Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
(SESI 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Spiritual)
DI RUANG ELANG RSJ PROVINSI JAWA BARAT

Disusun Oleh:
INDRIANI ASNUR
14901-16064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2017
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
(SESI 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Spiritual)

A. Topik
TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan sesi ke 4: Mencegah Perilaku Kekerasan
Spiritual

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu menyelesaikan masalah perilaku kekerasan dengan baik dan tepat.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat melakukan perilaku dua kegiatah ibadah untuk mencegah kekerasan
b. Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.

C. Aktifitas Dan Indikasi


1. Karakteristik klien
Kriteria klien yang diikutkan dalam TAK sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan
Spiritual adalah sebagai berikut:
a. Klien yang kooperatif dan mampu berkomunikasi
b. Klien yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan
c. Klien dengan perilaku kekerasan
d. Klien yang sudah melewati:
TAK sesi pertama : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
TAK sesi kedua : mencegah perilaku kekerasan fisik.
TAK sesi ketiga : Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

2. Proses seleksi
Sebelum melakukan TAK, kelompok akan melakukan pengkajian terhadap
semua pasien diruangan Nakula. Setelah mendapatkan hasil pengkajian, kelompok akan
memilih pasien dengan masalah perilaku kekerasan. Pasien yang terpilih adalah sebanyak
10 orang dengan criteria antara lain : klien yang kooperatif dan mampu untuk
berkomunikasi serta klien yang telah melewati TAK sesi pertama; mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. TAK sesi kedua; mencegah perilaku kekerasan fisik,
dan TAK sesi ketiga; Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
Proses berikutnya adalah kontrak waktu dan tempat dengan klien yaitu TAK akan
dilakukan pada hari kamis, tanggal 16 maret 2017 di ruangan Elang, pada pukul 08.30
WIB.

D. Landasan Teori
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di Ruangan Elang Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa barat, sebagian besar klien yang ada di Ruangan Elang Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa barat ini memiliki riwayat melakukan perilaku kekerasan. Terdapat 5 orang
pasien yang memiliki kriteria perilaku kekerasan Oleh karena itu, Mahasiswa akan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku Kekerasan (TAK PK) agar Klien tidak
menciderai diri sendiri maupun orang lain.

2. Terapi aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama.(Stuart & Laraia, 001). Tujuan
kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang detruktif dan maladaktif. Kekuatan kelompok ada pada kontribusi dari tiap
anggota dan pemimpin dalam mencapai tujuannya. Kelompok berfungsi sebagai tempat
berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah.
Terapi aktifitas kelompok merupakan terapi manual, rekreasi, dan tekhnik kretif
yang sering dipakai sebagai terapi tambahan untuk memfasilitasi pengalaman seseorang
serta meningkatkan respon sosial serta harga diri (Wilson&Kneisl,1992).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yaitu klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi. Sesi yang akan dilakukan yaitu sesi keempat
Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual) Dengan proses ini, diharapkan respon klien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

3. Perilaku kekerasan
a. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan dimana hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan (Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000)
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz,1993).
Sedangkan kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman (maramis,1998). Respon terhadap marah dapat dilakukan dalam tiga
cara yaitu :mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara
ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif
dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila
cara ini di pakai terus menerus maka kemarhan akan di ekspresikan pada diri sendiri
dan lingkungan dan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif atau
mengamuk.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan yaitu menyerang atau
menghindar (flight or flight) pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena kegiatan
system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinephrinyang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil meleba, sekresi HCL meningkat,
konstipasi, kewaspadaan meningkat serta disertai ketegangan otot. Seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan di sertai reflek yang cepat.

b. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan yaitu :
1. Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang di ekspresikan
dengan seksualitas dan kedua insting kematian yang di ekspresikan dengan
agresivitas.
Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan oleh pengikut
freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu
tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang yang melakukan
tindakan agrresif mempunyai riwayat perilaku agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif, mendukung
pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pengalaman hidup. Ini
menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping
yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1) Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak mampu untuk
menyelesaikan secara efektif.
2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa kanak-
kanak,atau seduction parental, yang mungkin telah merusak hubungan saling
percaya dan harga diri.
3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau
mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola
pertahanan atau koping.
2. Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh Bandura (1977)
dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan
respon-respon yang lain. Agresi dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi,
dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap kebangkitan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Pelajaran ini bisa internal
atau eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau
tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan
marah dengan cara yang asertif.
3. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agrsif mempunyai
dasar biologis.
Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus
elektris ringan pada hipotalamus bidatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
Rangsangan yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat
menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya,
mendesis dll. Jika kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan perilaku),
lobus frontal (untuk pemikiran rasional) dan lobus temporal.
Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif: serotonin,
dopamin, norepineprine, acetilkolin dan asam amino GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
1) Masa kanak-kanak yang mendukung
2) Sering mengalami kegagalan
3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)

4. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap

c. Tanda dan Gejala


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut :
a Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

d. Rentang Respon
Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang
ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 1. Rentang Respon

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif sampai
kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemukan alternatif.
c Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan
perasaannya.
d Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
e Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang
emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam
bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan
pesan bahwa ia tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap,
merasa tidak dituruti atau diremehkan. Rentang respon
kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai
pada respon yang tidak normal (maladaptif).

e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan
melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada
objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan
dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap berpangaruh dalam
hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang
harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat diatasi maka akan muncul
halusinasi berupa suara-suara atau bayang-bayangan yang meminta klien untuk
melakukan kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya dan
orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang
kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi
perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan
klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan
keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

E. Pengorganisasian
1. Waktu :
Hari : Kamis 4 Desember 2008
Tempat : Ruang Nakula
Durasi : 30 menit

2. Tim Terapis :
Leader (Indriani Asnur)
Menjelaskan maksud dan tujuan terapi aktivitas kelompok
Memotivasi anggota untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Mengatasi masalah yang mungkin timbul antar klien dalam kelompok
Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib
Memberikan reinforcement positif kepada klien

Co Leader (Mersia Vristy Timisela)

Menyampaikan info fasilitator kepada leader


Mengingatkan leader bila permainan menyimpang
Mengingatkan leader tentang lama waktu pelaksanaan kegiatan
Bersama leader menjadi contoh bentuk kerjasama yang baik
Membacakan peraturan kegiatan
Memberikan reinforcement positif kepada klien

Fasilitator (Elis, Asima, Didik, Sunanto)

Memotivasi klien yang kurang / tidak aktif dalam kegiatan


Memberikan contoh posisi duduk tegak, tatapan mata dan cara berkomunikasi yang
baik kepada klien
Memberikan reinforcement positif kepada klien

Observer (Sri Nurmilawati Sabia)

Mengamati lamanya proses kegiatan sebagai acuan untuk mengevaluasi


Mengamati jalannya kegiatan, kekurangan dan kelebihan sesuai dengan tujuan
Mencatat perilaku verbal / non verbal klien selama berlangsung kegiatan dan
dilaporkan kepada leader.

3. Setting Tempat
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam bentuk lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan :

: Leader
: Co-leader + Observer
: Fasilitator
: Klien

4. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / stimulasi

5. Alat Yang Digunakan


1. Papan tulis/flipchart/alat tulis.
2. Buku catatan & pulpen
3. Jadwal kegiatan klien

F. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam dan perkenalan
Selamat pagi Semuannya Saya Suster Indriani Asnur yang akan memimpin
jalannya TAK pada pagi ini. Saya ditemani oleh perawat-perawat yang lain, ada
Suster Mersi, Elis, Asima dan Sri serta ada Bruder Nanto dan Didik yang akan
membantu dalam kegiatan TAK ini.
b. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan Bapak/ibu pada pagi ini?
Apakah bapak bapak yang ada disini masih ada yang mempunyai rasa kesal atau
jengkel yang masih terpendam, serta ada yang masih sering mengamuk?
Bapak-bapak sekalian kemarin kita sudah melakukan TAK tentang mencegah
perilaku kekerasan social, dan telah di ajarkan bagaimana mengungkapkan
kekesalan dengan cara yang sopan, meminta tanpa paksa dan bagaimana menolak
dengan baik, gimana bapak-bapak apakah sudah dilakukan?
c. Kontrak
Sesuai dengan kesepakatan kemarin bahwa hari ini, kita akan melakukan kegiatan
terapi aktivitas kelompok tentang mencengah perilaku kekerasan spiritual tujuanya
yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan. Dan waktunya 30 menit
yang akan kita lakukan sekarang dan di tempat ini.

2. Fase Kerja
Baiklah untuk mengefektifkan waktu kita mulai saja kegiatan kita sekarang. Pada
TAK kali ini kita mempunyai tata tertib, antara lain;
c. setiap peserta harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d. Peserta harus mendengarkan aba-aba dari perawat.
e. Jika ada peserta yang ingin ke kamar mandi harus meminta ijin kepada perawat, dan
selama kegiatan berlangsung jika peserta ada yang ingin bertanya silahkan
mengacungkan tangan.
Saya suster Indri akan menjelaskan peraturan dalam terapi aktifitas kelompok.
Sesi keempat ini
Suster Indri akan bertanya pada bapak-bapak yang ada disini
Bapak tolong sebutkan agama yang bapak anut masing masing ya.. dimulai dari
kanan, sebutkan ya pak?
Nah..sekarang bapak bapak sekalian sebutkan kegiatan ibadah apa saja yang
biasa bapak lakukan setiap hari? (perawat menuliskan di white board)
Sekarang bapak tuliskan kegiatan ibadah yang bapak lakukan masingmasing
dan tuliskan di white board?
Sekarang bapak memilih dari salah satu kegiatan ibadah yang bapak sebutkan?
Kemudian peragakan/ praktekan pada kami satu persatu.
Baiklah sekarang kita mulai dari Bapak (....) dan Bapak (......). Sekarang Bapak
(.....) dan Bapak (......) peragakan pada kami kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan.
Berikan pujian atau tepuk tangan setelah setiap klien berhasil dan mampu
melakukan demonstrasi tersebut , demonstrasi dilakukan sampai semua klien mencoba
tindakan tersebut.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Evaluasi Subjekti
Bagaimana perasaan bapak bapak bapak setelah mengikuti kegiatan TAK hari
ini?
Apakah merasa senang, lebih tenang, sedih, bosan, atau yang lain?
Mungkin ada yang ingin mengungkapkan pendapatnya?
Evaluasi Objektif
tadi kita sudah belajar bagaimana cara mencegah perilaku kekerasan spiritual,
bisa bapak sebutkan kembali jumlah, cara kegiatan ibadah apa saja yang bisa di
lakukan setiap hari sesuai dengan agama masing masing?
Berikan pujian atau tepuk tangan setelah setiap klien berhasil dan mampu
menjawab pertanyaan dengan benar).

b. Tindak Lanjut
Setelah mengikuti kegiatan ini,bapak bapak sekalian bila ada perasaan ingin marah
atau rasa kesal maka bapak bisa melakukan kegiatan ibadah yang bias dilakukan
untuk mencegah perilaku kekerasan. Dan bapak sebaiknya melakukan kegiatan
ibadah ini secara teratur, tidak hanya pada saat marah atau kesal saja. setelah itu
masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak masing-masing.

c. Kontrak Yang Akan Datang


Baiklah Bapak-bapak sekalian, hari sabtu nanti kita akan melakukan kegiatan TAK
lagi dengan topic yang berbeda yaitu bapak belajar mengenai mencegah perilaku
kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat. Kegiatannya akan kita mulai pada
pukul ........ WIB di ruangan ini lagi selama kurang lebih 30 menit. Dan baiklah
karena waktunya sudah habis, sekarang kita tutup kegiatan ini dan Bapak bapak bisa
melanjutkan kegiatan yang lain.
Wassalamualaikum wr.wb dan selamat pagi semuanya.

G. Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi


1. Evaluasi
Dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2
kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

Mempraktikkan Mempraktikkan
No Nama Klien
Kegiatan ibadah pertama Kegiatan ibadah kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.
Petunjuk :
1. Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekan dua kegiatan
ibadah pada saat TAK. Beri tanda jika klien mampu dan tanda X jika kilen tidak
mampu.

2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimilki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4 , TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya
secara teratur di ruangan( buat jadwal).
JADWAL KEGIATAN HARIAN PASIEN

N Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu minggu


kegiatan
o M B T M B T M B T M B T M B T M B T M B T
1 Latihan Teknik napas Dalam
2. Latihan fisi 2 (Pukul Bantal
dan Kasur)
3. Cara bicara yang baik
(Meminta, Menolak, dan
mengungkapkan dengan baik)
4. Melakukan kegiatan ibadah
Sholat lima waktu, berzikir,
dan berdoa
5. Patuh minum Obat

Anda mungkin juga menyukai