OLEH:
NIM: 10110015
TABANAN
2014
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI DESA WISATA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENDIDKAN MASYARAKAT DI DUSUN
PINGE, DESA BARU, KECAMATAN MARGA,
KABUPATEN TABANAN, BALI
SKRIPSI
Diajukan kepada
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Saraswati
untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program
OLEH:
NIM: 10110015
TABANAN
2014
SKRIPSI
MENYETUJUI
Drs. Dewa Nyoman Wija Astawa, M.Pd Dra. Ni Wayan Sadri, M.Pd
Diterima oleh 1105
NIP. 1965 Panitia Ujian
1991 03 Fakultas
1002 Pendidikan Ilmu
NIP.Pengetahuan Sosial02IKIP
1960 1231 1986 2002
Saraswati Tabanan guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan
Pada
Hari :
Tanggal :
MENGESAHKAN
Ketua Ujian
Sekretaris Ujian
Ananda tahu......
tanda bukti
Dan cinta ananda, diiringi doa dan restumu,
perjuangan.
kucintai
Murni
Ananda
I Wayan Agus
Wiraguna
MOTTO
TIADA GADING YANG TAK RETAK.
KEGAGALAN ADALAH AWAL DARI
KEBERHASILAN, TIADA HIDUP TANPA
MASALAH, DAN TIADA MASALAH
TANPA JALAN KELUAR...
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puja Syukur dihaturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
yang Maha Esa, berkat rahmat Nyalah sehingga karya ilmiah yang berbentuk
memenuhi salah satu kewajiban dan tugas dalam menempuh ujian Sarjana
1. Bapak Dr. Ir. I Gusti Ngurah Raka Haryana, M.S. Selaku Rektor Keguruan
3. Bapak Drs. Dewa Nyoman Wija Astawa, M.Pd. selaku Ketua Jurusan
4. Ibu Dra. Ni Wayan Sadri, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak
terselesaikan.
6. Bapak I Ketut Sudiarta, S.Sos selaku Kepala Desa Baru yang telah
7. Bapak I Wayan Ngantera Selaku Kepala Dusun Pinge yang telah banyak
penelitian ini. Serta teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu
sekalian sesuai dengan amal baktinya. Sebagai akhir kata tidak lupa diucapkan
mohon maaf lahir dan batin bila ternyata di dalam penyajian karya ilmiah ini
Penyusun
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI DESA WISATA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP PENDIDKAN MASYARAKAT DI DUSUN
PINGE, DESA BARU, KECAMATAN MARGA,
KABUPATEN TABANAN, BALI
Oleh
NIM: 10110015
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.............................................................................................
ABSTRAK............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................
1.3. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN.........................................................
1.5 SIGNIFIKANSI PENELITIAN................................................................
1.6 PENJELASAN ISTILAH.........................................................................
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................
2.1 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.....................................................
2.1.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat..........................................................
2.1.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat...........................................................
2.1.3 Strategi Pemberdayaan................................................................................
2.1.4 Bentuk-Bentuk Kegiatan Pemberdayaan.................................................
2.2 PENGERTIAN DESA WISATA..............................................................
2.3 KERANGKA BERFIKIR.........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................
3.1. METODE PENENTUAN SUBYEK PENELITIAN..............................
3.1.1 Subyek Penelitian.........................................................................................
3.1.2 Sampel Penelitian.........................................................................................
3.2 METODE PENGUMPULAN DATA.......................................................
3.2.1 Metode Pengumpulan Data Sekunder.....................................................
3.2.2 Metode Pengumpulan Data Primer..........................................................
3.3 METODE ANALISA DATA.....................................................................
3.3.1 Metode Pengolahan Data Komparatif.....................................................
3.3.2 Metode Pengolahan Data Deskriptif....................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................
4.1 TINJAUAN SINGKAT SEPUTAR DESA WISATA PINGE................
4.1.1 Sejarah Desa Pinge........................................................................................
4.1.2 Keadaan Geografis Desa Wisata Pinge...................................................
4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Wisata Pinge..................................................
4.2 HASIL PENELITIAN...............................................................................
4.2.1 Latar Belakang Terbentuknya Desa Wisata Pinge................................
4.2.2 Bentuk-bentuk Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Desa Wisata Pinge..........................................................
4.2.3 Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Desa Wisata Pinge Terhadap Masyarakat Sekitar Dalam Bidang
Pendidikan.....................................................................................................
BAB V PENUTUP................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................
DAFTAR TABE
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
.1 LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk
rangka pembangunan nasional sangat besar, peran tersebut antara lain berupa
prasarana yang ada disuatu obyek pariwisata akan berdampak pada semakin
pariwisata.
Obyek pariwisata dengan kualitas yang tinggi, akan berdampak pada
13
wisatawan. Dengan tidak mengesampingkan kemudahan akses terhadap
kunjungan wisatawan.
Sehubungan dengan hal ini maka pengembangan desa wisata merupakan
setempat sangat penting, terkait dengan dasar dan arah pengembangan desa
serta ciri khas budaya setempat dengan kata lain pengembangan kegiatan
pariwisata tidak terlepas dari ciri kegiatan masyarakat perdesaan yang telah
desa wisata pada tahun 2010. Desa Wisata Pinge merupakan salah satu desa
yang memiliki potensi alam dan budaya yang sangat besar. Potensi tersebut
saat ini telah dimanfaatkan sebagai atrakasi wisata (tourist attraction) dengan
14
tersebut tidaklah terlepas dari campur tangan pihak pengelola sebagai
inisiator dalam rangka mewujudkan Desa Wisata Pinge yang banyak diminati
wisatawan.
Selain lokasinya yang masih alami dan asri. Potensi alam dan budaya yang
TABANAN, BALI
15
3. Apakah dampak pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Desa
adalah:
1. Mendeskripsikan latar belakang terbentuknya Desa Wisata Pinge
2. Mendeskripsikan Bentuk-bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan
1. Manfaat Teoritis
16
2. Manfaat Praktis
menjadi perhatiannya
2. Pengembangan Desa Wisata
Pengembangan berasal dari kata kerja berkembang yang berarti; a)
bagaimana sebuah desa dapat berkembang dan sebagai pusat wisata yang
17
dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaannya
(Marpaung, 2000).
3. Desa Wisata Pinge
ini memiliki potensi wisata alam, sejarah dan budaya. Desa ini telah
BAB II
LANDASAN TEORI
(Chambers,1996):
18
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. Kebebasan
yang dimaksud bisa diciptakan kelompok itu sendiri atau melalui fasilitasi
pemerintah.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
mempengaruhi mereka.
kuat.
karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah.
Melindungi harus dilihat dari upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang
19
kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar
kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek fisik dan
20
Seringkali upaya pemberdayaan diartikan dengan pemberian bantuan
fisik. Namun, seringkali bantuan tidak berlanjut dan setelah program selesai
masyarakat agar dapat mandiri dalam mengelola potensi sumber daya yang
mereka miliki. Warisan budaya, adalah sumber daya yang perlu dimanfaatkan
masyarakat tidak hanya diarahkan pada kemajuan secara fisik atau materi,
21
yang dimiliki oleh masyarakat yang akan diberdayakan terlebih dahulu harus
akses dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi lebih
berdaya. Untuk itu, perlu ada program khusus untuk masyarakat yang kurang
penguasa. Oleh karena itu, perlindungan dan keberpihakan kepada yang lemah
yang menyeluruh. Dalam hal ini, arkeolog tidak dapat bekerja sendiri, karena
22
upaya ini perlu melibatkan inisiatif dari berbagai pihak, karena lembaga
modal sosial. Modal sosial sangat terkait dengan organisasi sosial, ikatan atau
upaya pelestarian situs. Hal ini sangat dimungkinkan karena dengan modal
solidaritas komunal yang sangat tinggi. Hal ini dapat berdampak, masyarakat
23
kebersamaan (Fukuyama, 2002:3-6). Dalam konteks pemberdayaan, kesediaan
berperilaku mengikuti aturan, inilah menjadi salah satu tujuan guna upaya
pelestarian situs.
yang dilarang. Hal ini penting untuk ditanamkan, khususnya pada generasi
situs yang rawan akan konflik kepentingan yang sarat akan pelanggaran-
pelanggaran situs.
temuan dan interpretasi data arkeologis yang dilakukan oleh para arkeolog.
sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban ilmiah para peneliti yang telah
24
dipergunakan dorongan moral bagi pengaktualisasian eksistensinya (Sutaba,
2000)
secara langsung paling cepat dan konkrit dirasakan hasilnya oleh masyarakat di
pemberdayaan,diantaranya:
making)
b. Program pengembangan karir (career development program)
c. Gaya kepemimpinan (leadership style)
25
d. Derajat tekanan yang dialami oleh karyawan(the degrees of stress
experienced by employees)dan
e. Budaya organisasi (the culture of the organisastion)
2. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukkan sebagai upaya meningkatkan
kerusakan lingkungan.
3. Pemberdayaan sosial-budaya, bertujuan meningkatkan kemampuan
memilikan tema dengan mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari tatanan segi
kehidupan sosial budaya dan ekonomi serta adat istiadat keseharian yang
suatu bentuk integrasi tantara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang
26
disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
mencerminkan keaslian pedesaan, arsitektur bangunan dan tata ruang desa, serta
kebutuhan lainnya.
Nuryanti (1993) juga menyatakan bahwa terdapat dua konsep yang utama
sejak awal bila masyarakat setempat bukan sebagai obyek pasif namun justru
apa yang dihasilkan oleh desa akan dinikmati oleh masyarakatnya secara
27
Dalam pelaksanaan pariwisata berbasis komunitas khususnya bagi
pendekatan yaitu:
dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi dapat dikontrol dengan
arsitektur yang tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal menjadi sebuah
28
museum desa untuk menghasilkan biaya untuk perawatan dari rumah
tersebut.
b. Mengkonservasi keseluruhan desa dan menyediakan lahan baru untuk
fasilitas wisata.
c. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi di dalam wilayah desa
kecil.
perkembangan pesat dan terjadi suatu fenomena yang sangat global dengan
baik perubahan pola, bentuk, dan sifat kegiatan, dorongan orang untuk melakukan
perhotelan, restoran, dan penyelenggaraan paket wisata atau tour dan travel. Di
samping itu pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi
mana saja (footlose). Oleh sebab itu pembangunan wisata dapat dilakukan di
29
Industri pariwisata sering dianggap sebagai jawaban untuk memperbaiki
masalah ekonomi akan dapat diatasi, hal ini dikarenakan industri pariwisata dapat
menciptakan lapangan kerja baru yang jelas akan dapat memberikan lebih banyak
peluang ekonomi, di samping juga dapat menjadi sarana untuk menjaga dan
Desa wisata merupakan salah satu bentuk wisata alternatif, yang dibentuk
sebagai reaksi atas berbagai dampak negatif dari wisata tradisional, yaitu dengan
melakukan suatu perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah yang masih alami
sadari pada dasarnya pariwisata merupakan suatu industri yang multi kompleks
membawa akibat atau dampak dan tidak jarang dapat merubah tata kehidupan
30
Berbagai peluang ataupun kesempatan bagi masyarakat setempat muncul
tinggi, sehingga orang akan meningkatkan pendidikan untuk meraih apa yang
warung makanan dan minuman, pemandu wisata dan lain-lain. Oleh sebab itu
31
BAB III
METODE PENELITIAN
tujuan itu di dalam penelitian digunakan suatu cara kerja yang dapat di
pertanggung jawabkan.
Seperti kita ketahui, bahwa dengan cara atau metode ilmiah, maka hasil
daripada penelitian itu akan dapat dipertanggung jawabkan pula secara ilmiah dan
akan memiliki nilai ilmiah. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian
adalah :
sebagai berikut :
dan dapat memberikan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
32
(Amirin,1988) Dengan demikian, subjek penelitian ialah sumber informasi dan
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan
kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa
dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara
dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. Dalam
namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
33
Sebagai pedoman pengambilan sampel pada penelitian ini penulis
menggunakn suatu sampling (menurut jumlah), ini berarti subjek yang dijadikan
penulis berpedoman pada pendapat : Sarjana Dr. Ny. Suharsini Arikunto yang
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah besar dapat diambil antara
sumber yang kedua. Data sekunder ini diperoleh tidak langsung dari sumber
34
dokumen adalah suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan segala macam dokumen. Dokumen yang dimaksud ini antara lain
undang.
Dalam penelitian ini kajian yang diperoleh dari literatur sedangkan
Wisata Pinge.
agar mau memberikan jawaban maupun informasi atas pengelolaan desa wisata.
Bentuk wawancara yang dilakukan dengan wawancara perorangan
satu orang informan. Misalnya, wawancara dengan Ketua Kelompok Sadar Wisata
wisata.
Misalnya, wawancara dengan Pemandu wisata dan pedagang di sekitar
Desa Wisata Pinge. Dalam hal ini, saya menggabungkan jenis wawancara
wawancara secara langsung dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah dibuat
35
bebas dan berlangsung dalam kondisi tidak formal serta tidak kaku. Seperti,
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu kegiatan mengamati secara langsung objek
yang diteliti dengan mencatat segala sesuatu yang bisa dijadikan data atau bahan
nonpartsipan observer, artinya peneliti tidak ikut secara langsung dalam kegiatan
yang sudah dilaksanakan. Dalam hal ini, bisa melihat bentuk-bentuk kegiatan
wisata, gambar dan dokumen lain. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh
dokumnetasi gambar dari kamera sendiri yang diambil dari hasil observasi di
data.
d. Keabsahan Data
Yaitu teknik pemerikasaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari
luar data untuk keperluan pengecekkan atau pembanding terhadap data tersebut.
Hal ini akan dicapai dengan membandingakan data hasil wawancara di depan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi dan dokumen yang berkaitan.
Agar hasil penelitian ini memiliki derajat kepercayaan tinggi sesuai fakta di
36
keterlibatan peneliti dalam pengumpulan data di lapangan. Sehingga, semakin
lama peneliti melakukan observasi maka akan lebih mendalam mengenal karakter,
metode), triangulasi sumber data (memilih berbagai sumber yang sesuai). Dengan
mengecek catatan peneliti. Namun, ketika ada dokumentasi dari Pokdarwis Pinge
untuk memperoleh atau mengolah data tersebut antara lain metode pengolahan
membandingkan fakta yang diperoleh. Dari data yang diperoleh tersebut di analisa
37
Metode deskriptif adalah suatu cara mengolah data dengan mengadakan
BAB IV
38
HASIL PENELITIAN
usul dan keadaan daerah tersebut diketahui terlebih dahulu agar lebih
diterangkan bagaimana sejarah serta keadaan geografis dari Desa Pinge sebagai
Bali ] pada hari Rabu Kliwon Dungulan, tanggal 1, saka 1302 [ 1380
seperti antara lain Pura Madura, Pura Gunung Sari, Pura Beratan, Pura
Pacung dari Munduk Bias menuju Pucak Asah, kemudian istirahat di bawah
39
Disamping itu disekitar Taru Pinge beliau membangun Taman yang disebut
Taman Bagendra seperti nama beliau Sang Rsi Bagendra. Entah berapa lama
pergi menuju Pucak Asah, di sana Beliau melakukan Tapa Yoga Semadi dan
akhirnya Ida Sang Rsi Moksa sedangkan I Gusti Ngurah Pacung mendapat
Lama kelamaan daerah Taru Pinge didatangi dan ditempati oleh para
beraturan, disamping ada tinggal di sekitar Pura Natar Jemeng , ada juga
yang tinggal di Pinge Len, Banjar Tungging dan tinggal di Tegal Sepit.
Ketika jagat Bali [ Pulau Bali ] masih dikuasai oleh Raja-raja { Meratu
Bali ] daerah /wilayah Taru Pinge di kuasai oleh Puri Marga. Diceritakan Ida
Anak Agung Gede Pejenegan dari Puri Marga setiap hari mencium bau yang
bau harum tersebut berasal. Akhirnya diketahuilah bau yang harum tersebut
berasal dari bau bunga Taru Pinge yang ada di Gunung Lingga.
disekitar desa Taru Pinge adalah pradesa yang belum teratur, kemudian
40
4.1.2 Keadaan Geografis Desa Wisata Pinge
Desa wisata pinge adalah salah satu dari 4 desa / banjar yang
bagian dari Desa Admistratif Desa Baru dan Menjadi satu dengan
Adapun luas wilayah Desa Pakraman Pinge adalah 240,75 Ha yang meliputi /
peruntukan :
Sawah = 105 Ha
Tegalan = 40 Ha
41
Sebelah selatan : Tegal Sepit
yang ada di setiap karang dan pasti berada di sebelah utara ( Timur Laut
suatu keunikan, di Desa Pakraman Pinge hanya ada satu jalan yaitu
jalan utama yang letaknya menanjak ke utara. Jalan / rurung ini satu-
Pakraman Pinge. Jalan ini sudah beraspal dan kiri kanannya terdapat
Hita Karana yaitu daerah utama adalah dekat jalan, di madya atau
tengah untuk perumahan dan paling sisi belakang ( nista ) untuk teba.
pola Karang yang asli macam ruang yang dimiliki setiap keluarga adalah sama.
Meten adalah tempat untuk tempat tinggal dan tidur, bale dangin untuk tempat
tinggal dan upacara, Paon / dapur untuk memasak dan lumbung suatu
42
KK tidak sama. Ada sekelompok bangunan yang dimiliki oleh satu keluarga,
komunal warga karang. Satu karang dalam pola aslinya mempunyai satu bale.
Tapi dalam karang yang panjang dan dengan banyak KK jumlah bale biasanya
Hirarki dari ketiga macam bangunan yang fungsinya berbeda-beda itu berturut-
turut dari yang paling tinggi adalah Meten Bale Dangin, Paon dan Lumbung.
Pola aslinya Meten berada berderet di sebelah Utara, kemudian ke arah tengah
bale dangin, kea rah kelod / selatan Paon dan barat adalah Lumbung, Bale
dangin berfungsi sebagai tempat tidur keluarga dan juga sebagai tempat
kosali dan sikut karang bangunan. Banyak pula diantara karang secara fisik
masih utuh walaupun tidak bagus, tetapi fungsinya tetap. Selain itu bangunan
yang sudah dipugar banyak yang memakai bahan-bahan modern sesuai dengan
43
4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Wisata Pinge
Sedangkan jumlah penduduk Desa Pinge menurut Golongan Umur dapat kita
44
4.2 HASIL PENELITIAN
Desa Pakraman Pinge adalah salah satu Desa Wisata yang berada
Tabanan No.337 tahun 2004. Dilihat dari potensi Fisik Desa Pakraman
rumah adat yang masih kuno dan rapi, alam yang tertata rapi dan
dan juga upacara yadnya di pura-pura subak dan juga secara rutin
a. Potensi Fisik
Keunikan Desa Wisata Pinge adalah salah satu Desa Adat yang
45
purbakala ini disimpan dan disusung pada Pura Natar Jemeng. Jumlah
macam antara lain Patung atau patung Lingga Yoni, Patung Ganesa,
Siwa, binatang dan lain-lain. Saat ini benda cagar budaya ini dikelola
dan dilestarikan oleh Desa Adat bersama Arkeologi Bali. Pura ini
purbakala ], Pura Subak Gunung Sari, Pura puseh, Pura Melanting Desa
dan Pura Dalem . Pura-pura tersebut terletak berjejer dari utara desa
perkebunan warga.
alam nyata [ sekala] dan alam maya [ niskala ] baik secara vertikal
46
Penduduk Desa Pakraman Pinge adalah petani mempunyai keyakinan
secara Hindu seperti piodalan dan upacara lain yang dilakukan secara
umum di Bali, yang tampak menonjol adalah upacara khas petani yaitu
berhasil dalam mengolah tanah dengan tetap lancarnya air, hama yang
upacara mereka lakukan di pura milik subak, yaitu Pura Bedugul atau
desa pinge untuk membentuk desa wisata pinge. Desa Pakraman Pinge
sudah mulai dikenal di Manca Negara sebagai salah satu tujuan wisata
Khayangan Pura Natar Jemeng dan Pura lainnya yang ada di Desa
Pekraman Pinge.
47
2. Pariwisata alam dengan pemandangan desa yang indah, udara yang
sejuk, panorama desa yang asri dengan kebun dan pertamanan yang
48
a) Pengembangan dan penataan jalur tracking, Pura Puseh / Bale Agung
teba
Adapun sejumlah ide dasar yang dapat dirancang antara lain : dalam
sampai merubah tatanan kehidupan dan nilai -nilai sosial seperti rasa
yang sacral, setengah sacral dan yang profane. Perlu adanya diversifikasi
juga bermata pencaharian hidup dari pariwisata baik langsung maupun tidak
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana dan Sapta Pesona, maka peningkatan
49
a) Mengembangkan obyek wisata yang berkelanjutan
perusahaan.
Potensi pariwisata
Hita Karana
50
g) Melestarikan aset-aset budaya dan sumber daya alam
Lomba mancing
Parade seni
Lomba mancing
Penunjang Pariwisata :
51
a) Penginapan : 23 kamar
b) Toko : 2 buah
a. Kegiatan Keagamaan
secara tertentu jadwalnya, baik berdasarkan sIstem sasih ( bulan ) dan thithi
dengan pancawara (sistem hari berjumlah 5), sadwara (sistem hari berjumlah 6)
diselenggarakan oleh subak yang ada di Desa Adat Pinge. Urutan atau rincian
- Penguritan,
- Panyaeban
52
- Mesaba Dewa Nini
- Ngampung/manyi
maupun yang berlangsung kolektif di tingkat desa adat. Untuk kegiatan yang
level desa, kegiatan-kegiatan sosial di atas berlangsung cukup aktif dan tinggi
mempelajari :
- Geguritan
- Kekawin
- Kidung
Seperti halnya Desa Adat lainnya di Bali, Desa Adat Pinge juga
memiliki potensi kesenian yang cukup banyak. Ini bisa dimaklumi karena
53
kehidupan beragama ( Hindu ) pada masyarakat Bali memiliki integrasi dengan
sacral, semi sacral dan kesenian yang sifatnya profane sebagai tontonan.
Pakraman Pinge, tarian ini jenis dan bentuknya menyerupai tarian jogged dan
legong keraton dan keberadaan tarian leko sangat berkaitan dengan keberadaan
Keberadaan Tari Leko yang sekarang ini dilestarikan oleh sekaa Leko
MERDU KOMALA ASRI di Desa Pakraman Pinge ini tidak bisa dipisahkan
dari sejarah Pura Natar Jemeng ( Taru Pinge ) yang telah didirikan sekitar
Abad XIV oleh Putra kedua Rsi Madura bersama ibu tiri beliau. Hal ini dapat
terlihat dari lontar Buana Tattwa. Di dalam struktur bangunan pura Taru Pinge
terdapat berbagai macam arca peninggalan purbakala yang salah satunya ada
Pelinggih arca Bujangga yang mana menurut penuturan para penglingsir konon
taksu pada Beliau yang berstana disana. Sekitar Abad XVII para pengikut Putra
Rsi Madura yang berada di wilayah sekitar Pura Taru tersebut yakni
( masyarakat yang berada pada sisi selatan ) Pura Taru Pinge berkeinginan
(gamelan) diambil dari bamboo yang banyak tumbuh di wilayah tersebut. Pada
54
awal berdirinya kesenian Leko ini, penari dan penabuh melakukan gerakan
yang amat sederhana sekali. Namun para penabuh dan penari ini menjadi
sangat percaya diri setelah memperoleh taksu dari pelinggih Ratu Bujangga di
Pura Taru Pinge. Tarian leko pada awalnya ditarikan di Pura Taru Pinge,
namun sesuai dengan perkembangan zaman hingga Abad XIX tarian leko ini
berkembang dengan gerakan yang lebih dinamis bahkan yang dapat disaksikan
pada saat ini tarian leko ditarikan menyerupai tarian Legong Kraton.
c. Kegiatan Ekonomi
dan dajan Desa. Kalau sawah yang berada dajan desa menanam padi,
juga sebagai pengerajin dari usaha kerajinan kayu ukiran dan anyaman
bambu.
d. Atraksi Wisata
Desa Pakraman Pinge adalah satu desa yang memiliki panorama alam
yang sangat indah dengan ciri khas alam pedesaan, sawah dan budaya yang
55
Pemandangan alam pedesaan yang indah
Pendidikan.
Desa Wisata pinge sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak
pinge. Jika dilihat secara fisik, sebelum adanya desa wisata pinge, desa
pinge adalah desa yang masih sama dengan desa yang lainnya hanya
cagar budaya.
56
Secara fisik pengembangan desa wisata telah memberikan peluang
ekonomi yang telah disebut diatas. Sisi ekonomi lainnya dari pengaruh
57
kemampuan masyarakat desa pinge untuk melakukan kegiatan
pinge.
antusiasme tamatan SMP terhadap terlaksananya desa wisata ini. Hal tersebut
58
Tahun Lulus Melanjutkan ke Melanjutkan ke Tidak
No Jumlah
SMP SMA SMK Melanjutkan
11 2013 0 8 0 8
12 2014 0 10 0 10
Pinge, Desa Baru, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali sebagai tempat
peneliti mencari data. Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat adanya desa
masyarakat pinge. Hal ini dapat terlihat dari data yang di peroleh dalam
penelitian ini. Sebelum adanya desa wisata pinge, lulusan smp lebih memilih
di Sekolah Menengah kejuruan (SMK). Hal ini karena banyaknya siswa yang
wawancara terhadap seorang penduduk desa wisata pinge yang baru lulus SMP
Ni Made Ari Padmini, SMK dipilih karena dirasa lulusan SMK memiliki
wisata pinge tergolong kelas menengah kebawah sehingga jarang yang mampu
lulusan SMK sudah memiliki Skill yang lebih sesuai dengan keahlian yang
dipilihnya.
Adapun Persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini
59
N
Tahun Lulus SMP Melanjutkan Ke SMA Melanjutkan Ke SMK
o
1 2003 100% 0%
2 2004 100% 0%
3 2005 55% 45%
4 2006 38% 63%
5 2007 33% 67%
6 2008 56% 44%
7 2009 43% 57%
8 2010 13% 88%
9 2011 0% 100%
10 2012 17% 83%
11 2013 0% 100%
12 2014 0% 100%
1200%
1000%
800%
1200%
1100%
600% 1000%
900%
800%
700%
400% 600%
500%
400%
300%
200% 200%
100%
0% 0% 45% 63% 67% 44% 57%
100% 100% 55% 38% 33% 56% 43% 88% 100% 83% 100% 100%
0% 13% 0% 17% 0% 0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
bahasa seadanya penduduk desa wisata ini memiliki minat yang besar untuk
belajar bahasa inggris. Hal ini peneliti lihat dari seringnya para pemuda
60
menggunakan bahasa inggris saat bergaul dengan temannya. Ini disengaja
untuk menanamkan dasar kesenian Bali. Dimana nantinya kesenian ini akan
Dengan adanya desa wisata pinge, penduduk menjadi lebih sadar akan
61
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Hal ini dilihat dari potensi Fisik Desa Pakraman Pinge memiliki
peninggalan purbakala di Pura Natar Jemeng, Pola rumah adat yang masih
kuno dan rapi, alam yang tertata rapi dan mempunyai potensi untuk
pengembangan wisata agro. Secara non fisik Desa Pakraman Pinge ini
penataan jalur tracking, Pura Puseh / Bale Agung jalur sepanjang jalan
LEKO. Dengan adanya desa wisata pinge, penduduk menjadi lebih sadar
wisata ini. hal ini akan berdampak pula terhadap pendapatan dan
desa wisata.
2. Diharapkan pemerintah, pengelola dan masyarakat harus memperhatikan
Arlini, Wike Pramudya. 2003. Analisis Efektifitas Promosi Desa Wisata Candirejo
Magelang. Jawa Tengah : Jurusan Usaha Perjalanan Wisata Sekolah Tinggi
Pariwisata TRISAKTI.
Chambers, Robert. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts? Uner Kirdar
dan Leonard Silk (eds.), People: From Impoverishment to Empowerment.
New York: New York University Press, 1995, hlm 98
TABEL WAWANCARA
Desa, Sekretaris Desa dan Kepala Dusun Pinge, Pengelola Pokdarwis Pinge,