Dosen :
- Ari Prasetiyo S.S., M.Si.
- Eko Sulistiyo S.Hum
Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Artikel I
1
Artikel II
2
Analisis
Setelah membaca kedua artikel ini dapat saya katakan bahwa karawitan jawa atau bisa
disebut gamelan jawa yang merupakan serangkaian alat musik tradisional bernada pelog atau
slendro yang dimainkan dengan cara di pukul pukul dan berkelompok serta dapat mengiringi acara
3
acara tertentu seperti acara sinden dan tarian. Namun pada dasarnya, permasalahan yang sedang
dihadapi bangsa ini adalah hampir punahnya karawitan Jawa dalam bangsa ini yang dimana pada
hakekatnya karawitan Jawa merupakan warisan budaya bangsa. Terkait hal ini, kita sebagai penerus
bangsa sudah seharusnya untuk mengupayakan agar warisan budaya tidak punah.
Berdasarkan artikel pertama, untuk Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia dan
juga Yayasan Kertagama sendiri mendapatkan piagam penghargaan ke 5.740 kepada Rektor Institus
Seni Indonesia yaitu Hermien Kusmayati dan salah satu pengurus Yayasan Kertagama yaitu Sujiwo
Tejo dari Museum Rekor Indonesia (Muri) yang sekaligus mantan wartawan Kompas serta seorang
budayawan yang mana diberikan langsung oleh Wida, seorang perwakilan Muri atas pencapaian
pagelaran karawitan Jawa. Acara ini mendapati sikap antusias dari Sujiwo Tedjo, dimana beliau
berharap pula bahwa penghargaan memainkan karawitan 24 jam nonsop tersebut dapat menarik
pihak pihak yang bersangkutan untuk dapat lebih melestarikan kembali budaya karawitan Jawa atau
gamelan Jawa agar tidak punah. Selain itu di daerah Gunungkidul pun masyarakatnya masih
menggemari seni musik budaya karawitan Jawa bahkan hingga tiap RW (Rukun Warga) masing-
masing masih memiliki alat karawitan sendiri yakni berupa gamelan Jawa. Bahkan di daerah
Manyaran, Wonogiri memproduksi gamelan sendiri dan banyak pemesan lokal dari Indonesia
komplain karena pemesanan untuk gamelan yang akan digunakan untuk memainkan karawitan
Jawa tersebut lama sekali karena saking banyaknya pesanan sehingga daerah tersebut agak lama
dalam memproduksi serangkaian alat karawitan Jawa tersebut. Selain itu, beliau juga berharap
gamelan sebagai alat karawitan Jawa cepat di sahkan oleh Unesco sebagai salah satu warisan dunia
karena menurut beliau hal ini akan menjadi pendongkrak eksistensi dari gamelan sebagai alat
karawitan Jawa dan juga perkembangannya di seluruh kota maupun pelosok-pelosok daerah di
Negara asalnya sendiri, Indonesia.
Parade karawitan jawa se-kota Salatiga berdasarkan artikel kedua, turut diramaikan oleh 10
grup karawitan Jawa. Parade ini digelar oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), Kota
Salatiga, di Gedung Pertemuan Daerah sekitar September 2014. Dalam Parade karawitan Jawa Ini,
10 grup tersebut menampilkan mulai dari permainan alat musik gamelan atau karawitan Jawa
hingga permainan seni budaya berupa tembang Jawa atau biasa disebut sinden. Menurut Mustain
yang menjabat sebagai staf ahli Wali Kota dimana beliau mengatakan bahwa karawitan Jawa masih
digemari orang orang di daerah setempat terutama oleh kalangan remaja dimana warga daerah lain
lebih memilih untuk menggemari yang datangnya dari luar yakni dari budaya barat seperti musik
pop, jazz, R&B, dan lainnya. Selain itu, menurut Ketua Pepadi Kota Salatiga, Ki Ruparno
4
Prawiroatmojo mengatakan bahwa parade karawitan Jawa tersebut selain dimaksudkan untuk
melestarikan seni musik budaya karawitan Jawa juga untuk membentengi budaya timur dari budaya
asing seperti budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur.. Konteks inilah yang dapat
membuat karawitan Jawa tetap eksis di kalangan masyarakat daerah tersebut, terutama kalangan
remaja. Selain itu, Ketua Pepadi Kota Salatiga juga mengatakan bahwa karawitan Jawa juga
merupakan warisan budaya yang mengandung nilai adi luhung. Namun, walaupun parade karawitan
Jawa ini mendapat apresiasi dari pengamat dan pakar karawitan Jawa yakni Mardimin alumnus
ASKI Surakarta (yang sekarang ISI Surakarta) dan juga Sutarto alumnus Sekolah Tinggi Seni
Filipina, serta dari segi keterampilan, penampilan anak-anak dari karawitan Padha Mara sangat
mengagumkan, permainan dalam parade karawitan ini masih perlu ditingkatkan dengan tujuan
apabila parade karawitan Jawa tersebut bagus dan mengagumkan maka akan menarik setiap orang
untuk ikut pula dalam melestarikan warisan budaya bangsa karawitan Jawa tersebut. Selain itu,
apabila permainan karawitan Jawa dikombinasikan dengan musik-musik favorit masyarakat
Indonesia pula yang kebanyakan zaman sekarang jenis-jenis musik yang digemari oleh masyarakat
Indonesia, maka akan dapat diprediksikan bahwa masyarakat Indonesia akan lebih tertarik dan
hingga melestarikan warisan bangsa tersebut.
Namun pada era globalisasi ini yang biasa di sebut zaman modern, masyarakat Indonesia
kebanyakan sudah enggan untuk mengenal seni budaya tradisional. Sehingga dapat dianalisis bahwa
perilaku yang seperti ini dikarenakan penduduk Indonesia pada era globalisasi ini dan juga
anggapan masyarakat bahwa karawitan Jawa merupakan sesuatu yang tidak lumrah dan sudah
ketinggalan zaman sehingga kebanyakan dari mereka tidak mau mengenal karawitan Jawa. Hal ini
dapat dibuktikan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia kebanyakan yang sering
mendengarkan musik pop, jazz, R&B dibandingkan dengan musik karawitan Jawa serta masyarakat
Indonesia kebanyakan dan juga dari setiap kalangan yang cenderung memilih menonton konser artis
luar negeri dibandingkan menonton pagelaran budaya Indonesia seperti karawitan Jawa. Karena
pada dasarnya masalah yang sedang dihadapi bangsa ini adalah hampir punahnya karawitan Jawa,
maka perlu diadakannya pelestarian-pelestarian yang terfokus kepada karawitan Jawa sendiri dan
dengan inovasi-inovasi yang menarik dalam menentukan cara pelestarian karawitan Jawa. Seperti
yang telah dilakukan oleh Fakultas Seni Pertunjukkan dari Institut Seni Indonesia (ISI) dan Yayasan
Kertagama yang menggelar acara pertunjukan karawitan Jawa 24 jam non-stop serta yang dilakukan
pula oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), di Kota Salatiga merupakan usaha-usaha yang
dapat mengupayakan agar karawitan jawa tidak punah. Selain itu, cara-cara tersebut cukup inovatif
dalam upaya melestarikan karawitan Jawa. Kemudian untuk selanjutnya, bisa ditambahkan cara-
5
cara yang lebih inovatif, yakni seperti memainkan alat musik tradisional gamelan Jawa dengan lagu
lagu yang digemari oleh masyarakat Indonesia agar masyarakat Indonesia lebih cepat mengenal
karawitan Jawa karena selama ini yang ada dibayangan masyarakat Indonesia kebanyakan adalah
karawitan Jawa yang sudah tidak zaman tanpa mengetahui nilai estetika dari karawitan Jawa dan
juga tanpa mengetahui nilai adi luhung dari karawitan Jawa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di semua wilayah di Indonesia melakukan hal yang
sedemikian rupa seperti selalu memainkan karawitan jawa atau mempromosikan karawitan Jawa di
setiap kesempatan serta mengadakan acara seperti yang digelar oleh Institut Seni Indonesia dan juga
Persatuan Pedalangan Indonesia, maka akan dipastikan seni musik budaya karawitan Jawa tidak
akan punah.
Daftar Pustaka
1. Gambar:
https://html2-f.scribdassets.com/6akj7deda82vyvxy/images/1-
46cd9d73a4.jpg
2. Artikel I:
http://www.harianjogja.com/baca/2012/12/14/karawitan-24-jam-nonstop-isi
pecahkan-rekor-muri-357993