Anda di halaman 1dari 12

CHAPTER VI

HISTORICAL COST

TUJUAN AKUNTANSI
Seiring dengan pertumbuhan dunia usaha, informasi akuntansi mempunyai peran yang
signifikan sebagai sumber informasi tentang sebuah perusahaan.Salah satu alasannya
adalah bentuk badan usaha sebuah bisnis yang besar menyebabkan pemisahan antara
kepemilikan dan pengawasan. Pemisahan ini menjadikan pemilik seperti pihak luar dari
sebuah perusahaan yang memiliki akses terbatas atas informasi-informasi internalnya.
Oleh karena itu, akuntabilitas menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam proses
pelaporaN
Tujuan penggunaan historical cost accounting menekankan hubungan kontrak antara
perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber informasi tersebut. Hal ini membuat
manajemen bertanggung jawab atas penggunaan asset dalam operasi perusahaan dan
dampaknya terhadap nilai bersih as-set. Tanggung jawab manajemen tersebut dituangkan
dalam bentuk laporan keuangan.
Dalam sistem historical cost, isu paling utama berkaitan dengan pengukuran dan
pelaporan profit dalam hubungannya dengan net asset yang digunakan.
1. Profit dalam metode biaya historis
Dalam pandangan akuntansi tradisional:
a. Income adalah capaian perusahaan selama satu periode.
b. Expense adalah usaha yang dilakukan
c. Profit adalah efektivitas perusahaan sebagai unit operasi.

Hubungan antara perubahan nilai asset dan kewajiban sebagai konsekuensi aktivitas
operasi dijabarkan dalam Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statement sebagaimana dijelaskan dalam definisi expense dan income berikut:

a. Income adalah kenaikan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi berupa
penam-bahan asset atau menurunnya kewajiban sehingga menghasilkan kenaikan
ekuitas.
b. Expense adalah penurunan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi
berupa berkurangnya asset atau bertambahnya kewajiban sehingga menghasilkan
penurunan ekuitas.
FASB menyesal pernah menggunakan istilah revenue-expense view dan asset-
liability view karena sekarang istilah tersebut disalahartikan sebagai historical
cost accounting dan current value accounting.
2. Cost attach theory
Penganut paham ekonomis berargumen bahwa pengukuran suatu biaya dalam
akuntansi tidak selalu tepat, terutama dalam menetukan biaya produksi untuk
perusahaan manufaktur. Akuntan tradisional meyakini bahwa penggunaan historical
cost dan pengalokasian nilai dapat diterima meski biaya penggantiannya naik. Sebagai
balasan atas argumen paham ekonomis tersebut, disusunlah cost attach theory. Dalam
teori ini terdapat 2 jenis biaya:
a. Displacement cost (opportunity cost) adalah biaya yang sudah dikorbankan.
b. Embodied cost (absorption cost) adalah biaya yang berkaitan dengan faktor
produksi dan yang harus dilakukan untuk menyediakan input. Dengan kata lain,
biaya ini adalah biaya yang melekat pada sesuatu. Total biaya yang melekat ini
tidak merepresentasikan nilai dari sebuah produk, tapi total usaha yang dilakukan
untuk memproduksinya.

Penganut teori akuntansi tradisional sering menyatakan bahwa akuntansi bukanlah


sebuah proses penilaian melainkan pengalokasian biaya. Sementara itu penganut
paham ekonomis menolak teori ini karena mereka hanya meyakini satu jenis biaya
saja yaitu opportunity cost.

3. Flow of cost
Akuntan harus terus melacak aliran biaya, terutama karena adanya cost attach.
Akuntan juga harus menentukan mana biaya yang sudah expired untuk ditandingkan
dengan income pada income statement dan mana biaya yang masih belum expired
untuk dimunculkan pada neraca sebagai asset. Oleh karena itu, alokasi biaya menjadi
kunci utama akuntansi konvensional.

PERTAHANAN BIAYA HISTORIS


Penggunaan biaya historis pada akuntansi konvensional telah diserang oleh banyak pihak.
Yang mempertahankan biaya historis menyajikan argumen berikut untuk mendukung
posisi mereka:
1. Biaya historis relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sebagai manajer yang membuat keputusan mengenai komitmen masa depan, mereka
mem-butuhkan data transaksi masa lalu. Mereka harus dapat melakukan review atas
upaya masa lalu mereka dan ukuran dari upaya ini adalah biaya historis.
2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang aktual, bkn hanya transaksi yang
mungkin terjadi.
Dalam akuntansi biaya historis, dilakukan pencatatan atas transakasi yang aktual.
Oleh karena itu disediakan sebuah pencatatan untuk mendukung angka-angka yang
disajikan pada laporan keuangan.
3. Sepanjang sejarah, laporan keuangan berdasarkan biaya historis telah berguna.
Mautz menyatakan: Jika orang-orang yang membuat keputusan manajemen dan
investasi belum menemukan bahwa laporan keuangan berdasarkan biaya historis
berguna selama bertahun-tahun, peru-bahan akuntansi akan sejak lama dibuat.
4. Pemahaman terbaik konsep profit adalah kelebihan dari harga jual terhadap harga
perolehan/ historical cost.
Gagasan profit diterima sebagai ukuran keberhasilan kinerja. Mautz menyatakan
bahwa mengejar keuntungan mengharuskan penggunaan waktu yang cukup, tempat
dan bentuk yang ditambahkan ke bahan, produk atau jasa yang dibeli sehingga
mereka bisa dijual di atas biaya. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini
produk atau divisi atau pabrik ter-gantung untuk sebagian besar pada apakah ada
sebaran yang menguntungkan antara pen-dapatan dan biaya.
5. Akuntan harus menjaga integritas data mereka terhadap modifikasi internal.
6. Seberapa bergunanyakah informasi keuntungan berdasarkan biaya saat ini atau exit
price?
Apakah berguna untuk menunjukkan keuntungan sebagai kenaikan nilai suatu aset
yang dimiliki perusahaan yang tidak berniat untuk dijual?
7. Perubahan harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.
Dalam banyak kasus, para pendukung biaya historis berpendapat bahwa biaya historis
tidak memiliki perbedaan yang material dengan current cost. Tambahan data pada
harga saat ini adalah cara yang praktis dan efisien dalam berhadapan dengan
informasi tersebut tanpa harus bergeser dari basis biaya historis ke basis current cost.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan penolakan terhadap akuntansi biaya
historis.
Akuntan tradisional berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris yang meyakinkan
yang menunjukkan bahwa informasi biaya saat ini atau informasi akuntansi exit price
lebih berguna daripada informasi biaya historis. Sebagian besar studi penelitian
menunjukkan bahwa data biaya saat ini tidak memberikan banyak informasi
dibanding data biaya historis.

Bukti Tentang Kegunaan Data Akuntansi


a. Petunjuk Pertama
Salah satu jalan adalah dengan fokus pada laporan keuangan dan menentukan
apakah infor-masi yang memadai diungkapkan. Dalam meninjau bukti empiris
pada aspek ini, Dyckman, Gibbins dan Swieringa menemukan 3 pendekatan
keseluruhan yang digunakan oleh penyidik. Salah satunya adalah untuk
mengevaluasi cara pengguna menganalisis laporan keuangan, berdasarkan
wawancara dengan mereka. Pendekatan lain adalah untuk memastikan persepsi
dan opini kelompok kepentingan tertentu, seperti analis keuangan. Pendekatan
ketiga adalah untuk memastikan jumlah informasi yang dilaporkan pada item
tertentu yang dianggap penting. Para penulis menyimpulkan bahwa penelitian
tentang kecukupan pengungkapan menunjukkan bahwa:
- Tidak ada keinginan yang besar untuk revisi drastis atau perubahan dalam
bentuk dan isi laporan keuangan. Kebanyakan orang percaya bahwa data yang
cukup telah tersedia da-lam laporan keuangan.
- Laporan keuangan tidak diharapkan untuk menjadi terlalu rumit
- Perbedaan yang signifikan dalam pengungkapan keuangan terjadi di antara
perusahaan-perusahaan.

Secara umum, perusahaan-perusahaan yang lebih besar, lebih menguntungkan,


diaudit oleh kantor akuntan besar dan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Banyak yang percaya keragaman
ini sesuai dan mencerminkan kebutuhan akan informasi yang berbeda sesuai
dengan perbe-daan dalam struktur kepemilikan/penguasaan perusahaan.

b. Petunjuk Kedua
Cara lain untuk menemukan apakah data akuntansi berguna adalah untuk
mengetahui efeknya pada pengambilan keputusan. Berfokus pada laporan
keuangan, Dyckman, Gibbins dan Swieringa menemukan 3 pendekatan
menyeluruh yang diambil oleh peneliti. Salah satunya adalah meminta pengguna
laporan keuangan untuk menunjukkan pentingnya item tertentu dalam membuat
keputusan investasi. Pendekatan kedua adalah untuk mempelajari perilaku subyek
yang membuat keputusan tertentu dalam situasi laboratorium. Pendekatan ketiga
adalah untuk mempelajari bagaimana laporan keuangan yang efektif dalam
mengkomunikasikan informasi. Para penulis menyimpulkan bahwa:
- Investor dan analis mempertimbangkan faktor-faktor pernyataan nonfinansial,
seperti kon-disi ekonomi secara umum, yang lebih penting dalam membuat
keputusan investasi.
- Tidak ada kejelasan bahwa penggunaan laporan keuangan mengarahkan
kepada perkiraan yang lebih baik atau keputusan yang lebih baik.

Salah satu alasan data laporan keuangan mungkin tidak berguna bagi investor dan
analis keuangan adalah bahwa informasi tersebut sudah diketahui melalui sumber-
sumber lain, sep-erti laporan sementara dan rilis media, sebelum laporan yang
dibuat tersedia untuk umum.

c. Petunjuk Ketiga
Petunjuk ketiga adalah korelasi antara harga saham dan data akuntansi,
khususnya, keun-tungan. Jika suatu item yang diberikan mempengaruhi keyakinan
investor tentang nilai surat berharga, maka ketergantungan statistik ada antara
item tersebut dan harga saham. Ketergantungan statistik ini disebut sebagai isi
informasi dari item yang diberikan.

EVIDENCE ON PREDICTIVE VALUE (BUKTI NILAI PREDIKTIF)


Kegunaaan suatu informasi akuntansi bagi pengambilan keputusan berhubungan dengan
relevansi informasi tersebut dalam membantu manajemen untuk mengambil keputusan
tentang kejadian yang akan datang. Informasi akuntansi sangat berguna bagi manajemen
jika informasi tersebut bisa mem-berikan gambaran (prediksi) tentang keadaan
(karakteristik) perusahaan di masa depan. Banyak penelitian yang dilakukan tentang sifat
predictive value dari informasi akuntansi biaya historis. Hasilnya karakteristik predictive
value dari suatu informasi akuntansi dibedakan menjadi kategori sebagai berikut:
1. Laba masa lalu digunakan untuk memprediksi laba masa depan
Penelitian dalam kategori ini adalah penelitian empiris yang dilakukan untuk
membangun model untuk menjelaskan trend laba perusahaan. Jika hal ini bisa
dilakukan, maka dapat berfungsi sebagai dasar untuk memprediksi. Menggunakan file
Compustat untuk periode 20-tahun 1947-1966, Ball dan Watts menguji 4 definisi
penghasilan:
- Laba bersih setelah pajak penghasilan
- Laba bersih per saham
- Laba bersih dibagi dengan total asset
- Net sales

Kesimpulan mereka adalah bahwa pendapatan dapat digambarkan secara statistik


sebagai random walk, meskipun definisi ketiga kurang konsisten. Dengan kata lain,
estimasi terbaik dari pendapatan masa depan adalah kinerja pendapatan saat ini dari
suatu entitas.

2. Triwulanan dan segmen data yang digunakan untuk memprediksi pendapatan tahunan
Brown dan Niederhoffer menggunakan 519 perusahaan di Compustat file sebagai
sampel mereka, yang memiliki data tahunan untuk 1961-1965 dan data kuartalan
untuk 1962-1965. Mereka mencapai kesimpulan bahwa:
- Laporan sementara berguna dalam memprediksi pendapatan tahunan
- Karena kemampuan prediktif meningkat dengan setiap laporan sementara, pasar
akan mening-katkan antisipasi ketika tanggal pengumuman laporan tahunan sudah
dekat.

Coates menghasilkan kesimpulan yang sama. Sampelnya meliputi 27 perusahaan


1945-66. Ia menemukan bahwa laporan triwulanan yang berurutan memungkinkan
untuk meramalkan laporan ta-hunan mendatang. Bahkan pendapatan triwulan pertama
adalah jelas berguna dalam memprediksi pendapatan tahunan.

Foster berusaha untuk menggambarkan sifat dan trend laba triwulan, penjualan dan
beban. Pada dasarnya, ini adalah model autoregressive sederhana. Dalam model
autoregressive, perubahan-perubahan dalam pendapatan berkorelasi positif. Itu berarti
jika pendapatan meningkat dalam satu periode ada kemungkinan besar bahwa
pendapatan pada periode berikutnya akan meningkat juga. Foster menyatakan bahwa
laba triwulan memiliki komponen musiman.

Dalam studi mereka, Bathke, Lorek dan Willinger menyimpulkan bahwa kemampuan
prediksi laba triwulan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Menggunakan nilai pasar
dari saham biasa pada tanggal 31 Desember 1979 sebagai dasar untuk menentukan
apakah sebuah perusahaan itu besar (median US $ 1.281.000.000), menengah (median
US $ 307 juta) atau kecil (median US $ 62 juta), dan menggunakan sampel dari 109
perusahaan di New York Stock Exchange, mereka menemukan bahwa perusahaan
besar dan menengah menghasilakn prakiraan lebih akurat daripada yang dihasilkan
oleh perusahaan-perusahaan kecil.

3. Memprediksi kesulitan keuangan


Beaver telah melakukan beberapa penelitian tentang kemampuan rasio keuangan
untuk memprediksi kegagalan. Kegagalan didefinisikan sebagai kebangkrutan,
ketidakmampuan pada pembayaran ob-ligasi, belum dilunasinya dividen saham
preffered dan rekening bank overdraw (menarik cek lebih da-ripada uang simpanan).
Sampelnya meliputi 79 perusahaan gagal dan 79 perusahaan tidak gagal yang muncul
dalam Manual Industri Moody selama 1954-1964. Prosedurnya adalah untuk
membandingkan model yang dikembangkan dari satu sampel dan digunakan untuk
meramal sampel lain. Kes-impulannya adalah bahwa berdasarkan pada pengetahuan
tentang rasio keuangan, status kegagalan perusahaan dapat diprediksi secara benar.
4. Memprediksi arus kas masa depan
Salah satu kelompok pengguna laporan keuangan adalah investor. Nilai investasi
mereka adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan mereka melalui perusahaan.
Karena itu cukup beralasan bahwa jika laba biaya historis adalah prediktor yang baik
dari arus kas masa depan, maka data laba itu berguna untuk investor. Bukti dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendapatan biaya historis berguna dalam
memprediksi arus kas masa depan.
Studi yang dilakukan oleh Bowen, Burgstahler dan Daley (1987) dan Wilson (1986)
menemukan bahwa arus kas masa lalu dari operasi kurang berkorelasi dengan
pendapatan yang dilaporkan jika dibandingkan dengan pendanaan dari operasi.
Bowen, Burgstahler dan Daley (1987) menggunakan sampel dari 324 perusahaan AS
dengan laporan keuangan yang 1.971-8 untuk menemukan bahwa
- laba tahunan dan pendapatan tahunan ditambah depresiasi adalah sangat terkait (r
= 0,94)
- pendapatan tahunan dan pendanaan tahunan dari operasi adalah sangat terkait (r
= 0,75)
- pendapatan tahunan dan arus kas tahunan dari operasi kurang berkorelasi (r =
0,22)

Seperti yang bisa diharapkan dari korelasi tersebut, pendanaan tahunan dari operasi
tidak lebih baik sebagai prediktor dari arus kas masa depan jika dibandingkan
pendapatan tahunan (Burgstahler dan Daley. 1987). Namun, Burgstahler dan Daley
menemukan bahwa model dengan menggunakan variabel arus kas adalah umumnya
prediktor lebih baik dari arus kas masa depan daripada penghasilan atau pendanaan
dari operasi.

Seberapa objektifkah biaya historis?

Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya yang sebenarnya dikeluarkan adalah lebih
objektif dan konkrit dalam pengukuran nilai suatu aset dibandingkan dengan
perkiraan jumlah uang yang akan diterima andaikan aset tersebut dijual saat ini (fair
value). Biaya akuisisi (historical cost) lebih meng-gambarkan kenyataan yang ada
dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku saat ini. Namun perlu diingat bahwa
dalam menilai objektivitas biaya historis, harus diasumsikan bahwa transaksi akuisisi
atas sebuah aset di masa lalu terjadi secara fair (tidak terdapat hubungan istimewa
antara penjual dan pembeli sehingga harga transaksi yang disepakati saat itu benar-
benar menc-erminkan harga pasar sebenarnya atas aset tersebut).

Selain itu juga perlu diingat bahwa biaya akuisisi atas suatu aset tidak hanya yang
tercantum dalam invoice saja, melainkan meliputi seluruh biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam rangka menjadikan aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi
yang diharapkan dan siap digunakan oleh perusahaan. Sebagai contoh dalam
pengukuran biaya persediaan, beberapa elemen biaya tersebut diantaranya:

- Cost of purchase: terdiri dari harga beli, pajak pembelian, transportasi, handling
dan biaya lainnya yang terkait langsung dengan proses pembelian persediaan.
Diskon dan rabat menjadi pengurang dari biaya persediaan tersebut.
- Cost of convertion: merupakan biaya yang secara langsung berhubungan dengan
unit produksi, contohnya biaya direct labor dan overhead pabrik yang
dialokasikan dalam rangka proses produksi raw material menjadi barang jadi.
- Other costs: biaya-biaya lain yang diperlukan dalam rangka menjadikan
persediaan pada lokasi dan kondisi yang diharapkan.

Oleh karena itu dalam akuntansi biaya historis, basis pengukuran yang digunakan
untuk mengukur nilai persediaan dalam neraca adalah biaya historis. Kieso dan
Weygandt menjelaskan prosedur perhi-tungan biaya persediaan sebagai berikut:
Charges directly connected with the bringing of goods to the place of business of the
buyer and converting such goods to saleable condition are accepted as proper
inventoriable cost.

Namun dalam prakteknya banyak terjadi perbedaan dalam penerapan aturan mengenai
penguku-ran biaya historis. Banyak hal yang terjadi di lapangan yang belum diatur
secara jelas dalam standar akuntansi keuangan mengenai penerapan biaya historis
sehingga diperlukan professional judgement dalam menentukan cost dari suatu aset
pada saat akuisisi.

Pertanyaan terkait mengkapitalisasi atau membebankan pengeluaran juga


mempengaruhi biaya suatu aset. Untuk beberapa item jawabannya sudah jelas, tetapi
untuk lain tidak. Jika interior sebuah bangunan kantor dicat, sebaiknya pengeluaran
harus dikapitalisasi atau dibebankan? Haruskah biaya atau penataan ulang peralatan
dikapitalisasi atau dibebankan?.

AAS 13 dan AASB 1.011 mengharuskan biaya penelitian dan pengembangan


dibebankan pada saat terjadinya. Mengingat sifat penelitian dan pengembangan, itu
akan sesuai dalam kebanyakan kasus jika mereka segera dibebankan. Atas dasar ini,
jika penelitian dan pengembangan pada akhirnya menghasilkan paten, maka biaya
paten hanya terdiri dari biaya hukum yang terlibat. Apakah ini benar-benar biaya
paten?

Salah satu isu akuntansi utama yang timbul sehubungan dengan aset tidak lancar
bukanlah mengenai apakah mereka memenuhi syarat sebagai aset atau tidak, tapi apa
yang harus dimasukkan sebagai bagian dari biaya mereka, seperti yang dilaporkan
dalam neraca. Mayoritas aset tidak lancar dalam neraca Australia dicatat sebesar harga
perolehan yang telah disusutkan. Namun, perhitungan penyusutan melibatkan
penilaian subyektif dalam menentukan baik kehidupan manfaat aset dan mem-
perkirakan nilai sisanya. Ini tidak bisa dianggap obyektif karena mereka masih akan
terjadi di masa de-pan. Selanjutnya, adalah praktek umum di Australia dalam bisnis
untuk menilai kembali nilai dari be-berapa atau seluruh aset tidak lancar mereka.
Penilaian ini dapat menyebabkan revaluasi atau deval-uasi aset tidak lancar yang
dipilih.

Jumlah yang dapat dipulihkan sebagai jumlah bersih yang diharapkan untuk
dipulihkan melalui arus kas masuk dan arus kas keluar yang timbul akibat
penggunaan dan pembuangan selanjutnya dari aset. Dengan demikian, konsep jumlah
terpulihkan memperhitungkan nilai aset dari penggunaan yang terus menerus dan
pembuangan selanjutnya. Perkiraan harus dibuat untuk arus kas masa depan dari aset,
serta harga jual selanjutnya. Standar ini tidak menyebutkan, apakah arus kas ini harus
diabaikan atau tidak, atau apa tingkat diskonto harus atau dapat digunakan. Akuntan
memiliki kewenangan yang cukup untuk nilai di mana aset tersebut dicatat dalam
neraca.

Banyak perusahaan yang enggan untuk menuliskan nilai aset karena mereka tidak
yakin apakah penurunan bersifat permanen. Di sisi lain, ada pula yang ingin
melakukannya dalam rangka untuk me-ringankan beban masa mendatang dari biaya-
biaya. Hal ini sering disebut sebagai taking a bath, di mana semua akrual yang
negatif berdampak pada keuntungan yang dimuat dalam satu periode keu-angan.

KRITIK TERHADAP AKUNTANSI BIAYA HISTORIS


Walaupun telah lama digunakan dalam praktik akuntansi, akuntansi biaya historis tetap
saja menuai banyak kritikan. Akuntansi biaya historis memang memberikan beberapa
manfaat dalam praktik akuntansi, namun pendekatan ini juga mempunyai beberapa
kelemahan. Kritik atas akuntansi biaya historis sebagian besar datang dari para
pendukung current cost accounting. Berikut merupakan be-berapa poin kritik terhadap
akuntansi biaya historis:
1. Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan fungsi penatagunaan
(stewardship func-tion) manajemen merupakan interprestasi yang terlalu sempit atas
tujuan akuntansi.
Dalam akuntansi biaya historis atau akuntansi konvensional, tujuan untuk
menyediakan infor-masi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi
diperlukan untuk memberikan informasi tentang fungsi penatagunaan manajemen
(stewardship function). Meskipun bermanfaat, hal tersebut merupakan interprestasi
yang terlalu sempit dalam melihat tujuan akuntansi. Tujuan utama akuntansi adalah
untuk memenuhi kebutuhan para pengguna untuk membuat keputusan. Investor tidak
hanya berkepentingan dalam mengetahui berapa nilai yang mereka investasikan pada
perusahaan, tidak hanya tertarik pada fungsi penatagunaan (stewardship function)
manajemen, namun mereka juga tertarik untuk mengetahui kenaikan atau penurunan
nilai investasi mereka seperti yang tersaji dalam net asset perusahaan. Mereka juga
menghendaki untuk membuat prediksi mengenai arus kas perusahaan di masa depan.
Oleh karenanya, penting untuk menerapkan pendekatan yang melihat ke depan (a
forward-looking), yang dapat memberikan informasi lebih relevan, daripada hanya
menyajikan informasi di masa lampau. Semakin terkini informasi maka semakin
objektiflah in-formasi. Oleh karenanya, menggunakan biaya historis tidaklah logis
untuk memenuhi tujuan akuntansi. Akuntansi biaya historis gagal dalam fungsinya
memberikan informasi yang objektif. Banyak keputusan mengenai pencatatan,
pengukuran, dan pelaporan informasi yang jauh dari objektif dan rentan manipulasi.
2. Akuntansi biaya historis, meskipun bermanfaat, namun tidak cukup untuk
mengevaluasi keputusan bisnis, pernyataan biaya historis mengaitkan pada
barang/jasa (cost attach theory) hanyalah fiksi.
Pendukung akuntansi biaya historis berpendapat bahwa manajer membutuhkan data
biaya his-toris untuk mengevaluasi keputusan masa lalu mereka. Namun, kebenaran
suatu keputusan masa lalu haruslah dipastikan dengan apa yang terjadi di pasar. Suatu
penilaian yang pantas atas kepu-tusan masa lalu memerlukan suatu bagian dari total
laba dalam periode yang diberikan antara laba dari operating activities dan laba dari
gain or losses terkait dengan holding asset and liabilities saat harga berubah. Laba
operasi dan holding gain harus dipisahkan ke dalam elemen yang diperkirakan dan
tidak diperkirakan.
Biaya historis mempunyai manfaat, akan tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi
keputusan bisnis. Ketika aset diperoleh, biaya historis adalah tepat karena nilainya
mengacu pada kejadian saat ini (mutakhir). Akan tetapi, segera setelah periode
akuisisi lewat, nilai ini tidak lagi mutakhir dan oleh karenanya tidak lagi logis.
Laba dalam tahun berjalan seharusnya menggambarkan kenaikan bersih dalam nilai
modal pe-rusahaan untuk tahun tersebut. Modal dapat didefinisikan sebagai
kemampuan beroperasinya pe-rusahaan (keampuan perusahaan untuk tetap
berproduksi) atau sebagai purchasing power perus-ahaan (kemampuan perusahaan
untuk bertransaksi di pasar). Jika modal merupakan kemampuan operating
perusahaan, maka laba merupakan perubahan dalam kemampuan operating
perusahaan selama suatu periode pelaporan yang merupakan jumlah yang dihasilkan
setelah memelihara modal fisik perusahaan. Informasi ini berguna bagi keputusan
yang fokus pada kemampuan perusahaan untuk menjaga produksi dan untuk bersaing
dengan yang lain dalam industri di masa depan. Jika laba merupakan perubahan
dalam kemampuan membeli (puchasing power), konsep modal yang sedang
dipertahankan merupakan modal finansial yang diukur pada harga saat ini. Sekali lagi,
in-formasi ini berguna karena menghasilkan informasi yang memperhatikan
perubahan dalam kapasi-tas perusahaan di masa depan untuk bertransaksi di pasar.
Sedangkan, laba dalam akuntansi biaya historis tidak memiliki interprestasi prospektif
melainkan restropektif. Modal dianggap sebagai nominal dollar investasi pada
perusahaan bukan daya beli (purchasing power) investasi tersebut. Setelah tahun
akuisisi, biaya historis tidak berhubungan dengan kejadian pada tahun tersebut.
Prosedur akuntansi menciptakan fiksi untuk percaya bahwa biaya historis
berhubungan dengan operasi saat ini. Untuk menyandingkan biaya historis terhadap
pendapatan sekarang tidak ada pembagian total laba ke dalam laba operasi dan
holding komponen.
Biaya historis menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik karena mengoffset
biaya his-toris dengan pendapatan sekarang (inflasi). Hal tersebut dapat mengarah
pada pengurangan capital tanpa disadari dimana capital didefinisikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk memproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya beroperasi
ke masa depan. Angka laba berdasarkan biaya historis dapat memperdaya manajemen
lebih luas lagi bahwa dividen yang dibayarkan dapat melebihi laba real tahunan dan
menghilangkan basis modal.
3. Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis
Salah satu pembelaan penggunaan biaya historis adalah prinsip going concern dimana
menganggap umur perusahaan adalah tidak dapat ditentukan sehingga ekspektasi
normal mengenai item non moneter akan terpenuhi. Inventori diperkirakan akan
terjual, dan non current asset akan sepenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena
itu, biaya historis dari aset, atau bagian yang dialokasikan, merupakan jumlah yang
tepat ditandingkan dengan revenue. Penggunaan non current asset, bukan
kemungkinan penjualan atau pembelian, adalah relevan. Namun, pada kenyataannya
tidak ada bisnis yang berlangsung tidak pasti ke masa depan. Jadi, akan lebih
beralasan untuk mengasumsikan penghentian daripada keberlangsungan.
4. Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan dan ter-
percaya.
Konsep penandingan menyatakan bahwa ketika revenue dihasilkan, dan beban yang
timbul da-lam menghasilkan revenue, ditandingkan dengan revenue untuk
mendapatkan laba. Sering, non-current asset digunakan untuk menghasilkan revenue.
Misalnya, depresiasi dibebankan untuk me-nandingkan biaya penggunaan aset dengan
revenue yang dihasilkan dari aset tersebut. Hal ini merupakan teori pengaitan biaya
yang menghubungkan biaya historis dengan nilai dari jasa.
Akuntansi konvensional menekankan pada penentuan apakah biaya dapat
dikurangkan dari revenue pada periode saat ini atau ditangguhkan pada periode
mendatang. Keputusan tersebut berdasarkan pada konsep penandingan. Kritik
terhadap biaya historis muncul bahwa penandingan tidak memerlukan konsep
pendapatan untuk berfungsi sebagai dasar untuk penilaian tersebut. Pada
kenyataannya, dalam banyak kasus, penandingan biaya dan revenue tidak mungkin
dipraktekkan. Penandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak yang harus
dibuat daripada analisis yang konsisten. Hal ini seperti menilai kontes kecantikan
dimana juri memberikan suara berdasarkan penampilan masing-masing kontestan
untuk menentukan pemenang, karena tidak ada aturan penetapan yang dibuat untuk
menentukan kecantikan, sama seperti karena tidak ada yang digunakan untuk
menentukan konsep penandingan yang pantas. Selain itu, konsep penandingan dan
alokasi khusus biaya tidak dapat dibenarkan yaitu tidak dapat diverifikasi dan
disanggah. Tidak ada cara untuk memilih metode lain kecuali secara arbitrari.
Konsep penandingan konvensional meletakkan neraca dalam posisi kedua setelah
laporan rugi laba. Karena akuntansi biaya historis lebih memfokuskan pada net profit,
maka neraca hanya dipandang sebagai ringkasan saldo yang dihasilkan setelah
menghitung laba. AASB berpendapat bahwa penggunaan konsep penandingan dapat
mengarah pada volatilitas dalam menghasilkan laporan dan profit smoothing selama
periode pelaporan yang berbeda. Penggunaan konsep penandingan tidak
menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya. Hal ini membawa pada kritik
bahwa konsep ini bias terhadap neraca dimana laporan rugi laba meletakkan neraca
pada po-sisi kedua.
5. Akuntansi biaya historis hanya menduga kebutuhan investor yang tertarik pada
analisa pasar bukan intelligent investor yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi
pada perusahaan
Akuntansi biaya historis yang memfokuskan pada penentuan net profit menyebabkan
penyim-pangan dan penyembunyian atas pengungkapan penting perusahaan. Hal ini
dikarenakan tujuan akuntansi konvensional telah disalah artikan, dimana akuntan
terlalu berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan menerima cara lama dalam
menganalisis perusahaan dan sahamnya. Akuntansi konvensional fokus pada
memenuhi kebutuhan investor yang tertarik pada analisa pasar/ psikologi pasar yang
tidak menaruh perhatian penuh pada apa yang sebenarnya terjadi pada pe-rusahaan.
Akuntansi konvensional memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis perus-
ahaan, yang menekankan pada profit dan dividen, merupakan pendekatan yang tepat
untuk semua perusahaan. Tetapi pendekatan ini terbatas oleh beberapa alasan. Salah
satunya adalah bahwa neraca tidak melaporkan seluruh asetnya.
Akuntansi seharusnya memberikan informasi untuk investor canggih dan pintar yang
tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan. Investor tertarik pada
nilai. Praktek auntansi konvensional menekankan pada tingkat pengembalian saat ini
dibanding profitabilitas jangka panjang dan investor diasumsikan naif. Hal ini
mendorong kretivitas pelaporan keuangan yang memungkinkan penyimpangan data
yang dilaporkan seperti aset dan revenue yang dilaporkan lebih tinggi atau beban dan
kewajiban yang dilaporkan lebih rendah.
6. Munculnya beberapa peraturan, standar akuntansi dan exposure draft yang menyerang
teori akuntansi biaya
Untuk beberapa tahun, telah terjadi perpindahan dari pelaporan dengan akuntansi
biaya historis. Khususnya, beberapa peraturan, standar akuntansi, dan exposure draft
diterbitkan oleh Australian standard yang menandakan berkahirnya pelaporan dengan
akuntansi biaya historis. Misalnya, AASB 1023 General Insurance Contract (Juli
2004) dan IAS 39/AASB 39 Financial Instrument: Recognition and Measurement
(Juli 2004) yang merekomendasikan penggunaan market value untuk aset, dan
beberapa standar lainnya.
AASB menyatakan bahwa pengukuran aset berdasarkan net market value dan
pengukuran kewajiban berdasarkan present value memberikan informasi yang lebih
relevan kepada pengguna mengenai sumber daya perusahaan daripada basis
pengukuran dengan menggunakan biaya histor-is. Hal ini konsisten dengan apa yang
disyaratkan dalam kerangka konseptual yang mana lebih mengedepankan pendekatan
yang memandang ke masa mendatang (forward looking approach) dan karakteristik
kualitatif laporan keuangan yang terdapat pada kerangka konseptual. AASB fokus
pada apakah:
- laporan keuangan untuk tujuan umum akan memberikan informasi yang
memperhatikan kegunaan pada pengguna untuk membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya yang langka.
- laporan disajikan dalam hal mana membantu melaksanakan akuntabilitas
manajemen dan majelis peraturan.
- informasi pada laporan adalah relevan, terpercaya, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami.
- Menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat
(http://www.petra.ac.id/~puslit/journals), kelemahan penggunaan nilai historis,
antara lain:
a) Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu
hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu
nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat
pencatatan terjadinya biaya tersebut,
b) Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih
rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang
terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas
aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan se-hingga
mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
c) Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba di-hitung terlalu besar,
d) Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang
didasarkan pada asumsi adanya stable monetary unittersebut tidaklah riil
apabila diukur dengan perkembangan daya beli uang yang sedang
berlangsung,
e) Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan ada
kecenderungan terjadinya kanibal-isme terhadap modal sehubungan dengan
pembayaran pajak perseroan dan pembangian laba yang lebih besar daripada
semestinya,
f) Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama
dijumlahkan menjadi satu, dan
g) Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen
perusahaan apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun
atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.

Anda mungkin juga menyukai