FORMULASI TEORI
Teori adalah pernyataan kepercayaan yang diekspresikan dalam bahasa. Teori adalah
sistem deduktif atas pernyataan untuk mengurangi tingkat keumuman/generalitas.
Hubungan sintaksis
hubungan sintaksis berarti aturan struktur teori berhubungan dengan bahasa yang
digunakan
Hubungan semantic
hubungan semantik berarti menghubungkan suatu konsep dasar dari teori ke objek di
dunia nyata.
Hubungan pragmatic
hubungan pragmatik berarti menghubungkan teori dengan efeknya terhadap manusia.
PENGUJIAN TEORI
Kriteria kebenaran
Dogmatic basis
kita percaya terhadap suatu pernyataan/teori karena pernyataan tersebut dibuat oleh
yang berwenang, berarti kita menggunakan basis dogma dalam menilai kebenaran
Self evident basis
basis ini berarti kita percaya terhadap suatu pernyataan berdasar dari pengetahuan
umum , pengalaman dan pengamatan kita tanpa perlu ada studi empirik.
Scientific basis
basis ini memerlukan studi empirik untuk memberikan kepercayaan mengenai
kebenaran/kesalahan suatu teori
Syntactic rules and induction
Agar berarti, teori atau pernyataan harus diformulasikan kemudian dapat diuji dengan
salah satu dari dua metode, yaitu aturan sintaksis atau induksi. Dapat diuji dengan
aturan sintaksis berarti teori atau pernyataan tersebut dapat dipastikan valid atau
tidaknya cukup dari logika atau penalaran saja. Dapat diuji secara induksi berarti
pernyataan tersebut kebenaran atau kesalahannya dapat diketahui dengan
mendapatkan bukti empirisnya.
Theory Plane
4.
5.
6.
7.
8.
7
2
c
4
p
h
3
m
8
f
id
1
y
n
6
r
s
b
o
5
t
lu
a
v
e
.
k
w
g
Membangun desain penelitian
Observation plane
abdel Khalik dan Ajinkya menjelaskan program penelitian yang khas di bawah metodologi ini
sebagai berikut :
KUHNIAN PARADIGM
Khun menjelaskan bahwa Paradigma merupakan suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-
metode,prinsip dasar atau memecahkan sesuatu masalah yang dianut oleh suatu
masyarakat ilmiah pada suatu tertentu. Apabila suatu cara pandang tertentu mendapat
tantangan dari luar atau mengalami krisis, kepercayaan terhadap cara pandang tersebut
menjadi luntur, dan cara pandang yang demikian menjadi kurang berwibawa, pada saat
itulah menjadi pertanda telah terjadi pergeseran paradigma. Kuhn menyampaikan
gagasan bahwa sains tidak "berkembang secara bertahap menuju kebenaran", tapi malah
mengalami revolusi periodik yang dia sebut pergeseran paradigma. Analisis Kuhn
tentang sejarah ilmu pengetahuan menunjukkan kepadanya bahwa praktek ilmu datang
dalam tiga Tahapan; yaitu:
1. Tahap Pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus
tentang teori apapun. penjelasan Fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori
yang tidak sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dari teori ini "menang".
2. Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja dalam fase ini memiliki teori
override (kumpulan teori) yang oleh Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu
pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah rumit, memperluas, dan lebih
membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun, masalah muncul, dan teori ini
diubah dalam ad hoc(khusus) cara untuk mengakomodasi bukti eksperimental yang
mungkin tampaknya bertentangan dengan teori asli. Akhirnya, teori penjelasan saat
ini gagal untuk menjelaskan beberapa fenomena atau kelompok daripadanya, dan
seseorang mengusulkan penggantian atau redefinisi dari teori ini.
3. Pergeseran Paradigma, mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan
revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua bidang ilmiah melalui pergeseran
paradigma ini berkali-kali, seperti teori-teori baru menggantikan yang lama.
Pre
scienc
e
anom Dominance of
alies one paradigm
Kuhnian Revolutions
Studi ilmiah popper terdiri dari prinsip, yaitu testability dan falsifiability. Dengan prinsip
yang pertama, Popper menyatakan bahwa sebuah pernyataan ilmiah harus bisa diuji
kebenarannya (testable) melalui suatu metode empiris. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat kemungkinan apakah pernyataan tersebut bisa dibuktikan kesalahannya atau
tidak (falsifiable). Popper mensyaratkan testability dan falsifiability sebagai tolok ukur
apakah sebuah pernyataan bisa disebut ilmiah atau tidak. Dua syarat ini dijadikan sebagai
prinsip dari sebuah prosedur ilmiah yang dilakukan secara empiris. Dengan kata lain,
pengalaman empiris tetap menjadi menjadi syarat keilmiahan suatu pernyataann
Feyerabend approach
Feyerabend berpendapat bahwa untuk menemukan teori yang benar, suatu teori tidaklah
harus dicari kesalahannya (falsifikasi) melainkan mengembangkan teori-teori baru.
Menurut Feyerabend, dalam bukunya Against Method, tidak ada satu metode rasional
yang dapat diklaim sebagai metode ilmiah yang sempurna. Metode ilmiah yang selama
ini diagung-agungkan oleh para ilmuwan hanyalah ilusi semata. Dia mengatakan
'anything goes' yang berarti hipotesa apa pun boleh dipergunakan, bahkan yang tidak
dapat diterima secara rasional atau berbeda dengan teori yang berlaku atau hasil
eksperimen. Sehingga ilmu pengetahuan bisa maju tidak hanya dengan proses induktif
sebagaimana halnya sains normal, melainkan juga secara kontrainduktif.
Dalam Program Riset ini terdapat aturan-aturan metodologi yang disebut "Heuristik",
yaitu kerangka kerja konseptual sebagai kosekuensi dari bahasa. Heuristik adalah suatu
keharusan untuk melakukan penemuan-penemuan lewat penalaran induktif dan
percobaan-percobaan sekaligus menghadirkan kesalahan dalam memecahkikan masalah.
Menurut Imre Lakatos terdapat tiga elemen yang masing mempunyai fungsi yang
berbeda dan harus diketahui dalam kaitanya dengan Program Riset, yaitu:
Harus memenuhi derajat koherensi yang mengandung perencanaan yang pasti untuk
program riset selanjutnya.
Harus dapat menghasilkan penemuan baru.
Dalam struktur program riset ini diharapkan bisa menghasilkan suatu keilmuan baru yang
rasional. Keberhasilan dari suatu program riset ini dilihat dari terjadinya perubahan
problem yang progresif dan sebaliknya dikatakan gagal dalam program riset ini adalah
jika hanya menghasilkan problem yang justru merosot atau degeneratif.