PENDAHULUAN
Hernia Femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.
Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis). Sepanjang sekitar 2 cm dan keluar
pada fosa ovalis di lipat paha. Penonjolan kantong peritoneum terletak dibawah
ligamentum inguinale di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di
lateral
Hernia femoralis ini sering dijumpai pada perempuan tua, dengan perbandingan
perempuan dan laki laki yaitu 4:1 . Hernia jenis ini dipicu karena obesitas, kehamilan
lebih dari 1 anak (kehamilan multi para). Hernia femoralis adalah hernia yang relatif
jarang, terhitung hanya 3% dari semua hernia
Hernia femoralis dapat terjadi pada pria dan wanita, hampir semua dari mereka
mengalami penyakit ini disebabkan karena struktur tulang panggul wanita yang lebih
luas. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada anak.
Pada anak mungkin dihubungkan dengan gangguan jaringan ikat atau dengan kondisi
yang meningkatkan tekanan intraabdomen. 70 % kasus pediatrik hernia femoralis terjadi
pada bayi di bawah usia 1 tahun . Pada pasien dengan hernia hiatal dilakukan adalah
dengan operasi yang terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan tujuan menjepit
anulus femoralis
1.2 Tujuan
Tujuan Umum : Megetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Sistem Gastrointrestinal
dengan Hernia Femoralis
14
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hernia femoralis adalah suatu penonjolan hernia yang melalui kanalis femoralis di
sepanjang pembuluh darah femoralis ketika pembuluh darah tersebut melintas kelipatan
paha .
Hernia femoralis adalah suatu protrusi atau penonjolan lemak preperitoneal atau organ
intraperitoeal melalui pascia transversa yang lemah masuk kedalam annulus femoralis
dan canalis femoralis .
Hernia femoralis adalah berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.
Selanjutnya isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan pembuluh darah balik paha (vena femoralis).
2.2 Etiologi
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis, yaitu:
1) Defek kongenital
2) Perubahan struktur fisik
3) Peningkatan tekanan intra abdomen akibat dari kehamilan atau kegemukan
4) Batuk yang kuat / kronis
5) Konstipasi kronis
6) Mengangkat bebab berat
7) Aktifitas, seperti atlet angkat besi, balap sepeda dan berbagai jenis olahraga lainnya
15
2.4 Patofisiologi
Hernia femoralis berkembang dengan proses waktu, dengan berbagai aktivitas yang
meningkatkan tekanan intra abdomen akan meningkatkan progresifitas hernia.
Peningkatan tekanan intraabdomen akan mendorong lemak preperitoneal kedalam
kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia
Kurangnya tonus otot abdominal, obesitas, dan kehamilan multipara juga
meningkatkan resiko pada wanita untuk mengalami hernia femoralis. Hernia femoralis
sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis, terutama
yang memakai teknik bassini atau soldice yang menyebabkan fasia transversa dan
ligamentum inguinale lebih bergeser keventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih
luas. Sebagian besar hernia femoralis berkembang hanya pada satu sisi, tetapi sekitar
15% dari hernia femoralis bersifat bilateral dan kondisi hernia bilateral cenderung lebih
tinggi untuk terjadi hernia strangulasi, serta sekitar 20% hernia bisa berkembang menjadi
hernia inclarserata
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi pada hernia
inguinallis yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Hernia femoralis keluar di sebelah
ligamentum inguinale pada fosa ovalis. Kadang-kadang hernia femoralis tidak teraba dari
luar.
16
2.5 Patoflow
Predisposisi Presipitasi
Hernia Femoralis
Peningkatan tekanan abdomen mual muntah, diare usus memasuki kantung hernia Mual muntah, nyeri abdomen, diare
Saluran limfe terbendung Berkurangnya cairan dan eletrolit peningkatan tekanan abdomen iskemik usus
Oedema Defisit volume cairan elektrolit sumbatan saluran cerna Intoleransi aktivitas
Afferen
Nyeri
17
2.6 Komplikasi
1) Strangulasi (penyumbatan aliran darah)
2) Gangguan perfusi jaringan
3) Perforasi usus
4) Abses lokal
5) Fistel
6) Peritonitis
2.8 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hernia femoralis bisa dilakukan dengan pengobatan konservatif
maupun tindakan definitif berupa operasi. Tindakan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera
dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik
(penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk memberikan relaksasi
otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda
klinis strangulasi.
Operasi terdiri dari herniotomy disusul dengan hernioplasty dengan tujuan menjepit
annulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural. Inguinal, atau kombinasi
keduanya. Pendekatan krural yang tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada
perempuan. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkaserata, hernia
residif atau kombinasi dengan hernia ingunalis. Pada pendekatan krural, hernioplasty
dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentun inguinal ke ligamentum cooper. Teknik
Bassini melalui region ingunalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum
gimbernati. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplastik.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inginalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Dikenal berbagai metode hernioplastik,
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup, dan
memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan muskulus transversus internus
18
abdominis dengan muskulus oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini. Metode ini
memperbaiki orifisium miopektineal, superior dari ligamentum inguinalis, yaitu anulus
profunda dan segitiga Hesselbach, sehingga dapat diterapkan baik pada hernia direk
maupun indirek.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
19
3.1 Pengakajian
1. Data Dasar
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi).
Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien)
Riwayat Kesehatan
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah
menjalani perawatan di RS
20
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
21
Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan, pendengaran.
Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien mengatasi rasa
tidak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti pengelihatan kabur,
pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap tempat waktu dan orang.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
8. Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien di
masyarakat dan keluarga dan teman kerja. Kaji apakah ada gangguan komunikasi verbal
dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan orang lain.
9. Pola produksi seksual
Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan yang timbul.
Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri, tempat klien bertukar
pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama ini. Kaji keadaan klien saat ini
terhadap penyesuaian diri, ungkapan, penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.
22
3.2 Analisa Data
RRI/Poli : No Register :
Afferen
Nyeri
23
Ds :
- Klien makan dengan Usus terjepit
porsi sedikit
Paristaltik usus terganggu
- Membran mukosa
pucat sumbatan saluran cerna
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuhnya tidak
nyaman dalam iskemik usus
beraktivitas
- Klien merasa sakit saat
berjalan paralisis
Ds :
- Klien tampak bingung intoleransi aktivitas tubuh
- Tekanan darah tidak
teratur 120/90 mmHg
- Curah jantung
meningkat
24
Nama Pasien : Tanggal :
RRI/Poli : No Register :
25
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan KH/Tujuan
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
- Kaji skala nyeri, ekspresi
dengan proses keperawatan 2 x 24 jam di
wajah , dan karakteristik
inflamasi dan harapkan nyeri klien
kedalamanya
oedema berkurang dengan kriteria
- Kaji rasa aman dan nyaman
hasil :
klien
- TTV normal
- Atur posisi klien senyaman
- Klien tampak tenang
- Skala nyeri 2-3 mungkin
- Klien dapat - Anjurkan klien minum air
mengendalikan nyeri hangat
- Ajarkan klien latihan tehnik
nafas dalam
- Kolaborasi dalam pemberian
obat analgetik
2 Defisit volume Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
- Kaji perubahan suhu tubuh
cairan dan elektrolit keperawatan 1x24 jam
- Anjurkan klien minum air putih
berhubungan dengan volume cairan normal
yang cukup
diare dan muntah dengan kriteria hasil : - Anjurkan klien untuk istirahat
- Kolaborasi dalam pemberian
- Klien tampak tenang
- Klien tidak mengeluh IVFD
- Kolaborasi dalam pemberian
pusing
- Nilai suhu, nadi, obat antipiretik
pernapasan dalam batas
normal
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan - Kaji ttv
- Kaji nyeri abdomen
kurang dari keperawatan selama 1 x 24
- Kaji tingkat porsi makan klien
kebutuhan tubuh jam nafsu makan klien - Kaji gangguan makan klien
- Kaji tingkat elektrolit
berhubungan dengan bertambah dengan kriteria
- Pantau dalam berat badan klien
anoreksia, hasil : - Anjurkan makan makanan yang
- Asupan makanan yang
penurunan intake tinggi kalori dan protein
adekuat - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
makanan , mual
- Selera makan
pemberian diet
muntah
bertambah
- Asupan gizi teratur
- Klien tidak sulit
menelan
26
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
- Kaji tingkat aktivitas
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24
- Berikan lingkungan tenang dan
kelemahan fisik, jam klien tampak
batasi pengunjung selama fase
keletihan akibat beraktivitas dengan
akut sesuai indikasi.
diare dan nyeri nyaman. - Bantu pasien memilih posisi
Dengan kriteria hasil : yang nyaman untuk istirahat
- Memanfaatkan energi atau tidur.
- Bantu aktivitas perawatan diri
dalam beraktivitas
- Mengatur pola aktivitas yang diperlukan
- Mendorong untuk - Anjurkan bantuan dalam
beraktivitas sesuai aktifitas fisik , durasi dan
energi yang dimiliki frekuensi dalam aktivitas
- Mampu untuk - Anjurkan klien untuk mengatur
melakukan tugas dasar energi yang digunakan
- Jelaskan pentingnya istirahat
dan perawatan individu
dalam rencana pengobatan dan
secara mandiri
- Mampu beraktivitas perlunya keseimbangan aktivitas
untuk individu tanpa dan istirahat.
- Kolaborasi dalam aktivitas
alat bantu
gerak otot
- Kolaborasi dalam aktivitas
gerak sendi
27