Anda di halaman 1dari 9

KlipingMPK Seni Karawitan Jawa

Analisis Pagelaran Karawitan Jawa

Deyana Lutfita Kanos


1406570594
Karawitan Jawa

Dosen :
- Ari Prasetiyo S.S., M.Si.
- Eko Sulistiyo S.Hum

Geografi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Artikel I
1
Artikel II

2
Teks Artikel I

3
Karawitan 24 Jam Nonstop, ISI Pecahkan Rekor Muri

BANTULMuseum Rekor Indonesia (Muri) memberikan piagam penghargaan kepada Fakultas Seni
Pertunjukkan Institut Seni Indonesia (ISI) dan Yayasan Kertagama atas pencapaian mereka dalam
menyelenggarakan pentas Karawitan selama 24 jam nonstop, Jumat, (14/12).

Pemberian gelar tersebut diberikan langsung oleh Wida, perwakilan Muri kepada Rektor ISI, Hermien
Kusmayati dan Sujiwo Tejo, salah satu pengurus Yayasan Kertagama. Dengan usainya para pengrawit
memainkan Karawitan selama 24 jam tanpa henti kami berikan piagam penghargaan Muri.
Penghargaan ini juga merupakan ke 5.740 yang telah diberikan MURI, kata Wida dihadapan puluhan
penonton.

Sujiwo Tedjo, Budayawan sekaligus Ketua yayasan Kertagama mengaku sangat antusias dengan
penghargaan Muri itu. Menurut mantan wartawan Kompas tersebut, piagam penghargaan itu
diharapkan bisa memancing pihak pihak yang bersangkutan untuk bisa lebih peduli terhadap seni
karawitan.

Terlebih, kata dia, antusiasme masyarakat Indonesia untuk turut nguri-nguri seni Karawitan cukup
tinggi. Misalnya saja di daerah Gunungkidul, itu bukan cuma desa-desa saja bahkan tiap RW memiliki
gamelan. Meskipun sebagian ada besi dan perunggu Di Manyaran, Wonogiri bahkan di sana mayoritas
warga memproduksi gamelan bahkan kalau kita pesan saja sulit karena antriannya panjang sekali.
Berrbagai instansi di Indonesia banyak yang memesan Gamelan di sana, ungkapnya.

Untuk itu, ia sangat berharap sekali bahwa Karawitan bisa secepatnya disahkan sebagai salah satu
warisan dunia oleh Unesco. Karena hal itu tentunya akan berdampak besar terhadap perkembangan
gamelan sendiri di Indonesia.

Teks Artikel II

Pepadi Gelar Parade Karawitan

4
TAMANSARI Sebanyak 10 grup karawitan meramaikan Parade Karawitan se-Kota Salatiga yang
digelar Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Salatiga di Gedung Pertemuan Daerah, baru-
baru ini.

Mereka menampilkan kemampuan dalam bidang karawitan mulai dari permainan alat musik gamelan
hingga membawakan tembang Jawa. Acara itu dibuka oleh Mustain, staf ahli Wali Kota. Kami sangat
bangga karena seni tradisi karawitan masih disenangi masyarakat, ujarnya.

Menurutnya seni karawitan merupakan warisan bangsa yang masih digemari masyarakat Salatiga,
terutama para generasi muda. Ketua Pepadi Kota Salatiga, Ki Ruparno Prawiroatmojo mengatakan,
Parade Karawitan digelar sebagai upaya melestarikan budaya dan diharapkan menjadi benteng
masuknya budaya asing.

Dilestarikan

Budaya dan tradisi seperti seni karawitan harus tetap dilestarikan karena merupakan warisan leluhur
yang mengandung nilai adi luhung. Sekaligus sebagai benteng budaya menghadapi masuknya budaya
asing yang kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, katanya.

Dalam acara itu hadir pula pengamat dan pakar karawitan, Mardimin, alumnus ASKI Surakarta
(sekarang ISI Surakarta) dan Sutarto alumni Sekolah Tinggi Seni Filipina. Mereka mengapresiasi
parade itu.

Meskipun dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan, tapi dari segi keterampilan, penampilan anak-
anak dari karawitan Padha Mara sangat mengagumkan. Semoga anak-anak Salatiga lainnya akan
mengikuti, ujar Mardimin. (H2- 64)

Analisis

Setelah membaca kedua artikel ini dapat saya katakan bahwa karawitan jawa atau bisa disebut
gamelan jawa yang merupakan serangkaian alat musik tradisional bernada pelog atau slendro yang
dimainkan dengan cara di pukul pukul dan berkelompok serta dapat mengiringi acara acara tertentu
seperti acara sinden dan tarian. Namun pada dasarnya, permasalahan yang sedang dihadapi bangsa ini

5
adalah hampir punahnya karawitan Jawa dalam bangsa ini yang dimana pada hakekatnya karawitan
Jawa merupakan warisan budaya bangsa. Terkait hal ini, kita sebagai penerus bangsa sudah seharusnya
untuk mengupayakan agar warisan budaya tidak punah.

Berdasarkan artikel pertama, untuk Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia dan juga
Yayasan Kertagama sendiri mendapatkan piagam penghargaan ke 5.740 kepada Rektor Institus Seni
Indonesia yaitu Hermien Kusmayati dan salah satu pengurus Yayasan Kertagama yaitu Sujiwo Tejo
dari Museum Rekor Indonesia (Muri) yang sekaligus mantan wartawan Kompas serta seorang
budayawan yang mana diberikan langsung oleh Wida, seorang perwakilan Muri atas pencapaian
pagelaran karawitan Jawa. Acara ini mendapati sikap antusias dari Sujiwo Tedjo, dimana beliau
berharap pula bahwa penghargaan memainkan karawitan 24 jam nonsop tersebut dapat menarik pihak
pihak yang bersangkutan untuk dapat lebih melestarikan kembali budaya karawitan Jawa atau gamelan
Jawa agar tidak punah. Selain itu di daerah Gunungkidul pun masyarakatnya masih menggemari seni
musik budaya karawitan Jawa bahkan hingga tiap RW (Rukun Warga) masing-masing masih memiliki
alat karawitan sendiri yakni berupa gamelan Jawa. Bahkan di daerah Manyaran, Wonogiri
memproduksi gamelan sendiri dan banyak pemesan lokal dari Indonesia komplain karena pemesanan
untuk gamelan yang akan digunakan untuk memainkan karawitan Jawa tersebut lama sekali karena
saking banyaknya pesanan sehingga daerah tersebut agak lama dalam memproduksi serangkaian alat
karawitan Jawa tersebut. Selain itu, beliau juga berharap gamelan sebagai alat karawitan Jawa cepat di
sahkan oleh Unesco sebagai salah satu warisan dunia karena menurut beliau hal ini akan menjadi
pendongkrak eksistensi dari gamelan sebagai alat karawitan Jawa dan juga perkembangannya di
seluruh kota maupun pelosok-pelosok daerah di Negara asalnya sendiri, Indonesia.

Parade karawitan jawa se-kota Salatiga berdasarkan artikel kedua, turut diramaikan oleh 10
grup karawitan Jawa. Parade ini digelar oleh Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), Kota Salatiga,
di Gedung Pertemuan Daerah sekitar September 2014. Dalam Parade karawitan Jawa Ini, 10 grup
tersebut menampilkan mulai dari permainan alat musik gamelan atau karawitan Jawa hingga permainan
seni budaya berupa tembang Jawa atau biasa disebut sinden. Menurut Mustain yang menjabat sebagai
staf ahli Wali Kota dimana beliau mengatakan bahwa karawitan Jawa masih digemari orang orang di
daerah setempat terutama oleh kalangan remaja dimana warga daerah lain lebih memilih untuk
menggemari yang datangnya dari luar yakni dari budaya barat seperti musik pop, jazz, R&B, dan
lainnya. Selain itu, menurut Ketua Pepadi Kota Salatiga, Ki Ruparno Prawiroatmojo mengatakan

6
bahwa parade karawitan Jawa tersebut selain dimaksudkan untuk melestarikan seni musik budaya
karawitan Jawa juga untuk membentengi budaya timur dari budaya asing seperti budaya barat yang
tidak sesuai dengan budaya timur.. Konteks inilah yang dapat membuat karawitan Jawa tetap eksis di
kalangan masyarakat daerah tersebut, terutama kalangan remaja. Selain itu, Ketua Pepadi Kota Salatiga
juga mengatakan bahwa karawitan Jawa juga merupakan warisan budaya yang mengandung nilai adi
luhung. Namun, walaupun parade karawitan Jawa ini mendapat apresiasi dari pengamat dan pakar
karawitan Jawa yakni Mardimin alumnus ASKI Surakarta (yang sekarang ISI Surakarta) dan juga
Sutarto alumnus Sekolah Tinggi Seni Filipina, serta dari segi keterampilan, penampilan anak-anak dari
karawitan Padha Mara sangat mengagumkan, permainan dalam parade karawitan ini masih perlu
ditingkatkan dengan tujuan apabila parade karawitan Jawa tersebut bagus dan mengagumkan maka
akan menarik setiap orang untuk ikut pula dalam melestarikan warisan budaya bangsa karawitan Jawa
tersebut. Selain itu, apabila permainan karawitan Jawa dikombinasikan dengan musik-musik favorit
masyarakat Indonesia pula yang kebanyakan zaman sekarang jenis-jenis musik yang digemari oleh
masyarakat Indonesia, maka akan dapat diprediksikan bahwa masyarakat Indonesia akan lebih tertarik
dan hingga melestarikan warisan bangsa tersebut.

Namun pada era globalisasi ini yang biasa di sebut zaman modern, masyarakat Indonesia
kebanyakan sudah enggan untuk mengenal seni budaya tradisional. Sehingga dapat dianalisis bahwa
perilaku yang seperti ini dikarenakan penduduk Indonesia pada era globalisasi ini dan juga anggapan
masyarakat bahwa karawitan Jawa merupakan sesuatu yang tidak lumrah dan sudah ketinggalan zaman
sehingga kebanyakan dari mereka tidak mau mengenal karawitan Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia kebanyakan yang sering mendengarkan musik pop, jazz,
R&B dibandingkan dengan musik karawitan Jawa serta masyarakat Indonesia kebanyakan dan juga dari
setiap kalangan yang cenderung memilih menonton konser artis luar negeri dibandingkan menonton
pagelaran budaya Indonesia seperti karawitan Jawa. Karena pada dasarnya masalah yang sedang
dihadapi bangsa ini adalah hampir punahnya karawitan Jawa, maka perlu diadakannya pelestarian-
pelestarian yang terfokus kepada karawitan Jawa sendiri dan dengan inovasi-inovasi yang menarik
dalam menentukan cara pelestarian karawitan Jawa. Seperti yang telah dilakukan oleh Fakultas Seni
Pertunjukkan dari Institut Seni Indonesia (ISI) dan Yayasan Kertagama yang menggelar acara
pertunjukan karawitan Jawa 24 jam non-stop serta yang dilakukan pula oleh Persatuan Pedalangan
Indonesia (Pepadi), di Kota Salatiga merupakan usaha-usaha yang dapat mengupayakan agar karawitan

7
jawa tidak punah. Selain itu, cara-cara tersebut cukup inovatif dalam upaya melestarikan karawitan
Jawa. Kemudian untuk selanjutnya, bisa ditambahkan cara-cara yang lebih inovatif, yakni seperti
memainkan alat musik tradisional gamelan Jawa dengan lagu lagu yang digemari oleh masyarakat
Indonesia agar masyarakat Indonesia lebih cepat mengenal karawitan Jawa karena selama ini yang ada
dibayangan masyarakat Indonesia kebanyakan adalah karawitan Jawa yang sudah tidak zaman tanpa
mengetahui nilai estetika dari karawitan Jawa dan juga tanpa mengetahui nilai adi luhung dari
karawitan Jawa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika di semua wilayah di Indonesia melakukan hal yang
sedemikian rupa seperti selalu memainkan karawitan jawa atau mempromosikan karawitan Jawa di
setiap kesempatan serta mengadakan acara seperti yang digelar oleh Institut Seni Indonesia dan juga
Persatuan Pedalangan Indonesia, maka akan dipastikan seni musik budaya karawitan Jawa tidak akan
punah.

Daftar Pustaka

1. Gambar:

https://html2-f.scribdassets.com/6akj7deda82vyvxy/images/1-

46cd9d73a4.jpg

(diunduh pada 4 Desember 2014, pukul 21:40 WIB)

2. Artikel I:

http://www.harianjogja.com/baca/2012/12/14/karawitan-24-jam-nonstop-isi

pecahkan-rekor-muri-357993

(diunduh pada 2 Desember, pukul 19:00 WIB)

3. Artikel II: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/pepadi-gelar-parade-karawitan/

(diunduh pada 3 Desember, pukul 22:00 WIB)

8
9

Anda mungkin juga menyukai