Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan


sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis dan jenjang pendidikan.

Komponen kurikulum dapat juga dilihat berdasarkan siklus


pengembangan kurikulum.Setiap perbuatan kurikulum diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu,baik yang berkenaan dengan pembinaan
pribadi,pembinaan kemampuan social,kemampuan untuk bekerja,ataupun untuk
pembinaan perkembangan lebih lanjut.Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut
diperlukan isi/materi yang harus disampaikan kepada peserta didik melalui suatu
proses atau kegiatan yang sistematis dan tepat.Selanjutnya untuk mengetahui
tingkat keefektifan kurikulum dan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
materi yang disampaikan maka diperlukan system evaluasi yang baik.Komponen
pokok kurikulum yaitu tujuan,isi,proses dan evaluasi.Komponen tersebut harus
ada kesesuaian saling berhubungan dan ketergantungan sehingga membentuk
sebuah system.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen Tujuan?
2. Apa saja komponen Isi/materi?
3. Apa saja komponen Proses?
4. Apa saja komponen Evaluasi?
5. Apa saja komponen organisasi kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen Tujuan
2. Untuk mengetahui komponen Isi/materi
3. Untuk mengetahui komponen Proses
4. Untuk mengetahui komponen Evaluasi
5. Untuk mengetahui komponen organisasi kurikulum
D. Manfaat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

2
Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni merupakan
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat
pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling
mendukung satu sama lainnya. Para pemikir pendidikan seperti Subandijah,
Soetopo, soemato dan Nasution mempunyai ragam dalam menentukan jumlah
komponen tersebut, meskipun pada dasarnya pemahaman dan pengertiannya
hampir sama.
Subandijah (1993) membagi komponen kurikulum antara lain: tujuan, Isi
atau materi, Organisasi atau strategi, Media, daan Komponen proses belajar
mengajar. Sedangkan yang dikategorikan komponen penunjang kurikulum
mencakup: Sistem administrasi dan supervisi, Pelayanan bimbingan dan
penyuluhan dan Sistem evaluasi.
Kemudian Soetopo dan Sumato (1993) membagi komponen kurikulum ke
dalam 5 komponen, yaitu: 1. Tujuan, 2. Isi dan struktur program, 3. Organisasi
dan strategi, 4.Sarana dan 5. Evaluasi.
Nasution (1993) membagi komponen kurikulum menjadi tiga, yaitu: (1)
Tujuan, (2) Bahan belajar mengajar, dan (3) Penilaian.
Berikut ini akan diuraikan secara beberapa komponen tersebut.
1. Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan
nasional, ditetapkan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik
untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional khususnya dan menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas umumnya.

Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain


anak didik diupayakan melalui suatu proses pendidikan, yang kalau dibuat secara
berurutan tujuan pendidikan sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional, merupakan pendidikan yang paling tinggi
dalam hirarkis tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan umum

3
yang dikaitkan dengan falsafah Pancasila. Di dalam undang-undang No. 20
Tahun 2004, bab II pasal 2 dituangkan, bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
b) Tujuan Institusional
Tujuan instruksional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan
nasional. Sistem Pendidikan Indonesia memiliki jenjang yang melembaga pada
suatu tingkatan. Tiap lembaga memiliki suatu tujuan pendidikan yang disebut
dengan tujuan institusional, sehingga dikenal bermacam-macam tujuan
insitusional, antara lain: tujuan Institusional SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK,
Universitas/Akademi dan sebagainya. Keberadaan tujuan pendidikan mesti
menggambarkan kelanjutan dan memiliki relevansi yang kuat dengan tujuan
pendidikan nasional. Agar tidak terjadi penyimpangan, maka tujuan institusional
mesti didahului dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan, tujuan
pendidikan nasional dan tujuan umum lembaga yang dimaksud.
c) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan, maka isi
pengajaran yang telah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikuler yang biasanya
dapat dilihat dari Garis - Garis Besar Program Pengajaran (GBPP pada
Kurikulum 1994 selanjutnya disebut silabus pada Kurikulum 2006) dari suatu
mata pelajaran. Pada Silabus tersebut terdapat suatu tujuan kurikuler yang perlu
dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikannya. Hal ini yang perlu diperhatikan,
bahwa tujuan kurikuler seharusnya mencerminkan tindak lanjut dari tujuan
institusional dan tujuan pendidikan nasional dan menggambarkan tujuan
kurikuler. Sehingga akan terlihat jelas hubungan hirarkis dari ketiga tujuan

4
pendidikan tersebu
d) Tujuan Instruksional
1). Tujuan Instruksional Umum (identik dengan standar kompetensi)
2).Tujuan Instruksional Khusus (identik dengan kompetensi dasar, ditunjukkan
oleh indikator)
Tujuan instruksional merupakan tujuan akhir dari tiga tujuan yang telah di-
kemukakan terdahulu. Tujuan ini bersifat operasional, yakni diharapkan dapat
tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar yang bersifat langsung dan
terjadi setiap hari dibahas. Untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional ini maka
biasanya seorang guru perlu membuat Satuan Pelajaran (SP) atau pada
Kurikulum 2006 dikenal sebagai Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Tujuan instruksional ini dalam upaya mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh
kondisi proses mengajar yang ada, antara lain: kompetensi pendidik, fasilitas
belajar, anak didik, metode, lingkungan dan faktor yang lain.
Kaitan Tujuan-tujuan Pendidikan

Menurut Bloom, dengan bukunya Taxonomy of Educational Objectives terbitan


1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 domain, yaitu:

a. Domain Kognitif

Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan


intelektual seperti mengingat dan memecahkan masalah. Domain kognitif terbagi
menjadi 6 tingkatan yaitu; pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension) penerapan (application). analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Domain Afektif

Afektif berkenaan dengan sikaf, nilai-nilai dan afresiasi. Domain ini


memiliki 5 tingkatan, yaitu; Penerimaan, merespon, menghargai,
mengorganisasi dan karakterisasi nilai.

5
c. Domain Psikomotor
Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan atau skill seseorang. Dan tingkatannya yaitu ; persepsi (perception),
kesiapan, meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption)
dan menciptakan (organization).

2. Komponen Materi

Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang


dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian atau
topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses pembelajaran.

2) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran.

3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

4) Isi / materi kurikulum hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman


yang dikembangkan dan disusun untuk mencapai tujuan pendidikan.

Secara umum isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi :

a). Logika, yaitu pengetahuan tentang benar salah berdasarkan prosedur


keilmuan.

b). Etika, yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai dan moral.

c). Estetika, pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seninya.

Pengembangan materi kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai


berikut:

1. Mengandung bahan kajian yang dapat dipelajari siswa dalam pembelajaran.

2. Berorientasi pada tujuan, sesuai dengan hirarki tujuan pendidikan.

6
Materi kurikulum mengandung aspek tertentu sesuai dengan tingkat tujuan
kurikulum, yang meliputi :

1) Teori

2) Konsep

3) Generalisasi

4) Prinsip

5) Prosedur

6) Fakta

7) Contoh atau Ilustrasi

8) Istilah

9) Definisi

10) Preposisi

Menurut Hilda Taba (1962) kriteria untuk memilih isi materi kurikulum yaitu :

a.Materi harus sahih dan signifikan, artinya menggambarkan pengetahuan


mutakir.

b. Relevan dengan kenyataan social dan kultur agar anak lebih memahaminya.

c. Materi harus seimbang antara keluasan dan kedalaman.

d. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan.

e. Sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik.

f. Materi harus sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.

Banyak kegagalan dalam komponen ini karena guru tidak bisa memberikan
pengalaman belajar pada peserta didiknya. Cara untuk mewujudkan pengalaman
peserta didik adalah dengan merancang dan menjabarkan materi pelajaran menjadi
berbagai kegiatan belajar. Menurut Taba kegiatan belajar menimbulkan pengalaman
belajar.

7
3. Komponen Proses

Komponen ini tentunya sangatlah penting dalam suatu proses pengajaran


atau pendidikan. Tujuan akhir dari proses belajar mengajar adalah diharapkan
terjadinya perubahan dalam tingkah laku anak. Komponen ini juga mempunyai
keterkaitan erat dengan suasana belajar kreativitas dalam belajar baik di dalam
kelas maupun individual (di luar kelas) merupakan suatu langkah yang tepat.
Dalam kaitannya dalam kemampuan guru dalam menciptakan suasana
pengajaran yang kondusif agar aktivitas tercipta dalam peroses pengajaran.
Subandijah (1993) mengemukakan, bahwa guru perlu memusatkan pada
kepribadian dalam mengajar, menerapkan metode mengajarnya, memusatkan pada
proses yang produknya dan memusatkan pada manager dan fasilitator merupakan
suatu tuntunan dalam memperlancar proses belajar mengajar ini. Semakin maju
dunia pendidikan suatu negara maka peran-peran di atas tentunya semakin
digunakan oleh seorang pendidik suatu negara maka peran-peran di atas tentunya
semakin digunakan oleh seorang pendidik dalam menggeluti profesinya, bagi kita
mungkin masih terlalu ideal. Dan hal yang disampaikan Subandijah tersebut dapat
dicapai bila guru dapat;
a.memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar.
b.Menerapkan metode mengajarnya
c.Memusatkan pada proses dan produknya
d.Memusatkan pada kompetensi yang relevan

B. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.


Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Evaluasi juga merupakan salah satu komponen kurikulum, dengan evaluasi


dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran,
keberhasilah siswa, guru dan proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil
evaluasi dapat dibuat keputusan kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan

8
upaya bimbingan yang diperlukan. Aspek yang dinilai bertitik tolak dari tujuan yang
akan dicapai. Sedangkan jenis penilaian tergantung pada tujuan diselenggarakannya
penilaian itu sendiri. Jenis-jenis penilaian meliputi :

1) Penilaian awal pembelajaran

2) Penilaian proses pembelajaran

3) Penilaian akhir pembelajaran.

Persyaratan suatu instrument penilaian adalah aspek validitas, realiabilitas,


obyektivitas, kepraktisan dan pembedaan. Penilaian harus bernilai objektif,
dilakukan berdasarkan tanggung jawab kelompok guru, rencana terkait dengan
pelaksanaan kurikulum sesuai tujuan dan materi kurikulum dengan alat ukur yang
handal dan mudah dilaksanakan serta

memberikan hasil yang akurat.

Dalam evaluasi dapat di kelompokan kedalam dua jenis yaitu:

a) Tes

Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam asfek


kognitif. Tes memiliki dua kriteria yaitu tes memiliki tingkat validitas seandainya
dapat mengukur yang hendak diukur. Kedua memiliki tingkat
reliabilitas/kendalan jika tes tersebut bisa menghasilkan informasi yang
konsisten. Tes berdasarkan jumlah peserta dibedakan jadi tes kelompok yaitu
dilakukan terhadap sejumlah siswa secara bersama-sama dan tes individu adalah
tes yang dilakukan kepada seorang individu secara perorangan. Tes dilihat dari
cara penyusunannya yaitu tes buatan guru yaitu untuk menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan dan tes standar adalah tes yang
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan memprediksi kemampuan
siswa pada masa yang akan datang.

Tes dilihat dari pelaksanaannya dibedakan menjadi tes tertulis adalah


dengan cara siswa menjawab sejumlah soal secara tertulis dan tes lisan adalah tes
yang dilakukan langsung komunikasi dengan siswa secara verbal.

b) Non Tes

9
Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk asfek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motivasi. Beberapa jenis non tes yaitu :

1). Observasi

Observasi adalah penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada


situasi tertentu. Observasi dibedakan jadi observasi partisipatif yaitu dimana
observer ikut kedalam objek yang sedang dia observasi. Observasi non
partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai
pengamat.

2). Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara pewawancara dan yang


diwawancarai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung apabila
pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang akan dievaluasi.
Wawancara tidak langsung apabila pewawancara mengumpulkan data subjek
melalui pelantara.

3). Studi kasus

Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode


tertentu secara terus menerus.

4). Skala Penilaian

Skala penilaian/rating acale adalah salah satu alat penilaian dengan


mengunakan alat yang telah disusun dari yang negatif sampai positif, sehingga
pada skala tersebut penilai tunggal membubuhi tanda.

E. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa
kerangka umum program-pengajaran pengajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik (Nurgiantoro, 1988: 111). Adapun S. Nasution (1989: 80)
menyebutkan dilihat dari organisasi kurikulum terdapat 3 tipe atau bentuk
kurikulum, yakni: (1) Separated Subject Curriculum; (2) Correlated Curriculum;
(3) Integrated Curriculum. Sebenarnya pemisahan tersebut lebih bersifat teoritis,

10
karena pada kenyataannya tidak ada kurikulum yang secara mutlak mendasarkan
pada salah satu bentuk saja tanpa mengaitkannya dengan yang lain. Berikut uraian
dari organisasi kurikulum:

a. Separated Subject Curriculum

Pada bentuk ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang terpisah
dan tidak mempunyai kaitan sama sekali. Sehingga banyak jenis mata pelajaran
menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup
bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam
praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing
guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered,
berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan
kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian
anak secara keseluruhan.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:

1) .Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis;

2) Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncanakan, serta mudah dilaksanakan

3) Mudah dievaluasi dan dites

4) Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi

5) Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakan lebih


mudah

6) Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan

7) Lebih tersusun secara sistematis.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa


kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:

11
a).Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan
kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka;

b) .Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta


didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya
berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks

c).Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik

d). Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan


pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta
hanya memusatkan pada perkembangan intelektual

e).Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena


mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan

f) .Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

b. Correlated Curriculum

Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya


suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, tetapi
tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar
mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata


pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran
IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
2) Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan
yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral
dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
3) Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan
menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan
antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field.
Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran

12
membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan
bahasa.

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai


beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud
antara lain:

a). Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang


mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
b). Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya
hubungan antara berbagai mata pelajaran;
c). Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam
dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
d). Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih
fungsional
e). Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada
pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain itu correlated curriculum juga mempunyai kelemahan, antara lain:

1) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan


dan minat peserta didik
2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada
berbagai mata pelajaran
3) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis;
4) Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar
disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

c. Integrated Curriculum

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah


atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat
terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus
disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.

Organisasi kurikulum ini mempunyai kelebihan, sebagai berikut:

13
1).Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat

2).Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar

3).Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat

4).Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir
sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama
dalam kelompok

5).Penyajian bahan disesuaikan dengan kemampuan individu, minat dan


kematangan peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok.

Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:

a).Pendidik atau guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini

b).Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis

c) .Terlalu memberatkan tugas pendidik

d).Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum

e).Peserta didik dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum;

f).Sarana dan prasarana yang kurang memadai untuk menunjang pelaksanaan


kurikulum tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA
Huda,Nurul.2012.Komponen dan organisasi kurikulum.http://cahnurulhuda.blogspot.c
o.id/2012/10/komponen-dan-organisasi-kurikulum.html.Diakses pada tanggal
7 maret 2017

Arifin,Zaenal.2011.Konsep model pengembangan kurikulum.Bandung:PT REMAJA


ROSDAKARYA

15

Anda mungkin juga menyukai