Anda di halaman 1dari 21

Faktor Pembekuan Darah

1. Pengertian
Disfungsi perdarahan dan pembekuan adalah terjadinya kelainan dalam pembentukan
pembekuan darah dimana hal ini berhubungan dengan trombosit dan faktor-faktor
pembekuan darah. Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami
perdarahan dapat disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi
plasma, fibrin atau plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat secara
bersamaan. Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi primer seperti
pada hemofilia, dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal,
atau leukimia), atau akibat pengobatan (overdosis natrium warfaring).

2. Etiologi
Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan darah bias disebabkan oleh defisiensi
salah satu faktor pembekuan dan kelainan jumlah trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi
akibat defisiensi vitamin K, hemofilia serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat
terjadi akibat adanya bekuan yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan
tromboembolus pada manusia.
1. Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K
2. Hemofilia
3. Trombositopenia.

3. Patofisiologi
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah
yang mengalami cedera.
Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di
dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
Hemostasis adalah penghentian perdarahan oleh sifat fisiologis vasokontriksi dan
koagulasi (Dorland, 2006). Hemostasis dan koagulasi juga dapat didefinisikan sebagai
serangkaian kompleks reaksi yang menyebabkan pengendalian perdarahan melalui
pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cidera(Price, S A dan Wilson, L
M .2006).

1
Abnormalitas yang merupakan predisposisi seseorang mengalami perdarahan dapat
disebabkan oleh pembuluh darah, trombosit, dan setiap faktor koagulasi plasma, fibrin
atau plasmin. Beberapa klien mempunyai defek pada berbagai tempat secara bersamaan.
Perdarahan dapat merupakan manifestasi atau defek koagulasi primer seperti pada
hemofilia, dapat terjadi sekuler akibat penyakit lain (seperti pada sirosis, gagal ginjal,
atau leukimia), atau akibat pengobatan (overdosis natrium warfaring).
4. Penatalaksanaan
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah
sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan
tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat
transfusi ini berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip
menyiram bensin dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat
akan terjadinya hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini
merupakan masa yang tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk
memperbaiki kondisi perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian antitrombosis, yakni
heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas antitrombin III dan
mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis endapan
koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut. Heparin
juga mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan dosis
dewasa normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus
dipantau minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U
tidak terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi.

PEMBAHASAN KASUS

KASUS :s
Tn H umur 36 tahun dirawat akibat fraktur multiple pada daerah tangan, kaki, dan daerah
dada. Sudah dilakukan tindakan operasi tetapi setelah itu timbul gejala pada daerah yang
dioperasi perdarahan yang sifatnya masif, pada daerah trauma timbul bercak kemerahan,
sianosis pada daerah perifer, trombositopeni, FDP ( Fibrin Degradation Produc ) memanjang,
Hb 9, HR 70x/i lemah, RR 15x/i TD 100/70 mmHg.

2
A. Pengkajian
DS : -
DO :
Sianosis daerah perifer
FDP (Fibrin Degradation Produc) memanjang
Hb 9 gr/dl
HR 70x/i
RR 15x/i
TD 100/70 mmHg
Trombositopeni
Timbul bercak kemerahan

B. Analisa Data
SIGN & SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : - Perdarahan masif Defisit Volume Cairan
DO :
Hb 9 gr/dl
TD 100/70 mmHg
HR 70x/i
Trombositopeni
FDP (Fibrin Degradation
Produc) memanjang
DS : - Penurunan komponen Perubahan Perfusi
DO : seluler yang diperlukan jaringan
Hb 9 gr/dl untuk pengiriman
Sianosis daerah perifer oksigen ke sel.
TD 100/70 mmHg

C. NCP
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 Defisit Volume Volume cairan - Pantau TTV, temasuk - Indikator dari
Cairan b.d tubuh kembali CVP bila terpasang. volume cairan

3
perdarahan massif normal sirkulasi.
d.d - Observasi tanda-tanda - Agar dapat segera
KH : syock dilakukan tindakan
DS : Hb 13-17 gr/dl untuk menangani
DO : Trombosit syok
Hb 9 gr/dl 150.000-350.00 - Catat intake dan output - Untuk mengetahui
TD 100/70 mmHg sel/mm3 keseimbangan cairan
HR 70x/i - Pantau pemasukan oral - Mempertahankan
Trombositopeni dan memasukkan keseimbangan
cairan sedikitnya 2500 cairan, mengurangi
ml/hari. rasa haus, dan
melembabkan
mukosa.
- Berikan - Mungkin diperlukan
cairan/elektrolit melalui untuk mendukung
selang pemberian volume sirkulasi,
makanan/IV terutama jika
pemasukan oral tak
adekuat,
mual/muntah
2 Perubahan Perfusi Perfusi jaringan - Ukur tanda-tanda vital, - memberikan
jaringan b.d kembali adekuat observasi pengisian informasi tentang
penurunan KH : kapiler, warna keadekuatan perfusi
komponen seluler Hb 13-17 mmHG kulit/membrane jaringan dan
yang diperlukan Tidak ada sianosis mukosa, dasar kuku. membantu
untuk pengiriman Tekanan darah kebutuhan
oksigen ke sel d.d normal - Auskultasi bunyi intervensi.
napas. - Dispnea, gemericik
DS : menunjukkan CHF
DO : karena regangan
Hb 9 gr/dl jantung
Sianosis daerah lama/peningkatan
perifer kompensasi curah
TD 100/70 mmHg jantung.

4
- Observasi keluhan - Iskemia seluler
nyeri dada, palpitasi. mempengaruhi
jaringan
miokardial/potensial
resiko infark.
- Evaluasi respon verbal - Dapat
melambat, agitasi, mengindikasikan
gangguan memori, gangguan perfusi
bingung. serebral karena
hipoksia.
- Evaluasi keluhan - vasokonstriksi (ke
dingin, pertahankan organ vital)
suhu lingkungan dan menurunkan
tubuh supaya tetap sirkulasi perifer.
hangat.
- Observasi hasil - mengidentifikasi
pemeriksaan defisiensi dan
laboratorium darah kebutuhan
lengkap pengobatan/respons
terhadap terapi.
Kolaborasi
- Berikan transfusi darah- meningkatkan
lengkap/packed sesuai jumlah sel pembawa
indikasi. oksigen,
memperbaiki
defisiensi untuk
mengurangi resiko
perdarahan.
- Berikan oksigen sesuai - memaksimalkan
indikasi. transpor oksigen ke
jaringan..

5
HEMOFILIA

1. Definisi hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan herediter terikat seksi resesif yang
dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial yang diakibatkan oleh mutasi
pada kromosom X. Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang

6
berkaitan dengan defisiensi atau kelainan biologic factor VIII dan factor IX dalam plasma.
(David Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran)

2. Etiologi hemofilia
1. Faktor kogenital
Bersifat resesif autosomal herediter, kelainan timbul akibat sintesisi factor pembekuan
darah menurun. Gejala timbul perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma atau
timbul kebiruan pada kulit. Pengobatan dengan memberikan plasma normal atau
konsentrat factor yang kurang atu bila perlu diberikan transfuse darah.
Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia sindromnefrotik dan lain-lain
Terdapatnya zat anti koagulasi yang bersifat antagonistic terhadap protombin
Disseminated intrafaskuler koogulasi (DIC) pengobatan ditunjukkan pada penyakit
primernya, misanya vitamin K disamping itu dapat diberikan darah, plasma atau
lainnya.

3. Patofisiologi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan factor
pembekuan VII (hemofiliaA) atau faktor IX (hemofilia B atau penyakit Christmas).
Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang diturunkan oleh gen resesif X-linked dari
pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang merupakan komponenen
yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk
pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi bila
kosentrasi factor VIII dan IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang terjadi bila
kosentrasi plasma antara 1% dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi bila kosentrasi plasma
antara 5% dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak
dan hebatnya defisiensi factor VIII dan IX.

4. Kasus
An.R berusia 1th jenis kelamin laki-laki datang ke RS tanggal 5 oktober 2011 bersama kedua orang
tuanya. Orang tua an.R mengatakan bahwa tadi pagi an.R belajar berjalan kemudian jatuh, dagunya
membentur kursi. An.R mengalami lidah berdarah dan sampai saat ini tidak berhenti. Keadaan
an.R tampak lemah, pucat, terdapat memar pada dagunya dan an.R menangis tanpa henti. Pada
pemeriksaan laboratorium darah didapatkan : trombosit normal, PTT (Partial Tromboplastin Time)
amat memanjang dan defisiensi faktor VIII. Perawat melakukan perawatan mulut, memberikan
kompres dingin dan diberikan aminokaproat. Didapatkan TTV: TD 90/60 mmHg, N 170 x/mnt, RR
50 x/mnt.

7
Penatalaksanaan :
1. Pada hemofilia A pengobatan dilakukan dengan meningkatkan kadar factor anti hemofili
sehingga perdarahan berhenti. Factor anti hemofili terdapat di dalam plasma orang sehat
tetapi mudah rusak bila disimpan di dalam darah sehingga untuk menghentikan
perdarahan pada hemofili A perlu ditranfusikan plasma segar.
Penatalaksanaan secara umum perlu dihindari trauma, pada masa bayi lapisi tempat tidur
dan bermain dengan busa. Awasi anak dengan ketat saat belajar berjalan. Saat anak
semakin besar perkenalkan denga aktivitas fisik yang tidak beresiko trauma. Hindari obat
yang mempengaruhi fungsi platelet dan dapat mencetuskan perdarahan (seperti : aspirin).
Therapy pengganti dilakukan dengan memberikan kriopresipitat atau konsentrat factor
VIII melalui infus.
2. Pada hemofili B perlu ditingkatkan kadar factor IX atau thromboplastin. Thromboplastin
tahan disimpan dalam bank darah sehingga untuk menolong hemofilia B tidak perlu
tranfusi plasma segar. Bila ada perdarahan dalam sendi harus istirahat di tempat tidur dan
dikompres dengan es. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi aspirin (biasanya 3-5 hari
perdarahan dapat dihentikan) lalu diadakan latihan gerakan sendi bila otot sendi sudah
kuat dilatih berjalan.
Penatalaksanaannya sama dengan hemofilia A. Therapy pengganti dilakukan dengan
memberikan Fresh Frozen Plasma (FFP) atau konsentrat factor IX. Cara lain yang dapt
dipakai adalah pemberian Desmopresin (DD AVP) untuk pengobatan non tranfusi untuk
pasien dengan hemofili ringan atau sedang.

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

A. Pengertian
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan.
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi
atau fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi
yang paling umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker

8
prostat, traktus GI dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada
pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anfilaksis.
( Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya
dirangsang oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi
pemakaian trombosit dan protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor
pembekuan berkurang, maka terjadi perdarahan yang berlebihan.

B. Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan DIC :
Fetus mati dalam kandungan
Abortus
Trauma Bisa ular
Syok
Infeksi
Anoksemia
Asidosis
Perubahan suhu
Autoimun
Sirkulasi extrakorporeal
Keganasan
Hemolisis
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
- Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai
komplikasi, dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
- Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
- Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC:
- Penderita cedera kepala yang hebat
- Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
- Terkena gigitan ular berbisa

C. Patofisiologi
Tubuh mempunyai berbagai mekanisme untuk mencegah pembekuan darah dengan
terdapatnya kecepatan aliran darah. Selain itu, aktifitas faktor pembekuan darah bisa dibawah
normal hingga tidak menyebabkan pembekuan. Peranan hati membersihkan faktor-faktor
pembekuan dan mencegah pembentukkan trombin, antara lain dengan anti trombin III. Dalam
beberapa keadaan, misalnya aliran darah yang lambat atau oleh karena syok, kegagalan hati,
dan hipoksemia dapat menyebabkan DIC.

9
Dalam keadaan ini, terjadi fibrinolisis disebabkan plasminogen diubah menjadi
plasmin dan terjadilah penghancuran fibrinogen. Akibatnya, faktor V dan VII yang
menstabilkan darah dalam pembuluh darah tidak aktif, sehingga dapat terjadi DIC. Pada
diatesis hemoragik, seluruh trombosit dan faktor koagulasi digunakan untuk bembekuan
darah, sehingga tidak terdapat faktor yang mempertahankan integritas pembuluh darah
sebagai akibatnya darah menembus keluar pembuluh darah.
Emboli cairan amnion yang disertai KID sering mengancam jiwa dan dapat
menyebabkan kematian. Gejala KID karena emboli cairan amnion yaitu gagal nafas akut, dan
renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih dari 5 minggu yang ditemukan
KID pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya KID derajat rendah dan kemudian
dapat berkembang cepat menjadi KID fulminan.Dalam keadaan seperti ini nekrosis jaringan
janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam sirkulasi ibu dan mengaktifkan
sistem koagulasi dan fibrinolisis,dan terjadi KID fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan KID derajat rendah dan sering pada
organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15%
KID derajat rendah dapat berkembang menjadi KID fulminan. Abortus yang diinduksi dengan
garam hipertonik juga sering disertai KID derajat rendah, sampai abortus komplet,namun
kadang dapt menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi KID. Akibat hemolisis,sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun
secara bersamaan dan menyebabkan KID.
Pada septikimia KID terjasi akibat endotoksin atau mantel polisakarida bakteri
memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII menjadi FXIIa, menginduksi
pelepasan reaksi trombosit,menyebabkan endotel terkelupas yang dilanjutkan aktivasi F XII
men F X-Xia,dan pelepasan materi prokoagulan dari granulosit dan semuanya ini dapat
mencetuskan KID.
Terakhir dilaporkan bahwa organism gram positif dapat menyebabkan KID dengan
mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida
menginduksi KID.

G. Penatalaksaan Medis

10
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya
KID. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
1) Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan, baik
yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga
banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada
pasien KID, heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi :
- Penyakit dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat
- Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
- Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma
gagal nafas
Dosis : 100iu/kgBB bolus dilanjutkan 15-25 iu/kgBB/jam (750-1250 iu/jam) kontinu, dosis
selanjutnya disesuaikan untuk mencapai aPTT 1,5-2 kali control
Low molecular weight heparin dapat menggantikan unfractionated heparin.

2) Plasma dan trombosit


Pemberian baik plasma maupun trombosit harus bersifat selektif. Trombosit diberikan hanya
kepada pasien KID dengan perdarahan atau pada prosedur invasive dengan kecenderungan
perdarahan. Pemberian plasma juga patut dipertimbangkan, karena di dalam palasma hanya
berisi faktor-faktor pembekuan tertentu saja, sementara pada pasien KID terjadi gangguan
seluruh faktor pembekuan.
3) Penghambat pembekuan (AT III)
Pemberian AT III dapat bermanfaat bagi pasien KID, meski biaya pengobatan ini cukup
mahal.
Direkomendasikan sebagai terapi substitusi bila AT III<70%
Dosis : Dosis awal 3000 iu (50 iu/kgBB) diikuti 1500 iu setiap 8 jam dengan infus kontinu
selama 3 5 hari.
Rumus : 1 iu x BB (kg) x AT III, dengan target AT III > 120%
AT III x 0,6 x BB (kg), dengan target AT III > 125%
4) Obat-obat antifibrinolitik
Antifibrinolitik sangat efektif pada pasien dengan perdarahan, tetapi pada pasien KID
pemberian antifibrinolitik tidak dianjurkan. Karena obat ini akan menghambat proses
fibrinolisis sehingga fibrin yang terbentuk akan semakin bertambah, akibatnya KID yang
terjadi akan semakin berat.
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit yang
mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka bom antibiotik diperlukan untuk fase akut,
sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus dilahirkan secepatnya.

11
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah
sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan
invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini
berdasarkan pemikiran bahwa menambahkan komponen darah relatif mirip menyiram bensin
dalam api kebakaran, namun pendapat ini tidak terlalu kuat, mengingat akan terjadinya
hiperfibrinolisis jika koagulasi sudah maksimal. Sesudah keadaan ini merupakan masa yang
tepat untuk memberi trombosit dan komponen plasma, untuk memperbaiki kondisi
perdarahan.
Satu-satunya terapi medikamentosa yang dipakai ialah pemberian
antitrombosis, yakni heparin. Obat kuno ini tetap diberikan untuk meningkatkan aktivitas
antitrombin III dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin. Obat ini tidak bisa melisis
endapan koagulasi, namun hanya bisa mencegah terjadinya trombogenesis lebih lanjut.
Heparin juga mampu mencegah reakumulasi clot setelah terjadi fibrinolisis spontan. Dengan
dosis dewasa normal heparin drip 4-5 U/kg/jam IV infus kontinu, pemberian heparin harus
dipantau minimal setiap empat jam dengan dosis yang disesuaikan. Bolus heparin 80 U tidak
terlalu sering dipakai dan tidak menjadi saran khusus pada jurnal-jurnal hematologi. Namun
pada keadaan akut pemberian bolus dapat menjadi pilihan yang bijak dan rasional. Apalagi
ancaman DIC cukup serius, yakni menyebabkan kematian hingga dua kali lipat dari risiko
penyakit tersebut tanpa DIC. Semakin parah kondisi DIC, semakin besar pula risiko kematian
yang harus dihadapi.

12
Contoh Kasus

Identitas Klien
Nama : Tn. Songko
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : laki-laki
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat : Jl. Dr Soetomo No. 10 Pamekasam
Status :
Keluhan utama
- Nyeri pada kaki disertai bercak bercak merah
Riwayat penyakit sekarang
Nyeri dan demam dengan suhu tinggi >38 sehingga perlu rawat inap di RS pada tanggal 23
november 2011.
Riwayat kesehatan lalu
Menderita penyakit ginjal menahun

Pemeriksaan fisik
Suhu : 38,50 C
TD : 80/60 mmHg
Nadi : 65 x/mnt
RR : 22 x/mnt

1. Kulit dan membran mukosa = perembesan difusi darah atau plasma, ptekiae, purpura
yang teraba (pada awalnya di dada dan abdomen), hemoragi, hematoma, luka bakar
karena plester, sianosis akral

2. Sistem GI = mual, muntah, uji guaiak positif pada emesis/aspirasi nasogastrik dan
feses, nyeri hebat pada abdomen, peningkatan lingkar abdomen

3. Sistem urinaria = hematuria, oliguria

13
4. Sistem pernafasan = dispnea, takipnea, sputum mengadung darah

5. Sistem kardiovaskular = hipotensi meningkat, hipotensi postural, frekwensi jantung


meningkat, nadi perifer tak teraba

6. Sistem syaraf perifer = perubahan tingkat kesadaran, gelisah, ketidastabilan vasomotor

7. Sistem muskuloskeletal = nyeri otot, sendi dan punggung

8. Perdarahan sampai hemoragi insisi operasi, uterus postpartum, fundus mata


(perubahan visual)

9. Prosedur invasif suntikan, iv, kateter arterial dan selang nasogastrik atau dada, dan
lain-lain

ANALISA DATA

N Data pendukung Etiologi Masalah


o
1 DS : Pasien Infeksi Perubahan perfusi jaringan
mengalami kardiopulmoner berhubungan
perdarahan pada dengan terganggunya aliran/
daerah yang memar Sepsis sirkulasi darah ditandai
kemerahan dengan perdarahan
DO :
Kerusakan
hipotensi
postural, jaringan kulit

frekwensi ekimosis
jantung
meningkat,

nadi perifer perdarahan


tak teraba,

14
perembesan
difusi darah
atau plasma

2 DS : Pasien Memar Nyeri berhubungan dengan


mengatakan nyeri trauma jaringan
pada bagian memar
yang kemerahan Perdarahan
DO :
Dengan skala nyeri
Jaringan
rentang 1-10, pasien
menunjukkan angka
terbuka
8, dengan kriteria 10=
sangat nyeri dan 1=
nyeri
tidak nyeri

3 DS : Pasien cemas Kurang Ansietas berhubungan dengan


tidak tenang, gelisah, ancaman kematian
emosinya labil pengetahuan
DO :
Pasien mengatakan ia Kopping pasien

sangat cemas dan


bingung dengan
Cemas, gelisah
penyakitnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No TGL/JAM Diagnosa Keperawatan Paraf


1 Perubahan perfusi jaringan kardiopulmoner
berhubungan dengan terganggunya aliran/sirkulasi
darah ditandai dengan perdarahan
2 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
3 Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC

15
Diagnosa 1 : Perubahan perfusi jaringan kardiopulmoner berhubungan dengan terganggunya
aliran/sirkulasi darah ditandai dengan perdarahan

NIC
Tgl/ Jam Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
Kriteria
24-11- Perubahan Tujuan : perfusi
1. Aktifitas keperawatan
11/ perfusi jaringan jaringan dapat Auskultasi dada dan jantung serta
07.30 kardiopulmoner dipertahankan bunyi nafas
berhubungan atau ditingkatkan Kaji peningkatan tekanan darah
dengan secara adekuat Ukur lingkar abdomen bila dicurigai
terganggunya Kriteria : terjadi pedarahan GI
aliran/sirkulasi Warna kulit 2. Pendidikan keluarga
darah ditandai
Suhu Ajarkan pada pasien untuk
dengan memperhatikan dan menjaga balutan
Nadi
perdarahan lukanya
Frekwensi nafas
3. Tindakan kolaboratif
Aritmia
Konsultasikan pada dokter jika pasien
mengalami nyeri yang hebat
Jika perlu memberikan terapi oksigen
konsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu
4. Aktifitas lain
Berikan dengan hati-hati perawatan
sesuai dengan kebutuhan
Pantau pemeriksaan laboratorium,
laporkan keadaan asidosis

NOC
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan

NIC

16
Tgl/ Jam Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
Kriteria
24-11- Nyeri Tujuan : nyeri1. Aktifitas keperawatan
11/ berhubungan berkurang atau Lakukan pengkajian nyeri yang
13.30 dengan terkontrol dengan komprehensif meliputi lokasi,
trauma criteria hasil klien karakteristik, durasi, frekwensi,
jaringan mengatakan kualitas, keparahan nyeri dan faktor
merasa nyaman, presipitasinya
postur tubuh dan Observasi isyarat ketidaknyamanan
wajah relaks nonverbal
Kriteria : Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan
Nyeri kata-kata yang konsisten dengan usia

Posisi dan tingkat perkembangan pasien


menghindari 2. Pendidikan keluarga

nyeri Suhu Berikan informasi tentang nyeri,

Respon seperti penyebab, seberapa lama akan


berlangsung dan antisipasi
autonomik
ketidaknyamanan dengan prosedur
Frekwensi nafas
3. Tindakan kolaboratif
Perilaku ekspresi
Konsultasikan pada dokter dengan
wajah
pemberian analgesik
Laporkan pada dokter jika tindakan
tidak berhasil
4. Aktifitas lain
Sesuaikan frekuensi dosis sesuai
indikasi dengan pengkajian dan efek
samping
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
tindakan memenuhi kebutuhan rasa
nyaman

17
NOC
Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

NIC
Tujuan dan
Tgl/Jam Diagnosa Perencanaan Paraf
Kriteria
24-11- Ansietas Tujuan : Agar1. Aktivitas Keperawatan
11/ berhubungan pasien tidak Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan
19.00 dengan kurang cemas karena pasien
pengetahuan infeksi yang Selidiki dengan pasien tentang tehnik yang
kondisi, dideritanya telah dimiliki dan yang belum dimiliki untuk
pemeriksaan dan dapat mengurangi ansietas di masa lalu
diagnostik dan beraktivitas Menentukan pengambilan keputusan pada
rencana tindakan kembali pasien
2. Pendidikan Keluarga
Kriteria :
Gelisah Ajarkan pasien atau keluarga tentang
Cemas tehnik untuk mencegah ansietas
Insomnia
Instruksikan pasien tentang
Ketakutan
Kekhawatiran penggunaan teknik relaksasi

3. Aktifitas kolaboratif

Konsultasikan dengan dokter tentang


pemberian pengobatan untuk
mengurangi ansietas, sesuai
kebutuhan

4. Aktifitas lain
Beri dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan agar
ansietas dapat terkurangi

18
Bantu pasien untuk memfokuskan pada
situasi saat ini
Sarankan terapi alternatif untuk mengurangi
ansietas yang diterima oleh pasien

IMPLEMENTASI
NO. DIAGNOSIS TGL/ TINDAKAN PARAF
MASALAH JAM
KOLABORATIF
1
1. Melakukan Pemeriksaan TTV pasien

2. Mencuci tangan

3. Membersihkan luka dan merawat luka tersebut

4. Mengatur posisi yang nyaman untuk klien

atur posisi miring

5. Memberikan terapi oksigen

6. Memantau pemeriksaan laboratorium

2 1. Mengkaji tingkat nyeri pasien


2. Memberikan analgesik sesuai saran dokter
3. Mengobservasi tanda dan gejala nyeri
4. Merngatur posisi ventilator dengan baik dan benar

3 1. Menjalin hubungan baik dengan pasien


2. Meyakinkan pasien bahwa mereka memegang peranan
penting dalam kesembuhannya
3. Menganjurkan pasien untuk menghilangkan rasa takut
4. menganjurkan pasien untu ktidak terlalu cemas dengan
mengatakan banyak orang yang mengalami hal semacam
ini tapi mereka tetap kuat
5. Memberi dorongan moril pada pasien, bahwa hanya

19
dekatkan diri pada tuhan semoga masalahnya cepat
teratasi

EVALUASI
NO. TGL/ JAM PERKEMBANGAN PARAF
DIAGNOSIS
1 13.00 S : Perdarahan sudah tidak ada
25-11-11 O:
Warna kulit = Coklat
Suhu = 36,5 C
Nadi = 60-80 x/mnt
Frekwensi nafas = 21 x/mnt
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan tindakan yang ada no 4

2 13.00 S : Pasien mengungkapkan keadaan nyeri sudah hilang


25-11-11 O : Skala nyeri pasien 5
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan tindakan yang ada no 2 dan 3

3 16.00 S : Pasien sudah tidak cemas dan dapat mengontrol


25-11-11 emosinya sendiri

O:
Gelisah = tidak ada
Cemas = tidak ada
Kekhawatiran = tidak ada

A : Masalah teratasi

20
P : Pertahankan rencana tindakan yang ada no 1, 2,
dan 5

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.

Jakarta : EGC

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Farid. 2007. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskuler Diseminasi. http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp. Diakses tanggal 26 oktober 2015 pukul 10.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai