Anda di halaman 1dari 11

1.

Cara pemberian Ardium

DESKRIPSI

Merupakanektrak Citrus sinensis yang mengandung Micronized Purified Flavanoid Fraction


500 mg setara dengan Diosmin 90%, flavanoid dalam bentuk hesperidin 10%.

INDIKASI

- Membantu meringankan gangguan peredaran darah di kaki/ varises.


- Membantu meringankan wasir kronik dan akut.

KEMASAN

Ardium tablet 500 mg x 4 x 15's

DOSIS

Untuk gangguan peredaran darah di kaki dan wasir kronik : 2 tablet sehari.
Serangan wasir akut : 6 tablet sehari selama 4 hari , kemudian 4 tablet sehari selama 3
hari.
Sebaiknya diminum pada waktu makan.

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

Buku MIMS

2. Faktor resiko
1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang
mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat,
memounyai predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon
kelaksin)

6. Endokrin
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga
perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio
hordis atau sikrosis hepatis

1
8. Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.

3. Informed consent pre op


Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :

a) Persiapan di unit perawatan

b) Persiapan di ruang operasi

Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara
lain:

1) Status kesehatan fisik secara umum

Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan


secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang
cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami
stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi
pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan
luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium
serum (normal : 135 145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan
kadar kreatinin serum (0,70 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait

2
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi
dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang
bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan
NGT (naso gastric tube).

5) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan
dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada
lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.

Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang
akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran
jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya :
apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan
juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.

6) Personal Hygine

Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang
kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah
yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri
dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7) Pengosongan kandung kemih

3
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

4. Patofisiologi hemoroid
Menurut Price dan Wilson (2006), serta Sudoyo (2006) patofisiologi hemoroid
adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan venous rektum dan
vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi
vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/ pencetus dan gangguan
aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor
mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih
banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut yang berlebihan,
hubungan seks peranal, kurang
minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah
kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah
terjadi aliran balik.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenterika superior, vena mesentrika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media
dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi
sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior,
sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).

4
Sumber : www.faqs.org
Buku ajar patofisiologi price and wilson
5. Beda prolaps recti dan hemoroid eksterna
DEFINISI
Prolaps ( Prosidensia/Komplit ) recti adalah keluarnya seluruh tebal dinding rectum
melalui anus.
Factor yang dikatakan sebagai pencetus prolaps rekti:
1. Peningkatan Tekanan intra abdomen (Konstipasi, Diare, BPH, Penyakit Paru
Obstruksi Kronik, Pertusis,dll).
2. Gangguan pada dasar pelvis.
3. Infeksi Parasit ( Amubiasis, Schistosomasis ).
4. Struktur Anatomi ( Cul-de-sac, Kelemahan otot penyangga rektum, redundan
rektosigmoid ).
5. Kelainan neurologis ( Trauma pelvis, sindrom auda ekuina, tomur spinal, multiple
sklerosis )

Prolaps rekti dibagi 3 yaitu:


a. Occult Prolaps Rekti. Prolap mukosa rekti melalui anus Hemoroid.
b. Prolaps rekti parsial ( intusussepsi ). Bila lapisan mukosa dinding rectum yang
keluar melalui anus yang secara umum di proyeksikan 2-4 cm.
c. Prolaps rekti complit ( Prosidensia ). Bila seluruh lapisan dinding rectum
mengalami protrusi melalui anus sepanjang 12 cm.

DIAGNOSA
Anamnesa.
Nyeri/rasa tidak enak saat defekasi, panggul terasa penuh, selalu ingin defekasi,
kadang juga sulit, sekresi lendir dan darah banyak, kadang diare berkepanjangan,
massa keluar dari anus, adanya sulkus antara rektum dan anus, inkontinensia alvi.
Pemeriksaan Fisik.
Penonjolan rektum dgn lipatan mukosa konsentrik, massa dapat direposisi, inkarserasi
atau strangulasi, ulkus mukosa dengan perdarahan, tampak posisi anus normal (tidak
eversi) Colok dubur : pinggir anus beralur, tonus sfingter lemah.
Pemeriksaan Penunjang.
o Laboratorium.

5
Tidak ada gambaran laboratorium yang spesifik pada prolaps rekti. Kadang
peningkatan kadar leukosit, penurunan hemoglobin.
o Barium Enema.
Evaluasi kolon untuk menyingkirkan kelainan primer pada kolon yang dapat
menyebabkan prolaps.
o Video Defecography ( Colonic Transit Study )
Untuk menentukan prolap internal atau prolap mukosa (parsial/ intusussepsi) bila
tidak ada keluhan atau gejala yang jelas. Material/kontras radiopaque/barium
dimasukkan ke dalam rectum, perhatikan keluarnya kontras saat defekasi.
o Test Manometri.
Menilai beratnya kerusakan fungsi otot-otot sfingter ani. Sering ditemukan penurunan
tekanan sfingter ani internus dan tidak adanya kemampuan reflek penahan dari
anorektal. Test ini masih diperdebatkan dan beberapa ahli tidak merekomendasikan
test ini.
o Test Sitz Marker.
Test ini digunakan untuk meyakini patensi kolon yang berguna dalam menentukan
apakah diperlukan tindakan reseksi kolon.
o Rigid Proctosigmoidoscopy.
Untuk menemukan adanya ulkus rectum yang soliter, yang terjadi hampr 10-25%.
Jika ditemukan ulkus tunggal atau multiple pada dinding anterior rectum, daerah ini
sebaiknya diangkat dan sering menimbulkan perdarahan.

PENANGANAN
Konservatif.
Prolaps rekti dini pada anak-anak, prolaps rekti interna ( hemoroid ) dan prolaps rekti
mukosa yang masih dini dapat diberikan obat-obat yang dapat melembutkan feses
atau laksansia, diet tinggi serat. Reposisi manual dilakukan dengan ataupun tanpa
sedasi ringan atau local anestesi menggunakan jelly. Pemberian sukrosa atau gula
dapat dilakukan untuk membentuk jaringan granulasi permukaan mukosa yang
diharapkan dapat mengurangi udem. Bila reposisi tidak berhasil, prolap rekti udem
dan tidak viable akibat inkarserata/strangulasi, dilakukan tindakan reseksi.
Pembedahan.
Pembedahan prolap rekti dilakukan dengan pendekatan abdominal, perineal maupun
laparoscopy. Prosedur abdominal memiliki resiko kekambuhan yang minimal namun
morbiditas tinggi. Pasien usia lanjut ( pasien yang memiliki masa hidup lebih pendek
dan keadaan umum yang buruk ) sebaiknya dilakukan pendekatan perineal karena
resiko morbiditas yang rendah, sedangkan pasien usia muda ( pasien yang memiliki
masa hidup lebih panjang dan keadaan umum baik ) sebaiknya dilakukan pendekatan
abdominal.

Hemoroid eksterna
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan trombosis
vena hemoroid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis.

6
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri
sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya
hemoroid interna Kadang terdapat lebih dari satu trombus.

Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri
sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter sampai
satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat
pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia
menutupi darah yang membeku.

Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam
waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari..

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan
umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain
seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi
apalagi bila terjadi trombosis.

Pemeriksaan Colok Dubur


Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

Terapi

7
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep
yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu
berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara
segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi
dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips
untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali trombus dibawahnya.
Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat
sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.

Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi
konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid eksterna
yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada
struktur luar anus yang tidak dapat direposisi.
Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta, pemeriksaan
penunjang:910 912.

6. Deskripsi pemeriksaan RT
Pemeriksaan Rectal Touche (Colok Dubur)
Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:
a.Left lateral prone position
Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal
dan rektum. Tetapi posisi ini kurang sesuai untuk pemeriksaan
peritoneum.
b.Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak
memerlukan pemeriksaan anus secara detail.
Dianjurkan dalam
pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena memudahkan akses
pada cavum peritoneal.
c.Knee-chest position
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.
d.Standing elbow-knee position
Posisi ini jarang digunakan.
Pemeriksaan :
1.Mintalah pasien mengosongkan kandung kemih.
2.Persilahkan pasien untuk berbaring dengan salah satu posisi diatas.
3.Minta pasien untuk menurunkan pakaian dalam (celana), hingga regio analis
terlihat jelas.
4.Mencuci tangan.
5.Menggunakan sarung tangan
6.Menggunakan pelumas secukupnya pada tangan kanan.
7.Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan

8
8.Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan
pada anal orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari
perlahan-lahan sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.
9.Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
Pada laki-laki : gunakan prostat di sebelah ventral sebagai titik
acuan.
Pada wanita : gunakan serviks uteri di sebelah ventral sebagai
titik acuan.
11.Menilai tonus sfingter ani.
12.Menilai struktur dalam rektum yang lebih dalam.
13.Menilai ampula rekti kolaps atau tidak
14.Pemeriksaan khusus
-Prostat : Nilailah ketiga lobus prostate, fisura mediana, permukaan
prostate (halus atau bernodul), konsistensi (elastis, keras, lembut,
fluktuan), bentuk (bulat, datar), ukuran (normal, hyperplasia,
atropi), sensitivitas dan mobilitas.
-Vesikula seminalis : Normalnya tidak teraba, apabila terdapat
kelainan akan teraba pada superior prostate di sekitar garis tengah.
Nilailah distensi, sensitivitas, ukuran, konsistensi, indurasi dan
nodul.
-Uterus dan adneksa : Periksa dan nilai kavum Douglas pada
forniks posterior vagina.
15.Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan
apakah pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir.
16.Cuci tangan yang masih memakai sarung tangan dengan air mengalir
17.Buka sarung tangan dan tempatkan pada wadah yang disediakan
18.Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis.
19.Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilahkan pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.
20.Dokumentasi hasil pemeriksaan
DeGowin RL, Donald D Brown.2000.Diagnostic Examination. McGraw
Hill.USA

7. Ca recti, prolaps recti dan polip recti ( anamnesis dan pemeriksaan fisik ).
Ca recti
Anamnesis
Gejala yang dapat ditemukan antara lain :
- Perdarahan perektal merupakan gejala yang paling sering terjadi (60%) pasien.
- Perubahan pola defekasi seperti perubahan bentuk feses, tenesnus, rasa tidak puas
setelah BAB.

9
- Occult bleeding (tes darah samar) positif pada 26% kasus.
- Nyeri abdomen, didapatkan sekitar 20%.
- Malaise (9% kasus).
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kemungkinan metastase seperti
pembesaran KGB atau hepatomegali. Dari pemeriksaan colok dubur dapat diketahui :
- Adanya tumor rektum
- Lokasi dan jarak dari anus
- Posisi tumor, melingkar/menyumbat lumen
- Perlengketan dengan jaringan sekitar
- Dapat dilakukan biopsi cubit

Prolaps recti
Anamnesis
Nyeri/rasa tidak enak saat defekasi, panggul terasa penuh, selalu ingin defekasi,
kadang juga sulit, sekresi lendir dan darah banyak, kadang diare berkepanjangan,
massa keluar dari anus, adanya sulkus antara rektum dan anus, inkontinensia alvi.
Pemeriksaan Fisik
Penonjolan rektum dgn lipatan mukosa konsentrik, massa dapat direposisi, inkarserasi
atau strangulasi, ulkus mukosa dengan perdarahan, tampak posisi anus normal (tidak
eversi) Colok dubur : pinggir anus beralur, tonus sfingter lemah.

Polip recti
Anamnesis
Perdarahan dari rektum, kram atau nyeri perut, sumbatan, intususepsi (dimana ada
bagian usus yang masuk ke bagian usu lainnya. diare cair yang banyak, pada polip
tertentu yang menghasilkan garam dan air ( villous adenoma).

Pemeriksaan fisik
Dengan "RECTAL TOUCHER" biasanya diketahui :

Tonus sfingterani lembek.


Mukosa lunak, tidak kaku biasanya dapat digeser.

10
Ampula rektum tidak kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba.
Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2004. 666-
667.

8. Prognosis dubia vitam, dubia functionam dan dubia sanationam


Kategori prognosis sebagai berikut :
1. Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan.
2. Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya.
3. Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga dapat
beraktivitas seperti biasa.

Prognosis digolongkan sebagai berikut:


1. Sanam : sembuh
2. Bonam : baik
3. Malam : buruk/jelek
4. Dubia : tidak tentu/ragu-ragu
Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik
Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek

Kamus kedokteran Dorland

11

Anda mungkin juga menyukai