Oleh :
Sumarni ( 010113a115 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja pasal 164, upaya
kesehatan kerja di tujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Jika memperhatikan
isi dari pasal tersebut maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja
dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung rumah sakit. Sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya
kesehatan kerja di rumah sakit.
Peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion dan diatur lagi dengan Keputusan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun
2011 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologidiagnostik dan
Intervensional. Peraturan ini bertujuan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan
ketentraman, kesehatan para pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap
lingkungan hidup. Radiografer adalah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan radiografi, imejing, kedokteran nuklir
dan radioterapi di pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radiologi
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi dan
penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan
MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek
padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga
kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur
medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh
ahli radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian
membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa
serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor
1. Sejarah Perkembangan
Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fiska di Universitas Wurzburg,
Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan
eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang
berasal dari kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes - hittorf yang dialiri
listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru
sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam
mingguminggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukan sinar yang disebutnya sinar
baru atau sinar X. Baru dikemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar
Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen ( Rasad,1999 )
Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena
ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian bagian tubuh manusia yang
sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara pemeriksaan konvensional.
Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar
Roentgen, yaitu sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai
diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel sel hidup. Sifat yang
ditemukan Roentgen antara lain ialah bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak
dipengaruhi oleh lapangan magnetik dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat
apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi.
Setahun setelah Roentgen menemukan sinar X maka Henri Becquerel, di
Prancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang
hampir sama. Tidak lama kemudian, Marie dan Pierre Curie menemukan unsur thorium
pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami - isteri
tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan Polonium sebagai penghormatan
kepada negara asal mereka, Polandia.
2. Macam-macam Pemeriksaan Radiologi
Berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
menyatakan, dalam pelayanan radiologi diagnostik memiliki tiga jenis.
Tiga pelayanan radiologi diagnostik meliputi:
1. Pelayanan Radiodiagnostik.
2. Pelayanan Pencitraan Diagnostik.
3. Pelayanan Radiologi Intervensional.
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion (sinar-X), meliputi antara lain pelayanan sinar-X
konvensional, Computed Tomography Scan (CT Scan) dan mammogra.
Pelayanan pencitraan diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnos
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), dan ultrasonografi (USG).
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dan
terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi sinar-X (angiografi, CT Scan).
Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi non pengion. Ilmu Radiologi
intervensi adalah area spesialisasi dalam bidang radiologi yang menggunakan teknik
radiologi seperti radiografi sinar-X, pemindai CT, pemindai MRI, dan ultrasonografi
untuk menempatkan kabel, tabung, atau instrumen lain di dalam pasien untuk
mendiagnosa atau mengobati berbagai kondisi.
c. Radiasi Interna
Radiasi interna adalah jenis terapi radiasi dengan cara memasukkan sumber
radiasi ke dalam tubuh, baik secara oral maupun intravena sehingga mengikuti
metabolisme tubuh. Sumber radiasi yang dipakai adalah Iodium131 dan Samarium.
Selama proses radiasi, pasien ditempatkan pada ruang khusus (ruang isolasi radiasi)
dan Pasien diperbolehkan pulang, setelah aktivitas radiasi yang ada dalam tubuh
pasien dianggap aman ( 0,33 mCi ).
3. Efek samping radioterapi
Efek samping yang muncul akibat radioterapi akan berbeda-beda, tergantung
dengan kondisi tubuh masing-masing pasien. Ada yang mungkin hanya mengalami
gejala yang ringan, sedang, bahkan parah. Selain itu, efek samping yang timbul juga
akan tergantung pada bagian tubuh yang terkena radioterapi, dosis dari radiasi yang
diberikan, dan berbagai pengobatan lain yang mungkin sedang dilakukan oleh pasien
saat melakukan radioterapi.
Terdapat dua jenis efek samping yang akan timbul setelah melakukan radioterapi,
yaitu efek jangka pendek di mana efek tersebut akan langsung dialami oleh pasien, dan
efek jangka panjang yang akan timbul setelah beberapa waktu pasien melakukan
radioterapi, bisa dalam hitungan bulan atau beberapa tahun setelahnya.
a. Efek samping jangka pendek
Gejala yang paling sering muncul ketika seseorang mendapatkan radioterapi
adalah :
a) rasa mual dan muntah
b) kulit menghitam di bagian tubuh yang terkena radiasi
c) rambut rontok sedikit demi sedikit (namun jika melakukan radioterapi pada
bagian kepala, leher, atau muka, mungkin kerontokan yang terjadi akan lebih
banyak)
d) merasa kelelahan
e) gangguan menstruasi pada perempuan
f) gangguan terhadap jumlah dan
g) kualitas sperma pada laki-laki, serta timbul berbagai masalah kulit.
Tidak hanya itu, pasien yang menjalani pengobatan radioterapi akan mengalami
penurunan nafsu maka dan menimbulkan masalah pada sistem pencernaan. Namun
pasien yang sedang menjalani terapi harus menjaga status gizi dan kesehatannya melalui
asupan.
b. Efek samping jangka panjang
Telah disebutkan sebelumnya bahwa radioterapi tidak hanya merusak DNA sel
kanker namun juga pada sel normal. Ketika sel normal juga ikut rusak, maka
berbagai efek samping pun akan bermunculan.
a) Kanker
b) Tumor dan
c) Mandul
5. Kekurangan radioterapi
Secara signifikan tidak lepas dari efek samping radiasi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
dan penerapan teknologi pencitraan seperti x-ray dan radiasi untuk mendiagnosa dan mengobati
penyakit.
Ahli radiologi langsung sebuah array dari teknologi pencitraan (seperti USG, computed
tomography (CT), kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan pencitraan resonansi
magnetik (MRI)) untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah
kinerja (biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi pencitraan.
Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau teknolog radiologis.
Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata
cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar
Radiografi ( gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.
Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien yang mengalami
kanker atau tumor dimana radiasi pengion digunakan untuk mengobati penyakit keganasan
dengan maksud mematikan atau menghambat pertumbuhan sel tumor/kanker.
Berdasarkan sumbernya radioterapi dibagi menjadi 2 yaitu Linac dan Cobalt.
Pelaksanaan radioterapi di RSPAD Gatot Soebroto pada kasus KNF dimulai dari pendaftaran dan
registrasi pasien kemudian dilanjutkan ke Poli utama lalu dilanjutkan ke Mould room untuk
pembuatan masker lalu CT Simulator lalu ke Treatment Planing System (TPS) dan selanjutnya
dilakukan penyinaran tentunya dengan teknik-teknik tertentu. Pelaksanaan radiasinya didukung
beberapa alat yang memiliki peranan penting selama masa penyinaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Susworo R. Radioterapi (dasar-dasar radioterapi dan tata laksana radioterapi penyakit kanker).
Jakarta. Universitas Indonesia-Press. 2007