperlambat penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea
kembali. Anti jamur diberikan pada ulkus kornea akibat jamur dan antivirus
diberikan pada ulkus kornea akibat virus.
21
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas
atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan
gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja,
maka dapat dilakukan :
Iridektomi dari iris yang prolaps
Iris reposisi
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita
obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya
sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 6.Ulkus kornea perforasi. Jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat
pada kornea ditepi perforasi.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan,
kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta
memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
22
J. Pencegahan
K. Komplikasi
L. Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama,
23
karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan
lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya
menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan
penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada
penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.11
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui
metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar
leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik. 11
DAFTAR PUSTAKA
24
8. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8,
American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
9. Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of ophthalmology,
section 2, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009. P. 45-9
10. Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu
Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
11. Farouqui SZ, Central Sterile Co rnea Ulceration. Citied on August 9 th, 2011.
Available from: www.emedicine.com.
25