Anda di halaman 1dari 2

Pra Kemerdekaan

1. Bangsa tanah jawa telah memiliki kemampuan membuat peta wilayah darat.
Seperti diungkapkan dalam artikel tulisan C.J Zandvliet pada Holland Horizon
Volume 6 Number 1 Tahun 1994, yang isinya antara lain Pada catatan
sejarah Cina yang disusun pada tahun 1369 dan 1370 ditulis bahwa pada
penyerbuan tentara Yuan ke Jawa tahun 1292-1293, Raden Wijaya
mempersembahkan peta administratif Kerajaan Kediri kepada penyerbu
sebagai tanda menyerah.
2. Abad 15 Peta pertama dibuat saat Laksamana Cheng Ho dari Cina membuat
peta navigasi pelayaran di wilayah negeri ini.
3. Peta kedua dibuat bangsa Portugis yang melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa
dan Kepulauan Rempah Maluku pada tahun 1511.
4. Pada tahun 1540 2 bangsa Jerman yaitu Sebastian Mnster (1488 - 1550)
kosmografer dan pembuat karya geografi ilustrasi paling populer pada abad
16 bersama pelukis dan pembuat cetakan Hans Holbein the Younger (1497-
1543) mempublikasi untuk pertama
5. kalinya peta Sumatera (Taprobana) termasuk di dalamnya Java Minor sebagai
Borneo yang terletak di utara Jawa (Java Mayor).
6. Pada tahun 1548, bangsa Italia yaitu Cornelio Castaldi dan Girolamo Ramusio
juga mempublikasi peta Borneo
7. Masa kolonial belanda, Belanda membuat pemetaan nusantara dikarenakan
ditutupnya pelabuhan di daerah jajahan Portugis di Semenanjung Malaka bagi
orang Belanda
8. Pada tahun 1548, bangsa Italia yaitu Cornelio Castaldi dan Girolamo Ramusio
juga mempublikasi peta Borneo
9. Memasuki abad berikutnya, Kolonial Belanda mulai meningkatkan peranan
militernya dalam pembuatan peta di Indonesia. Karena VOC menilai
pembuatan peta topografi militer dan sipil merupakan salah satu jalan untuk
mempertahankan dan memperluas pengawasan di seluruh daerah
kekuasaan.
10.Pada 1823 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Depo Peta Laut dan
berkembang menjadi Bureau Hidrographic. Bureau ini menerbitkan Bericht
aan Zee verenden (B.A.Z.) yang kini menjadi Berita Pelaut Indonesia (BPI).
11.Akhir abad 18 Belanda membuat peta pelayaran dari Banten hingga pulau-
pulau Timur Indonesia yang berisi mengenai tanda bahaya untuk navigasi
laut
12.Peta buatan VOC 1849 membuat peta topografi Batavia dan 1853 dilanjutkan
ke Karesidenan Cirebon
13.1864 dibuat Topographische Beurau en de Militaire Verkenningen atau Biro
Topografi dan Penyuluhan Militer, yang berada di bawah Kesatuan Zeni,
dengan tugas melakukan pengukuran topografi di Pulau Jawa
14.Pada 1874, status Biro Topografi ditingkatkan menjadi Topographische
Dients(Dinas Topografi), berada di bawah Angkatan Darat. Pada 1907, Dinas
Topografi menjadi bagian yang berdiri sendiri yakni sebagai Afedeling ke-9
dari Departemen Pertahanan atau dikenal sebagai Dinas Topografi Militer.
15.Pertengahan abad 19 Indonesia bukan hanya sebagai pemberi Informasi
namun juga lebih aktif dalam survei pembuatan peta dengan bekerja di Dinas
Topografi. Awal abad 20, sekitar 500 orang bekerja di Dinas ini dan sebagian
besar orang Indonesia. Pada tahun 1938 Dinas Topografi menerbitkan sebuah
karya besar Atlas van Tropisch Netherland, yang merupakan peta Indonesia
yang rinci.

Setelah Kemerdekaan

1. September 1945 Lembaga Topografi yang didirikan Penjajah Jepang yaituSo-


Kuryo Kyokukemudian diubah namanya menjadi Jawatan Topografi Republik
Indonesia
2. 1945 Belanda membentuk Topographische Dients KNIL di Jakarta
3. 1948 Pemerintahan Belanda membentuk Raad en Directorium Het
MeetKaarteerwezen(Dewan dan Direktorium untuk Pengukuran dan Pemetaan
Hindia Belanda) yang merupakan badan koordinasi di bidang survei dan
pemetaan.
4. 1950 Topographische Dients KNIL dan semua lembaga di bawahnya ( balai
Geodesi, balai Geografi dan balai Fotogrametri)di ambil alih dan di gabung
dengan Inspektorat Topografi
5. 1951 Pemerintah RO membubarkan Raad en Directorium Het Meet
Kaarteerwezen dan menetapkan pembentukan Dewan dan Direktorium
Pengukuran dan Penggambaran Peta
6. 1960 Pemerintah membentuk Panitia Pembuatan Atlas Sumber-sumber
Kemakmuran Indonesia yang berada di bawah Biro Ekonomi dan Keuangan
dari Kantor Menteri Pertama dalam rangka menunjang perencanaan nasional.
7. 1964 status Panitia Atlas ditingkatkan menjadi Badan Atlas Nasional (BATNAS)
8. 1965 Pemerintah membentuk Komando Survei dan Pemetaan Nasional
(Kosurtanal) dan Dewan Survei dan Pemetaan Nasional (Desurtanal). Namun
Kosurtanal dan Desurtanal belum sempat bekerja karena terjadinya peristiwa
G30S/PKI
9. Pembentukan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL) yang menetapkan badan koordinasi ini sebagai aparatur
pembantu pimpinan Pemerintah yang berkedudukan langsung di bawah
Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai