1. PENDAHULUAN
a) Garis Besar Materi Pokok Bahasan 10 :
Pokok bahasan kesepuluh ini membahas tentang generalisasi sebagai salah satu tehnik
dalam proses penalaran induktif.
1
b) Sasaran Pembelajaran/Learning objective:
Mahasiswa mampu memahami konsep generalisasi sebagai salah satu tehnik dalam
proses penalaran induktif.
Setelah mahasiswa mengikuti dan memahami materi bahasan ini maka mahasiswa
mampu menguraikan generalisasi sebagai salah satu tehnik dalam proses penalaran
induktif.
2
2. PENYAJIAN MATERI BAHASAN
a. Uraian Materi bahasan
I. Pendahuluan
Dalam sebuah kehidupan, khususnya kehidupan manusia bermasyarakat mau
tidak mau, sadar ataupun tidak sadar pasti seseorang itu sering melakukan sebuah analisa.
Analisa ini mungkin dilakukan ketika mengamati sesuatu atau cuman sekedar ingin tahu
apa sebenarnya yang terjadi.
Sering sekali manusia melakukan sebuah tatanan ilmu pengetahuan, akan tetapi
tidak menyadarinya. Ketika seseorang melakukan sebuah analisa, yang mana analisa-
analisa sebuah fenomena tersebut menjurus pada suatu kesimpulan umum. Maka, tahapan
tahapan tersebut dalam sebuah kajian ilmu mantiq atau logika disebut generalisasi.
Menurut Gorys Keraf dalam buku Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi.
Dalam keterangan lain dikatakan Generalisasi dalam ilmu mantiq disebut istiqro'
atau istinbat). Generalisasi adalah istidlal yang di dasarkan atas memepelajari terhadap
sesuatu yang kecil dengan sunggug-sungguh darinya aqal bisa mengambil kesimpulan
3
umum. Atau yang lebih umum mengenai generalisasi adalah proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat
seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Dengan begitu,
hukum yang disimpulkan dari fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diselidiki, oleh karena itu, hukum yang dihasilkan oleh penalaran
generalisasi tidak pernah sampai kepada kebenaran pasti tetapi hanya sampai kepada
kebenaran kemungkinan besar.
Jika disimpulkan bahwa semua mahasiswa tarbiyah itu jujur maka kebenaran
kesimpulan ini hanya mempunyai kebenaran kemungkinan besar (probabilitas).
4
I.2 Macam-Macam Generalisasi
1. Generalisasi Sempurna.
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan yang
diselidiki. Contoh : Setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun
Masehi kemudian disimpulkan bahwa : Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak
lebih dari 31. dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada
setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Generalisasi sempurna ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat
diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis dan tidak ekonomis.
Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu : loncatan induktif dan
yang bukan loncatan induktif.
1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun
fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta
tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh
persoalan yang diajukan. Contoh : Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan pengamatan
mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-German kemudian menarik suatu kesimpulan
bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.
Untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya
dapat kita pergunakan evaluasi berikut:
1. Apakah sampel yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Semakin banyak
jumlah fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan,
meskipun kita tidak boleh menyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual
akan menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan. Memang tidak ukuran yang pasti
berapa jumlah fenomena individual yang diperlakukakn untuk dapat mengasilkan
6
kesimpulan yang terpercaya. Contoh. Untuk menentukan jenis darah seseorang cukup
dengan satu titik darinya.
2. Apakah sampel yang digunakan cukup bervariasi. Untuk mementukan kadar minat
dan kesadaran berkoperasi sebagai sistem ekonomi yang diharapkan bagi bangsa
Indonesia, harus diteliti dari berbagai suku bangsa, berbagai lapisan penghidupan,
berbagai pendidikan. Semakin banyak variasi sampel, semakin kuat kesimpulan yang
dihasilkan.
3. Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan
fenomena umum atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga,
terutama jika kekecualian cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian cukup
besar tidak mungkin diadakan generalisasi. Bila kekecualian sedikit jumlahnya harus
dirumuskan dengan hati-hati; kata-kata seperti semua, setiap, selalu, tidak semuanya,
sebagian besar, kebanyakan; harus didasarkan atas pertimbangan rasional yang
cermat. Semakin cermat faktor-faktor pengecualian dipertimbangkan, semakin kuat
kesimpulan yang dihasilkan.
4. Apakah yang dirumuskan konsisten dengan fenomena individual, tidak boleh
memberikan tafsiran menyimpang dari data yang ada. Misalnya, penyelidikan tentang
faktor utama penyebab rendahnya prestasi akademik mahasiswa IAIN. Apabila data
setiap individu dari sampel yang diselidiki ditemukan faktor-faktor lemahnya
penguasaan bahasa asing, kurang berdiskusi, terlalu banyak jenis mata kuliah lalu
disimpulkan bahwa penyebab rendahnya prestasi itu adalah lemahnya penguasaan
bahasa asing, ini tidak merupakan konsekuensi logis dari fenomena yang
dikumpulkan. Kesimpulan ini lemah karena meninggal dua faktor tadi. Semakin
banyak yang ditinggalkan, semakin lemah kesimpulan yang dihasilkan.
7
Bagaimana juga ada kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan
fenomena yang sangat sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk dibuat generalisasi.
Hal ini juga bisa disebut sebagai generalisasi tergesa-gesa. Dalam kehidupan sehari-hari
kekeliruan seperti ini sering sekali terjadi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Ketika kita ingin mengurusi permasalahan beasiswa di bagian TU Akademik Tarbiyah
IAIN dan dilayani dengan tidak profesional (mbulet), maka kita terhanyut pada
generalisasi yang salah kemudian kita menyatakan bahwa pelayanan TU Akademik
Tarbiyah IAIN tidak bagus (patut dipecat).
Taruhlah kita mempercayai generalisasi Darwin semua kucing berbulu putih dan
bermata biru adalah tuli. Pernyataan ini didasarkan atas generalisasi yang benar dan
terpercaya, sehingga kita semua mengakui kebenaran pernyataan ini. Tetapi sejauh itu,
pernyataan serupa ini hanya mendasarkan kepada fenomenanya, maka hal ini adalah
generalisasi empirik. Apabila kemudian kita dapat menjelaskan mengapa kucing yang
mempunnyai ciri-ciri serupa itu adalah tuli, yakni menghubungkan bahwa ketiadaan
pigmen pada bulu kucing dan warna matanya mengakibatkan organ pendengarannya
8
tidak berfungsi dan generalisasi ini disebut generalisasi dengan penjelasan (explained
generalization). Generalisasi ini mempunyai taraf keterpercayaan hampir setingkat
dengan generalisasi sempurna.
Generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik dalam bentuk
maupun permaslahannya. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada
metodenya, kualitas data serta ketepatan dalam perumusannya.
9
1. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi yang cermat. Dilakukan oleh
tenaga terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi
dilakukan dengan tepat, mnyeluruh, dan teliti.
2. Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur serta mendapatkan ketepatan
serta menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
3. Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
4. Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dengan istilah
yang padat dan tematik.
5. Observasi atas fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi yang bervariasi, misalnya waktu, tempat, dan keadaan
khusus lainnya.
6. Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali, kritik, dan
pengetesan atas generalisasi yang dibuat.
Ciri tersebut di atas tidak saja berlaku bagi generalisasi ilmiah, tetapi juga bagi
interpretasi ilmiah atas fakta-fakta. Biasanya kita tidak dapat melakukan pengetasan atas
generalisasi ilmiah tersebut. Kita hanya bisa mengikuti bagaimana penilaian para ahli
yang mempunyai otoritas pada bidang permasalahaanya.
Menurut Soekadijo, generalisasi yang baik harus memenuhi 3 syarat, antara lain :
1. Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik. Artinya, generalisasi tidak boleh terikat
kepada jumlah tertentu. Kalau dikatakan Semua A adalah B , maka proposisi itu harus
benar, berapa pun jumlah A. Proposisi itu berlaku untuk setiap dan semua subyek yang
memenuhi kondisi A. Contohnya : Semua perempuan adalah cantik.
2. Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal.
Artinya, tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu. Jadi, harus berlaku di mana saja dan
kapan saja. Contohnya : Semua dosen adalah orang terpelajar.
3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian. Yang dimaksud dengan dasar
pengandaian di sini adalah dasar dari yang disebut contrary-to-facts conditionals atau
unfulfilled conditionals.
Rumusnya : Faktanya : x, y, dan z itu masing-masing bukan B
10
Ada generalisasi : Semua A adalah B. Pengandaiannya : andaikata x, y, dan z itu masing-
masing sama dengan A atau dengan kata-kata lain, andaikata x, y, dan z itu masing-
masing memenuhi atau sama kondisiya dengan A, maka pastilah x, y, dan z itu masing-
masing sama dengan B. ( Soekadijo, 1991 : 134-135 )
Contohnya : Faktanya : Sofan, Syaiful dan Budi itu bukan perempuan
Generalisasi : Semua yang cantik adalah perempuan
Pengandaiannya : Andaikata Sofan, Syaiful dan Budi itu cantik, maka pastilah Sofan,
Syaiful dan Budi itu perempuan.
Adapun menurut buku Logika, untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan
cukup kuat untuk dipercaya dapat kita pergunakan evaluasi sebagai berikut :
- Apakah sampel yang digunakan secara kuantitatif cukup mewakili. Semakin banyak
jumlah fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan,
meskipun kita tidak boleh menyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual
akan menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan.
Misalnya : Untuk menentukan jenis darah seseorang cukup dengan satu titik darinya.
Atau untuk menentukan kadar kejernihan air sebuah sungai cukup satu gelas saja.
Tetapi sebaliknya, untuk menentukan faktor dominan apakah yang menjadi sebab
sebuah kejahatan tidak cukup mendasarkan kepada beberapa orang saja.
- Apakah sample yang digunakan cukup bervariasi. Semakin banyak variasi sample,
semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
Misalnya : Untuk menentukan kadar minat dan kesadaran berkoperasi sebagai sistem
ekonomi yang diharapkan bagi bangsa Indonesia, harus diteliti dari berbagai suku
bangsa, berbagai lapisan penghidupan, berbagai pendidikan dan berbagai usia.
11
besar tidak mungkin diadakan generalisasi. Semakin cermat faktor-faktor
pengecualian dipertimbangkan, semakin kuat kesempatan yang dihasilkan.
b. Pembahasan:
Setelah pemaparan materi bahasan tersebut di atas mahasiswa diberi kesempatan
bertanya tentang materi yang tidak atau kurang dimengerti dan fasilitator untuk tetap
berfungsinya expert jugments sebagai nara sumber dari sudut pandang kecakapan dan
filosofi keilmuan terkait.
c. Penelitian:
Fasilitator menguraikan berbagai contoh penelitian yang telah dan sedang serta
prospective dari berbagai sumber maupun penelitian terkait secara nasional maupun
internasional. Demikianpula mahasiswa dapat mengutarakan hal-hal terkait yang
diperoleh dan diketahuinya.
12
d. Penerapan:
Fasilitator menguraikan tentang dilema dalam bentuk kegiatan mandiri maupun
kerjasama antar dan interdisiplin ilmu. Demikianpula mahasiswa dapat mengutarakan
hal terkait tentang generalisasi yang diketahuinya.
e. Latihan:
Mahasiswa di dalam kelas melakukan kegiatan berupa menuliskan beberapa contoh
generalisasi yang salah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
f. Tugas Mandiri:
Dapat diberikan dalam bentuk mahasiswa menambahkan dengan mencari tambahan
materi terkait materi bahasan ini tentang generalisasi beserta pembagiannya yang tepat.
3. PENUTUP
a. Rangkuman
Fasilitator merangkum materi kuliah ini dengan memberikan esensi dari materi bahasan
dan keterhubungannya dengan materi bahasan sebelumnya dan berikutnya.
b. Tes Formatif:
Fasilitator memberikan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan
yang diperoleh mahasiswa pada materi bahasan ini dengan memberikan pertanyaan
antara lain sebagai berikut:
a. Contoh generalisasi yang berkaitan dengan kesehatan
b. Contoh generalisasi yang ilmiah
c. UmpanBalik :
Mahasiswa dapat mengajukan hal tentang kondisi yang dialami dan diharapkannya
untuk memahami materi bahasan terkait.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mundiri, 2009. Logika, Rajawali Press, Jakarta
2. W. Poespoprodjo, EK T Gilarso, 1999, Logika Ilmu Menalar : Dasar-dasar Berpikir
Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis, cet. 1, Pustaka Grafika, Bandung
3. R.G. Soekadijo.1987. Logika Dasar. tradisional, simbolik, dan induktif, Gramedia:
Jakarta
13