Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup


memproses sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik
sesuatu zat menjadi nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan
terjadi gangguan pencernaan salah satunya yaitu hernia umbilikalis. Hernia sendiri
dapat berarti penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Sedangkan hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya ketika
bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi .
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi
lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih
umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi
pada klien gemuk dan wanita multipara

1.2 Tujuan
Tujuan Umum : Megetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Sistem Gastrointrestinal
dengan Hernia Inguinalis

1.3 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui pengkajian pada penyakit hernia inguinalis

2. Mengetahui pengertian pada penyakit hernia inguinalis

3. Mengetahui Etiologi, gejala, tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi


hernia inguinalis
4. Mengetahui evaluasi yang di harapkan

28
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya


ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen,
biasanya jika bayi menangis.
Hernia umbilikus merupakan suatu penonjolan ketika isi suatu organ
abdominal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah.
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut.

2.2 Etiologi

1. Kelemahan otot dinding abdomen.


a. Kelemahan jaringan
b. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
c. Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengangkat benda berat
c. Mengejan dan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk kronik
f. Hipertropi prostate
3. Faktor resiko: kelainan kongenital

2.3 Manifestasi Klinik


a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan
distensi abdomen.

29
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri
atau mendorong.

2.4 Patofisiologi

Yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu


mengangkat beban berat,kehamilan,kegemukan atau batuk kronis.Adanya
peningkatan tekanan intra abdominal dapat menimbulkan defek dinding otot
abdominal. Defek ini terjadi karena adanya kelemahan jaringan atau ruang luas pada
ligamen inguinal karena adanya defek dinding otot abdomen menyebabkan lubang
embrional serta cincin hernia tidak menutup atau melebar dimana dalam keadaan
normal jari tangan tidak dapat masuk. Karena adanya pelebaran lubang embrional
atau cincin hernia menyebakan penonjolan isi perut atau usus dari rongga yang
normal.

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk


menutup. Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh
protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi
terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus
ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah .

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti


tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup
kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-
tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi

30
hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai
darah terganggu maka berbahaya dan gangguan menyebabkan ganggren.

31
2.5 Patoflow
Predisposisi Presipitasi

Dinding perut mengalami kelemahan Mengejan, batuk kronik, sering jatuh, mengangkat beban berat

Isi perut masuk ke dalam kantung Tekanan intra abdomen meningkat

Membentuk tonjolan di sekitar umbilikus Rusaknya integritas dinding otot perut

Usus menjadi terstangulasi/terjepit Organ terdorong melalui defek

HERNIA UMBILIKUS

Peningkatan tekanan abdomen mual muntah usus memasuki kantung hernia Mual muntah, nyeri abdomen, diare

Saluran limfe terbendung berkurangnya cairan dan eletrolit peningkatan tekanan abdomen iskemik usus

Suplai darah terhenti dehidrasi Usus terjepit paralisis

Oedema Defisit volume cairan tubuh Paristaltik usus terganggu sumbatan saluran cerna intoleransi aktivitas tubuh

Merespon neurotransferter Regurgitasi isi usus

Proses afferen ( sensori ) Kembung , mual muntah

Merespon tallamus Anoreksia

Afferen ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri

32
2.6 Komplikasi
1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat
dimasukkan lagi
2. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah
benjolan merah.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan
2. X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia
kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya
hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
3. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
4. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia
obturator)
5. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk
nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
6. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun tidak
ditemukan secara klinis.

2.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Hernia umbilikus kecil yang mudah di dorong kembali ke dalam perut
(penurunan) . pada orang dewasa, berat badsn normal dapat diawasi dengan ketat,
terutama jika individu mempunyai resiko bedah pembedahan yang tinggi.
2. Pembedahan
Perbaikan hernia umbilikalis direkomendasikan dalam semua dewasa lainnya.
Hernia umbilikalis besar sering diperlakukan dengan prosedur mayo, dengan

33
menggunakan implan poliuretan untuk memberi dukungan pada kantung hernia di
dalam perut . pada bayi atau anak-anak , intervensi bedah dilakukan dengan
mengangkat kantung hernia umbilikalis.

34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Data Dasar

Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber
biaya, dan sumber informasi).
Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan pasien)

2. Riwayat Keperawatan, meliputi :

Riwayat Kesehatan Sekarang


Pravokes : makan dan spontan
Quality : Tajam seperti tertusuk
Ratio : secara berulang
Skala : 7 perhitungan dari (0-10)
Time : sejak 2 hari yang lalu
Keluhan utama
- Pasien mengatakan nyeri tenggorokan seperti tertusuk-tusuk dengan skala 7
yang terjadi sejak 2 hari.

Riwayat Kesehatan
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah
menjalani perawatan di RS

Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang
sama.
35
Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut
usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Adapun data-data yang menjadi data fokus dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Gangguan dalam berjalan, kelemahan ambulasi.
2. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, tidak dapat flaktus.
Tanda : Adanya retensi urine atau inkontinensia urine.
3. Makanan / cairan
Gejala : Hilangnya nafsu makan, mual, muntah.
Tanda : BB turun, dehidrasi, lemas otot.
4. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan pada kwadran bawah, semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, mengangkat benda berat, defekasi, nyeri tak ada hentinya
atau ada episode nyeri yang lebih berat secara intermiten.
Tanda : Perubahan gara berjalan, nyeri tekan abdomen.
5. Keamanan
Gejala : Peningkatan suhu 39.6 - 400C

36
3.2 Analisa Data

Nama Pasien : Tanggal :

RRI/Poli : No Register :

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1 Ds : Peningkatan tekanan Nyeri akut
abdomen
- Klien mengatakan
sakit pada pada Saluran limfe terbendung
perutnya
Suplai darah terhenti
Do :
- Klien tampak gelisah Oedema

- Skala nyeri 7 ( 0-10 ) Merespon neurotransferter


- Adanya perubahan
Proses afferen ( sensori )
tekanan darah
TD : 130/90 mmHg Merespon tallamus
Pols : 84 x mnt Afferen
Temp : 38 C
Nyeri
Respirasi : 22 x mnt

2 Ds : mual muntah, diare Defisit volume cairan


- Klien mengatakan
berkurangnya cairan dan
pusing kepala eletrolit
- Klien mengatakan
dehidrasi
mual dan muntah
Do : Defisit volume cairan tubuh

- Klien tampak gelisah


- Suhu 37C
- Klien sering muntah
- Klien diare
3 Do : usus memasuki kantung ketidakseimbangan
hernia nutrisi kurang dari
- Klien mengatakan
kebutuhan
tidak nafsu makan peningkatan tekanan abdomen

37
Ds : Usus terjepit
- Klien makan dengan
Paristaltik usus terganggu
porsi sedikit
sumbatan saluran cerna
- Membran mukosa
pucat Regurgitasi isi usus

Kembung , mual muntah


Anoreksia

ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

4 Do : Mual muntah, nyeri abdomen, Intoleransi aktivitas


diare
- Klien mengatakan
tubuhnya tidak
iskemik usus
nyaman dalam
beraktivitas
- Klien merasa sakit saat paralisis

berjalan
Ds : intoleransi aktivitas tubuh

- Klien tampak bingung


- Tekanan darah tidak
teratur 120/90 mmHg
- Curah jantung
meningkat

3.3 Prioritas Masalah Keperawatan


1. Nyeri
2. Defisit cairan dan elektrolit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Intoleransi aktivitas

38
3.4 Perumusan Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : Tanggal :

RRI/Poli : No Register :

No Diagnosa Tanggal Muncul Tanggal Teratasi


Diagnosa Diagnosa
1 Nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi dan oedema

2 Defisit volume cairan dan


elektrolit berhubungan dengan
diare dan muntah
3 Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, penurunan
intake makanan , mual muntah
4 Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik, keletihan
akibat diare dan nyeri

39
3.5 Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan KH/Tujuan
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
dengan proses keperawatan 2 x 24 jam di - Kaji skala nyeri, ekspresi wajah
inflamasi dan harapkan nyeri klien , dan karakteristik kedalamanya
oedema berkurang dengan kriteria - Kaji rasa aman dan nyaman
hasil : klien
- TTV normal - Atur posisi klien senyaman
- Klien tampak tenang mungkin
- Skala nyeri 2-3 - Anjurkan klien minum air
- Klien dapat hangat
mengendalikan nyeri - Ajarkan klien latihan tehnik
nafas dalam
- Kolaborasi dalam pemberian
obat analgetik
2 Defisit volume Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV
cairan dan elektrolit keperawatan 1x24 jam - Kaji perubahan suhu tubuh
berhubungan dengan volume cairan normal - Anjurkan klien minum air putih
diare dan muntah dengan kriteria hasil : yang cukup
- Klien tampak tenang - Anjurkan klien untuk istirahat
- Klien tidak mengeluh - Kolaborasi dalam pemberian
pusing IVFD
- Nilai suhu, nadi, - Kolaborasi dalam pemberian
pernapasan dalam batas obat antipiretik
normal
3 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan - Kaji ttv
kurang dari keperawatan selama 1 x 24 - Kaji nyeri abdomen
kebutuhan tubuh jam nafsu makan klien - Kaji tingkat porsi makan klien
berhubungan dengan bertambah dengan kriteria - Kaji gangguan makan klien
anoreksia, penurunan hasil : - Kaji tingkat elektrolit

40
intake makanan , - Asupan makanan yang - Pantau dalam berat badan klien
mual muntah adekuat - Anjurkan makan makanan yang
- Selera makan tinggi kalori dan protein
bertambah - Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
- Asupan gizi teratur pemberian diet
- Klien tidak sulit
menelan

4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Kaji TTV


berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 - Kaji tingkat aktivitas
kelemahan fisik, jam klien tampak - Berikan lingkungan tenang dan
keletihan akibat beraktivitas dengan batasi pengunjung selama fase
diare dan nyeri nyaman. akut sesuai indikasi.
Dengan kriteria hasil : - Bantu pasien memilih posisi
- Memanfaatkan energi yang nyaman untuk istirahat
dalam beraktivitas atau tidur.
- Mengatur pola aktivitas - Bantu aktivitas perawatan diri
- Mendorong untuk yang diperlukan
beraktivitas sesuai - Anjurkan bantuan dalam
energi yang dimiliki aktifitas fisik , durasi dan
- Mampu untuk frekuensi dalam aktivitas
melakukan tugas dasar - Anjurkan klien untuk mengatur
dan perawatan individu energi yang digunakan
secara mandiri - Jelaskan pentingnya istirahat
- Mampu beraktivitas dalam rencana pengobatan dan
untuk individu tanpa perlunya keseimbangan aktivitas
alat bantu dan istirahat.
- Kolaborasi dalam aktivitas
gerak otot
- Kolaborasi dalam aktivitas
gerak sendi

41

Anda mungkin juga menyukai