Anda di halaman 1dari 6

SOAL 1

1. Judul: pengaruh Leverage, Profitabilitas, Arus Kas, Ukuran Perusahaan, dan Opini
Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern.
2. Rumusan Masalah Penelitian:
- Apa pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern?
- Apa pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern?
- Apa pengaruh Arus Kas terhadap Opini Audit Going Concern?
- Apa pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern?
- Apa pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going
Concern?
Tujuan Penelitian:
- Untuk mengetahui pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern.
- Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern.
- Untuk mengetahui pengaruh Arus Kas terhadap Opini Audit Going Concern.
- Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going
Concern.
- Untuk mengetahui pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit
Going Concern.
3. Hipotesis Penelitian:
Pengaruh leverage pada opini audit going concern
Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage
umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan total
kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva menyebabkan
perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Makin
besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk dan dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Chen dan
Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil
daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Penelitian Carcello
dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan bahwa leverage
berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern.
Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,
2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis

1
profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio laba bersih sebelum
pajak dibagi penjualan bersih. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan
keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et al.
(2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk
memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H2: Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
Pengaruh arus kas pada opini audit going concern
Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan
kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus
memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien. Salah
satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Ross,
Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010) menyatakan
bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka perusahaan dapat
menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban dan financial distress
sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H3: Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going concern
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan dengan
total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang. Ballesta dan
Garcia (2005) dalam Junaidi dan Hartono (2010) berpendapat bahwa perusahaan
besar mempunyai manajemen yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan
berkemampuan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas jika dibandingkan
perusahaan kecil. Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan
negara di Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa

2
perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress. Oleh
karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going concern
dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun
mendatang. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern.
Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going concern
Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004),
Setyarno dkk (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra
(2010) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun
sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan
menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan semakin besar
kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H5: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going
concern.
4. Cara membuat rumusan hipotesis penelitian yang baik adalah memenuhi kriteria
seperti:
- Merupakan dugaan terhadap variabel mandiri, perbandinga keadaan variabel pada
berbagai sampel, atau dugaan hubungan antara dua atau lebih variabel.
- Dinyatakan dengan kalimat yang jelas, tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
- Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah.

( )
5. ln 1 = o + 1.X1 + 2.X2 + 3.X3 + 4.X4 + 5.X5

= 7,827 + 3,537Leverage 2,042Profitabilitas 4,866Arus Kas -


0,487Ukuran Perusahaan + 5,897Opini Audit Tahun Sebelumnya

6. Kriteria Pengujiannya: = 5%
H1,2,3,4,5 ditolak jika p > 0,05
H1,2,3,4,5 diterima jika p 0,05
a. p = 0,006 < 0,05, maka hipotesis (H1) diterima
b. p = 0,044 < 0,05, maka hipotesis (H2) diterima
c. p = 0,033 < 0,05, maka hipotesis (H3) diterima
d. p = 0,032 < 0,05, maka hipotesis (H4) diterima

3
e. p = 0,000 < 0,05, maka hipotesis (H5) diterima
Soal 2
1. Pengujian hipotesis merupakan proses yang kompleks, terutama jika data yang diteliti
berupa data sampel. Pengujian hipotesis merupakan proses pembuatan keputusan
menggunakan estimasi statistik sampel terhadap parameter populasinya, peneliti harus
menyadari adanya kemungkinan kesalahan dalam menolak atau mendukung suatu
hipotesis. Pengujian hipotesis memerlukan elemen-elemen, antara lain pernyataan
hipotesis yang dapat dirumuskan ke dalam H0 atau H1, penentuan daerah penerimaan
atau penolakan berdasarkan kriteria keputusan (tingkat sig) dan teknik pengujian satu
atau dua sisi, penghitungan statistik terhadap data yang dikumpulkan, dan pembuatan
kesimpulan menolak atau mendukung hipotesis.
2. Sehubungan dengan pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan, kita kemungkinan
akan membuat dua macam kekeliruan. Pertama adalah kekeliruan tipe I dan
kekeliruan tipe II. Kekeliruan tipe I terjadi ketika kita menolak hipotesis yang
seharusnya kita terima. Kekeliruan tipe I disebut juga dengan (alfa). Kedua adalah
kekeliruan tipe II. Kekeliruan tipe II ini terjadi ketika kita menerima hipotesis yang
seharusnya kita tolak. Kekeliruan tipe II disebut juga dengan (beta). Alfa dipandang
lebih perlu mendapat penekanan daripada beta. Hal ini karena manusia
berkecenderungan melakukan alfa daripada beta.

3. Faktor faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode statistik untuk
pengujian data, yaitu:
a. Kecocokan/kesesuaian metode
b. Kehandalan/ketangguhan
c. Kepekaan
d. Kecepatan/kemudahan
e. Kepraktisan/fleksibel
f. Keamanan
4. Analisa bivariate adalah untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara variabel
dependen dan independen, peneliti menggunakan uji perbedaan yaitu uji chi- squeare

4
dan uji alternatifnya adalah uji fisher. Uji chi-squeare adalah salah satu uji statistic
non-parametik (distibusi dimana besaran besaran populasi tidak diketahui) yang
cukup sering digunakan dalam penelitian yang menggunakan dua variabel, dimana
skala data kedua variabel adalah nominal atau untuk menguji perbedaan dua atau
lebih proporsi sampel. Uji Fisher merupakan uji yang digunakan untuk melakukan
analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya yang relatif kecil
(biasanya kurang dari 20) dengan skala data nominal atau ordinal.
Wilcoxon adalah uji non-parametrik untuk mengukur signifikansi perbedaan antara 2
kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak
normal. Uji Wilcoxon merupakan uji alternatif dari uji t test apabila tidak memenuhi
asumsi normalitas. Asumsi atau syarat dari uji ini antara lain: 1. Variabel dependen
berskala data ordinal atau interval/rasio tetapi berdistribusi tidak normal. 2. Variabel
independen terdiri dari 2 kategori yang bersifat berpasangan. 3. Bentuk dan sebaran
data antara kedua kelompok yang berpasangan adalah simetris.
Mann Whitney adalah uji non parametris yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan median 2 kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah
ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal. Asumsi yang harus
terpenuhi dalam Mann Whitney U Test, yaitu: 1. Skala data variabel terikat adalah
ordinal, interval atau rasio. 2. Data berasal dari 2 kelompok. 3. Variabel independen
satu dengan yang lainnya Varians kedua kelompok sama atau homogen.

Soal 3

Departemen
Produksi Marketing Keuangan Akuntansi Jumlah
Jumlah pegawai awal 108 57 16 23 204
tahun
Pegawai yg kelar thn ini 20 13 4 3 40
Persentase 50% 32,5% 10% 7,5% 100%

5
Terdapat perbedaan persentase pegawaai yang mengundurkan diri antar departemen. Pada
departemen produksi mencapai angka 50% di departemen marketing sebesar 32,5%,
keuangan dan akuntansi 7,5%.

Anda mungkin juga menyukai