DEMENSIA VASKULAR
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Wonosari
Pembimbing:
dr. Ida Rochmawati M.Sc, Sp. KJ
Disusun Oleh:
Suci Eria (20100310019)
1
BAB I
KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 76 tahun
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Alloanamnesis:
Mudah Lupa
2
Autoanamnesis:
Pusing
Alloanamnesis:
Pada saat kunjungan tanggal 14 April 2016, berdasarkan keterangan Ny.
L, anak kandung pasien mengatakan bahwa saat ini pasien mengalami mudah
lupa terhadap kegiatan sehari-hari seperti, makan, mandi dan cara sholat. Pasien
menjadi lebih sering mandi 4-5 kali dalam sehari, cenderung melakukan suatu
kegiatan berulang kali karena lupa. Keluhan mudah lupa ini dialami sejak 3
tahun yang lalu yang semakin memberat sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga
sering lupa terhadap sesuatu yang disimpannya dan tidak ingat terhadap waktu
teriak jika kemauannya tidak dituruti, sulit tidur dan sering terbangun pada
malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki keinginan untuk beraktifitas seperti
yang akan meningkatkan resiko jatuh. Oleh karena hal tersebut, keluarga
pergerakan pasien.
Keluhan mudah lupa yang dialami pasien ini terjadi setelah pasien
terkena stroke penyumbatan tahun 2013. Pada awalnya, pasien hanya sering lupa
3
sangat dekat dengan pasien. Pasien menjadi lebih sering melamun, kadang-
kadang berteriak dan mengamuk. Hal lain yang terjadi adalah pasien ingin
menyeburkan diri kedalam sumur atau melompat dari jembatan sungai yang
dan BAK. Sebelumnya pasien bisa BAB dan BAK di toilet tanpa diantar. Namun
semenjak sakit pasien sering BAB dan BAK sembarangan sehingga saat ini
yang lalu. Pasien mengaku banyak pikiran dan sulit untuk tidur. Keluhan lain
berkeringat dingin, dada berdebar-debar, nyeri dada, sesak napas serta mual dan
muntah disangkal.
Pasien memiliki riwayat stroke penyumbatan kurang lebih 3 tahun yang lalu
(tahun 2013). Serangan tersebut merupakan serangan stroke pertama. Paska terkena
stroke, pasien menjadi sering lupa. Selain itu, pasien pernah mondok di RS Panti
Rapih dan RS Sardjito tahun 2013 karena penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
1. Riwayat Prenatal
4
2. Riwayat Masa Bayi (0-1 tahun)
5. Riwayat Pendidikan
6. Riwayat Pekerjaan
7. Riwayat Perkawinan
E. Riwayat Keluarga
disangkal.
Genogram:
5
Keterangan:
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
Meninggal :
dibiayai oleh keempat anak pasien, tidak ada masalah yang berarti dalam
perekonomian.
6
A. Deskripsi Umum
Penampilan
Seorang wanita, sesuai usia, berperawakan kecil, berkulit sawo matang, dan
Mood : labil
Afek : datar
Kesesuaian : inappropiate
C. Bicara
Produktivitas : kurang
Kualitas : relevan
D. Gangguan Persepsi
E. Pikiran
7
Orientasi (orang/waktu/tempat) : menurun
Abstrak : baik
G. Pengendalian Impuls
H. Tilikan
I. Reliabilitas
Dapat dipercaya
A. Status Internus
b. Tanda vital
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
8
Suhu : 36,5 0C
e. Kepala
Bentuk : mesocephali
Wajah : simetris
+/+ normal
serumen minimal
minimal
9
Tonsil : warna merah muda, tidak ada pembesaran
tortikolis
g. Thoraks :
x/menit
Perkusi : sonor
wheezing
h. Jantung :
kiri
i. Abdomen :
10
Inspeksi : bentuk datar, simetris
j. Ekstremitas :
h. Status Neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Nilai
Tes Nilai
Maks.
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 -
2 Kita berada dimana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar) 5 2
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 nama benda (jeruk, uang, mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi nilai 1 untuk setiap nama benda yang benar.
5 -
Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah
pengulangan.
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurang 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU(nilai diberi huruf yang 5 -
benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai).
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh kembali meyebu 3 nama benda diatas 3 -
BAHASA
11
6 Pasien diminta menyebut nama benda yang ditunjukkan (pensil,arloji) 2 2
7 Pasien diminta mengulang rangka kata: tanpa kalau dan atau tetapi 1 -
8 Pasien diminta melakukan perintah: Ambil kertas ini dengan tangan kanan,
3 -
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan perintah Angkatlah tangan kiri anda 1 1
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 -
11 Pasien diminta meniru gambar dibawah ini 1 -
Skor total 30 5
Pedoman score kognitif global (secara umum):
Nilai : 24-30: normal
Nilai : 17-23: probable gangguan kognitif
Nilai : 0- 16: definite gangguan kognitif
Kesimpulan:
Dari hasil tes MMSE diatas Pasien hanya bisa mendapatkan score 5, maka pasien
Mulanya mendadak 2 -
Progresinya bertahap 1 1
Perjalanan fluktuasi 2 2
Malam hari bengong atau kacau 1 1
Kepribadian terpelihara 1 1
Depresi 1 1
Keluhan somatik 1 -
Inkontinensia emosional 1 1
Riwayat hipertensi 1 1
Riwayat stroke 2 1
Ada bukti aterosklerosis 1 -
Keluhan neurologi fokal 2 2
Total 11
Demensia vaskular atau demensia multi-infark: skor > 7
12
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien mudah lupa dalam kegiatan sehari-hari sejak 3 tahun yang lalu yang
semakin memburuk sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga mengalami perubahan dalam
tingkah laku berupa sering marah dan berteriak-teriak ketika keinginannya tidak
dituruti. Selain itu pasien juga mengalami kesulitan untuk tidur dan BAK yang
yang lalu.
1. Organobiologik
140/90 mmhg.
2. Psikologik
13
Perilaku dan aktivitas psikomotor normal, mood labil, afek datar, empati tidak
dapat dirasakan, daya ingat terganggu jangka pendek dan segera, intelegensia dan
3. Sosial
IX. PROGNOSIS
14
X. RENCANA TERAPI
a) Psikofarmakologi
Donepezil HCl 10 mg 2 x 1
b) Psikoterapi
Supportif
Konseling keluarga
Memberikan informasi dan penjelasan mengenai kondisi pasien serta
15
BAB II
DISKUSI
Pada BAB II ini, saya akan mengkaji lebih dalam mengenai penatalaksnaan pada
dimensia vaskuler.
diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang mendasari.
vaskular, yaitu:
sebagai berikut :
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan
16
4) Gangguan dalam fungsi eksekutif (merancang, mengorganisasikan, daya
2. Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdaat hilangnya daya
ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri (insight)
signifikan pada fungsi sehari-harinya karena masalah dalam berpikir dan ingatan.
17
impair daily life, dan independent function. Perubahan ini juga mempengaruhi
dari populasi orang di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85
tahun. Dari seluruh pasien dengan demensia, 50 hingga 60 persen memiliki demensia
dengan Alzheimers type (Alzheimers disease). Sekitar 5 persen dari populasi orang
di atas 65 tahun, dan 20 hingga 40 persen pipulasi di atas 85 tahun. Dari seluruh
penyakit ini. 15 hingga 30 persen dari seluruh kasus demensia adalah vascular
dementia. Sekitar 10 hingga 15 persen dari pasien memiliki vascular dementia dan
Penyebab tersering dari demensia pada individu berusia 65 tahun ke atas adalah:
(1) Alzheimers disease; (2) Vascular dementia ; (3) Mixed vascular and Alzheimers
dementia. Sisanya hanya menyumbang sekitar 10% dari total kasus. Vascular
kondisi yang menghalangi aliran darah ke region pada otak, yang menyebabkan
seluruh tubuh, dan sel otak yang terutama sangat rapuh. Pada vascular dementia,
perubahan kemampuan berpikir kadang terjadi pada saat stroke infark (blockage pada
major blood vessels pada otak). Kesulitan berpikir juga dapat dimulai saat mengenai
18
experts lebih suka istilah Vascular Cognitive Impairment (VCI) daripada vascular
tipe lain, yaitu alzheimers disease dan dementia dengan lewy bodies. Telah
ditemukan bahwa perubahan vascular dan kelainan otak lain dapat berinteraksi
pemeriksaan mental status, dan informasi dari keluarga dan kerabat pasien. Keluhan
mengenai perubahan personalitas pada pasien usia di atas 40 tahun harus dicurigai
intelektual dan kelupaan. Gangguan daya ingat adalah gejala yang sangat khas pada
Alzheimer. Pada awalnya gangguan memori muncul pada tahap ringan, seperti lupa
nomor telepon, percakapan, dan kegiatan sehari-hari. Semakin lama demensia akan
semakin parah, dan hanya mengingat informasi yang pertama kali dipelajari (contoh :
tempat kelahiran ).
Memori berperan penting dalam orientasi terhadap orang, waktu, dan tempat
sehingga orientasi juga ikut terganggu dalam proses perjalanan penyakit. Separah
Demensia yang mempengaruhi korteks, seperti tipe Alzheimer dan vaskuler dapat
dimaksud adalah perubahan dalam diet, olahraga, kontrol diabetes dan hipertensi.
19
Obat yang diberikan antara lain antihipertensi, antikoagulan, antiplatelet. Kontrol
medical care, dukungan emosi untuk pasien dan keluarga, dan pengobatan
faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
gangguan kognitif dan gejala perilakunya. Banyak obat sudah diteliti untuk
mengobati demensia vaskular, tetapi belum banyak yang berhasil dan tidak satupun
efek yang positif dan pemberian secara oral active haemorheological agent seperti
blind, placebo controlled yang mengikut sertakan 321 penderita di Perancis dan 579
20
Obat-obat dimesia sebagai berikut:
ini mempunyai tolerabilitas tinggi pada pasien lansia larena tanpa efek
21
d. Golongan trisiklik. Tidak dianjurkan untuk lanjut usia karena efek
agitasi.
Menurut Witjaksana Roan terapi farmakologi pada pasien demensia berupa:
A. Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mg
B. Antipsikotika atipik:
Clozaril 1 x 12.5 - 25 mg
Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,75
Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mg
Quetiapine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg
Abilify 1 x 10 - 15 mg
C. Anxiolitika
Clobazam 1 x 10 mg
Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mg
Bromazepam 1,5 mg - 6 mg
Buspirone HCI 10 - 30 mg
Trazodone 25 - 10 mg atau 50 - 100 mg
Rivotril 2 mg (1 x 0,5mg - 2mg)
D. Antidepresiva
Amitriptyline 25 - 50 mg
Tofranil 25 - 30 mg
Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras)
SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg,
mg.
Mirtazapine (Remeron) 7,5 mg - 30 mg (hati2)
E. Mood stabilizers
Carbamazepine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg
Divalproex 125 - 250 mg atau 500 - 750 mg
Topamate 1 x 50 mg
22
Tnileptal 1 x 300 mg - 3 x mg
Neurontin 1 x 100 - 3 x 300 mg bisa naik hingga 1800 mg
Lamictal 1 x 50 mg 2 x 50 mg
Priadel 2 - 3 x 400 mg
Terapi non-farmakologis
Bertujuan untuk memaksimalkan/mempertahankan fungsi kognisi yang masih
ada. Program harus dibuat secara individual mencakup intervensi terhadap pasien
sendiri, pengasuh dan lingkungan, sesuai dengan tahapan penyakit dan sarana yang
tersedia.
gerak dan latih otak serta olahraga lain, edukasi, konseling, terapi musik, terapi
cahaya, penyediaan fasilitas perawatan, day care center, nursing home, dan
respite center.
Gangguan mood dan perilaku yang ditemukan pada pasien demensia vaskuler
dapat bervariasi sesuai dengan lokasi fungsi otak yang rusak. Gejala yang sering
kesulitan tidur dan wandering ( berjalan ke sana kemari). Sebelum memulai terapi
gangguan ini namun dalam prakteknya sering diperlukan kombinasi kedua metode
terapi ini. Penting untuk selalu menganalisa dengan seksama setiap gejala yang
timbul, adakah hubungan gejala perilaku atau psikiatrik dengan kondisi fisik (nyeri),
berat dibanding pasien demensia Alzheimer tanpa depresi. Obat antidepresan dapat
23
memperbaiki gejala depresi, mengurangi disabilitas tetapi tidak memperbaiki
gangguan kognisi.
Penanganan non-farmakologis;
1. Memberi dorongan aktivitas.
2. Menghindari tugas yang kompleks.
3. Bersosialisasi untuk mengurangi depresi.
4. Konseling dengan psikiater.
Manajemen terapi non-farmakologi:
1. Usahakan lingkungan rumah yang tenang dan stabil.
2. Tanggapi pasien dengan sabar dan penuh kasih
3. Buatlah aktivitas konstruktif untuk penyaluran gelisahnya.
4. Hindari minuman berkafein unbtuk membantu mengurangi gejala cemas dan
gelisah.
Terapi Psikososial
Memori jangka pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada
memikirkan penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring
hingga kecemasanyang berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa
edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari
24
dimaksimalkan dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih
dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan
keterbatasan fungsi kognitif juga dapat bermanfaat. Dokter dapat membantu pasien
kalender untuk pasien dengan masalah orientasi, membuat jadwal untuk membantu
ingat.
oleh keluarganya.
Gangguan tidur
sering juga terjaga pada malam hari. Beberapa petunjuk praktis yang berguna untuk
pengobatan gangguan kognisi ringan hingga sedang pada penyakit dimensia. Obat ini
25
Haloperidol 1,5mg merupakan derivat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyakit mania depresif, skizofrenia,
Disamping itu haloperidol juga mempunyai daya antiemetik yaitu dapat menghambat
sistem dopamin dan hipotalamus. Pada pemberian oral haloperidol diserap kurang
lebih 60-70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap
sampai 72 jam. Indikasi pemberian antipsikotik pada kasus ini adalah adanya
Selain itu juga pasien diberikan terapi farmakologis triheksifenidil (THP) 2mg
untuk mecegah terjadinya sindrom ekstrapiramidal pada pasien yang mendapat obat
antipsikotik. THP adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat
Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis
nootropic agents yang berbentuk bubuk kristal putih dan tidak berbau. Piracetam
bekerja dengan cara meningkatkan efektifitas dari fungsi telensefalon otak melalui
fungsi kognitif pada manusia (memori, kesadaran, belajar dan lain). Fungsi lain dari
26
pada otak, serta mempengaruhi pengaturan cerebrovaskular dan juga mempunyai
efek antitrombotik.
DAFTAR PUSTAKA
2. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Science/ Clinical Psychiatry. 9th ed. Maryland: William & Wilkins; 2003.
27
3. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks Sinopsis Psichiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku/ Psichiatri Klinis. 7th ed. Maryland: William & Wilkins;
1998.
4. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan and Saddocks, Pocket Handbook of Clinical
28