Anda di halaman 1dari 19

2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

DindaSayudhaTaraShintia
JustanotherBlogUniversitasJembersite

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN BERBASIS EROPA
SENTRISME
PEMBANGUNAN BERBASIS EROPASENTRISME

Tugas
Sosiologi Pembangunan
oleh:
Dinda Sayuda Tara Shintia 130910302008
Satya Marendra A. 130910302015
Fathan Fadillah 130910302024
SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
DESEMBER
2015
Kata Pengantar
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Makalah ini membahas tentang pembangunan berbasis
eropasentrisme, yaitu sebuah paradigma historis tentang pembangunan global
dengan mengacu pada perkembangan ekonomi dan perkembangan pembangunan
di eropa serta Negara adidaya lainnya. Di dalam makalah ini kemudian di jelaskan
mengenai tahapan historis tentang perkembangan pembangunan di Eropa,
tanggapan para ahli serta kaum strukturalis tentang tahapan pembangunan
berbasis Eropasentrisme, dan dampak modernisasi bagi Negara dunia ketiga
menurut kaum strukturalis
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha
Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 1/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga


makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Jember, Desember 2015


Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.. 2
Daftar Isi.. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan 4
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penulisan.. 7

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tahapan Historis Pembangunan Di Eropa. 8
2.1.1 Era Merkantilisme. 8
2.1.2 Mazhab Fisiokratis 9
2.1.3 Revolusi Agraria.. 11
2.1.4 Revolusi Industri. 13
2.1.5 Depresi ekonomi Global 1930. 15
2.1.6 Ekonomi setelah Perang Dunia II 17
2.2 W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan 20
2.3 Bert F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi
Dalam Pembangunan.. 21
2.4 Pandangan Kaum Strukturalis Tentang Eropasentrisme
Pembangunan Pada Negara-negara Dunia ke-3 23

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 27

Daftar Pustaka 29

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang penulisan


Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses perubahan
kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan pembangunan
ekonomi (economic development). Focus pembangunan dalam ekonomi inilah yang

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 2/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

kemudian menjadi cikal bakal paradigma pembangunan yang lebih luas secara
nasional maupun global. Pembangunan ekonomi mendorong terciptanya suatu
tindakan dalam usaha untuk mencapainya baik dari segi politik dalam negeri
maupun politik luar negeri serta penciptaan iklim dan sistem ekonomi serta industri
yang mendukung pertumbuhan dan percepatan pembangunan. Negara-negara di
benua barat dalam hal ini eropa yang terlebih dahulu memulai serta menciptakan
cikal bakal paradigma pembangunan yang berpengaruh luas secara global dan telah
dimulai sejak abad ke 17 hingga abad ke 18 melalui gerakan merkantilisme dan
kolonialisme yang di pelopori oleh Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. Berbagai
fenomena politik yang terjadi dalam sistem pembangunan dunia barat yang kian
berkembang dan maju kemudian menjadi tolak ukur yang kuat bagi pandangan
tentang bagaimana pembangunan suatu Negara harus dilakukan, pembangunan
eropa kemudian menjadi role model secara global sehingga menciptakan istilah
westernisasi yang dalam hal ini erat kaitannya dengan modernisasi dalam
paradigma pembangunan sebagai acuan kemajuan ekonomi dan transformasi
menuju Negara modern baru.
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang
modern. Modernisasi bukan lagi merupakan suatu istilah asing bagi masyarakat.
Hampir disetiap Negara dalam pergantian abad dan masa ke masa telah mengalami
era modernisasi sebagai respon untuk mengikuti kemajuan pembangunan Eropa.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di
mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-
ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat suatu Negara yang modern. Tidak
heran hal tersebut kemudian memunculkan analogi bahwa modernisasi adalah
westernisasi. Paham Westernisasi telah menjadi konstreuksi sosio cultural tentang
paradigma kemajuan suatu bangsa berdasarkan tahap historis pembangunan di
eropa seperti zaman merkantilis, fisiokratis, revolusi agraria, dan revolusi industri
di Inggris, pasca perang dunia II, dan zaman liberal kapitalis.
Dalam perkembangan pembangunan modern sejak era merkantilis, teori
Modernisasi sendiri baru muncul dan dipahami secara luas sekitar tahun 1950-an di
Amerika Serikat sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang
telah menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara
miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang
yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah
mendapatkan pengalaman sekian waktu sebagai negara jajahan, kelompok Dunia
Ketiga berupaya melakukan pembangunan untuk menjawab pekerjaan rumah
mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan kesehatan, pendidikan rendah,
rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa problem lain. Beberapa teori sosial
yang muncul waktu itu secara eksplisit berhubungan dengan pembangunan.
Pembangunan diteorikan sebagai proses di mana masyarakat terbelakang Dunia
Ketiga akan mencapai kemajuan sebagaimana di Barat melalui proses modernisasi.
Sehingga, modernisasi dan pembangunan dua hal yang berkaitan erat.

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 3/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

Teori ini didasarkan pada dikotomi antara apa yang disebut modern dan apa yang
disebut tradisional. Yang modern merupakan simbol dari kemajuan, pemikiran yang
rasional, dan cara kerja yang efisien. Masyarakat modern dianggap sebagai ciri dari
masyarakat di negara-negara industri maju. Sebaliknya yang tradisional merupakan
masyarakat yang belum maju, ditandai oleh cara berpikir yang irrasional serta cara
kerja yang tidak efisien. Ini merupakan ciri masyarakat pedesaan yang didasarkan
pada usaha pertanian di negara-negara miskin.
Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya, khususnya
Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk mempelajari
permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga tersebut. Maka
muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai istilahnya dan
berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang mengemukakannnya.
Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di kaji melalui Teori
Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa sosiolog dengan perspektif
yang berbeda-berbeda.
Pembangunan berlandaskan westernisasi atau eropasentrisme kemudian secara
makro meniscayakan transformasi struktural dalam segala aspek kehidupan, baik
perubahan kultural, politik, sosial, ekonomi, maupun yang lainnya. Teori-teori yang
dibangun terkait dengan pembangunan sangat terkait erat dengan strategi
pembangunan. Teori pembangunan memuat berbagai pendekatan ilmu sosial yang
berusaha menangani masalah keterbelakangan dan mengalami perubahan besar
dalam proses tersebut. Konsep modernisasi dan pembangunan menjadi penuh
kontroversial dalam teori-teori sosial dan poskolonial kontemporer. Masalah yang
muncul adalah pada bayangan kaum strukturalis tentang negara berkembang
tentang masa depan mereka yang mengacu pada modernisasi Barat/Eropa. Mereka
berpandangan mengenai proses modernisasi sebagai penyebab kegagalan dalam
pembangunan di Dunia Ketiga yang merupakan dampak dari tindakan negara-
negara maju. Teori sistem dunia dan negara terbelakang juga memiliki persoalan, di
mana asal-usul pembagian antara pusat dan pinggiran tidak dijelaskan dengan baik.
Sebaliknya, ketika teori-teori tersebut membicarakan persoalan pusat dan
pinggiran, pembahasan selalu mengarah pada persoalan ekonomi-politik dan
eksploitasi terhadap negara berkembang serta pemusatan konsentrasi perdagangan
dan investasi di negara maju yang berdampak pada marginalisasi negara-negara
pinggiran. Mereka pesimis bahwa modernisasi dan pembangunan memperlihatkan
kemajuan. Beberapa ahli melihat bahwa modernisasi memunculkan
Eropasentrisme dalam pembangunan dan ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah.
1. Mengapa Westernisasi atau Eropasentrisme disebut sebagai modernisasi?
2. Apa sajakah dan bagaimana tahapan historis tentang perkembangan
pembangunan di Eropa?
3. Bagaimanakah tanggapan para ahli serta kaum strukturalis tentang tahapan

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 4/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

pembangunan berbasis Eropasentrisme?


4. Bagaimanakah Dampak modernisasi bagi Negara dunia ketiga menurut kaum
strukturalis?
.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan seperti apa dan
bagaimana yang dimaksud dengan pembangunan berbasis Eropasentrisme dan
tahapan-tahapan historisnya beserta tanggapan para ahli tentang hal tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tahapan Historis Pembangunan Di Eropa
2.1.1 Era Merkantilisme
Merkantilisme berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Aliran merkantilis
adalah suatu aliran yang mempunyai keyakinan bahwa suatu negara akan maju,
jika melakukan perdagangan dengan negara lain. Melalui perdagangan luar negeri
tersebut, negara akan memperoleh surplus perdagangan luar negeri yang berarti
dana akan masuk ke dalam negeri, baik dalam bentuk emas atau perak. Munculnya
paham merkantilisme oleh para kaum aliran merkantilis pada dasarnya
menitikberatkan kepada bidang ekonomi seperti masalah-masalah keduniawian.
Oleh karena pemahaman merkantilisme yang terbatas pada masalah keduniawian,
sehingga banyak bermunculan pendapat-pendapat yang muncul hanya saja
memikirkan aspek ekonomis, bukan pada etika dan moral semata. Dengan kata lain
merkantilis merupakan perintis kearah pemikiran ekonomi yang hanya
memandang berdasarkan masalah-masalah ekonomi yang bersifat keduniawian.
Berbagai konsep yang dikemukakan oleh kaum merkantilis hanya diperoleh dari
semua Negara barat yang perekonomian pada saat itu sedang berkembang (Teguh
Sihono, 2008). Negara-negara tersebut adalah inggris dan perancis. Sehingga konsep-
konsep ekonomi dalam Negara tersebut mampu memberikan warna terhadap
ajaran kaum merkantilisme, sehingga kebijaksanaan pada waktu itu adalah
merangsang ekspor dan membatasi aktifitas impor. Negara-negara yang menganut
paham merkantilisme pada waktu itu antara lain, Portugis, Spanyol, Inggris,
Perancis, dan Belanda.
Paham merkantilisme yang dianut oleh beberapa Negara tersebut pada abad ke XVI
pada dasarnya terjadi berdasarkan perdagangan antara Negara-negara eropa
hingga akhirnya sampailah ke perdagangan jalur Hindia-Belanda (Indonesia pada
waktu itu). Pada jaman merkantilisme, bukan hanya bidang perekonomian dan
perdagangan saja yang mengalami kemajuan yang sangat pesat, akan tetapi
kemajuan literature juga sangat pesat. Kemajuan dalm tulisan-tulisan ekonomi maju
baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pada jaman tersebut masing-masing orang
menjadi penulis bagi dirinya sendiri. Sehingga banyak sekali bermunculan
pendapat-pendapat yang didasarkan dari diri si penulis. Karena banyaknya tulisan-
tulisan tersebut, sulit sekali untuk di generalisasikan menjadi pengertian yang

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 5/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

bersifat pokok dan umum. Penyebabnya adalah banyak diantara penulis tersebut
yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan di universitas yang berdasarkan
oleh penelitian ilmiah, akan tetapi tulisan tersebut berdasarkan persoalan-
persoalan ekonomi yang riil terjadi hubungannya dengan bisnis mereka. Tulisan
mereka masih berserakan , untuk itulah Adam Smith menggunakan tulisan tersebut
sebagai sumber penulisan bukunya yang berjudul The Wealth of Nations.
Namun Adam Smith (1723-1790) menolak pandangan paham merkantilisme. Dalam
bukunya Wealth of Nations Smith merevisi secara radikal peran Negara secara
langsung dalam ekonomi. Bagi Smith, pemerintah tidak perlu memonopoli,
mengontrol, atau melakukan diskriminasi terhadsap industry tertentu. Harusnya
Negara membiarkan kekuasaan membuat keputusan berada di tangtan agen-agen
ekonomi itu sendiri. Negara tidak mengatur tetapi memberi kuasa pada
pewrusahaan dan agen komersial untuk mengatur diri mereka sendiri, dan
keseimbangan perekonomian diatur otomatis oleh invisible hand (tangan tidak
terlihat).

2.1.2 Mazhab Fisiokratis


Kaum Merkantilis menganggap sumber kekayaan suatu Negara adalah perdagangan
luar negeri. Berbeda dengan itu, kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber
kekayaan yang senyata-nyatanya adalah sumber daya alam. Fisiokratis secara
etimologis terdiri dari kata physic (alam) dan cratos (kekuasaan), yang berarti
mereka percaya akan adanya hukum alam. Hukum alam yang penuh dengan
keselarasan dan keharmonisan ini berlaku kapan saja, di mana saja, dan dalam
situasi apapun (bersifat kosmopolit). Kaum fisiokrat percaya bahwa sistem
perekonomian juga mirip dengan alam yang penuh harmoni. Dengan demikian,
etiap tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhannya ,asing-masing juga akan
selaras dengan kemakmuran masyarakat banyak. Beri manusia kebebasan, dan
biarkan mereka melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Pemerintah
tidak perlu campur tangan, dan alam akan mengatur semua pihak untuk senang
dan bahagia. Inilah yang menjadi cikal bakal doktrin laisszess faire-laiszess passer
yang kira-kira berarti: biarkan semua terjadi, biarkan semua berlalu.
Menurut pendapat F. Quesnay (1694-1774) dan pemikir fisiokrat yang lain mengenai
tatanan masyarakat pada umumnya dan tatanan ekonomi pada khususnya diatur
menurut kekuatan hukum alam. Kehidupan masyarakat harus berlangsung sesuai
dengan hukum kekuatan-kekuatan alamiah. Bahwa sumber kemakmuran
masyarakat adalah alam, yang dimaksud alam dalam hal ini adalah sektor
pertanian.
Quesnay membagi masyarakat ke dalam 4 golongan, yaitu (1) kelas masyarakat
produktif yaitu yang aktif mengolah tanah seperti pertanian dan pertambangan, (2)
kelas tuan tanah, (3) kelas yang tidak produktif atau steril yang terdiri dari saudagar
dan pengrajin, dan (4) kelas masyarakat buruh yang menerima gaji dan upah dari
tenaganya.
Bagi Quesnay hukum ekonomi yang bersesuaian dengan hukum alam ini

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 6/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

menjadikan alam dalam hal ini tanah sebagai satu-satunya sumber kemakmuran
rakyat. Termasuk pula didalamnya kegiatan pertanian, peternakan, dan
pertambangan. Kelas tuan tanah dianggap sebagai pengisap belaka sebab
memperoleh hasil tidak melalui kerja. Kegiatan industri dan perdagangan dinilai
tidak produktif karena kegiatan industri hanya mengubah bentuk atau sifat barang.
Kegiatan perdagangan pun dianggap tidak produktif. Hal ini ia melihat para
pedagang hanya memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Karena
kaum petani yang paling produktif diantara keempat golongan tersebut, Quesnay
menganjurkan agar kebijksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah
harus ditujukan untuk meningkatan taraf hidup petani. Bukan sebaliknya, memberi
hak-hak khusus kepada pemilik tanah dan para saudagar seperti yang selama ini
dinikmati dibawah pemeritahan yang mengagungkan markantilisme.
Dengan dasar pandangan diatas, kaum markantilisme yang menganggap bahwa
sumber utama kemakmuran negara adalah dari surplus yang diperoleh dari
perdagangan luar negeri dianggap sebagai suatu pandangan keliru oleh kaum
fisiokrat. Kaum fisiokrat juga mengkritik kaum markantilis yang menciptakan
berbagi rergulasi perdagangan ketika seharusnya dibebaskan dari control. Kaum
markantilis dituduh telah membuat barang-barang menjadi lebih mahal dengan
menetapkan pajak yang tinggi.

2.1.3 Revolusi Agraria


Revolusi agraria pertama kali terjadi di Inggris. Sebelum terjadi Revolusi Industri,
masyarakat Eropa (khususnya Inggris) hidup dalam tatanan system ekonomi
agraris. Dalam bidang sosial, masyarakat hidup dalam system feodalis yang mana
golongan bangsawan, tuan tanah dan gereja sebagai orang berkuasa dengan hak
istimewa. Sedangkan patani sebagai penggarap tanah milik penguasa. Seiring
dengan munculnya gerakan renaissance yang melahirkan paham rasionalisme,
yaitu paham yang menjunjung tinggi pikiran / rasio manusia, maka perlahan-lahan
masyarakat mulai melepaskan diri dari dogma-dogma gereja yang selama itu
membelenggu mereka. Paham rasionalisme ini memunculkan banyak ide pemikiran
dan penemuan penting yang tergolong baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari berbagai ide dan penemuan di bidang mesin, transportasi, listrik dan bidang
lainnya, ada ide yang akhirnya mendorong terjadinya revolusi Agraria. Ide T.R.
Malthus yang mengemukakan bahwa masalah kemiskinan dan kemelaratan adalah
masalah yang tidak dapat dihindari. Ini terjadi karena pertumbuhan penduduk dan
peningkatan produksi pangan tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk berjalan
lebih cepat dibandingkan peningkatan produksi pangan. Menurut Malthus,
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan peningkatan produksi
pangan mengikuti deret hitung.
Tulisan Robert Malthus ini menimbulkan pengaruh di Eropa yang memunculkan
gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan mengontrol angka kelahiran
serta usaha pencarian dan penelitian bibit unggul dalam bidang pertanian.
Namun bidang pertanian pada saat itu sedang menghadapi tantangan. Salah satu

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 7/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

alasan terjadinya revolusi agraria karena kerusakan lahan pertanian akibat perang
dunia. Alasan lainnya adalah untuk meningkatkan produksi pangan di Inggris.
Karena lahan pertanian terbatas akibat kerusakan lahan pertanian, sedangkan laju
pertumbuhan penduduk tinggi, membawa perubahan mendasar sistem kehidupan
masyarakat pada saat itu yang mendorong terjadinya revolusi agraria dimana
terjadi peningkatan permintaan wol di pasar eropa, wol merupakan komoditas yang
cukup berharga dan mempunyai prospek industri yang tinggi pada masa itu.
Sebagai respon atas tren komoditas wol yang laris di pasar eropa, golongan
bangsawan pemilik tanah kemudian mengemukakan ide dengan cara mengubah
lahan pertanian dan perkebunan gandum menjadi peternakan domba untuk di
ambil wolnya. Akibatnya terjadi perubahan sistem undang-undang tanah. Dengan
kebijakan tentang tanah yang baru tersebut, membawa dampak yang meluas dalam
tatanan masyarakat Inggris. Pada saat itu, permintaan bahan baku untuk kain wol
dan laken sangat meningkat, baik dari Itali maupun dari dalam negeri sendiri.
Revolusi agraria ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh david Ricardo
mengenai hukum keunggulan komparatif dalam bukunya Principles of Political
Economy and Taxation (1817). Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun
sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua
jenis komoditi yang dihasilkan, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara A misalnya harus
melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang
memiliki kerugian absolut lebih kecil (yang merupakan komoditi yang memiliki
keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut
cukup besar (komoditi yang memiliki kerugian komparatif). Dalam hal ini
Komoditas wol merupakan komoditi yang memiliki keunggulan komparatif dan
kerugian absolut lebih kecil karena permintan pasar eropa untuk wol sangat besar
pada masa itu. Inggris melalui Revolusi Agraria ingin memanfaatkan keunggulan
komparatif tersebut dengan memulai melakukan spesialisasi di bidang industry wol.
Namun Tentu saja revolusi agraria memiliki akibat yang dapat mengubah atau
bahkan merusak tatanan masyarakat. Salah satu akibat dari revolusi agraria adalah
para petani yang kehilangan pekerjaan melakukan urbanisasi ke kota dan bekerja
menjadi buruh industri. Pada saat itu, lahan pertanian sudah beralih fungsi menjadi
peternakan yang mengakibatkan para petani menjadi pengangguran. Maka dari itu
petani memutar otak agar dapat bertahan hidup, salah satunya dengan urbanisasi
ke kota. Ketika petani melakukan urbanisasi ke kota dan bekerja sebagai buruh
industri, hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk di kota.

2.1.4 Revolusi Industri


Awal mulanya revolusi industri terjadi akibat revolusi agraria yang mengakibatkan
jumlah buruh pada sektor industri menjadi berlebihan, namun percepatan produksi
dirasa masih lambat. Hal tersebut yang mendorong terjadinya inovasi, titik baliknya
terjadi saat ditemukannya berbagai mesin yang dapat membantu pekerjaan
manusia, diawali dengan penemuan mesin uap oleh James Watt dan disusul dengan

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 8/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

penemuan lain, kesulitan para petani dan pabrik industri wol pada masa Revolusi
Agraria bisa diatasi. Mesin uap menciptakan banyak inovasi pada mesin bagi
industri dan langsung diaplikasikan secara masif pada industri wol. Sedangkan
pada sector pertanianemakaian mesin traktor sebagai pengganti tenaga ternak
terbukti efektif, karena pekerjaan bisa selesai lebih cepat walaupun lahan yang
harus dibajak sangat luas. Selain itu, dengan ditemukannya sinar-X, para ahli mulai
mengembangkan bibit baru yang unggul dengan cara mutasi. Begitu pula dengan
pemakaian pupuk kimia yang mulai dikembangkan oleh pabrik-pabrik serta obat
hama penyakit, semakin meningkatkan produktivitas pangan. Pada perkembangan
selanjutnya, mekanisasi di bidang pertanian, industri wol, serta industri lainnya
yang sukses, mendorong pabrik-pabrik mulai mengganti tenaga manusia dengan
mesin. Hal inilah yang mendorong terjadinya Revolusi Industri di Inggris. Revolusi
industri adalah perubahan ekonomi masyarakat agraris menuju ke masyarakat
industri. Terjadinya revolusi industri merupakan cikal bakal terciptanya
modernisasi awal. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor pendorong yaitu
kapitalisme, perdagangan internasional, markantilisme, kolonialsime, etika kerja
protestan dan lain-lain. Revolusi industri tentu memiliki dampak negatif maupun
dampak positif. Terutama dampak pada ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Sebelum ke pembahasan lebih lanjut, revolusi industri terjadi pertama kali di
Inggris. Revolusi industi ini terjadi pada tahun 1750-1780. Revolusi industri bermula
di Inggris dan kemudian menyebar ke Belanda dan Eropa. Menjelang tahun 1800-an
revolusi industri telah menyebar kepenjuru dunia.
Saat terjadi Revolusi industri, tenaga buruh dapat dikurangi dan percepatan
produksi meningkat. Terjadi pembagian spesialisasi tenaga kerja yang digagas oleh
Adam Smith (Division Of Labor) untuk meningkatkan percepatan produksi. Menurut
Smith, bukan perbedaan kodrati dalam hal bakat dan ketidakmampuan manusia
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri yang menjadi cikal bakal dari pembagian
kerja. Justru pembagian kerja adalah konsekuensi dari kecenderungan tertentu
dalam hakikat manusia yaitu kecenderungan untuk berdagang dan
mempertukarkan satu barang dengan barang lainnya. Dalam pembagian kerja tentu
ada hal-hal yang berbeda yang dikerjakan. Dari sanalah akan tercipta bakat dan
keterampilan atau spesialisasi. Jadi bukan dari bakat alamiah, akan tetapi hal itu
terjadi akibat dari pembagian kerja. Spesialisasi tersebut membawa paradigma baru
dalam dunia industri sehingga menjadikan industri dapat memaksimalkan
percepatan produksi dan memperbesar kapasitas pasar sejalan dengan percepatan
produksi yang sangat tinggi. Akibatnya keuntungan dan pendapatan industri secara
khusus dan Negara secara umum juga meningkat pesat. Industri yang berkembang
pesat membuat Inggris menjadi Negara kaya raya. Model ini di tiru oleh Negara
Eropa lain dan Amerika, menjadikan meraka negara industri dunia yang kaya dan
cepat pembangunannya.
Revolusi industri menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam bidang
produksi beragam jenis barang karena adanya ilmu pengetahuan yang baru, yang
dapat menciptakan berbagai teknologi berupa mesin. Dengan adanya mesin-mesin

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 9/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

tersebut mengakibatkan organisasi pabrik semakin berkembang pesat. Pesatnya


perkembangan menjadi ajang bagi para penanam modal swasta dan lembaga
keuangan untuk mendapatkan keuntungan. Tentu saja Negara memiliki pendapatan
yang semakin meningkat. Ditambah lagi dengan penemuan-penemuan baru yang
berhubungan dengan produksi.
Tentu saja revolusi industri ini memiliki dampak positif dan negatif yang sangat
terlihat. dampak positif antara lain pendapatan Negara semakin meningkat, Negara
semakin maju, perdagangan internasional dan lain sebagainya. Namun di sisi lain
revolusi industri juga memiliki dampak negatif yaitu munculnya praktik kapitalis,
upah buruh murah, adanya buruh dibawah umur, kejahatan atau kriminalitas,
diskriminasi kelas dan lain sebagainya.

2.1.5 Depresi ekonomi Global 1930


Hampir sepanjang tiga dasawarsa pertama abad ke-20 ekonomi dunia tumbuh
pesat. Industrialisasi serta percepatan-percepatan ekonomi menjadi kegairahan
tersendiri pada masa itu. Namun optimisme ini tidak berlangsung lama. Menjelang
akhir 1929, krisis ekonomi global datang dengan tiba-tiba dan efeknya terasa sampai
bertahun-tahun setelahnya. Depresi Besar (Great Depression) tahun 1930 ini
ditenggarai dimulai dengan runtuhnya Wall Street tahun 1929 dalam kejadian yang
dikenal dengan Black Thursday di Amerika Serikat. Paska jatuhnya harga saham,
rakyat Amerika mulai panik dan memutuskan untuk menjual saham-sahamnya.
Setelah itu kejadian buruk datang bertubi-tubi, mulai dari bank rush, tutupnya
berbagai perusahaan, ratusan bank dibangkrutkan, pengangguran meningkat tajam,
hingga kontraksi dalam ekonomi (Krugman, 1999).
Di akhir Oktober 1929 kekacauan sampai pada titik akhir. Akibat yang jelas terlihat
antara lain harga (dalam pasar) menjadi dua kali lipat sehingga mengakibatkan
persediaan uang Amerika yang selama ini menyokong perekonomian bagi dunia
mengering. Dalam tiga bulan produksi perindustrian Amerika jatuh 10% dan impor
20%. Pada akhirnya perekenomian tidak juga membaik bahkan tingkat
pengangguran semakin meningkat hingga tahun 1933. Likuidasi deflasi sangat jauh
dari perbaikan pertumbuhan perekonomian dengan menurunkan harga dan upah
tidak juga memacu adanya investasi baru dan konsumsi dan krisis pun semakin
memburuk. Di awal Mei 1931 resesi ekonomi ini kemudian turut merembet ke
negara lain, seperti Austria, Polandia, Hungaria, Cekoslovakia, Romania, Jerman,
lalu Switzerland, Prancis, dan juga Inggris.
Dari peristiwa ini kita dapat melihat bahwasanya Karl Marx dan pengikutnya benar
tentang kritik-kritinya mengenai Ekonomi Liberalisme yang bertendensi untuk
krisis. Berpegang pada doktrin untuk mengorganisir, mengelola ekonomi pasar agar
mencapai efisiensi maksimum, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan individu,
Ekonomi Liberalis yakin akan komitmennya terhadap pasar bebas, intervensi
minimum negara, kesetaraan individu dan kebebasan. Di tahun 1933 ketika
perekonomian dunia mati tenggelam, pemerintah mulai menyadari kebijakannya
yang gagal. Disini John Maynard Keynes yang seorang penganut neo-Liberalisme

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 10/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

mulai angkat suara, memberikan solusi cerdas bagi krisis fatal sistem kapitalis ini.
Keynes berpendapat bahwa dalam keadaan krisis, pemerintah perlu meningkatkan
pengeluarannya sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah
dan demand masyarakat terhadap barang produksi akan bertambah pula.
Pengeluaran ini harus dilakukan dalam kerangka investasi, bukannya konsumsi,
dan di sektor yang tidak berada dalam krisis, tidak di sektor yang menghasilkan
dalam jangka panjang, jadi alternatif menarik jika pemerintah menginvestasikan
dana di bidang padat karya. Keynes melihat solusi mencetak uang merupakan
langkah yang salah karena hanya akan menimbulkan devaluasi. Memberi dana bail-
out dan menalangi hutang-hutang negara dan perusahaan juga salah karena hanya
aka semakin memperburuk kegagalan ekonomi. Solusi yang dikemukakan Kenyes
adalah pemerintah mesti menjalankan kebijakan defisit anggaran dan melakukan
pengeluaran untuk kerja publik yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan
kepercayaan. Artinya, Keynes menolak doktrin Laissez-faire yaitu doktrin yang tidak
menginginkan intervensi pemerintah dalam perekonomian atau yang lebih dikenal
dengan pasar bebas.

2.1.6 Ekonomi setelah Perang Dunia II


Berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan keadaan ekonomi dunia kacau. Perang
Dunia II telah mengeksploitasi banyak tenaga kerja, modal, dan biaya perang
sehingga ketika perang berakhir keadaan perekonomian sangat berantakan.
Lahirnya dua kekuatan adidaya setelah perang dunia dengan sendirinya telah
menyebabkan sistem ekonomi dunia terbelah menjadi dua. Sistem ekonomi dunia
setelah Perang Dunia II terdiri atas sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi
sosialis. Sistem ekonomi kapitalis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Amerika
Serikat. Sistem ekonomi sosialis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Uni
Soviet. Negara-negara di Eropa Barat dan sebagian Asia, seperti Jepang, Singapura,
dan Korea selalu cenderung menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Amerika
Serikat sebagai pemimpin kapitalis menyatakan bahwa sistem perekonomian
kapitalis merupakan sistem perekonomian terbaik di dunia. Hal itu disebabkan
sistem perekonomian kapitalis menekankan pada bentuk persaingan bebas sesuai
nilai liberal. Paham ekonomi kapitalis ini sangat bertentangan dengan paham
ekonomi sosialis. Paham ekonomi sosialis banyak diterapkan di negara-negara
Eropa Timur dan sebagian Asia, seperti Cina, Korea Utara, dan Vietnam. Pada sistem
ekonomi sosialis, peranan pemerintah sangat mendominasi. Bahkan, campur tangan
pemerintah dalam kegiatan perekonomian wajib dilaksanakan. Hak milik
perorangan atau pribadi sangat diabaikan. Jadi, semua kegiatan itu dipusatkan dan
diperuntukkan bagi negara.
Hancurnya perekonomian dunia menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Soviet
sebagai negara adidaya tampil memberikan bantuan ekonomi. Namun, kedua
negara adidaya itu tidak sekadar memberi bantuan ekonomi. Dibalik pemberian
bantuan ekonomi tersebut, kedua negara adidaya juga memperluas pengaruh
ideologinya. Presiden Amerika Serikat dengan dibantu Menteri Luar Negeri,

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 11/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

Marshall menawarkan bantuan ekonomi ke sejumlah negara Eropa Barat. Program


bantuan ekonomi Amerika Serikat tersebut dikenal dengan nama Marshall Plan
yang dicetuskan pada tanggal 5 Juli 1947. Negara-negara Eropa Barat yang
menerima bantuan ekonomi melalui Marshall Plan harus bersedia bekerja sama
dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi secara maksimal,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan volume perdagangan.
Negara-negara Eropa Barat dengan memperoleh bantuan ekonomi melalu Marshall
Plan secara bertahap berhasil menata kembali keadaan perekonomiannya. Bahkan,
masyarakat Eropa Barat akhirnya dapat membentuk suatu badan kerja sama
ekonomi yang disebut Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) atau European Economic
Community (EEC) pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma, Italia. Di dalam pertemuan
di Roma digariskan tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa, antara lain:
a. Meningkatkan perekonomian negara anggota melalui kerja sama yang harmonis;
b. Memperluas bidang perdagangan;
c. Liberalisasi dalam perdagangan;
d. Menjaga keseimbangan perdagangan di antara negara anggota;
e. Menghapus semua rintangan yang menghambat laju perdagangan antaranggota;
f. Memperluas kerja sama perdagangan dengan negara lain.
Pada awalnya Masyarakat Ekonomi Eropa beranggotakan negara Jerman Barat,
Prancis, Italia, Belgia, Belanda, dan Luksemburg. Namun, pada konferensi MEE di
Brusel, Belgia pada tanggal 22 Januari 1962 keanggotaannya bertambah dengan
masuknya Inggris, Irlandia, Denmark, dan Norwegia. Amerika Serikat juga berusaha
memperluas paham ideologinya ke wilayah lainnya. Misalnya, Amerika Serikat juga
berusaha mendekati negara Yunani dan Turki agar bersedia bergabung dalam
ideologi liberalisme kapitalisme. Negara Turki dan Yunani setelah berakhirnya
Perang Dunia II mengalami kehancuran bangunan dan keadaan ekonomi yang
parah luar biasa. Kebetulan dana yang besar itu dimiliki oleh Amerika Serikat yang
cepat tanggap menghadapi situasi seperti itu. Paket bantuan ekonomi dari Amerika
Serikat segera dikucurkan kepada negara Yunani dan Turki. Paket bantuan ekonomi
tersebut dinamakan Truman Doctrine. Dengan demikian, Amerika Serikat satu per
satu berhasil meluaskan pengaruhnya ke seluruh wilayah Eropa. Perang Dunia II
tidak hanya berlangsung di Eropa, tetapi juga berlangsung di wilayah Asia. Dengan
begitu, setelah Perang Dunia II berakhir kerusakan parah juga melanda wilayah
Asia. Berbagai bangunan berantakan dan keadaan ekonomi pun mengalami
kelesuan seperti halnya wilayah Eropa. Amerika Serikat begitu cepat tanggap
dengan keadaan di wilayah Asia. Amerika Serikat juga berusaha membantu
keadaan negara-negara di wilayah Asia melalui bantuan ekonomi dan militer. Paket
bantuan Amerika Serikat kepada negara-negara Asia disebut Mutual Security.
Melihat aksi Amerika Serikat, Uni Soviet sebagai kekuatan adidaya lainnya mencoba
memberi perhatian kepada negara-negara sekutunya di wilayah Eropa Timur dalam
bentuk bantuan ekonomi. Bantuan ekonomi yang maksudkan untuk membendung
meluasnya pengaruh liberalisme yang digagas oleh Menteri Luar Negeri Uni Soviet,
Molotov. Oleh karena itu, paket bantuan ekonomi dari negara Uni Soviet untuk

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 12/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

negara-negara Eropa Timur disebut Molotov Plan. Dengan bantuan ekonomi


tersebut, negara-negara di Eropa Timur berusaha menata kembali keadaan
ekonominya. Pada perkembangan selanjutnya, negara-negara di Eropa Timur
membentuk lembaga kerja sama ekonomi yang disebut Commintern Economi
(Comicon). Negara-negara baru yang berada di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika
Latin merasa bimbang menghadapi besarnya pengaruh dua negara adidaya
tersebut. Negara negara baru itu memang membutuhkan bantuan ekonomi yang
tidak sedikit untuk membangun. Namun, di sisi lain mereka juga tidak ingin
terjebak untuk mengikuti ideologi kapitalisme atau komunisme.
2.2 W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
Dalam bukunya yang sangat terkenal: The stages of economic growth: A non
communist manifesto (1960), Rostow mengatakan bahwa Negara-negara
berkembang yang ingin maju harus melalui tahap-tahap pembangunan tertentu.
Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses transformasi suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang
multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti perubahan struktur
ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor
pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja. Rostow berpendapat
bahwa ada lima tahap pembangunan, yaitu :
1. Masyarakat tradisisonal
Pada masa masyarakat tradisional ini belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
Manusia pada masyarakat tradisional lebih memahami keadaan dengan cara
tunduk pada alam. Kemajuan tidak berjalan pesat atau bisa dihatakan sangat
lambat. Masyarakat yang biasanya hidup tergantung pada alam dan bersifat statis.
2. Prakondisi lepas landas
Pada masa ini masyarakat sudah lebih maju karena adanya pengaruh-pengaruh
dari luar. Disini terjadi perubahan pola pikir masyarakat tradisional ke pemikiran
yang lebih maju karena adanya investasi dari luar. Pra lepas landas merupakan
masa terciptanya ide-ide baru untuk pembangunan.
3. Tahap lepas landas
Pada masa lepas landas ini semua masalah yang menghambat pembangunan mulai
teratasi oleh pertumbuhan ekonomi. Masyarakat menganggap wajar dengan adanya
partumbuhan ekonomi.
4. Menuju kedewasaan
Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat sehingga berdampak pada ekspor dan
import yang juga pesat. Pada titik ini Negara mampu mengikuti pemasaran secara
global.
5. Masyarakat konsumen
Pada tahapan ini Negara bisa melakukan pembangunan yang kontinyu. Masyarakat
memiliki tingkat konsumsi yang tinggi karena produksi yang juga tinggi. Proporsi
ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa, meluasnya konsumsi atas barang-barang
yang tahan lama dan jasa dan peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran.
Secara keseluruhan, proses sebagaimana dijelaskan oleh Rostow di atas hanya bisa

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 13/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

berlangsung jika dipenuhi beberapa kondisi, antara lain: pemerintahan yang stabil;
adanya perbaikan dalam tingkat pendidikan; adanya sekelompok innovator dan
wiraswastawan yang mampu memanfaatkan tabungan masyarakat dan
mengembangkan perdagangan. Selain itu, secara implicit rostow menyebutkan
bahwa untuk dapat maju, diperlukan reformasi sosial. Untuk itu, Negara-negara
berkembang dapat mencontoh langkah-langkah yang dilakukan oleh Negara maju
seperti Eropa dan Amerika.
2.3 Bert F. Hoselitz : Faktor-Faktor Non Ekonomi Dalam Pembangunan
Hoselitz mengkaji faktor-faktor non-ekonomi seperti lembaga-lembaga sosial politik
yang tidak di temukan oleh rostow. Hoselitz menambahkan bahwa kegagalan utama
dalam pembangunan bukan hanya dari segi modal, melainkan dari keterampilan
kerja atau keterampilan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah satu factor yang penting
dalam pertumbuhan ekonomi, diperlukan sebuah penyediaan tenaga terampil yang
memadai, karena jika hanya didukung oleh Hoselitz memberi ide supaya tercipta
keterampilan kerja, Negara harus melakukan pembangunan kelembagaan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, menambah pemasokan modal
dan menjadikannya produktif. Pembangunan kelembagaan ini seperti lembaga
pendidikan yang bersifat formal maupun non formal.
Selanjutnya hoselitz menekankan bahwa seringkali masalah utama pembangunan
adalah kekurangan modal, akan tetapi masalah lain yang juga amat penting yakni
adanya keterampilan kerja tertentu, termasuk tenaga wiraswasta yang tangguh.
Karena itu di butuhkan perubahan kelembagaan pada masa sebelum lepas landas,
yang akan memepengaruhi pemasokan modal, supaya modal ini bisa menjadi
produktif. Perubahan kelembagaan ini akan menghasilkan tenaga wiraswasta dan
administrasi, serta keterampilan teknis dan keilmuan yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, bagi Hoselitz pembanguann membutuhkan pemasokan dari beberapa unsur
yaitu pemasokan modal besar dan perbankan, dan pemasokan tenaga ahli terampil.
Pemasokan modal dalam jumlah yang besar seperti yang di uraikan oleh rostow,
membutuhkan lembaga-lembaga yang bisa menggerakkan tabungan masyarakat
dan menyalurkan kegiatan-kegiatan yang produktif. Hoselitz menyebutkan lembaga
perbankan yang efektif dan pengalaman dari Negara-negara eropa ketika
menjalankan proses lepas landas menunjukkan pentingnya lembaga perbankan.
Tanpa lemabag-lembaga seperti ini, modal besar yang ada sulit di kumpulkan
sehingga bisa menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan pembangunan. Hoselitz
meunjuk pengalaman di Cina pada abad ke-19. Sebagai akibat dari korupsi pejabat
Megara, surplus ekonomi menajdi sia-sia, karena di tanamkan kepembelian tanah,
atau di pakai untuk mengkonsumsi barang-barang mewah.
Dari segi pemasokan tenaga kerja terampil, tenaga yang di maksud adalah tenaga
kewiraswastaan, administrator professional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan dan
tenaga manajerial yang tangguh. Di samping itu, di sebutkan juga perkembangan
teknologi dan sains harus melembaga sebelum masyarakat tersebut melakukan
lepas landas. Tanpa ada tenaga ahli yang berkompeten menjalankan roda usaha,
maka usaha tersebut tidak akan mencapai laba maksimal, atau bahkan akan

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 14/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

mengalami kerugian. Kerugian juga berarti kegagalan pembangunan.


Kemudian, Hoselitz membicarakantenyang tenaga wiraswasta. Supaya orang-orang
ini muncul, di perlukan sebuah masyarakat dengan kebudayaan tertentu.
Kebudayaan yang di maksud adalah kebudayaan yang beranggapan bahwa mencari
kekayaan bukan merupakan sesuatu hal yang buruk. Kalau nilai-nilai budaya
semacam ini tidak ada akan sulit sekali jiwa kewiraswastaan muncul. Misalnya di
dalam suatu masyrakat yang di kuasai oleh panglima perang, para pendeta, budaya
dan nilai-nilai yang mendorong orang melakukan akumulasi modal sulit tumbuh
subur. Bila orang-orang ini di anggap memiliki status yang lebih tinggi dari pada
pedagang dan indusrialis, jiwa kewiraswastaan akan bersembunyi.
Dalam karyanya Economic Growth and development: non economic faktor in
economic development. Hoselitz mengatakan bahwa faktor kondisi lingkungan
juga termasuk dalam faktor non ekonomi yang sangat penting dalam proses
pembangunan. Kondisi lingkungan maksudnya adalah perubahan-perubahan
pengaturan kelembagaan yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga,
dan motivasi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa factor ekonomi sangat penting
dalam proses pembangunan, namun faktor kondisi lingkungan seperti perubahan
kelembagaan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempersiapkan
kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2.4 Pandangan Kaum Strukturalis Tentang Eropasentrisme Pembangunan Pada
Negara-negara Dunia ke-3
Teori-teori pembangunan sebagian besar berangkat dari pengalaman Eropa.
Namun, pendekatan Eurosentris ini mengalami tantangan dari perspektif lainnya.
Diantaranya para akademisi dan penulis dari Amerika Latin.
Menurut interpretasi kaum strukturalis, strategi pembangunan nasional harus
mencakup interevensi negara yang lebih besar untuk melindungi industri-industri
nasional untuk membangun dirinya. Pendekatan ini dibangun berdasarkan ide
infant industry yang dikembangkan oleh Friedrich List, seorang ekonom Jerman.
Aliran strukturalis adalah aliran pengembangan ide dasar sosialisme yang muncul
di akhir 1940 dan 1950an. Teori strukturalis percaya bahwa pembangunan dapat
dicapai di bawah paham sosialisme. Jadi ada pengarahan dan campur tangan
pemerintah. Pendekatan strukturalis menjelaskan hakekat ekonomi negara-negara
Amerika Latin dan derajat pembangunannya. Raul Prebisch bersama penulis yang
lain memberikan argumen tentang teori dan strategi pembangunan berdasarkan
pengalaman di Amerika Latin. Menurut Prebisch, rendahnya tingkat pertumbuhan
ekonomi dan standar hidup tidak akan diperbaiki melalui perdagangan bebas (free
trade) seperti yang dikumandangkan oleh para teorist modernisasi. Hal ini karena
struktur ekonomi global sangat berbeda dengan situasi ketika negara-negara Eropa
mengalami proses industrialisasi. Menurut Prebisch, sistem perdagangan global
yang lebih berdasarkan pada prinsip perdagangan bebas merupakan suatu
hambatan bagi pembangunan di Amerika Latin.
Menurut para pakar strukturalis, pembangunan sebagai suatu tujuan (goal) tidak
dihadirkan dengan industrialisasi, urbanisasi, dan simbol-simbol modernisasi

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 15/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

lainnya. Pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang jalannya akan
berbeda dengan pendekatan Eurosentris. Tidak akan mungkin jalan yang
ditempuh bisa sama apabila lingkungan global saja sudah berbeda. Intinya, ada
pengakuan akan pentingnya konteks historis dalam pembangunan.
Kaum strukturalis mempertanyakan apakah mekanisme pasar bebas (laiszess faire)
akan menghasilkan pembangunan ekonomi di negara Dunia Ketiga. Strukturalis
meragukan berlakunya Teori Keunggulan Komperatif dalam proses perdagangan
internasional. Bila perekonomian dibiarkan bekerja menurut mekanisme pasar
akan muncul pola pasar yang terpolarisasi. Untuk itu perlu campur tangan
pemerintah dalam pengontrol aliran modal karena gerakan modal yang tidak
terantisipasi dapat menimbulkan ketidakstabilan perekomian. Prebisch mengatakan
bahwa dalam relasi ekonomi antara negara-negara maju sebagai negara industri
dan negara-negara berkembang sebagai eksportir bahan-bahan mentah, maka pihak
negara-negara berkembang sebagai negara pinggiran selalu menjadi pecundang.
Seperti halnya yang berlangsung dalam praktek imperialisme, pada kenyataannya
hukum keunggulan komparatif ketika diterapkan dalam konteks relasi ekonomi
antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang telah memperkuat
ketergantungan negara-negara berkembang sebagai wilayah pinggiran (phery-
phery) terhadap negara-negara maju sebagai pusat.
Dalam kondisi demikian keuntungan ekonomi selalu diperoleh oleh negara-negara
industri yang menyerap bahan-bahan mentah dan mengolahnya serta
menempatkan negara-negara berkembang sebagai pasar dari produksi yang
dihasilkan oleh negara-negara maju. Oleh karena itu negara-negara di dunia dibagi
menjadi dua kelompok. Negara-negara pusat yang menghasilkan barang-barang
industri dan negara-negara pinggiran yang memproduksi barang-barang pertanian
Pandangan dari kaum strukturalis dalam menanggapi fenomena pembangunan
berbasis Eropasentrisme dan ketergantungan di era menuju modernisasi ini bahwa,
liberal kapitalis cenderung akan meningkatkan ketimpangan antara ekonomi
negara maju dan negara kurang berkembang. Kondisi tersebut dapat disebabkan
oleh kombinasi kelebihan penduduk, ketergantungan yang berlebih pada komoditas
ekspor dan adanya dominasi politik. Kombinasi tersebut akan menjadikan struktur
negara-negara dunia ketiga akan selalu terjebak dalam kondisi ketergantungan yang
berlebih pada negara-negara maju. Dan hal tersebut menurut kaum strukturalis
dapat diatasi dengan melakukan pengembangan industrialisasi di negara-negara
kurang berkembang agar dapat dihasilkan produksi barang-barang tanpa harus
ketergantungan dengan negara maju (Gilpin, 1987: 274-276). Setelah mengetahui
mengenai teori strukturalis, Gilpin dalam tulisannya juga menjelaskan mengenai
teori dependensi yang melihat bahwa fenomena globalisasi menjadikan negara-
negara kurang berkembang tidak dapat terpisahkan antar negara-negara maju yang
kemudian menghasilkan hubungan bahwa kekayaan ekonomi yang didapat oleh
sedikit negara maju akan berdampak pada kemiskinan di negara lain yang kurang
berkembang. Hubungan tersebut dihasilkan oleh dunia kapitalis yang dimulai
ketika kolonialisme muncul, ditandai dengan hilangnya kontrol ekonomi domestik

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 16/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

yang dimiliki oleh negara-negara kurang berkembang dan diikuti dengan


ketergantungan yang secara terus menerus terhadap kapitalisme internasional
(Gilpin, 1987: 282-283).
Setiap aktivitas perekenomian negara-negara yang kurang berkembang sangat
bergantung pada fluktuasi kondisi pasar dunia baik impor modal, buruh dan
teknologi pada sektor industri. Adapula satu alternatif yang dapat dijalankan oleh
negara-negara yang kurang berkembang yaitu melakukan modernisasi dalam
penyelarasan sektor publik dan swasta melalui eksploitasi kesempatan yang telah
ditawarkan oleh perdagangan, investasi luar negeri, dan impor teknologi sebagai
upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi dan industri yang tinggi
secara cepat (Gilpin, 1987: 304). Terdapat formulasi strategi yang dapat dijalankan
oleh negara-negara kurang berkembang, yaitu: 1) Liberalis memandang bahwa
orang miskin akan semakin miskin, sehingga diperlukan adanya efisiensi ekonomi;
2) Marxis dan teori dependensi memandang bahwa negara-negara kurang
berkembang tidak memiliki kekuatan untuk mengeksploitasi, sehingga harus ada
kekuatan nasional untuk mengatasinya dan diperlukan transisi sosial dari
masyarakat feodal ke masyarakat sosialis; 3) Strukturalis memandang bahwa
negara-negara kurang berkembang terjebak dalam siklus kemiskinan, sehingga
diperlukan kekuatan yang dapat merusak siklus tersebut baik melalui strategi
substitusi impor maupun pembaruan institusi internasional (Gilpin, 1987: 290).
Sehingga pada intinya kesetaraan akan terjadi apabila ketimpangan kondisi
perekonomian di negara maju dan negara kurang berkembang dapat dikurangi atau
dihilangkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah membentuk regionalisme
ekonomi, yaitu negara-negara yang masuk ke dalam batas wilayah geografi
melakukan kerjasama dan aliansi ekonomi untuk meningkatkan perekonomian
yang ada menjadi lebih maju. Hal tersebut dapat berupa pembentukan area
perdagangan bebas, pembuatan regulasi mengenai kode dan perjanjan investasi
serta pengembangan kebijakan industri regional yang fokus pada bidang-bidang
tertentu (Gilpin, 1987: 294).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi mendorong terciptanya suatu tindakan dalam usaha untuk
mencapainya baik dari segi politik dalam negeri maupun politik luar negeri serta
penciptaan iklim dan sistem ekonomi serta industri yang mendukung pertumbuhan
dan percepatan pembangunan. Negara-negara di benua barat dalam hal ini eropa
yang terlebih dahulu memulai serta menciptakan cikal bakal paradigma
pembangunan yang berpengaruh luas secara global dan telah dimulai sejak abad ke
17 hingga abad ke 18 melalui gerakan merkantilisme dan kolonialisme yang di
pelopori oleh Inggris, Belanda, Jerman, dan Perancis. Berbagai fenomena politik
yang terjadi dalam sistem pembangunan dunia barat yang kian berkembang dan
maju kemudian menjadi tolak ukur yang kuat bagi pandangan tentang bagaimana
pembangunan suatu Negara harus dilakukan, pembangunan eropa kemudian

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 17/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

menjadi role model secara global sehingga menciptakan istilah westernisasi yang
dalam hal ini erat kaitannya dengan modernisasi dalam paradigma pembangunan
sebagai acuan kemajuan ekonomi dan transformasi menuju Negara modern baru.
Modernisasi bukan lagi merupakan suatu istilah asing bagi masyarakat. Hampir
disetiap Negara dalam pergantian abad dan masa ke masa telah mengalami era
modernisasi sebagai respon untuk mengikuti kemajuan pembangunan Eropa.
Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di
mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-
ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat suatu Negara yang modern. Hal
tersebut kemudian memunculkan analogi bahwa modernisasi adalah westernisasi.
Paham Westernisasi telah menjadi konstreuksi sosio cultural tentang paradigma
kemajuan suatu bangsa berdasarkan tahap historis pembangunan di eropa seperti
zaman merkantilis, fisiokratis, revolusi agrarian, dan revolusi industri di Inggris,
pasca perang dunia II, dan zaman liberal kapitalis.
Pembangunan berlandaskan westernisasi atau eropasentrisme kemudian secara
makro meniscayakan transformasi struktural dalam segala aspek kehidupan, baik
perubahan kultural, politik, sosial, ekonomi, maupun yang lainnya. Proses
modernisasi di Negara berkembang yang mencontoh pembangunan Eropa dianggap
sebagai penyebab kegagalan dalam pembangunan di Dunia Ketiga yang merupakan
dampak dari tindakan negara-negara maju. Teori sistem dunia dan negara
terbelakang juga memiliki persoalan, di mana asal-usul pembagian antara pusat dan
pinggiran tidak dijelaskan dengan baik. Sebaliknya, ketika teori-teori tersebut
membicarakan persoalan pusat dan pinggiran, pembahasan selalu mengarah pada
persoalan ekonomi-politik dan eksploitasi terhadap negara berkembang serta
pemusatan konsentrasi perdagangan dan investasi di negara maju yang berdampak
pada marginalisasi negara-negara pinggiran.

Daftar Pustaka

Budiman, Arief.2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Grammedia


Pustaka Utama

Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers

Gilpin, Robert. 1987. The Issue of Dependency and Economic Development dalam
The Political Economy of International Relations. Priceton: Priceton University Press,
pp. 263-305. Diunduh pada 3 Desember 2015 dari:
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi3it6IxM
HJAhXEA44KHcbvAyYQFggqMAE&url=https%3A%2F%2Fwww.uni-
erfurt.de%2Ffileadmin%2Fpublic-
docs%2FInternationale_Beziehungen%2FGILPIN_1987___The_Political_Economy_of_

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 18/19
2/7/2017 SOSIOLOGIPEMBANGUNANPEMBANGUNANBERBASISEROPASENTRISMEDindaSayudhaTaraShintia

International_Relations___Einl.__1__2.pdf&usg=AFQjCNEiyHr5xt8liLcS2NwBFyf3etPE
ng&bvm=bv.108538919,d.c2E

Krugman, Paul. 1999. The Economic Crises Hitting the World Demand New and Old
Solutions. Diakses dari http://www.pkarchive.org/crises/depression.html (3
Desember 2015)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/V.%20Indah%20Sri%20Pinasti,Dra.
%20M.Si./Modul%20Sosiologi%20Pembangunan.pdf (4 Desember 2015)

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_033505_bab_4.pdf
(4 Desember 2015)

http://www.philosophyresearcher.com/2013/12/pengantar-menuju-pemikiran-john-
maynard.html (4 Desember 2015)

http://jaringnews.com/ekonomi/umum/6984/begini-cerita-depresi-global-tahunan
(4 Desember 2015)

http://www.artikelsains.com/2014/11/perubahan-di-bidang-ekonomi-dunia.html
(4 Desember 2015)

December14,2015 DindaSayudaTaraShintia

Proudly powered by WordPress

http://dindatara.web.unej.ac.id/2015/12/14/sosiologipembangunanpembangunanberbasiseropasentrisme/ 19/19

Anda mungkin juga menyukai