Abstrak
2
kejadian flebitis pada triwulan III mengalami tabulating. Analisa data meliputi analisa
kenaikan, sedangkan perawatan infus di RSUD univariat menggunakan persentase.
Kajen telah memenuhi standar operasional, HASIL PENELITIAN DAN
namun masih kurang optimal dalam perawatan PEMBAHASAN
infus seperti tidak melakukan memakai sarung 1. Prosedur Perawatan Infus
tangan dan cuci tangan secara medical dari
Prosedur
Jumlah %
peradangan, sehingga angka kejadian flebitis Perawatan Infus
Baik 116 86,6
selalu ada dan cenderung mengalami
Kurang Baik 18 13,4
peningkatan. Total 134 100
Rumusan masalah penelitian adalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan Tabel di atas menunjukkan bahwa
prosedur perawatan infus dan kejadian flebitis sebagian besar prosedur perawatan infus di
di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Ruang Matahari dan Ruang Cendrawasih
3
3. Tabulasi Silang Pelaksanaan Prosedur
Perawatan Infus dengan Kejadian Flebitis
2. Kejadian Flebitis
Pelaksanaan Kejadian Flebitis
Kejadian Prosedur Tidak
Jumlah % Flebitis Total
Flebitis Perawatan Flebitis
Tidak flebitis 118 88,1 Infus f % f % f %
Flebitis 16 11,9 Baik 115 99,1 1 0,9 116 100
Total 134 100 Kurang Baik 3 16,7 15 83,3 18 100
Total 118 88,1 16 11,9 134 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien rawat inap di Ruang Berdasarkan tabel di atas dapat
Matahari dan Ruang Cendrawasih RSUD diketahui dari 116 orang yang melakukan
Kajen tidak mengalami flebitis. prosedur perawatan infus dengan baik,
Pasien rawat inap yang mengalami terdapat 115 orang (99,1%) pasien tidak
flebitis harus segera mendapatkan mengalami flebitis dan 1 orang (0,9%)
penanganan segera dengan menghentikan mengalami flebitis. Pada perlaksanaan
dan melepas infus, mengkompres dengan prosedur perawatan infus yang kurang baik
air panas, mengkaji nadi di daerah yang yaitu 18 orang, terdapat 3 orang (16,7%)
mengalami flebitis. Perawat kemudian pasien tidak flebitis dan 15 orang (83,3%)
melakukan pemasangan infus di bagian flebitis.
lain yang tidak meradang. Hal ini sesuai Berdasarkan tabulasi silang
dengan Weinstein (2000, h.62) yang diketahui bahwa terdapat 1 orang
menyatakan bahwa tindakan yang harus responden yang diberikan perawatan infus
dilakukan ketika pasien menderita flebitis dengan baik, tetapi mengalami flebitis. Hal
yaitu (1) Melepaskan alat intravena; (2) ini menunjukkan bahwa walaupun
Meninggikan ekstremitas; (3) pelaksanaan prosedur perawatan infus
Memberitahu dokter; (4) Memberikan sudah baik, tetapi masih dijumpai pasien
kompres panas pada ekstremitas sesuai yang mengalami flebitis, yang dikarenakan
pesanan; (5) Mengkaji nadi distal terhadap faktor usia yaitu responden berumur 59
area yang flebitis; (6) Menghindari tahun.
pemasangan intravena berikutnya di bagian Hal ini sesuai dengan Qown Grier
distal vena yang meradang. (1987, dalam Carpenito 2009, h.592) yang
menyatakan bahwa parameter yang dapat
mengidentifikasi individu yang beresiko
terkena infeksi salah satunya adalah faktor
4
pengganggu yaitu usia. Respon imun, SIMPULAN
imunisasi terutama yang selular menurun. Hasil penelitian dapat disimpulkan
Lansia juga mengalami perubahan dalam bahwa 86,6% perawat yang diobservasi
struktur dan fungsi kulit seperti turgor kulit melakukan prosedur perawatan infus dengan
menurun dan epitel menipis. Akibatnya, benar dan 88,1% pasien rawat inap yang
kulit menjadi lebih mudah abrasi atau luka. terpasang infus tidak mengalami flebitis.
Pasien yang mengalami kejadian Terdapat 118 orang (88,1%) tidak mengalami
flebitis akan menimbulkan dampak baik flebitis dan 16 orang (11,9%) mengalami
bagi pasien maupun bagi pihak rumah flebitis. walaupun pelaksanaan prosedur
sakit. Pasien akan mengalami kerugian perawatan infus sudah baik, tetapi masih
baik waktu perawatan maupun biaya, dijumpai pasien yang mengalami flebitis. Hal
karena pasien harus mendapatkan ini disebabkan faktor usia pasien. Berdasarkan
perawatan untuk kejadian flebitis dan hasil penelitian diketahui responden yang
penyakitnya. Hal ini tidak hanya mengalami flebitis sebagian besar berusia 50-
merugikan pasien tetapi pihak RSUD 59 tahun yaitu sebanyak 6 orang (37,5%).
Kajen Kabupaten Pekalongan, karena
harus merawat satu pasien lebih lama dari SARAN
waktu perawatan yang seharusnya. RSUD 1. Bagi Profesi Keperawatan
Kajen merupakan rumah sakit rujukan Penelitian ini sebaiknya digunakan
yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan pertimbangan bagi perawat
Kabupaten Pekalongan untuk mendapatkan dalam memberikan asuhan keperawatan
pelayanan kesehatan, keterbatasan ruangan pada pasien rawat inap, sehingga pasien
dan perawatan pasien yang terlalu lama tidak mengalami kejadian flebitis dan
menyebabkan pihak rumah sakit harus komplikasinya. Perawat sebaiknya
menolak pasien lain yang ingin melakukan prosedur perawatan infus
mendapatkan pelayanan kesehatan di dengan benar semenjak dilakukan
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan. pemasangan infus
2. Bagi Rumah Sakit
Pihak rumah sakit dapat membuat
suatu kebijakan yaitu standar operasional
prosedur (SOP) yang dapat didistribusikan
kepada perawat pelaksanan untuk
5
digunakan dalam melakukan asuhan DAFTAR PUSTAKA
keperawatan kepada pasien rawat inap Carpenito, 2009, Diagnosis Keperawatan:
dengan terapi infus. Aplikasi pada Kritik Klinis, EGC, Jakarta