Anda di halaman 1dari 6

by Andika Wirawan in DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI Tag:Add new

tag,EPIDEMIOLOGI, Sejarah Epidemiologi


Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti
bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya.
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-
determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi
penyakit tersebut
Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman
dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua
disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia,
patologi, mikrobiologi dan genetika.
Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran menekankan pada pelayanan kasus demi
kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada kelmpok individu. Oleh karena itu, selain
membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain
seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi, lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan
statiska.
Dalam perkembangan ilmu epidemiologi sarat dengan hambatan-hambatan karena
belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode yang di gunakan pada epidemioogi. Hal
ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli
pengobatan dengan metode epidemiologi terutama pada saat berlakunya paradigma
bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para
ilmuwan terkenal di kala itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah
mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya
tentang air,water and places , selanjutnya Galen melengkapi dengan faktor atmosfir,
faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14 dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit
yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John
Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan mencatata kematian PES & data
metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan analisis statistik, matematik
dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah
dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan
tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah
dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan
menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama
William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam
menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis
wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan
kanker. Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul
perkembangan epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada
tahun 1892 yaitu melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle,
robert koch, Pasteur mengembangkan teori kontak penularan.
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang
masih berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
4. Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-
kurangnya 3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non
infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun
kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini
mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-
penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit
pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
1. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud
pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya.

Referensi :
1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006
Kata epidemiologi digunakan pertama kali pada awal abad kesembilanbelas
(1802) oleh seorang dokter Spanyol bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk
Epidemiologa Espaola (Buck et al., 1998). Tetapi gagasan dan praktik
epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh Bapak
Kedokteran Hippocrates sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani. Hippocrates
mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit.
Dengan menggunakan Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit
terjadi karena keracunan oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air.
Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara
mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya
sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era
epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilanbelas (Susser dan
Susser, 1996a).

Pertengahan abad kesembilan belas terjadi wabah kolera di London.


Seorang dokter anestesi bernama John Snow melakukan serangkaian investigasi
untuk mengetahui penyebab wabah tersebut antara 1849 dan 1854. Dalam
investigasi itu Snow mengamati banyak kematian terjadi pada populasi yang
menggunakan sumber air dari pompa air di Broad Street London. Air tersebut
disuplai oleh sebuah perusahaan air minum yang menggunakan air di bagian
Sungai Thames yang tercemar limbah. Snow menemukan, angka kematian
karena kolera pada populasi yang menggunakan air minum tersebut lebih tinggi
daripada populasi yang tidak menggunakan air minum itu. Snow menyimpulkan,
air minum tercemar merupakan penyebab epidemi kolera. Berdasarkan hasil
investigasi Snow, otoritas di London menutup pompa air Broad Street untuk
memutuskan transmisi, tidak lama kemudian epidemi kolera berhenti. Era
epidemiologi penyakit infeksi dimulai sejak investigasi Snow dan makin
berkembang seiring dengan munculnya ilmu baru mikrobiologi pada paroh kedua
abad kesembilanbelas. Sekitar satu dekade pasca investigasi Snow baru
diketahui bahwa patogen penyebab epidemi kolera adalah Vibrio cholera.
Epidemiologi penyakit infeksi menggunakan Teori Kuman (Germ Theory). Teori
Kuman menjelaskan bahwa penyakit disebabkan oleh agen infeksi sebagai kausa
tunggal. Upaya pencegahan penyakit infeksi dilakukan dengan cara memutus
transmisi, meliputi pemberian vaksin, isolasi dengan karantina, isolasi di
rumahsakit, dan pemberian antibiotika (Susser dan Susser, 1996a).

Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi. Kini


epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik
(penyakit yang berkunjung secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi
perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang tinggal di
dalam populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang). Epidemiologi
tidak hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit non-infeksi.
Menjelang pertengahan abad keduapuluh, dengan meningkatnya kemakmuran
dan perubahan gaya hidup, terjadi peningkatan insidensi penyakit kronis di
negara-negara Barat. Sejumlah riset epidemiologi lalu dilakukan untuk
menemukan kausa epidemi penyakit kronis. Epidemiologi penyakit kronis
menggunakan paradigma Black box, yakni meneliti hubungan antara paparan
di tingkat individu (kebiasaan merokok, diet) dan risiko terjadinya penyakit
kronis, tanpa perlu mengetahui variabel antara atau patogenesis dalam
mekanisme kausal antara paparan dan terjadinya penyakit. Upaya pencegahan
penyakit kronis dilakukan dengan cara mengontrol faktor risiko, yaitu mengubah
perilaku dan gaya hidup (merokok, diet, olahraga, dan sebagainya)(Susser dan
Susser, 1996a).
Sejarah perkembangan epidemiologi
Zaman Yunani Kuno
Cara orang memandang penyakit, penyebab terjadinya penyakit, dan upaya
untuk mengendalikannya, bisa dirunut ke belakang telah dimulai sejak zaman
kedokteran Yunani kuno, lebih dari duapuluempat abad yang lampau. Terdapat
beberapa teori/ hipotesis yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
pada manusia yang dibahas pada bagian ini: Teori Kosmogenik Empat Elemen,
Teori Generasi Spontan, Teori Humor, dan Teori Miasma.

Empedocles (490430 SM). Empedocles adalah seorang filsuf pra-Socrates, dokter,


sastrawan, dan orator Yunani, yang tinggal di Agrigentum, sebuah kota di Sisilia. Empedocles
menunjukkan, dia telah mempraktikkan epidemiologi terapan. Pada masa itu penduduk
sebuah kota dekat dengan Agrigentum, yaitu Selinunta, tengah dilanda epidemi penyakit
dengan gejala panas seperti malaria. Empedocles mendeteksi, penyebabnya terletak pada
genangan air dan rawa yang berisi air terkontaminasi. Empedocles mengatasi masalah itu
dengan membuka kanal (terusan) dan mengosongkan genangan air ke laut. Dengan membuka
dua sungai besar dan menghubungkannya dengan laut, mengeringkan rawa, Empedocles
berhasil menurunkan epidemi yang menjangkiti penduduk Selinunta. Empedocles berhasil
membuat Selinunta sebuah kota sehat dengan sistem irigasi yang dibiayainya. Karya sanitasi
ini bisa dipandang sebagai Projek Kesehatan Masyarakat pertama di muka bumi (Stathakou et
al., 2007).

Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles adalah seorang filsuf dan ilmuwan Yunani, berasal dari
Stagira. Aristoteles merupakan filsuf dan ilmuwan serba-bisa. Tulisannya mencakup aneka
subjek. Tulisan resminya tentang anatomi manusia tidak diketemukan, tetapi banyak
karyanya tentang binatang menunjukkan bahwa dia telah menggunakan pengamatan langsung
dan perbandingan anatomis antar spesies melalui diseksi (penyayatan). Aristoteles
memberikan fondasi bagi metode ilmiah. Humoralisme. Humoralisme atau Humorisme
adalah teori yang menjelaskan bahwa tubuh manusia diisi atau dibentuk oleh empat bahan
dasar yang disebut humor (cairan). Keempat humor itu adalah empedu hitam, empedu
kuning, flegma (lendir), dan darah

Hippocrates (377-260 SM). Hippocrates adalah seorang filsuf dan dokter Yunani pasca-
Socrates, yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern, Hippocrates memberikan
kontribusi besar dengan konsep kausasi penyakit yang dikenal dalam epidemiologi dewasa
ini, bahwa penyakit terjadi karena interaksi antara host-agent-environment (penjamu-agen-
lingkungan). Dalam bukunya yang "On Airs, Waters and Places" (Tentang Udara, Air, dan
Tempat) yang diterjemahkan Francis Adam, Hipoccrates mengatakan, penyakit terjadi
karena kontak dengan jazad hidup, dan berhubungan dengan lingkungan eksternal maupun
internal seseorang (Rocket, 1999; Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis,
2003; Saracci, 2010).

Ahli epidemiologi pertama


Hippocrates 460 377 SM
Ahli Epidemiologi yang pertama
Menjelaskan terjadinya penyakit dari dasar yang rasional
Buku yang ditulis: Epidemic I, Epidemic II, On Airs, Waters, and Places
Memperkenalkan istilah epidemic dan endemic 11 Sejarah perkembangan
epidemiologi

Galen 129 199 M


Ahli bedah tentara romawi
Bapak Fisiologi Eksperimental
Faktor Prokatartik (cara hidup orang) dan temperamen mempengaruhi
kesehatan dan penyakit
Pengaruh lingkungan (geografi dan iklim) -> (istilah umum untuk partikel dalam
udara)
Malaria -> Udara buruk
Teori miasma

Era Romawi
Pada abad ketiga, sekitar 800 tahun pasca Hippocrates, orang-orang Romawi telah membuat
cacah jiwa tentang kehidupan mereka. Catatan kuantitatif cacah jiwa tersebut dapat
dipandang merupakan prekursor tabel hidup (life table) dalam bentuk yang paling primitif.
Tabel hidup dalam arti yang sesungguhnya, yaitu tabel yang berisi proporsi (probabilitas)
orang untuk melangsungkan hidupnya pada tiap-tiap umur, baru diciptakan 13 abad
kemudian oleh John Graunt di Inggris (Rockett, 1999).

The Black Death


Pada abad ke 13-14 terjadi epidemi penyakit dengan mortalitas tinggi di seluruh dunia,
disebut The Black Death (penyakit sampar, pes, Bubonic plague). Penyakit sampar atau pes
disebabkan oleh Yersinia pestis yang menginfeksi rodensia (terutama tikus), lalu menular ke
manusia melalui gigitan kutu (flea). Penyakit sampar menyebabkan demam, pembengkakan
kelenjar limfe, dan bercak-bercak merah di kulit, sehingga wabah sampar disebut Bubonic
Plague (bubo artinya inflamasi dan pembengkaan kelenjar limfe).

Epidemiologi Modern

Sejarah perkembangan epidemiologi Age of enlightenment (17th & 18th


centuries)

Thomas Sydenham (1624 1689)


Hippocrates Inggris
Bapak Epidemiologi
Atmosfer mengakibatkan perubahan konstitusi
John Graunt
Analisis data mortalitas dalam tahun 1662
Melakukan kuantifikasi yang pertama dari pola kelahiran, kematian dan
kejadian penyakit
Mencatat perbedaan laki-laki dan perempuan, kematian bayi yang tinggi,
perbedaan urban-rural, dan variasi musiman

Willian Farr
Melakukan pengumpulan data secara sistematik dan statistik kematian di
Inggris Bapak Statistik vital moderen dan surveilens
Memperluas analisis data morbidtas dan mortalitas epidemiologi
Melihat efek status perkawinan, pekerjaan dan ketinggian Sejarah
perkembangan epidemiologi Konsep kontagion dan Teori germ penyakit

Hieronymous Frascastorius (1478 1553)


Sastrawan dan dokter dari Italia
Penyakit disebabkan oleh germ
Penyakit ditransmisikan dari orang ke orang melalui suatu partikel yang sangat
kecil

Anda mungkin juga menyukai