Anda di halaman 1dari 8

CHAPTER V

ADOPTING AN ACCOUNTING PERSPECTIVE


Tujuan utama akuntansi adalah mengukur dan melaporkan kegiatan ekonomi suatu entitas.
Namun, akhir-akhir ini tujuan tersebut diperluas pada kegiatan-kegiatan entitas yang
mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Pelaporan suatu organisasi dibuat lebih dari
sekedar melaporkan transaksi-transaksi ekonomi serta nilai aset dan kewajiban. Hal ini
menghasilkan perubahan-perubahan yang signifikan dalam pelaporan suatu entitas, baik
sektor publik maupun swasta. Perubahan-perubahan atas fungsi pembuatan laporan
menyebabkan munculnya beberapa sudut pandang akuntansi. Hal tersebut disebabkan
banyaknya pengguna laporan keuangan, sehingga menghasilkan pertanyaan : Sudut pandang
mana yang harus digunakan dalam proses akuntansi?

SAC 2 menyebutkan tiga ketegori pengguna, antara lain:

a. Penyedia sumber daya (pemegang saham dan pemberi pinjaman)


b. Penerima barang dan jasa (konsumen)
c. Pihak pengawas entitas (auditor independen, manajemen, pemerintah)

Banyaknya pengguna laporan keuangan telah menyebabkan banyaknya perspektif dalam


pembuatan laporan keuangan. Perspektif akuntansi yang diadopsi oleh entitas mengharuskan
adanya asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip mengenai batasan mengenai konsep entitas.
Batasan ini dimaknai sebagai aktifitas-aktifitas yang diukur dan dilaporkan oleh suatu entitas.
Pada dasarnya, untuk mengukur dan melaporkan sebuah informasi, aktifitas sebuah entitas
harus didefinisikan.

Perumusan mengenai batasan sebuah entitas pelaporan telah berkembang luas untuk
menyampaikan informasi kepada pihak pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
jangkauan yang luas. Informasi ini tidak hanya sekedar informasi keuangan tetapi juga
informasi kualitatif mengenai dampak aktifitas suatu entitas terhadap masyarakat dan
lingkungan. Pendekatan umum dalam perumusan batasan ini disebut dengan triple bottom-
line reporting, yaitu pelaporan untuk mengukur kesuksesan sebuah entitas/perusahaan dilihat
dari tiga kriteria, antara lain ekonomi, lingkungan, dan sosial. Konsep triple bottom-line
dikembangkan oleh John Elkington, yang berargumen bahwa seharusnya sebuah bisnis juga
mempertimbangkan kemakmuran ekonomi, kualitas lingkungan, dan keadilan sosial. Konsep
ini juga disebut dengan konsep 3P (people, planet, profit). People (orang) berfokus pada
pentingnya praktik bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja.
Planet (planet) berfokus pada pengelolaan yang baik atas penggunaan energi yang berasal
dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Profit (keuntungan) menekankan bahwa
keuntungan tidak sekedar perusahaan mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya dengan
biaya serendah-rendahnya, tetapi lebih pada penciptaan fair trade dan ethical trade.

Perkembangan teori-teori dalam akuntansi menimbulkan banyaknya perspektif dalam


pelaksanaan akuntansi sebuah entitas. Berikut adalah teori-teori yang mendukung
berkembangnya persepektif akuntansi:
PROPIETARY THEORY (TEORI PEMILIK)
Teori pemilik ini muncul sejak abad kedelapan belas saat beberapa penulis mencoba
memperkenalkan logika akuntansi berdasarkan pada tujuan sebuah perusahaan, sifat
modal, dan pengertian akun dari sudut pandang pemilik usaha. Seluruh konsep-konsep,
prosedur-prosedur, dan pedoman-pedoman dalam akuntansi disusun berdasarkan
kepentingan pemilik. Sama halnya dengan sebuah perusahaan sebagai sebuah alat yang
digunakan pemilik, para pemegang saham, untuk mencapai tujuan mereka yaitu
meningkatkan kekayaan
1. Neraca (Balance Sheet)
Akun-akun dalam neraca memberikan penegasan terhadap teori pemilik melalui
sebuah persamaan:
A = Asset (aset)
L = Liability (kewajiban) AL=P
P = proprietorship (kepemilikan) yang mencerminkan kekayaan bersih pemilik bisnis
Charles Sprague menyimpulkan bahwa seluruh tujuan dari kegiatan bisnis adalah
untuk meningkatkan kekayaan, yaitu meningkatkan kepemilikan. Aset merupakan hak
pemilik dan kewajiban menjadi beban pemilik. Sehingga, tujuan akuntansi adalah
menentukan kekayaan bersih pemilik bisnis. Kesimpulan tersebut menyebabkan
beberapa akuntan meyakini bahwa nilai saat ini lebih relevan daripada biaya historis.
2. Keuntungan (Profit)
Prinsip kepemilikan (proprietorship) mencakup pendapatan (income) dan biaya
(expense). Pendapatan merupakan kenaikan dalam kepemilikan dan biaya merupakan
penurunan dalam kepemilikan. Sehingga, keuntungan merupakan peningkatan
kekayaan pemilik yang berasal dari operasi bisnis selama periode tertentu. Jika
keuntungan ditunjukkan dengan penjelasan tersebut, maka seluruh aspek yang
mempengaruhi perubahan kekayaan pemilik dimasukkan sebagai keuntungan.
Pertanyaan yang muncul dalam konsep keuntungan adalah apakah seluruh
peningkatan nilai tetap dicatat walaupun tidak ada transaksi eksternal yang terjadi?
Saat Teori Pemilik diterapkan, maka peningkatan tersebut harus dicatat. Contohnya
adalah saat aset disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka akan ada kenaikan
nilainya walaupun belum terealisasi (dijual). Argumentasinya adalah kenaikan
kekayaan bersih pemilik harus diperhitungkan, walaupun kenaikan ini masih belum
pasti sampai aset tersebut dijual kepada pihak lain.
3. Efek terhadap Praktik (Effect on Practice)
Praktik akuntansi saat ini didasarkan pada Teori Pemilik. Contohnya adalah dividen
dipertimbangkan sebagai distribusi keuntungan daripada biaya karena merupakan
pembayaran kepada pemilik. Sebaliknya, bunga utang dan pajak penghasilan
dipertimbangkan sebagai biaya karena keduanya mengurangi kekayaan pemilik.
Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode perusahaan induk didasarkan pada teori
pemilik. Perusahaan induk dilihat sebagai pemilik anak perusahaan, sehingga dengan
pendekatan kepemilikan, tindakan logis apabila mempertimbangkan penurunan nilai
utang anak perusahaan sebagai keuntungan perusahaan induk.
4. Konsep Modal Keuangan (Financial Capital Concept)
Teori pemilik melihat tidak adanya perbedaan antara aset pemilik dengan aset entitas.
Oleh karena itu, seluruh keuntungan entitas dapat didistribusikan kepada pemilik
perusahaan. Jika entitas membutuhkan tambahan sumber daya, dana yang diperlukan
disediakan oleh pemilik. Sudut pandang teori pemilik memelihara nilai keuangan dari
modal entitas dengan memperhatikan perubahan akun-akun modal. Dari sudut
pandang ini, modal merepresentasikan kas yang diinvestasikan oleh pemilik ditambah
keuntungan yang diinvestasikan kembali pada bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi
sudut pandang modal keuangan dan ini merupakan posisi yang diambil dalam praktik
akuntansi tradisional.
Untuk beberapa orang yang mempercayai pemeliharaan modal keuangan, modal
berhubungan dengan kemampuan untuk menginvestasikan sejumlah uang pada akhir
periode pelaporan dalam jumlah yang sama dengan yang diinvestasikan pada awal
periode pelaporan. Keuntungan merupakan kas yang diterima perusahaan melebihi
kas yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Secara ringkas, sudut pandang
kepemilikan memelihara nilai keuangan modal entitas dengan memperhatikan
perubahan akun.
5. Pembatasan-pembatasan (Limitations)
Sudut pandang teori pemilik dikembangkan saat bisnis masih sederhana, kebanyakan
masih berbentuk perusahaan perorangan dan persekutuan komanditer (partnership).
Tetapi, dalam perkembangan lebih lanjut terbukti bahwa teori ini tidak memadai
sebagai basis untuk menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum, perusahaan
merupakan entitas yang berbeda dari pemilik, baik hak maupun kewajibannya.
Perusahaanlah yang menguasai aset dan terbebani utang-utang, bukannya
pemilik/pemegang saham.

Namun, perusahaan-perusahaan besar secara tidak langsung sering dihubungkan dengan


satu atau beberapa individu kunci atau organisasi pengendali. Sebagai contoh, adalah
penguasaan mayoritas saham Telstra oleh Pemerintah Australia dan aktifitas-aktifitas
korporasi dari keluarga Murdoch dan Parker. Untuk kasus-kasus tertentu, teori
kepemilikan/sudut pandang pemilik tidak bisa secara langsung dianggap tidak relevan.

ENTITY THEORY
Teori Entitas diformulasikan sebagai respon dari Teori Pemilik yang berkonsentrasi pada
status yang terpisah dari suatu perusahaan. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa
perusahaan itu entitas terpisah dan perusahaan memiliki identitas sendiri. Teori ini lebih
dari "accounting entity assumption" yang memandang secara terpisah bisnis dan urusan
pribadi.
Martin menguraikan dua asumsi yang berhubungan mewujudkan ide dari entitas
akuntansi:
a. Pemisahan, untuk kepentingan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.
b. Sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.

Meskipun teori entitas sangat sesuai untuk akuntansi dari korporasi, pendukungnya
percaya bahwa teori ini dapat digunakan untuk proprietorship, partnership, dan bahkan
organisasi non-profit, asalkan:

a. Akun dan transaksinya diklasifikasikan dan dianalisa dari sudut pandang entitas
sebagai unit operasi.
b. Prinsip akuntansi dan prosedurnya diformulasikan sebagai single interest seperti
pada proprietorship.
1. Pandangan Teori Entitas
Pandangan lama mengatakan bahwa bisnis perusahaan beroperasi untuk keuntungan
dari pemegang saham, menyediakan dana untuk entitas. Oleh karena itu entitas harus
melaporkan kepada pemegang saham tentang status dan konsekuensi dari investasi
mereka.
Sedangkan pandangan yang baru tentang teori entitas ini menginterpretasikan entitas
sebagai bisnis itu sendiri dan tertarik pada kelangsungan hidupnya. Karena ini lebih
konsen pada kelangsungan hidup, entitas bisnis melaporkan kepada pemegang saham
dalam rangka memenuhi ketentuan hukum dan untuk menjaga hubungan baik dengan
hal mereka dalam memerlukan dana di masa depan.
2. Neraca
Kekayaan bersih tidak begitu berarti dalam konsep ini, karena entitas merupakan
pusat perhatian. Pemilik dan kreditor pemilik dan kreditur dipandang sebagai
pemegang ekuitas, yaitu penyedia dana. Persamaan akuntansinya adalah :
Aset = Ekuitas
3. Laba
untuk teori entitas, penekanan ada pada penentuan keuntungan dan karena itu laporan
laba rugi adalah lebih relevan daripada neraca. Laba ditekankan untuk dua alasan:
a. Pemegang saham tertarik pada laba, karena jumlah ini menunjukan hasil dari
investasi pada suatu periode
b. Alasan kenapa perusahaan tetap ada adalah untuk menciptakan laba. Ini
penting bagi kelangsungan perusahaan.

Laba adalah sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan. Sesungguhnya laba pada teori
entitas harus di definisikan dari perubahan dari asset bersih dari perusahaan dari pada
"modal". penekanannya adalah pada pendapatan dan biaya: keuntungan hanyalah
perbedaan.

4. Konsep Modal Fisik (Physical Capital Concept)


Konsep modal fisik berkaitan dengan teori entitas dimana entitas harus dapat
mempertahankan kapasitas operasi fisik perusahaan dalam menghasilkan barang
dan/atau jasa. Entitas perlu memiliki kemampuan untuk mencapai level fisik yang
sama dari produksi pada akhir periode seperti pada awalnya. Pada konsep ini,
pemeliharaan modal meliputi memelihara kapasitas operasi perusahaan untuk
menggantikan asset yang dimiliki perusahaan pada awal periode. Laba dihasilkan
setelah kemampuan perusahaan untuk menggantikan asset awal yang dipertahankan.
Kerangka IASB/AASB mendefinisikan pemeliharaan modal sebagai kapasitas
produksi fisik (kemampuan operasi), yang mana konsisten dengan konsep modal fisik.
5. Konsep Modal Keuangan dibanding Konsep Modal Fisik
Perbedaan mendasar dari Teori Entitas dan Teori Pemilik adalah pada laba,
perubahannya pada nilai moneter dari aset dan kewajiban termauk pada penentuan
profit pada kepemilikan model, tapi tidak termasuk pada model entitas.
Pendukung dari Teori Pemilik ( financial capital ), yang juga percaya bahwa biaya
akuntansi, menegaskan bahwa perubahan dari nilai aset dan kewajiban merupakan
holding gains and losses.
Sedangkan pada teori entitas, mereka berpendapat bahwa kenaikan dari harga suatu
barang yang pada perusahaan yang masih terus berlanjut bisnisnya bukan merupakan
elemen dari laba, tapi merupakan 'capital maintenance adjustment' yang ditempatkan
pada ekuitas. Jumlah ini biasanya menggantikan asset.
FUND THEORY
Fund theori diusulkan oleh William Vatter karena dia menganggap teori pemilik dan
entitas tidak relevan karena mengambil pandangan pribadi orang sehingga bisa menjadi
bias. Teori Dana berupaya meninggalkan hubungan pribadi yang dianjurkan oleh Teori
Pemilik dan personalisasi entitas yang dianjurkan Teori Entitas.
Konsep teori ini menganggap bahwa entitas merupakan sebuah unit dana, di mana
kewajiban tertentu ditetapkan sebagai batasan-batasan terhadap pengguna aset. Menurut
konsep teori ini, persamaan akuntansi adalah sebagai berikut:

Aktiva = Pembatasan
Konsep teori ini berorientasi pada laporan sumber dana dan penggunaan dana, yaitu
laporan yang menggambarkan dari mana saja sumber dana diperoleh dan untuk apa saja
dana dikeluarkan. Dalam Teori Dana, neraca dianggap sebagai 'inventory statement' dari
aset dan batasan-batasan yang berlaku untuk aset. Penyusunan informasi dan metode
penilaian akan bervariasi tergantung pada tujuan digunakannya neraca. Sebagai contoh,
sebuah neraca untuk tujuan kredit akan berbeda dari yang disajikan kepada pemegang
saham.
Pendapatan merupakan kenaikan aset pada dana yang benar-benar bebas dari pembatasan
ekuitas selain pembatasan akhir yang dikenakan oleh ekuitas residual.
Beban adalah pemberian layanan untuk tujuan tertentu yang ditentukan dalam tujuan
dana. Definisi ini mencakup konsep 'biaya yang menghasilkan pendapatan', dalam
pengertian yang lebih luas juga berlaku bagi organisasi nirlaba juga.
1. Arus Kas
Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa:
a. Arus kas kurang berkorelasi dengan laba yang dilaporkan daripada dana dari
operasi
b. Arus kas lebih baik dalam memprediksikan arus kas yang sebenarnya daripada
yang melaporkan laba atau dana dari operasi

Sebagai bukti empiris tersebut menunjukkan bahwa meskipun merupakan argumen


Vatter benar, konsep dana yang paling tepat adalah konsep kas.

Prinsip utama yang ditetapkan untuk penyusunan laporan arus kas adalah sebagai
berikut:

Aktifitas Operasi (Operating Activities)


Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari kegiatan utama perusahaan (yang
biasa disebut operasional perusahaan), yang tercermin dari Laporan Laba/Rugi
perusahaan
Aktifitas Investasi (Investing Activities)
Arus kas (masuk/keluar) yang berasal dari aktivitas-aktivitas investasi. Kegiatan
yang digolongkan ke dalam kelompok ini adalah semua kegiatan kas yang
terkait dengan aktifitas pembelian/penjualan aset perusahaan
Aktifitas Pendanaan (Financing Activities)
Arus kas yang berasal dari transaksi utang (kewajiban) perusahaan, baik yang
berupa penambahan maupun pelunasan utang. Arus kas yang berasal dari
penerbitan saham atau instrument sekuritas lainnya pun dimasukkan ke dalam
kelompok ini

COMMANDER THEORY
Goldbert berpendapat bahwa baik Teori Pemilik dan Teori Entitas yang didasarkan pada
kepemilikan, merupakan konsep yang sulit untuk didefinisikan dan dianalisis. Dalam
konsep teori ini, yang menjadi pusat perhatian dari penyajian informasi akuntansi bukan
pada pemilik maupun entitas, melainkan pada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan atau
wewenang untuk melakukan pengendalian ekonomi secara efektif atas sumber daya
perusahaan. Penekanan informasi menurut konsep teori ini adalah terletak pada
pertanggungjawaban atau stewardship, dengan kata lain bagaimana pihak-pihak yang
telah diberikan kepercayaan (commander) mengelola sumber daya perusahaan yang
dipercayakan tersebut.
Pada dasarnya pemilik tunggal perusahaan adalah commander, sedangkan dalam sebuah
perusahaan besar, pemegang saham adalah bagian pemilik perusahaan, tapi dia tidak
menguasai sumber daya perusahaan. Komando atas sumber daya perusahaan hirarkinya
ada di tangan komandan, yang disebut 'commander' oleh Goldberg. Neraca lebih ke
pernyataan pertanggungjawaban daripada kepemilikan (pernyataan akuntabilitas). Neraca
merupakan laporan yang menunjukan sumber daya yang dipercayakan kepada
commander dibawah kendalinya, tetapi ia tidak memilikinya. Sedangkan, laporan laba
rugi adalah penjelasan dari hasil kegiatan-kegiatan dalam periode tertentu oleh
Commander dan timnya, sesuai dengan sudut pandang mereka.

Investor Theory
Berdasarkan tujuan akuntansi yaitu memberikan informasi kepada pemasok modal,
Staubus berpendapat bahwa fungsi akuntansi dan laporan keuangan harus mengambil
sudut pandang investor. Investor adalah pemegang saham dan kreditur. Persamaan
akuntansi dalam teori ini adalah:

Aset = Ekuitas spesifik + Ekuitas residual


Ekuitas spesifik adalah kewajiban dan saham preferen. Dalam kebanyakan kasus, untuk
perusahaan, ekuitas residual setara dengan ekuitas saham biasa. Hanya dalam hal ekuitas
saham biasa dihapuskan ekuitas saham preferen akan menjadi ekuitas residual. Persamaan
akuntansi ini mengungkapkan ketergantungan ekuitas residual pada nilai-nilai aset dan
ekuitas spesifik
Investor menginginkan informasi untuk memprediksi penerimaan kas masa depan sebagai
hasil dari hubungan mereka dengan perusahaan tertentu. Staubus menyatakan bahwa
penerimaan kas masa depan investor bergantung pada:
Kapasitas moneter perusahaan mengucurkan uang tunai. Ini berkaitan dengan
kepemilikan perusahaan akan uang tunai pada saat invesors berharap untuk dibayar.
Laporan keuangan dapat memberikan dasar untuk memprediksi jumlah kas masa depan
Kesediaan manajemen untuk membayar investor. Informasi tentang hal ini dapat
diperoleh secara tidak langsung dengan pengetahuan mengenai kebutuhan kas perusahaan
untuk penggantian maupun ekspansi, persyaratan utang, dll. Laporan keuangan membantu
investor memastikan kesediaan perusahaan untuk mengucurkan uang tunai kepada
mereka.
Prioritas hukum atas klaim investor. Informasi pada faktor ketiga dapat diperoleh oleh
investor di luar laporan keuangan.
Teori Investor menekankan kebutuhan pengguna eksternal, khususnya, pemegang saham.
Meskipun teori kepemilikan juga termasuk pemegang saham, mereka dipandang sebagai
pemilik yang memiliki kekuatan lebih dari yang benar untuk perusahaan. Teori Staubus
melihat pemegang saham sebagai investor dengan sedikit kekuasaan untuk menentukan
apa yang terjadi di perusahaan, dan oleh karena itu, harus bergantung pada laporan
keuangan. Karena fokus terhadap investor, kebutuhan akan informasi arus kas menjadi
tepat.

Enterprise Theory (Teori perusahaan)


Teori ini memandang perusahaan sebagai lembaga sosial dimana keputusan yang dibuat
mempengaruhi beberapa pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut adalah pemegang
saham, karyawan, kreditor, pelanggan, berbagai lembaga pemerintah, dan masyarakat.
Konsep perusahaan lebih luas daripada entitas, karena melihat perusahaan memiliki
peran dalam masyarakat, sedangkan teori entitas memandang perusahaan sebagai sebuah
badan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan. Suojanen berpendapat bahwa
manajemen saat ini tidak menganggap dirinya hanya sebagai wakil dari pemegang
saham, tetapi sebagai pelindung perusahaan, bertanggung jawab untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian, manajer melakukan fungsi
meditatif diantara berbagai pihak yang berkepentingan.
1. Keuntungan Nilai Tambah
Sebagai lembaga sosial, perusahaan besar harus dievaluasi dari segi tanggung
jawabnya, seperti yang disebutkan sebelumnya, yang berhubungan dengan output,
karena ini adalah kontribusinya kepada masyarakat. Suojanen percaya bahwa
pendekatan nilai-tambah terhadap penghasilan adalah yang terbaik mengungkapkan
kontribusi ini. Idenya adalah menentukan nilai yang diciptakan oleh perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Suojanen mengusulkan pernyataan tambahan untuk
mengungkapkan nilai-tambah penghasilan dan sumber atau distribusi antara para
peserta dari perusahaan yaitu berupa laporan nilai tambah.
Pernyataan nilai-tambah menunjukkan aliran barang yang dijual, kontribusi
perusahaan kepada masyarakat, diimbangi dengan aliran pendapatan dalam arah
yang berlawanan ke berbagai penerima. Nilai penjualan perusahaan adalah
pendapatan ke sejumlah pihak di masyarakat.
2. Implikasi
Teori Perusahaan adalah pelopor dari konsep akuntansi sosial, dimana laporan laba
rugi sosial adalah turunannya. Sudut pandangnya adalah dari kelompok peserta yang
memperoleh pendapatan melalui usaha gabungan mereka di perusahaan. Sudut
pandang ini berfokus pada kebutuhan bagi mereka peserta untuk bekerja sama jika
perusahaan ingin bertahan dan terus menciptakan penghasilan bagi mereka.
Meskipun Teori Perusahaan bertentangan dengan pandangan tradisional bahwa
pendapatan bisnis untuk pemilik, ini mungkin teori dimana waktu yang akan
menjawabnya.
3. Konsep Nilai Deprival
Dalam konsep nilai deprival, aset dinilai dari jumlah yang mewakili kerugian yang
mungkin terjadi yang harus dikeluarkan oleh suatu entitas jika entitas kehilangan
potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut pada tanggal
pelaporan.
Sehingga nilai entitas dalam banyak kasus akan diukur oleh biaya penggantian jasa
atau manfaat saat ini yang diwujudkan dalam bentuk aset, mengingat bahwa nilai
deprival biasanya akan mewakili biaya dihindari sebagai akibat dari pengendalian
aset dan biaya penggantian merupakan jumlah kas yang dibutuhkan untuk
memperoleh aset setara atau identik.
Dalam kasus di mana dinyatakan bahwa aset tidak dapat diganti, aset harus dinilai
pada nilai bersih sekarang (net present value) dari arus kas yang diharapkan dari
penggunaan terus menerus dan pembuangan selanjutnya dari aset.

Anda mungkin juga menyukai