I. PENDAHULUAN
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara
dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair,
air bersih, dan serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah sakit merupakan
upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan berbagai aspek antara lain
budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat, kondisi lingkungan, sosial dan teknologi.
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah rumah sakit adalah yang
terkomplit, tempat yang paling banyak di kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan
berbagai jenis sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri dari pasien,
pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran lingkungan rumah sakit.
Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang asongan, prilaku membuang sampah dan meludah
sembarangan, prilaku merokok dan sejumlah barang atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu
menambah jumlah sampah dan mengotori lingkungan rumah sakit.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian
besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius. Selain itu, kerap
bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah
medis.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah medis termasuk
kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah medis termasuk kedalam kategori
limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah medis berbahaya yang berupa
limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan masih banyak
yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi
sumber penyebaran penyakit baik kepada petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar
lingkungan rumah sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah,
perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media
lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan
beresiko terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak, AIDS, influenza), bahaya
radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko bahaya kimia.
Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan kesehatan selain
tergantung pada administrasi dan organisai yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang
memadai dan sekaligus partisipasi aktif dari semua pihak yang ada di unit pelayanan tersebut.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor /
administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan
lain-lain).
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana
yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang
bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
III. TUJUAN
A. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit guna menekan kejadian penyebaran infeksi
nosokomial di rumah sakit.
B. Tujuan Khusus
1. Melindungi petugas
2. Melindungi pencegahan infeksi
3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitar
4. Membuang bahan-bahan berbahaya (toksik dan radio aktif) dengan aman
IV. KEGIATAN
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan
C. Pendidikan dan pelatihan
D. Monitoring
E. Evaluasi
V. RINCIAN KEGIATAN
Proses pengelolaan sampah di RSIA Duren Tiga terdiri dari serangkaian tahapan. Tahap
Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang
berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari
penimbunan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.
A. Tahap penimbunan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara
menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan
(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
2. Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi
pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3. Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan
disediakan sarana pencuci.
4. Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari
infestasi serangga dan tikus.
Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam
sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
B. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut,
terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam
pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti
dengan menggunakan kantong yang bermacam warna.
C. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai
yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-
site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah
medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.