Indikator-indikator rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan
efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat
inap disetiap rumah sakit. Adapun hal yang diukur menjadi indikatornya sebagai berikut:
Rumus:
BOR dihitung dengan cara membandingkan jumlah tempat tidur yang dipakai (O)
dengan jumlah tempat tidur yang tersedia (A). Perbandingan ini dilanjutkan dalam
bentuk presentase (%)
Rumus dasar :
BOR= (O/A) x 100%
Keterangan : O : tempat tidur yang terpakai
A : tempat tidur yang tersedia
Rumus baku:
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator
ini disamping memberikan gambaran mutu pelayanan , apabila diterapkan pada diagnosis
sementara dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
ALOS yang ideal antara 6-9 (Depkes, 2005).
Keterangan:
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup
atau mati dalam satu periode waktu
- Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal
dalam satu periode tertentu
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi kisaran 1-3 hari.
Keterangan:
Keterangan :
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk
tiap-tiap 1000 penderita keluar rumah sakit. Standar ideal untuk NDR adalah < 2,5%
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar rumah sakit. Standar idealnya untuk GDR adalh < 3%.
Rumus:
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam
perawatan dirumah sakit
b. Kejadian cedera
Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang
disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu
pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnnya tidak ada kasus pasien yang cedera.
6. > 90 menit
5. Waktu tunggu di ruang rawat
jalan 7. a. >60 %
6. Kepuasan pelanggan
7. a. Penegakan diagnosis TB
b. < 60 %
melalui pemeriksaan
mikroskop TB
b. Terlaksanya kegiatan
percatatan dan pelaporan TB di
RS
2.KEPUASAN PASIEN
Pembeli atau pengguna jasa membutuskan memberikan suatu penilaian terhadap produk
atau jasa dan bertindak dasar itu. Apakah pembeli puas setelah membelanjakan tergantung
kepada penampilan yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harpan pembeli. Philip Kotler
dalam bukunya marketing management, memberikan definisi tentang kepuasan pelanggan
(Customer Satisfaction) : Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang.
Sehingga kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya.
Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan
yang dirasakan dan harapkan. Ada tiga tingkat kepuasan. Bila penampilan kurang dari harapan,
pelanggan tidak dipuaskan. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan amat puas
atau senang. Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau
kepuasan pasien dipengaruhi banyak faktor, antara lain yang bersangkutan dengan :
1. Pendekatan dan prilaku petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali datang.
2. Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang dapat diharap.
3. Prosedur perjanjian
4. Waktu tunggu
5. Fasilitas umum yang tersedia
6. Fasilitas perhotelan untuk pasien seperti mutu makanan, privacy, dan pengaturan
kunjungan
7. Outcome terapi dan perawatan yang diterima
Seringkali para manajer lebih suka mengukur kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
untuk menaksir penampilan organisasinya untuk penilaian, daripada merencanakan strategi nilai,
mempelajari kebutuhan pelanggan atau mengukur mutu produk. Meskipun pengukuran kepuasan
produk tersebut populer, namun pada umumnya para manajer masih sering mengabaikannya.
Salah satu dari outcome dari penggunaan pengalaman pelanggan adalah kepuasan atau
ketidakpuasan terhadap produk atau jasa layanan. Suatau proses penilaian pelanggan bisa positif
atau negatif berdasar pengalamannya. Kepuasan atau ketidakpuasan adalah suatu keputusan
penilaian. Satu langkah lebih maju daripada membandingkan penggunaan pengalaman (nilai rill)
terhadap beberapa standar terhadap nilai yang diharapkan atau diantisipasi. Puas atau tidak puas
tergantung pada:
Kepuasan pelanggan atau kepuasan sepenuhnya menurut JUSE didefinisikan sebagai mutu
besar atau mutu luas(Big Quality atau Broad Quality) yang diuraiakn sebagai berikut:
Produk/jasa
Mutu
Pekerjaan sehari-
hari
Harga
Biaya
Biaya
Tepat tempat
KEPUASAN
Penghantara Tepat waktu
SEPENUHNYA
n
Keamanan
Keamanan
penggunaan
Moral Pegawai
Big Quality
Bertolak dari pengertian kepuasan pasien yang di jelaskan di depan, ada dua komponen
yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien komponen harapan pasien dan komponen
kinerja layanan kesehatan. Banyak cara pengukuran tingkat kepuasan pasien, tetapi yang akan
dijelaskan berikut adalah salah satu cara pengukuran kepuasan pasien berdasarkan konsep
harapan kinerja seperti yang dijelaskan di atas. Pengukuran harapan pasien dapat dilakukan
dengan membuat kuesioner yang berisi asepek aspek layanan kesehatan yang dianggap penting
oleh pasien. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek tadi, sesuai dengan tingkat
kepentingan aspek tersebut bagi pasien yang bersangkutan.
Penilaian pasien terhadap kinerja layanan kesehatan juga dilakukan dengan menggunakan
Skala Likert dengan menggunakan graduasi tingkat penilaian, misalnya, sangat baik, cukup
baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. Sangat baik diberi bobot 5, cukup baik diberi bobot
4, baik diberi bobot 3, kurang baik diberi bobot 2 dan tidak baik diberi bobot 1.
Adapun aspek aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien yang kami temukan dalam studi
kepuasan pasien tersebut disajikan dengan urutan sebagai berikut.
Kesembuhan
Ketersediaan obat puskesmas
Keleluasaan pribadi atau privasi sewaktu berada dalam kamar periksa.
Kebersihan puskesmas
Mendapat informasi yang menyeluruh, artinya mendapat informasi tentang nama
penyakit , bagaimana merawatnya di rumah, dan informasi tanda tanda bahaya untuk
segera membawanya kembali berobat.
Mendapat jawaban yang dimengerti terhadap pertanyaan pasien, artinya apakah pasien
mengerti jawaban yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pertanyaan yang
diajukannya
Memberikan kesempatan bertanya, artinya apakah petugas kesehatan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya
Penggunaan bahasa daerah, apakah petugas kesehatan menggunakan bahasa daerah
dalam melayani pasien
Kesinambungan petugas kesehatan, artinya apakah setiap kali pasien dating ke
puskesmas akan dilayani oleh petugas kesehatan yang sama
Waktu tunggu, yaitu waktu yang diperlukan sebelum kontak dengan petugas kesehatan,
bukan dengan petugas kartu atau rekam medic
Tersedianya toilet, artinya apakah puskesmas terdapat toilet yang dapat digunakan oleh
pasien dan airnya tersedia
Biaya pelayanan, seluruh biaya yang dikeluarkan pasien jika berobat ke puskesmas
Tersedianya tempat duduk atau bangku untuk pasien pada ruang tunggu.
Masing-masing aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien akan dianalisis berdasarkan
penilaian pasien tentang tingkat kepentingan aspek tersebut terhadap pasien serta bagaimana
penilaian pasien terhadap kinerja aspek tersebut yang diperolehnya sewaktu meminta
pertolongan ke puskesmas.
Namun ada juga aspek-aspek yang perlu diketahui, sebab telah dikatakan, pasien rumah sakit
umumnya dapat dibegai menjadi dua kategori, pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Dengan
demikian, aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap tentunya berbeda
dengan pasien rawat jalan.
Aspek-aspek yang mungkin memengaruhi kepuasan pasien rawat jalan rumah sakit,
antara lain:
Pohan, Imbalo S (2007). JAMINAN MUTU LAYANAN KESEHATAN. Jakarta : EGC, 2006.
1. Sumarni
UNGARAN
2015