Lemna
Lemna
2014: 272-286
ABSTRACT
Nopriani U, Karti PDMH, Prihantoro I. 2014. Productivity of duckweed (Lemna minor) as alternative forage feed for livestock
in different light intensities. JITV 19(4): 272-286. DOI: http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v19i4.1095
Duckweed (Lemna minor) is a small aquatic plant that grow and float in water and spread extensively. Lemna minor is
potential as a source of high quality forage. This study aimed to determine optimal light intensity on Lemna minor to generate
maximum productivity. Parameters observed were physical-biological and chemical characteristics of the media (pH value,
temperature, cover area, decreased of media volume, BOD, COD, nitrate, nitrite and phosphate), plant growth acceleration
(number of shoots, leaf diameter and chlorophyll-a), biomass production, doubling time of cover area and the number of
daughters. This study was done based on a completely randomized design with 4 levels of shading. While treatment was: without
shading, shading 30%, shading 50% and shading 70% using paranet shade. Each treatment consisted of 4 replications. Result
showed that the productivity of Lemna minor included the number of daughters, chlorophyll-a, biomass production, cover area,
absorbed phosphate and doubling time the number of daughters reached the highest level without shading treatment (1007,21-
2813,57 lux). The decrease of intensity of light, the increase the diameter of leaf. Decrease of media volume was positively
correlated to size of cover area. Biomass production influenced by a wide doubling time of cover area and number of daughters.
Key Words: Lemna minor, Light Intensity, Media, Productivity
ABSTRAK
Nopriani U, Karti PDMH, Prihantoro I. 2014. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan alternatif ternak
pada intensitas cahaya yang berbeda. JITV 19(4): 272-286. DOI: http://dx.doi.org/10.14334/jitv.v19i4.1095
Duckweed (Lemna minor) adalah tanaman air kecil yang ditemukan tumbuh mengapung diatas air dengan tingkat
penyebaran yang sangat luas diseluruh dunia dan potensial sebagai sumber hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas cahaya yang optimal dalam menghasilkan produktivitas Lemna minor yang
maksimal. Parameter yang diamati adalah karakteristik fisikbiologi dan kimia media (pH media, suhu media, luas cover area,
penyusutan volume media, BOD, COD, nitrat, nitrit dan fosfat), percepatan tumbuh tanaman (jumlah anakan, diameter daun dan
klorofil-a), produksi biomassa dan doubling time luas cover area dan jumlah anakan. Penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 4 perlakuan level naungan yakni tanpa naungan, naungan 30%, naungan 50% dan naungan 70% menggunakan
naungan paranet. Tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas Lemna minor
meliputi jumlah anakan, klorofil-a, produksi biomassa, luas cover area, serapan fosfat dan doubling time jumlah anakan tertinggi
diperoleh pada perlakuan tanpa naungan (1007,21-2813,57 lux). Penurunan intensitas cahaya meningkatkan diameter daun.
Penyusutan volume media tanam berkorelasi positif terhadap luas cover area. Produksi biomassa dipengaruhi oleh doubling time
luas cover area dan jumlah anakan.
Kata Kunci: Lemna minor, Intensitas Cahaya, Media, Produktivitas
272
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
harus dipenuhi secara kuantitas, kualitas dan tersedia Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Ilmu Nutrisi
setiap tahun. Penyediaan hijauan pakan di Indonesia Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium
memiliki beberapa kendala baik dari segi kuantitas dan Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB,
kualitas. Kuantitas hijauan yang diproduksi Laboratorium Spektrophotometry UV-VIS Fakultas
berhubungan dengan area lahan budidaya dan musim. Pertanian IPB dan Laboratorium Lingkungan
Area lahan yang digunakan untuk hijauan pakan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
bersaing dengan lahan pangan, sehingga salah satu cara
untuk mengatasi ketersedian lahan budidaya adalah
memanfaatkan lahan air untuk budidaya. Potensi lahan MATERI PENELITIAN
air di Indonesia cukup tinggi, seperti lahan rawa
menjadi peluang sebagai wilayah pengembangan Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri
tanaman air untuk hijauan pakan. Tingginya dari kolam terpal (1x1x1 m), paranet (30%, 50% dan
produktivitas Lemna minor dapat digunakan sebagai 70%), gelas ukur, kain kasa, saringan ikan, penggaris,
pakan alternatif dan suplemen pakan. Pada kondisi pingset, jangka sorong, gunting, timbangan, oven, pH
optimal, produksi biomassa Lemna minor menjadi dua meter, lux meter dan Hygro-Thermometer type HTC-1.
kali lipat dalam dua hari (Landesman et al. 2005). Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah
Secara umum pertumbuhan Lemna minor dipengaruhi inokulan Lemna minor, air, lumpur sawah dan pupuk
oleh temperatur, intensitas cahaya dan kecukupan kompos.
nutrisi pada media yang digunakan (Leng et al. 1994).
Lemna minor memiliki potensi sebagai hijauan pakan METODE PENELITIAN
alternatif kaya protein dan mineral. Kandungan protein
kasar dari Lemna minor cukup tinggi yakni 37,6% dan Persiapan media tanam
serat yang relatif rendah yakni 9,3% (Culley et al.
1981), sehingga tanaman ini potensial digunakan Media tanam berupa pupuk kompos 0,5 g/l dan
sebagai suplemen protein bagi ternak unggas (Indarsih lumpur sawah (1%) pada kolam terpal ukuran 1x1x1 m
& Tamsil 2012). Lemna minor memilliki kandungan yang berisi seratus lima puluh liter air. Selanjutnya
mineral yang tinggi yakni N sebanyak 0,8-7,8% dari media tanam didiamkan selama satu minggu.
total berat kering, P sebanyak 0,03-2,8% dari total berat
kering (Landolt & Kandeler 1987). Lemna minor juga Persiapan inokulan Lemna minor
memiliki banyak manfaat yakni sebagai biofertilizer
untuk meningkatkan pertumbuhan plankton (Astrid et Pembiakan Lemna minor dilakukan pada media
al. 2013), pakan ternak dan pakan ikan (Culley et al. tumbuh yang terdiri dari air, lumpur sawah (1%) dan
1981). pupuk kompos 0,5 g/l selama seminggu. Selanjutnya
Hingga saat ini kajian tentang produktivitas Lemna tanaman tersebut digunakan sebagai inokulan.
minor pada kultur terkontrol masih relatif terbatas.
Salah satu faktor penentu produktivitas tanaman adalah Penanaman dan pemeliharaan
lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi produktivitas tanaman yakni suhu dan
Inokulan Lemna minor sebanyak 2 g dimasukkan
radiasi matahari. Dengan mengetahui faktor lingkungan
pada masing-masing bak perlakuan. Pemeliharaan
tersebut, pertumbuhan tanaman, tingkat fotosintesis dan tanaman dilakukan selama 14 hari.
respirasi yang berkembang secara dinamis dapat
disimulasi (Setiawan 2009a).
Koleksi data
Dengan demikian, dalam penelitian ini dikaji lebih
dalam level cahaya yang optimal sehingga dapat
Data intensitas cahaya, suhu dan kelembaban
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
lingkungan dicatat setiap hari pada pukul 07:00, 11:00
maksimal karena pertumbuhan Lemna minor sangat
dan 16:00 WIB. Pengukuran kandungan nutrisi Lemna
dipengaruhi oleh cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk
minor dilakukan secara komposit.
mengetahui level cahaya yang optimal terhadap
pertumbuhan dan produktivitas Lemna minor.
Rancangan percobaan
273
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
274
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaaan (P<0,05)
Waktu
Max Min
Pagi Siang Sore
hari dan 341,7119,72 lux pada sore hari. Stanley & Nilai pH media tanam telah mengalami perubahan
Madewell (1975) menyatakan kisaran intensitas cahaya pada hari ke-2. Hasil sidik ragam pH media tanam antar
optimum untuk pertumbuhan Lemna minor adalah 400 perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata
8000 lux. (P<0,05). Media tanam berperan sangat penting dalam
Suhu dan kelembaban disajikan pada Tabel 2. Status menentukan kehidupan suatu tanaman dari awal sampai
nilai suhu berkisar 26,210,41-28,961,46C dengan akhir produksi. Lemna minor memiliki toleransi hidup
rataan kelembaban berkisar 81,291,91-86,290,61%. pada kisaran pH 5-9 dan akan tumbuh baik pada pH
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan Lemna minor 6,5-7,5 dengan temperatur 6-33C (Leng et al. 1994).
dipengaruhi oleh intensitas cahaya, dimana Penurunan pH media disebabkan oleh pertumbuhan
pertumbuhan meningkat pada kisaran temperatur 6- tanaman, ketika proses pertumbuhan tanaman
33C (Leng et al. 1994). Dengan demikian kondisi menggunakan nutrisi yang ada sehingga pH media
lingkungan selama penelitian dalam keadaan optimum. menurun. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara
makro pada pupuk kompos tersedia secara maksimum
Karakteristik sifat fisik-biologi dan kimia media dan terbatas dalam unsur mikro kecuali Molibdenum
tanam (Mo). Unsur Mo berperan dalam fiksasi nitrogen bebas
untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Kandungan
Karakteristik sifat fisik media tanam yang diamati pupuk kompos dalam media tanam mencegah terjadinya
adalah derajat keasaman (pH), suhu media tanam, keracunan Al, Fe dan Mn pada tanah masam, karena
penyusutan volume media tanam, luas cover area adanya kandungan bahan organik yang meningkatkan
tanaman, korelasi antara penyusutan media tanam dan P-tersedia serta mikroorganisme pada pupuk kompos
luas cover area tanaman. Karakteristik sifat biologi dan meningkatkan proses fotosintesis, modifikasi,
kimia media tanam yang diamati adalah BOD, COD, nitrifikasi, dan fiksasi N yang berperan pada
nitrat, nitrit dan fosfat. pertumbuhan tanaman (Setyorini et al. 2006). Selain itu
penurunan pH juga disebabkan oleh penambahan
Derajat keasaman (pH) media tanam lumpur pada media tanam, dimana karakteristik lumpur
sawah yang ditambahkan merupakan jenis tanah masam
Nilai derajat keasaman (pH) dapat menggambarkan yakni latosol tanah sawah dramaga memiliki kandungan
status kualitas air. Nilai derajat keasaman (pH) media nilai pH 4,0-5,5 (Hanafiah 2010). Namun fluktuasi
pada awal penelitian pada berbagai perlakuan adalah media tanam selama penelitian berada pada kisaran pH
8,50,00. Kondisi ini sebagai gambaran bahwa status netral. Nilai pH optimum untuk ketersediaan unsur hara
pH air awal bersifat alkali. Sedangkan pada akhir adalah sekitar 7,0 (netral) dimana semua unsur makro
penelitian masing-masing perlakuan mengalami (N, P, K, Ca, S, Mg) tersedia secara maksimum dan
penurunan yakni berkisar 6,530,48-7,040,19. unsur mikro (Fe, Bo, Cu, Mn, Zn, Cl) yang tidak
275
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
Tabel 3. Status nilai pH media tanam pada berbagai level naungan selama penelitian
Perlakuan
pH media tanam (hari)
Tanpa naungan Naungan 30% Naungan 50% Naungan 70%
1 8,500,00 8,500,00 8,500,00 8,500,00
ab b ab
2 8,40 0,12 8,20 0,14 8,38 0,10 8,50a0,22
3 8,33a0,05 8,13b0,13 8,15b0,13 8,28ab0,05
4 8,200,08 8,100,08 8,080,15 8,230,10
a c ab
5 8,10 0,08 7,88 0,13 8,05 0,06 7,93bc0,05
6 8,00a0,00 7,73b0,17 7,88ab0,10 7,88ab0,10
7 7,95a0,04 7,45c0,19 7,80ab0,08 7,65bc0,17
8 7,90a0,08 7,30c0,24 7,65ab0,24 7,45bc0,13
9 7,70a0,08 7,25b0,21 7,53ab0,26 7,28b0,17
10 7,65a0,13 7,20b0,22 7,45ab0,24 7,20b0,22
11 7,50a0,00 7,18ab0,31 7,33ab0,26 7,08b0,24
12 7,300,14 7,000,36 7,200,22 7,030,26
a b a
13 7,25 0,10 6,80 0,18 7,20 0,29 6,93ab0,26
14 7,04a0,19 6,70ab0,18 7,08a0,25 6,53b0,48
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
maksimum kecuali molibdenum (Mo). Nilai pH perkembangan suatu organisme (Sahabuddin & Tangko
dibawah 6,5 dapat terjadi defisiensi unsur P, Ca dan Mg 2008).
serta terjadi toksisitas unsur B, Mn, Cu, Zn, dan Fe.
Defisiensi unsur hara P, B, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg Luas cover area (LCA)
serta toksisitas B dan Mo pada pH diatas 7.5 (Hanafiah
2010). Laju pertumbuhan tanaman menggambarkan tingkat
efektivitas tanaman didalam berproduksi dan
Suhu media tanam memanfaatkan ruang tumbuh. Laju pertumbuhan Lemna
minor memiliki spesifikasi yang berbeda pada berbagai
Nilai suhu media pada awal penelitian pada perlakuan naungan (Tabel 5). Hasil penelitian
perlakuan tanpa naungan, naungan 30%, naungan 50% menunjukkan bahwa Lemna minor dapat tumbuh
dan naungan 70% secara berturutturut yakni optimal pada hari ke-2. Pertambahan luas cover area
29,030,01, 28,730,06, 27,830,04 dan 27,280,05C, terbaik yakni pada perlakuan tanpa naungan. Tingginya
sedangkan pada akhir penelitian mengalami penurunan luas cover area menggambarkan tingginya produktivitas
suhu media pada kisaran 25,150,02-26,620,04C. tanaman. Semakin tinggi pertumbuhan tanaman maka
Hasil sidik ragam terhadap suhu media selama hasil luas cover area pun semakin tinggi. Lemna minor
penelitian menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Tabel termasuk tanaman C3 dengan tingkat fotorespirasi yang
4 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa naungan tinggi, dimana keseimbangan antara fotosintesis dan
memiliki nilai suhu media yang lebih tinggi. Penurunan fotorespirasi tergantung dari rasio CO2 : O2 pada
suhu media kemungkinan disebabkan oleh pertambahan atmosfer. Tingginya luas cover area kemungkinan
luas cover area tanaman. Penurunan suhu media disebabkan oleh cahaya yang tinggi, dimana cahaya
berkorelasi dengan suhu lingkungan dan intensitas sangat berperan penting bagi pertumbuhan dan
cahaya yang semakin rendah disebabkan lamanya perkembangan tanaman. Beberapa faktor penting yang
penelitian. Nilai suhu media tersebut masih dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah curah
kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman air. hujan, temperatur, angin, sinar matahari, kelembaban
Hasil penelitian Rovita et al. (2012) menyebutkan dan evapotranspirasi (Setiawan 2009b). Secara umum,
bahwa rataan suhu air untuk tanaman air yang optimum tanaman mengalami pertumbuhan dengan baik yang
berada pada kisaran 26,69-28,34C. Suhu air digambarkan dengan bertambahnya luas cover area
mempengaruhi aktivitas metabolisme dan tanaman didalam media tanam.
276
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Tabel 4. Suhu media tanam pada berbagai level naungan selama penelitian
Perlakuan
Suhu media tanam (C/m) (hari)
Tanpa naungan Naungan 30% Naungan 50% Naungan 70%
a b c
1 29,03 0,01 28,73 0,06 27,83 0,04 27,28d0,05
2 27,79a0,08 27,20b0,03 26,63c0,03 26,06d0,05
4 27,77a0,04 27,18b0,03 26,62c0,02 26,03d0,09
6 27,73a0,21 27,07b0,04 26,51c0,07 26,00d0,07
8 27,38a0,02 26,78b0,05 26,21c0,02 25,58d0,06
10 27,20a0,03 26,64b0,06 26,13c0,05 25,44d0,03
12 26,71a0,02 26,21b0,04 25,65c0,04 25,16d0,02
14 26,62a0,04 26,09b0,02 25,61c0,03 25,15d0,02
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
Tabel 5. Pertambahan luas cover area (LCA) pada berbagai level naungan selama penelitian
Perlakuan
Luas cover area (cm/m) (hari)
Tanpa naungan Naungan 30% Naungan 50% Naungan 70%
1 42,000,00 42,000,00 42,000,00 42,000,00
a b c
2 102,75 5,50 44,50 6,56 25,00 4,97 16,25d2,87
4 68,50a18,70 65,25a11,35 39,60b5,45 21,00c3,83
6 421,00a113,20 262,75b24,98 128,75c7,41 46,25c3,50
8 1718,25a244,18 762,50b13,80 158,28c9,80 74,50c4,93
10 2147,75a864,90 607,55b42,10 262,50b21,61 90,38b9,83
12 2051,00a339,46 352,45b55,86 147,40b43,50 88,75b13,52
14 1575,25a419,27 391,33b13,19 145,43b43,37 91,48b13,85
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
Penyusutan volume media tanam Korelasi antara penyusutan volume media tanam
dengan luas cover area Lemna minor
Ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan suatu tanaman. Hasil penelitian Nilai penyusutan volume media dengan luas cover
menunjukkan bahwa penyusutan volume media tanam area Lemna minor antar perlakuan memiliki korelasi
tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa naungan positif dimana nilai penyusutan volume media
(Tabel 6). Penyusutan volume media telah terjadi pada dipengaruhi oleh luas cover area (Gambar 1). Korelasi
hari ke-2 (P<0,05). Secara umum penyusutan volume antara penyusutan volume media dan luas cover area
media tanam mengalami peningkatan seiiring lamanya pada perlakuan tanpa naungan dapat dinyatakan dalam
waktu penelitian. Hal ini disebabkan oleh penggunaan persamaan linier yaitu yA1 = 1,10xA1 49,66 dengan
media tanam oleh tanaman (transpirasi) dan terjadinya nilai R2 = 0,99, korelasi antara penyusutan volume
proses penguapan (evaporasi), dimana tanaman media dan luas cover area pada perlakuan naungan 30%
membutuhkan unsur hara dalam air untuk proses dapat dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yA2 =
pertumbuhan sehingga semakin cepat pertumbuhannya 1,04xA2 149,11 dengan nilai R2 = 0,99, korelasi antara
maka akan mempercepat proses penyerapan air. Faktor penyusutan volume media dan rataan luas cover area
penentu yang menyebabkan terjadinya penguapan pada perlakuan naungan 50% dapat dinyatakan dalam
adalah kondisi klimatologi, meliputi radiasi matahari, persamaan linier yaitu yA3 = 1,03xA3 21,82 dengan
temperatur udara, kelembaban udara dan kecepatan nilai R2 = 0,99, korelasi antara penyusutan volume
angin (Triatmodjo 2010). media dan luas cover area pada perlakuan naungan 70%
277
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
dapat dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yA4 = dipengaruhi oleh karakteristik tanaman dan kerapatan
1,04xA4 + 79,73 dengan nilai R2 = 0,99. Penyusutan tanaman (Kartasapoetra & Sutedjo 1994).
volume media dipengaruhi oleh proses evapotranspirasi. Hasil sidik ragam terhadap nilai BOD, COD, nitrat
Proses evapotranspirasi dapat terjadi akibat pengaruh dan nitrit tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut El-
lingkungan dan tanaman. Pengaruh tanaman yang Kheir et al. (2007) Lemna gibba mampu menurunkan
mengakibatkan evapotranspirasi media adalah proses beberapa padatan tersuspensi diantaranya BOD, COD,
fotosintesis atau dikenal dengan transpirasi yang nitrit, ortofosfat, timbal, seng, kadmium dan tembaga.
Tabel 6. Tingkat penyusutan volume media tanam pada berbagai level naungan selama penelitian
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
Gambar 1. Korelasi antara penyusutan volume media dengan luas cover area Lemna minor
278
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Tabel 7. Status BOD, COD, nitrat, nitrit dan fosfat pada media tanam pada akhir penelitian
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
Hasil sidik ragam terhadap fosfat menunjukkan Intensitas cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan
berbeda nyata (P<0,05). Nilai fosfat pada perlakuan tanaman secara khusus jumlah anakan (Sawen 2012).
tanpa naungan (0,21 mg/l) paling rendah dibandingkan
dengan nilai fosfat lainnya. Penurunan fosfat Diameter daun
disebabkan oleh Lemna minor merupakan tanaman
remediasi yang mampu mengasimilasi senyawa organik Diameter daun antar perlakuan berkisar 4,05-4,16
dan anorganik yang terdapat dalam media tanam. mm/m2 (Tabel 8). Diameter daun tertinggi diperoleh
Penurunan fosfat juga disebabkan intensitas cahaya pada perlakuan naungan 30% (4,16 mm/m2), sedangkan
yang tinggi yang berpengaruh terhadap lajunya proses diameter daun terendah diperoleh pada perlakuan tanpa
fotosintesis, dimana fosfat merupakan bentuk fosfor naungan (4,05 mm/m2). Hasil sidik ragam terhadap
yang dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman diameter daun menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
(Romimohtarto & Juwana 2005). Hal ini Diameter daun pada perlakuan tanpa naungan (4,05
menggambarkan fosfat yang diserap oleh tanaman mm/m2) paling rendah (P<0,05) dibandingkan dengan
dimanfaatkan secara langsung untuk meningkatkan nilai diameter daun lainnya, sedangkan perlakuan
produktivitas dan kualitas tanaman (Tabel 7). naungan 30%, naungan 50% dan naungan 70%
menghasilkan diameter daun yang sama (P>0,05).
Percepatan tumbuh tanaman Diameter daun dapat memberi gambaran tentang
proses dan laju fotosintesis pada suatu tanaman, yang
Percepatan tumbuh tanaman yang diamati dalam pada akhirnya berkaitan dengan pembentukan biomassa
penelitian ini adalah jumlah anakan, diameter daun dan tanaman. Peningkatan diameter daun merupakan upaya
kandungan klorofil-a. Hasil nilai rataan percepatan tanaman dalam mengefisiensikan penangkapan energi
tumbuh tanaman dapat dilihat pada Tabel 8. cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi
intensitas cahaya rendah. Intensitas cahaya sangat
Jumlah anakan mempengaruhi tanaman dalam meningkatkan
pembukaan luas daun dan pemanjangan tangkai daun
Jumlah anakan antar perlakuan berkisar 1,68-5,31 (Ferita et al. 2009). Edmond et al. (2005) menyatakan
anak/cm2 (Tabel 8). Jumlah anakan tertinggi diperoleh bahwa produktivitas dan perkembangan suatu tanaman
pada perlakuan tanpa naungan (5,31 anak/cm2) erat kaitannya dengan luas daun yang dibentuk oleh
sedangkan jumlah anakan terendah diperoleh pada tanaman tersebut.
perlakuan naungan 50% (1,68 anak/cm2). Hasil sidik
ragam terhadap jumlah anakan menunjukkan berbeda Klorofil-a
nyata (P<0,05). Jumlah anakan pada perlakuan tanpa
naungan (5,31 anak/cm2) paling tinggi (P<0,05) Kandungan klorofil-a tanaman pada berbagai
dibandingkan dengan perlakuan naungan 30%, naungan perlakuan berkisar antara 0,14-0,21 mg/g (Tabel 8).
50% dan naungan 70%. Namun demikian antara Klorofil-a tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan
perlakuan naungan 30% (3,04 anak/cm2), naungan 50% tanpa naungan (0,21 mg/g) sedangkan nilai klorofil-a
(1,68 anak/cm2) dan naungan 70% (2,16 anak/cm2) tanaman terendah diperoleh pada perlakuan naungan
berbeda tidak nyata (P>0,05). Jumlah anakan 70% (0,14 mg/g). Hasil sidik ragam terhadap
merupakan salah satu bagian yang menunjukkan kandungan klorofil-a menunjukkan berbeda nyata
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada fase (P<0,05). Kandungan klorofil-a pada perlakuan tanpa
vegetatif. Tingginya jumlah anakan dapat digunakan naungan (0,21 mg/g) paling tinggi (P<0,05)
untuk menduga bobot tanaman yang dihasilkan. dibandingkan dengan perlakuan naungan 30%, naungan
279
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
Tabel 8. Jumlah anakan, diameter daun dan kandungan klorofil-a pada berbagai perlakuan naungan
50% dan naungan 70%. Namun demikian antara perlakuan naungan 70% (17,88 g/m2). Hasil sidik ragam
perlakuan naungan 30% (0,17 mg/g), naungan 50% terhadap berat segar menunjukkan berbeda nyata
(0,17 mg/g) dan naungan 70% (0,14 mg/g) berbeda (P<0,05). Berat segar pada perlakuan tanpa naungan
tidak nyata (P>0,05). Tingginya kandungan klorofil-a (176,38 g/m2) paling tinggi (P<0,05) dibandingkan
Lemna minor pada perlakuan tanpa naungan (0,21 dengan perlakuan naungan 30%, naungan 50% dan
mg/g) disebabkan oleh sintesis klorofil yang tinggi dan naungan 70%. Namun demikian antara perlakuan
tidak terjadi fotooksidasi klorofil, hal tersebut naungan 30% (49,38 g/m2), naungan 50% (18,00 g/m2)
menunjukkan tingginya laju fotosintesis. Klorofil-a dan naungan 70% (17,88 g/m2) berbeda tidak nyata
merupakan parameter yang menunjukkan kandungan (P>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tanaman
klorofil yang berpengaruh pada proses metabolisme memiliki adaptasi yang tinggi pada masingmasing
tumbuhan melalui proses fotosintesis. Klorofil-a lebih perlakuan dan perubahan pH tidak mengganggu
dominan dimiliki oleh tanaman air, hal itu juga yang produktivitas tanaman. Terjadinya peningkatan berat
menyebabkan klorofil-a memiliki peranan sangat segar disebabkan oleh lajunya fotosintesis, dimana
penting terhadap proses pertumbuhan. Kandungan cahaya mempunyai peranan yang sangat penting
klorofil relatif berkorelasi positif dengan laju terhadap proses fotosintesis (Sudjadi 2005).
fotosintesis sehingga kandungan klorofil dapat dipakai
sebagai indikator yang terpercaya untuk mengevaluasi Bahan kering
ketidakseimbangan metabolisme antara fotosintesis dan
hasil produksi tanaman (Li et al. 2006). Jadid (2008) Bahan kering tanaman antar perlakuan berkisar
menyatakan bahwa semakin banyak pembentukan 0,56-6,24 g/m2 (Tabel 9). Bahan kering tanaman
klorofil maka proses fotosintesis semakin optimal. tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa naungan (6,24
Sintesis klorofil dipengaruhi oleh berbagai faktor g/m2), sedangkan bahan kering tanaman terendah
seperti cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, diperoleh pada perlakuan naungan 70% (0,56 g/m2).
faktor genetik, unsur-unsur hara seperti N, Mg, Fe, Mn, Hasil sidik ragam terhadap bahan kering menunjukkan
Cu, Zn, S dan O (Hendriyani & Setiari 2009). berbeda nyata (P<0,05). Bahan kering pada perlakuan
tanpa naungan (6,24 g/m2) paling tinggi (P<0,05)
Produktivitas Lemna minor dibandingkan dengan perlakuan naungan 30%, naungan
50% dan naungan 70%. Namun demikian antara
Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan naungan perlakuan naungan 30% (2,05 g/m2), naungan 50%
terhadap produktivitas Lemna minor (doubling time, (0,71 g/m2) dan naungan 70% (0,56 g/m2) berbeda tidak
produksi biomassa dan produksi bahan kering) nyata (P>0,05). Bahan kering merupakan material yang
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Nilai dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman. Oleh karena
rataan produktivitas Lemna minor dapat dilihat pada itu terdapat hubungan yang erat antara radiasi cahaya
Tabel 9. matahari dengan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Intensitas cahaya matahari yang optimal akan
Berat segar berpengaruh positif terhadap proses fotosintesis yang
pada akhirnya akan menghasilkan bahan kering
Lemna minor merupakan tanaman yang dapat tanaman yang tinggi. Semakin besar jumlah energi yang
tumbuh pada intensitas cahaya rendah dengan tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis
lingkungan ternaungi maupun intensitas cahaya tinggi sampai dengan optimum (maksimal). Dengan demikian,
dengan lingkungan yang terbuka, tetapi ternyata dari untuk menghasilkan bahan kering yang maksimal,
data diatas tersebut dapat dikatakan bahwa intensitas tanaman memerlukan intensitas cahaya tinggi.
cahaya mempengaruhi produksi biomassa tanaman Intensitas cahaya yang makin tinggi dapat
(Tabel 9). Berat segar tanaman antar perlakuan berkisar meningkatkan daya tanaman mengisap air, sehingga
17,88-176,38 g/m2. Berat segar tanaman tertinggi tanaman menyerap air lebih banyak dibanding dengan
diperoleh pada perlakuan tanpa naungan (176,38 g/m2) intensitas cahaya yang rendah (Heddy 2002).
sedangkan berat segar tanaman terendah diperoleh pada
280
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan (P<0,05)
Korelasi antara doubling time luas cover area (LCA) + 247,26 (R2 = 0,97), korelasi antara doubling time luas
dengan produksi biomassa Lemna minor cover area dengan produksi biomassa segar pada
perlakuan naungan 50% dinyatakan dalam persamaan
Lemna minor pada intensitas cahaya tinggi memiliki linier yaitu yB3 = -13,04xB3 + 59,64 (R2 = 0,95), korelasi
produktivitas paling tinggi dibandingkan intensitas antara doubling time luas cover area dengan produksi
cahaya rendah sampai cukup. Berdasarkan Gambar 2 biomassa segar pada perlakuan naungan 70%
dan Gambar 3, doubling time luas cover area menjadi dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yB4 = -11,50xB4
lebih cepat, produksi biomassa segar dan bahan kering + 56,74 (R2 = 0,87).
yang tinggi. Korelasi antara doubling time luas cover Korelasi antara doubling time luas cover area
area dengan produksi biomassa segar pada perlakuan dengan produksi bahan kering pada perlakuan tanpa
tanpa naungan dinyatakan dalam persamaan linier yaitu naungan dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yC1 =
yB1 = -299,25xB1 + 782,66 (R2 = 0,98), korelasi antara -11,30xB1 + 29,14 (R2 = 0,99), korelasi antara doubling
doubling time luas cover area dengan produksi time luas cover area dengan produksi bahan kering pada
biomassa segar pada perlakuan naungan 30% perlakuan naungan 30% dinyatakan dalam persamaan
dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yB2 = -82,40xB2 linier yaitu yC2 = -3,73xB2 + 10,99 (R2 = 0,97), korelasi
Biomassa Segar (g/m2)
80
400
yB1 = -299,25xB1 + 782,66 60 yB2 = -82,40xB2 + 247,26
300
R = 0,98 R = 0,97
200 40
100 20
0 0
1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 2,0 2,2 2,4 2,6 2,8 3,0
40 35
yB3 = -13,04xB3 + 59,64 30
30 R = 0,95 25 yB4 = -11,50xB4 + 56,74
R = 0,87
20
20
15
10 10
5
0 0
2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0
Doubling Time LCA (hari)
Doubling Time LCA (hari)
Gambar 2. Korelasi antara doubling time LCA dengan produksi biomassa segar Lemna minor
281
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
Gambar 3. Korelasi antara doubling time LCA dengan produksi bahan kering Lemna minor
antara doubling time luas cover area dengan produksi yB2 = -29,43xC2 + 169,53 (R2 = 0,82), korelasi antara
bahan kering pada perlakuan naungan 50% dinyatakan doubling time jumlah anakan dengan produksi biomassa
dalam persamaan linier yaitu yC3 = -0,37xB3 + 1,86 (R2 = segar pada perlakuan naungan 50% dinyatakan dalam
0,95), korelasi antara doubling time luas cover area persamaan linier yaitu yB3 = -11,21xC3 + 74,56 (R2 =
dengan produksi bahan kering pada perlakuan naungan 0,77), korelasi antara doubling time jumlah anakan
70% dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yC4 = - dengan produksi biomassa segar pada perlakuan
0,25xB4 + 1,41 (R2 = 0,86). Nilai korelasi menunjukkan naungan 70% dinyatakan dalam persamaan linier yaitu
korelasi negatif dimana semakin lama doubling time yB4 = -16,89xC4 + 120,92 (R2 = 0,70).
luas cover area tanaman maka semakin kecil produksi Korelasi antara doubling time jumlah anakan dengan
biomassa yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis produksi bahan kering pada perlakuan tanpa naungan
regresi linier, doubling time luas cover area memiliki dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yC1 = -5,76xC1
hubungan yang signifikan terhadap produksi biomassa + 27,06 (R2 = 0,85), korelasi antara doubling time
Lemna minor. jumlah anakan dengan produksi bahan kering pada
perlakuan naungan 30% dinyatakan dalam persamaan
Korelasi antara doubling time jumlah anakan linier yaitu yC2 = -1,36xC2 + 7,58 (R2 = 0,81), korelasi
dengan produksi biomassa Lemna minor antara doubling time jumlah anakan dengan produksi
bahan kering pada perlakuan naungan 50% dinyatakan
Lemna minor pada intensitas cahaya tinggi memiliki dalam persamaan linier yaitu yC3 = -0,25xC3 + 1,82 (R2 =
produktivitas paling tinggi dibandingkan intensitas 0,78), korelasi antara doubling time jumlah anakan
cahaya rendah sampai cukup. Berdasarkan Gambar 4 dengan produksi bahan kering pada perlakuan naungan
dan Gambar 5, terlihat bahwa doubling time jumlah 70% dinyatakan dalam persamaan linier yaitu yC4 = -
anakan menjadi lebih cepat, produksi biomassa segar 0,55xC4 + 4,05 (R2 = 0,72). Nilai korelasi menunjukkan
dan bahan kering yang tinggi. Korelasi antara doubling korelasi negatif dimana semakin lama doubling time
time jumlah anakan dengan produksi biomassa segar jumlah anakan maka semakin kecil produksi biomassa
pada perlakuan tanpa naungan dinyatakan dalam yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis regresi
persamaan linier yaitu yB1= -153,36xC1 + 730,20 (R2 = linier, doubling time jumlah anakan memiliki hubungan
0,85), korelasi antara doubling time jumlah anakan yang signifikan terhadap produksi biomassa Lemna
dengan produksi biomassa segar pada perlakuan minor.
naungan 30% dinyatakan dalam persamaan linier yaitu
282
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Gambar 4. Korelasi antara doubling time jumlah anakan dengan produksi biomassa segar Lemna minor
Gambar 5. Korelasi antara doubling time jumlah anakan dengan produksi bahan kering Lemna minor
283
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
Tabel 10. Kandungan nutrisi Lemna minor (% bahan kering) pada berbagai level naungan
Perlakuan
Nutrisi
Tanpa naungan Naungan 30% Naungan 50% Naungan 70%
Lemak 2,21 2,91 2,57 2,03
Protein 22,40 23,94 24,90 25,16
Serat kasar 10,16 9,66 10,80 10,62
Abu 31,36 29,33 29,13 28,92
Bahan organik 68,64 70,67 70,87 71,08
BETN 33,87 34,16 32,60 33,27
Kandungan nutrisi suatu tanaman menggambarkan Produktivitas duckweed (Lemna minor) meliputi
tingginya kualitas dari tanaman tersebut. Pengukuran jumlah anakan, klorofil-a, produksi biomassa, luas
bahan kering menggambarkan tingkat produktivitas cover area (LCA), serapan fosfat dan doubling time
tanaman didalam penyediaan bahan sebagai sumber jumlah anakan tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa
pakan tambahan ataupun suplemen pakan bagi ternak. naungan (1007,21-2813,57 lux). Penurunan intensitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan cahaya meningkatkan diameter daun. Penyusutan
persen abu tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa volume media tanam berkorelasi positif terhadap luas
naungan dibanding perlakuan lainnya. Kandungan cover area (LCA). Produksi biomassa dipengaruhi oleh
persen abu pada tanaman menunjukkan kandungan doubling time luas cover area (LCA) dan jumlah
mineral pada tanaman tersebut. Hanafiah (2007) anakan.
menyatakan bahwa sebagian besar ketersediaan dan
penyerapan unsur hara oleh tanaman dimediasi oleh DAFTAR PUSTAKA
media tanam, termasuk unsur- unsur mineral.
Kandungan abu berhubungan erat dengan kondisi iklim, [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005.
dimana bila terjadi defisit air maka secara signifikan Official method of analysis. Edisi ke 18. Maryland :
akan menurunkan kandungan abu pada fase vegetatif AOAC International.
(Bogale & Tesfaye 2011). [ISO 20079] International Standard ISO 20079. 2004. Water
Kandungan persen bahan organik tanaman yang quality-determination of the totoxic effect of the water
tertinggi berbanding terbalik dengan kandungan persen constituents and waste water to duckweed (Lemna
abu, dan kandungan persen bahan organik tertinggi minor) duckweed growth inhibition test. Geneva,
yakni pada perlakuan naungan 70%. Meskipun Switzerland (CH): International Standard ISO 20079
demikian, keempat perlakuan naungan memiliki (2004).
kandungan bahan organik yang sangat tinggi, hingga
Alianto, Adiwilaga EM, Damar A. 2008. Produktivitas primer
sebesar 71,08% pada perlakuan naungan 70%, 70,87% fitoplankton dan keterkaitannya dengan unsur hara dan
pada perlakuan naungan 50%, 70,67% pada perlakuan cahaya di perairan teluk Banten. Jurnal Ilmu-ilmu
naungan 30% dan 68,64% pada perlakuan tanpa Perairan dan Perikanan Indonesia. 15:21-26.
naungan. Kandungan bahan organik
menginterpretasikan kandungan nutrisi tanaman seperti Astrid TS, Rahardja BS, Masithah ED. 2013. Pengaruh
protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan BETN yang konsentrasi pupuk Lemna minor terhadap populasi
Dunaliella salina. Fakultas Perikanan dan Kelautan
terdapat dalam Lemna minor. Bahan organik terdiri atas
Universitas Airlangga. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin, bahan Kelautan. 5.
anorganik terdiri atas mineral dengan berbagai unsur-
unsurnya (Tillman et al. 1998). Hal ini menunjukkan Bogale A, Tesfaye K. 2011. Relationship between Kernell ash
bahwa pada berbagai perlakuan naungan memiliki content, water use efficiency and yield in Durum Wheat
kandungan bahan organik yang tinggi. under water deficit induced at different growth stages.
Afr J Basic Appl Sci. 3:80-86.
284
Nopriani et al. Produktivitas duckweed (Lemna minor) sebagai hijauan pakan aditif dan pengaruhnya terhadap performa
Culley DD, Rejmankova E, Kvet J, Frye JB. 1981. Production Romimohtarto K, Juwana S. 2005. Biologi laut. Jakarta
chemical quality and use of duckweeds (Lemnaceae) in (Indones): Penerbit Djambatan.
aquaculture, waste management and animal feeds. J
Worldmariculture Soc. 12:27-49. Rovita GD, Purnomo PW, Soedarsono P. 2012. Starifikasi
vertikal NO -N dan PO -P pada perairan di sekitar
Edmond JB, Senn TL, Andrew FS. 2005. Fundamentals of eceng gondok (Eichornia crassipes Solms) dengan latar
horticulture. 7th ed. Tata Mc-Graw-Hill Publishing belakang penggunaan lahan berbeda di rawa pening.
Company LTD. New Delhi-110020. J Man Aq Resourc. 1:1-7.
Landesman L, Parker, Fedler, Konikoff. 2005. Modeling Stanley RA, Madewell CE. 1975. Optimum dilution of swine
duckweed growth in wastewater treatment systems. wastes for growth of Lemna minor and Eugiena sp. In:
Livest Res Rural Develop. managing Livestock wastes. Proceeding American
Society of Agricultural Engineers. 275:331-333.
Landolt E, Kandeler R. 1987. Biosystematic investigations in
the family of duckweeds (Lemnaceae). Veroff. Geobot. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan prosedur statistika:
Inst. ETH, Zurich. 2, p. 42-43. suatu pendekatan biometrika. Jakarta (Indones): PT.
Gramedia.
Leng RA, Stambolie JH, Bell R. 1994. Duckweed a potential
high protein feed resource for domestic animal and fish. Sudjadi 2005. Pengaturan cahaya lampu sebagai fotosintesis
Makalah disampaikan dalam kongres AAAP Animal phytoplankton buatan dengan menggunakan
Science ke-7, Denpasar Bali. Indonesia. mikrokontroler At89s52. [diakses pada 1 Juni 2005].
http://www.emakpancarsakti.com..
Li R, Guo P, Baum M, Grando S, Ceccarelli S. 2006.
Evaluation of chlorophyll content and fluorescence Tillman AD, Hartadi H, Prawirokusumo S, Reksohadiprodjo
parameters as indicators of drought tolerance in Barley. S, Lebdosoekojo S. 1998. Ilmu makanan ternak dasar.
Agric Sci China. 5:751-757 Cetakan Keenam. Yogyakarta (Indones): Gadjah Mada
University Press.
285
JITV Vol. 19 No 4 Th. 2014: 272-286
Triatmodjo B. 2010. Hidrologi terapan. Yogyakarta (Indones): Zimmo OR, Van der Steen NP, Gijzen HJ. 2005. Effect of
Beta Offset. organic surface load on process performance of pilot-
scale algae and duckweed-based waste stabilization
t' Mannetje L, Jones RM. 2000. Field and laboratory methods ponds. J Environ Eng. 131:587-594.
for grassland and animal production research.
Cambridge (UK): The University Press.
286