OLEH :
Sumarni ( 010113a115 )
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan
hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis
dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang lebih besar
(Abdalati, 1989). Oleh karena hal tersebut, perawat membutuhkan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang
tercermin dari perilaku kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi dengan orang lain
(Johnson, 1989).
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia akan lebih
mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan
kemampuan komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra
perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik, dapat
memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat
harus mampu berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya.
Dalam tulisan ini, kami membahas mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi
pengertian, tahapan/fase-fase dalam komunikasi terapeutik, serta tekniknya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien
yang negative (Stuart Laraia, 2000).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah
ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif
perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanankan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003). Komunikasi
terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang dapat dikesampingkan, namun harus
direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional seorang perawat. Akan tetapi,
jangan sampai karena terlalu asik dan sibuk bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai
manuasia dengan bergbagai macam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan klien secara
langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan membantu
proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000; Indrawati,
2003; Arwani, 2003).
C. Tujuan
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang
lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri
Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien. Klien
yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gambaran diri,
penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan
depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima dan diterima orang
lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya
(Hibdon, 200). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakah
bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan
klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan
meningkatkan kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang reistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa
rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang reistis.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan
perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang
jelas.
D. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam
asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip
dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip humanity of nurses and clients
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya,
dan keunikan setiap .individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dininya dan harga
diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan
komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta
nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
9. Perawat haruis menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah masalah yang dihadapi.
10. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun fungsi.
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2 Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan
mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :
1. Berhadapan
2. Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau
mendengar sesuatu.
5. Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi
respon kepada klien.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap
muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan
ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespon secara langsung.
6) Humor
2. Komunikasi Tertulis
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.
c. Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
1) Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa
isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi
mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal
tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu
penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk
obat, dan lain-lain.
2) Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh ruang dan jarak
antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan
objek.
3) Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara
dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal
yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang,
mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
4) Paralinguistik
5) Artifak
Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya
komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan.
Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk
da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran
kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan
bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis,
kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap
atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau
informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan
sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat
mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak
produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
2. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang
masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan
pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun
suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
3. Penyelesaian (Termination)
Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah
dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan
memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
(Arwani, 2003 61).
3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dan keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien,
mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap mi, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan
menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien
memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005).
Dengan dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik
dan benar-benar dipahami oleh perawat.
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dan pertemuan perawat dan klien. Tahap tenninasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dan tiap
pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu
dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien.
Menggunakan realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri. identitas diri
yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi. kemempuan membina hubungan interpersonal
yang intim saling tergantung dan mencintai.
Diam, memberikan arahan umum, spesifik dan tentatif, menggunakan pertanyaan terbuka,
menggunakan sentuhan, menyatakan kembali, mencari klarifikasi, memeriksa persepsi,
menawarkan diri, memberikan informasi, pengakuan, klarifikasi waktu atau urutan,
menyampaikan kenyataan, memfokuskan, merefleksikan, merangkum dan merencanakan. Juga
menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan, melaporkan/pendokumentasian,
mengarahkan, berembuk/kolaborasi, rujukan
DAFTAR PUSTAKA