Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek atau
tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam
keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi dirumah
sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2011).
Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan mampu mengatasi
masalahmasalah yang timbul akibat dari kesalahan dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan
perawat dalam mematuhi prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien.
Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi bertujuan untuk melakukan
dua kali pengecekan yaitu untuk mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima
pelayanan atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang diberikan
terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2007).
Dalam menjalankan perannya, perawat mungkin melakukan kesalahan. Nursing error adalah
kegagalan merencanakan tindakan menjadi lengkap seperti yang diharapkan atau penggunaan rencana
keperawatan yang salah untuk mencpai tujuan. (Institute of Medicine, 1999 cit. Silveira, 2008). 2
Menurut Kozier at al. (1995) Nursing Error meliputi kegagalan mengidentifikasi label obat, kesalahan
membaca dan menghitung dosis, kesalahan mengidentifikasi klien, kesalahan dalam mengencerkan
konsentrasi obat, kesalahan rute atau cara pemberian obat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Aulawi (2006) tentang tujuh kriteria yang disebut Nursing error meliputi kesalahan memberikan obat,
atau menghitung dosis atau pasien atau waktu atau cara pemberian, pasien jatuh, cairan infuse
kehabisan, salah mempersiapkan pasien untuk suatu tindakan, tidak melakukan suatu pengobatan atau
tindakan sesuai yang direncanakan , mengambil sampel pemeriksaan salah pasien, melakukan
pengobatan atau tindakan salah pasien.
Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar menimbulkan masalah dan ancaman
keselamatan pasien. Ancaman tersebut jika tidak diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara
berkelanjutan seperti terjadinya adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cidera (KNC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Depkes RI, 2011). KTD adalah suatu kejadian yang
tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien (Depkes RI, 2008). Kejadian nyaris cidera/ Near Miss adalah kejadian memberikan tindakan
atau penghilangan 3 yang dapat membahayakan pasien tetapi tidak terjadi bahaya disebabkan kerena
keberuntungan, dibatalkan, dan peringanan (Aspen, et al. 2004 cited in Wagner, et al 2006).
Sedangkan menurut Depkes RI (2008), kejadian nyaris cidera adalah suatu kesalahan akibat
melaksanakan suatau tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cidera tidak serius terjadi karena: (1) Keberuntungan,
misalnya perawat memberikan obat kepada pasien tanpa mengidentifikasi pasien dan obat terlebih
dahulu. pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetapi tidak reaksi obat. (2) Pencegahan, misalnya
suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan oleh perawat, tetapi perawat lain sempat
mengidentifikasi dan membatalkan pemberian obat tersebut. (3) peringanan, misalnya perawat tanpa
melakukan identifikasi memberikan obat dengan overdosis lethal, setelah dan diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya.
Data Joint Commision International (JCI) tahun (2012) menunjukkan bahwa sebanyak 13%
surgical error dan 68% kesalahan transfusi darah, terjadi karena kesalahan pada tahapan identifikasi
pasien. Laporan Departemen Kesehatan Australia Barat pada tahun 2008/2009 dilaporkan adanya
sepuluh kejadian sentinel. Empat dari kejadian sentinel tersebut karena salah pasien dan enam dari
kejadian tersebut karena salah bagian tubuh (Snowball, 2010). KKP-RS (2008) melaporkan insiden
keselamatan pasien terjadi sebanyak 145 insiden yang terdiri dari KTD sebanyak 46%, KNC 48% dan
lainnya 6%. Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan berhubungan
dengan keselamatan pasien.
Kesalahan karena keliru merupakan hal yang amat tabu dan sangat berat hukumnya.
Kesalahan karena keliru pasien dapat terjadi dalam semua aspek diagnosis dan pengobatan.
Perlu proses kolaboratif untuk memperbaiki proses identifikasi untuk mengurangi kesalahan
identifikasi pasien. Tidak semua pasien rumah sakit dapat mengungkapkan identitas secara
lengkap dan benar.
Beberapa keadaan seperti pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar
sepenuhnya, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain
dapat menyebabkan kesalahan dalam identifikasi pasien.
Proses identifikasi pasien perlu dilakukan dari sejak awal pasien masuk rumah sakit yang
kemudian identitas tersebut akan selalu dan konfirmasi dalam
segala proses di rumah sakit, seperti saat sebelum memberikan obat, darah atau produkdarah
atau sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan.
Sebelum memberikan pengobatan dan tindakan atau prosedur. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan identifikasi pasien yang nantinya bisa berakibat
fatal jika pasien menerima prosedur medis yang tidak sesuai dengan kondisi pasien seperti
salah pemberian obat, salah pengambilan darah bahkan salah tindakan medis.
Penyusunan kebijakan dan atau prosedur ini harus dikerjakan untuk
berbagai pihak agar hasilnya dipastikan dapat mengatasi semua permasalahan identifikasi
yang mungkin terjadi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan
adalah bagaimana mengoptimalisasikan identifikasi pasien dalam melakukan tindakan
keperawatan, seperti pada saat pemberian obat.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 18 hari dinas,
mahasiswa program profesi ners mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan
khususnya pengelolaan tentang optimalisasi identifikasi pasien dalam melakukan
tindakan keperawatan, seperti pada saat pemberian obat di Ruangan Rawat Inap Parkit
sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan selama 18 hari dinas mahasiswa
program profesi ners mampu :
a. Melakukan kajian situasi di ruang Gelatik sebagai dasar untuk menyusun rencana
strategis dan operasional unit.
b. Melakukan analisa SWOT sesuai dengan hasil temuan kajian situasi.
c. Melakukanan analisis internal dan eksternal SWOT di ruang Rawat Inap Parkit
d. Membuat Prioritas masalah berdasarkan Matriks SWOT.
e. Menguraikan Fish bone analisis
f. Menyusun Rencana kegiatan melalui POA (Planing Of Action).
3. Kegiatan
Kelompok, Tempat, Waktu :
1. Mahasiswa kelompok 8 yang terdiri dari 6 orang (daftar nama dapat dilihat pada
lampiran)
2. Tempat pelaksanaan mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan ini yaitu
di RSUP Dr. Salamun Ruangan Parkit.
3. Waktu Praktik mata ajar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan ini
dilaksanakan selama 18 hari sejak tanggal 20 Februari hingga tanggal 11 Maret 2017
di Ruang Parkit RSAU dr.SALAMUN.
Pelaksanaan program profesi kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama 18 hari
( 3 minggu), dari hari senin sabtu dan waktu pelaksanaannya profesi 8 jam per hari
dengan pembagian dinas tiga sift pagi, sore dan malam.

4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan, inventaris
ruangan (alat dan bahan), penerimaan pasien baru, APD, SDM, komunikasi efektif,
Pasien safety, optimalisasi pemberian obat, dan Spoelhock, .
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pengatur ruangan, penanggung jawab shift, perawat
pelaksana dan klien serta keluarga klien terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang dokumentasi proses
keperawatan, standar prosedur tindakan keperawatan.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi dan
wawancara.

5. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut Bab I
pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum dan khusus,
kegiatan(kelompok,tempat dan waktu), metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan. Bab II tinjauan pustaka(berisi konsep/teori yang mendasari pemikiran
kelompok dalam merumuskan masalah dan menentukan perencanaan untuk perbaikan
yang diajukan). Bab III uraian kegiatan terdiri dari Kajian Situasi Ruang Parkit, berisi
profil Rumah Sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan, analisa SWOT,
matriks strategi, matriks SWOT, prioritas masalah, fish bone dan Planning of Action
(POA), Bab IV Implementasi dan Evaluasi yang berisi tentang uraian pelaksanaan
kegiatan, evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut dan Bab V Penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran. Daftar pustaka.

Anda mungkin juga menyukai